Anda di halaman 1dari 12

A.

PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PARTAI ACEH

PASCA PEMILU 2017 DI KECAMATAN TANGAN-TANGAN KABUPATEN

ACEH BARAT DAYA

Indonesia merupakan Negara kesatuan, sebagaimana ditegaskan dalam pancasila sebagai

dasar Negara republik indonesia pada sila ke tiga yang berbunyi “persatuan Indonesia”, dan

kembali disebutkan dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945,

yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Artinya

bahwa bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dinyatakan secara bulat dan

konstitusional yang tertuang dalam pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia dan

Undang-Undang Negara Republik Tahun 1945 baik sebelum maupun sesudah perubahan.

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menyebutkan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota

itu mempunyai pemerintah daerah yang diatur dengan Undang-Undang”.

Menurut Sigmund Neumann, Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik

yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui

persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan

yang berbeda.

Partai politik lokal adalah partai politik yang hanya ada di tingkat daerah (Provinsi,

Kabupaten atau Kota). Partai lokal tidak mempunyai pengurus ditingkat nasional karena ruang

lingkupnya hanya terbatas pada satu atau beberapa daerah.


Republik Indonesia menempatkan Aceh sebagai satuan pemerintahan daerah yang

bersifat istimewa dan khusus. Terkait dengan karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh

yang memiliki ketahanan daya perjuangan yang tinggi dalam merebut dan mempertahankan

kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari penjajahan Belanda.

Munculnya partai politik lokal sendiri merupakan hasil kesepakatan perdamaian di aceh

yang merupakan rangkaian penyelesaian konflik aceh dengan pemerintah Indonesia melalui

penandatangan Memorendum of Understanding (MoU) antara pemerintahan Indonesia dan

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia merupakan

awal dari harapan baru bagi seluruh masyarakat Aceh untuk hidup yang lebih baik, aman dan

damai. Pasca penandatangan Memorendum Of Understanding (MoU) tersebut Aceh diberikan

wewenang untuk dapat hidup mandiri, baik itu dibidang ekonomi maupun dibidang politik dan

hukum.

Salah satu butir yang tercantum dalam kesepakatan damai Memorendum Of

Understanding (MoU) Helsinki adalah diperbolehkannya partai politik lokal di Aceh yang

termuat dalam butir 1.2.1. dengan bunyi “Sesegera mungkin tetapi tidak lebih dari satu tahun

sejak penandatangan Nota kesepahaman ini, pemerintah Republik Indonesia menyepakati

danakan memfasilitasi pembentukan partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi

persyaratan Nasional. Memahami aspirasi masyarakat Aceh untuk partai-partai politik lokal.

Pemerintah Indonesia dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18 bulan sejak penandatangan

Nota kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian partai

politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan DPR. Pelaksanaan Nota kesepahaman ini

yang tepat waktu akan memberi sumbangan positif bagi maksud tersebut.
Partai Aceh merupakan salah satu partai politik lokal yang berada di provinsi Aceh.

Partai Aceh dibentuk oleh kombatan GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Awal pembentukannya

Partai Aceh bernama Gerakan Aceh Merdeka akan tetapi karena pengesahannya ditolak

Pemerintah Republik Indonesia maka kemudian partai ini berubah nama menjadi partai Gerakan

Aceh Mandiri (GAM). Nama GAM juga masih menimbulkan kecurigaan dari Pemerintah

Republik Indonesia. Sehingga pada akhirnya Yusuf Kalla, sebagai Wakil Presiden pada saat itu

membuat kepastian hukum untuk nama yang baru yaitu Partai Aceh.

Setelah MoU di sepakati, Partai lokal Aceh semakin berkembang dan semakin kuat

kedudukannya, khususnya Partai Aceh dalam beberapa penyelenggaraan seperti pada saat

pemilihan baik itu di pilkada maupun pemilu, Partai Aceh selalu mendominasi dibandingkan

partai-partai lokal lainnya. Semenjak awal berdirinya Partai Aceh, kalangan masyarakat sangat

menjunjung tinggi dengan kedudukan Partai Aceh sebagai partai lokal, sehingga saat pemilukada

dilaksanakan sebagian masyarakat berharap hasil dari pemilu tersebut dapat dimenangkan oleh

Partai Aceh pada saat itu, dan masyarakat berharap agar disaat kemenangan itu diperoleh dapat

menjalankan visi dan misi yang telah dijanjikan dengan sesuai, sehingga masyarakat dapat ikut

merasakan kedamaian, kesejahteraan dan terjauh dari kemiskinan.

Namun, pada saat ini keadaannya bertolak belakang, banyak masyarakat yang sudah

tidak mempercayai kedudukan Partai Aceh lagi dikarenakan banyak pihak-pihak ataupun

petinggi-petinggi dari Partai Aceh tersebut lebih mementingkan kepentingan pribadi mereka

daripada masyarakat, sehingga timbulnya perpecahan pendapatan suara pada saat pemilihan

umum yang telah terlaksana pada bulan februari yang lalu, Partai Aceh menurun drastis

peminatnya khususnya di kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.


Maka dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “

PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PARTAI ACEH PASCA PEMILU 2017”

A. Rumusan Masalah :

1. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap Partai Aceh ?

2. Apa saja yang menyebabkan masyarakat mulai kurang mempercayai Partai Aceh

khususnya dikecamatan Tangan-Tangan kabupaten Aceh Barat Daya ?

3.

B. Tujuan Penelitian :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap Partai Aceh ?

2. Untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan masyarakat kurang mempercayai

Partai Aceh khususnya dikecamatan Tangan-Tangan kabupaten Aceh Barat Daya ?

C. Manfaat Penelitian :

Adapun manfaat penelitian dapat dilihat dari dua segi teoritis dan praktis yaitu :

Manfaat teoritis

1. Secara teoritis, Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya dunia politik.

2. Dapat menjadi pijakan dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang mengambil dan

mengangkat permasalahan yang sama

Manfaat praktis

1. Bagi peneliti.
Diharapkan penelitian ini dapat memperoleh manfaat untuk memperkaya dan

memperdalam ilmu yang dimiliki, khususnya mengenai persepsi masyarakat tehadap

Partai Aceh.

2. Bagi pihak lain

Menjadi masukan bagi public sehingga mendapat pemahaman actual dan konseptual

terhadap perkembangan politik dan demokrasi di aceh barat daya.

D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah suatu tempat penelitian dilakukan dan dilaksanakan.

Dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian di kabupaten Aceh Barat Daya, kecamatan

Tangan-Tangan.

2. Definisi Istilah

Daftar istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul dalam

penelitian yang dimaksud, Istilah-istilah yang perlu dijelaskan yang berkaitan dengan judul

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persepsi adalah penafsiran suatu objek, peristiwa atau informasi yang di landasi

oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiaran itu. Dengan

demikian, dapat dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari

situasi tertentu (Rahmad, 2003:16)

2. Tokoh masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antarmanusia.

Robert M. Mclver mengatakan “ Masyarakat adalah suatu sistem hubungan-

hubungan yang ditata (Society means a system of ordered relations)”.


3. Partai Aceh merupakan salah satu partai politik lokal yang berada di provinsi

Aceh. Partai Aceh dibentuk oleh kombatan GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Awal

pembentukannya partai aceh bernama Gerakan Aceh Merdeka akan tetapi karena

pengesahannya ditolak Pemerintah Republik Indonesia maka kemudian partai ini

berubah nama menjadi partai Gerakan Aceh Mandiri (GAM). Nama GAM juga

masih menimbulkan kecurigaan dari Pemerintah Republik Indonesia. Sehingga

pada akhirnya Yusuf Kalla, sebagai Wakil Presiden pada saat itu membuat

kepastian hukum untuk nama yang baru yaitu Partai Aceh.

E. Landasan Teori

1. Sejarah perkembangan Partai Politik

Partai politik pertama-tama lahir di Negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya

gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam

proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi

penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain. Pada awal

perkembangannya, pada akhir decade 18-an di Negara-negara Barat seperti Inggris dan Perancis,

kegiatan politik di pusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini

mula-mula bersifat elitis dan aristokratis,mempertahankan kepentingan kaum bangsawan

terhadap tuntutan-tuntutan raja.

Dengan meluasnya hak pilih,kegiatan poltik juga berkembang diluar parlemen dengan

terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur pengumpulan suara para pendukungnya

menjelang masa pemilihan umum. Dalam perkembangan selanjutnya didunia Barat timbul pula

partai yang lahir di luar parlemen. Partai-partai ini kebanyakan bersandar pada suatu asas atau
ideology atau Welthanschauung tertentu seperti sosialisme, fasisme, komunisme, kristen

democrat dan sebagainya.

a. Definisi Partai Politik

Menurut Carl J. Friedrich, Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir

secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan

bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya

kemanfaatan yang bersiafat idiil serta materil.

Menurut Sigmund Neumann, Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis poltik

yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui

persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan

yang berbeda.

Menurut Giovanni Sartori, Partai politik adalah suatu kelompok yang mengikuti

pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk

menduduki jabatan-jabatan public.

b. Fungsi Partai Politik

Secara mendasar mengenai partai politik di Negara yang demokratis dan di Negara

otoriter terdapat pandangan yang berbeda. Perbedaan pandangan tersebut berimplikasi pada

pelaksanaan tugas atau fungsi partai di masing-masing Negara. Di negara demokratis partai

realtif dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya pada saat kelahirannya, yakni menjadi

wahana bagi warga Negara berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan
memperjuangkan kepentingannya di hadapan penguasa. Sebaliknya di Negara otoriter, partai

tidak dapat menunjukkan harkatnya,tetapi lebih banyak menjalankan kehendak penguasa.

2. Pengertian Masyarakat

Keseluruhan antara hubungan-hubungan antarmanusia. Robert M. Mclver mengatakan “

Masyarakat adalah suatu sistem hubungan-hubungan yang ditata (Society means a system of

ordered relations)”. Semua ilmu sosial mempelajari manusia sebagai anggota kelompok.

Timbulnya kelompok-kelompok itu ialah karena dua sifat manusia yang bertentangan satu sama

lain di satu pihak ia ingin bekerja sama di pihak lain ia cenderung untuk bersaing dengan sesama

manusia.

3. Sistem pemilihan umum di indonesia

Di kebanyakan Negara yang demokrasi, pemilihan umum dianggap lambing sekaligus

tolak ukur, dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang di selenggarakan dalam suasana

keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan

dengan agak akurat partisipasi masyarakat serta aspirasi masyarakat. Sekalipun demikian,

disadari bahwa pemilihan umum tidak merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu dilengkapi

dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan.

Dalam dunia ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum dengan

berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok yaitu :

1. Single-member constituency (satu daerah pemilihan umum memilih satu

wakil;biasanya disebut sistem distrik).


2. Multi-member constituency (satu daerah memilih beberapa wakil; biasanya

dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional).

F. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Partai Aceh pasca pemilu

2017 ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, metode deskriptif. Metodologi penelitian

kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini diarahkan pada latar individu tersebut secara holistic atau utuh. Jadi, dalam

hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu sentuhan.

Penelitian kualitatif, yang juga disebut penelitian interpretif atau penelitian lapangan adalah

suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan

diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran

induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.

Peneliti kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan

persepsi dari partisipan di bawah studi (Lodico, Spaulding, dan Voegtle (2006) dalam Emzir,

2011:2).

2. Lokasi dan sasaran penelitian

a. Lokasi : lokasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah di kecamatan Tangan-

Tangan, kabupaten Aceh Barat Daya


b. Sasaran : Sasaran dalam penelitian ini adalah tokoh Masyarakat yang ada di

kecamatan Tangan-Tangan, kabupaten Aceh Barat Daya

G. Subjek dan objek penelitian

a. Subjek penelitian

Yang dimaksud subjek penelitian adalah subjek, tempat, atau benda yang diamati dalam

rangka pemilihan sebagai sasaran (Kamus Bahasa Indonesia, 2011:862). Jadi dapat disimpulkan

bahwa subjek merupakan informan yang tahu betul tentang objek yang akan diteliti. Adapun

subjek penelitian dalam tulisan ini adalah tokoh masyarakat yaitu tuha peut yang ada di Desa

Gunung Cut, Desa Gampong Adan, Desa Drien jaloe dan Desa Mesjid sebanyak 16 orang.

b. Objek penelitian

Yang dimaksud objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian (Kamus

Bahasa Indonesia, 2011:622). Menurut (Supranto, 2000:21) objek penelitian adalah himpunan

elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti.

c. Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data dimaksudkan adalah usaha untuk memperoleh data-data atau

keterangan yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan, untuk memperoleh data tentang

masalah yang akan di ungkap dalam penelitian ini. Sumber data yang digunakan untuk

mengumpulkan data di lapangan adalah berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Dalam bentuknya yang paling sederhana wawancara terdiri atas sejumlah pertanyaan

yang dipersiapkan oleh peneliti dan diajukan kepada seseorang mengenai topik penelitian secara

tatap muka, dan peneliti merekam jawaban-jawabannya sendiri (Emzir, 2011:49-50).


Berdasarkan bentuk pertanyaan yang diajukan, peneliti menggunakan wawancara tertutup

terbuka, yaitu merupakan gabungan dari wawancara tertutup dan terbuka yang mana peneliti

mengawali dengan mengajukan pertanyaan yang menuntut jawaban-jawaban tertentu. Kemudian

peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan

yang mengundang jawaban terbuka.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan atau jawaban secara

lebih terbuka, dimana pihak terwawancara diminta pendapat dan solusinya.

2. Dokumentasi

Mengumpulkan data dari berbagai sumber tertulis berupa buku, jurnal ilmiah, dokumen,

foto atau gambar, website dan blog dan lain sebagainya.

3. Teknik analisis data

Metode analisis data untuk mengambil kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. data-

data yang diperoleh dari hasil penelitian harus dianalisis secara tepat agar kesimpulan yang

didapat tepat juga (M. Djunaidi dan Fauzan, 2012:363).

1. Reduksi Data, dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian

untuk penyederhanaan data.

2. Penyajian Data, peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi untuk menarik

kesimpulan dan tindakan, yaitu bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan, peneliti menarik kesimpulan dan melakukan pembenaran

dengan mencari makna setiap data yang diperoleh dari lapangan (Moleong, 2002:80).
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No 22 Tahun 2007, tentang penyelenggaraan pemilihan umum

Arbas Cakra. 2017. Aceh &MoU Helsinki. Jakarta: PT Soefmedia

Budiardjo Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis data. Jakarta : PT Raja Grapindo

Persada

Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai