asfiksia, tetanus, infeksi, dan masalah Pendahuluan pemberian minum. (Djaja S, 2003) Angka kematian maternal ialah Ketuban pecah dini adalah pecahnya jumlah kematian maternaldiperhitungkan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda terhadap 100.000 kelahiran hidup. Sebab- persalinan, dan setelah di tunggu satu jam sebab kematian ini dapat dibagi dalam dua sebelum terdapat tanda persalinan, dan golongan, yakni yang langsung disebabkan setelah di tunggu satu jam belum dimulainya oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, tanda persalinan. Bahaya ketuban pecah dini persalinan nifas, dan sebab-sebab yang lain adalah kemungkinan infeksi dalam rahim dan seperti penyakit jantung, kanker dan persalinan prematuritas yang dapat sebagainya. Sedang angka kematian bayi meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu sampai umur 1 tahun terhadap 1000 dan bayi. Ketuban pecah dini menyebabkan kelahiran. Di negara-negaramaju kematian hubungan langsung antara dunia luar dan perinatal ini mencapai angka di bawah 25 per ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan 1000. (Wiknjosastro. 2007; h. 7-8) terjadinya infeksi asenden. (Manuaba, 2012) Berdasarkan pengamatan WHO, Insiden ketuban pecah dini berkisar angka kematian ibuadalah sebesar 500.000 2,7% sampai 17,5%, bergantung pada lama jiwa dan anka kematian bayi sebesar periode laten yang digunakan untuk 10.000.000 jiwa tiap tahunya. Kejadian menegakkan diagnosis. Insiden ketuban pecah kematian ibu dan bayi sebagian besar dini lebih tinggi pada wanita dengan servik terdapat di negara berkembang yaitu sekitar inkompeten, polihidramnion, malpresentasi 98% sampai 99%. Kematian maternal dapat janin atau kelainan letak, kehamilan kembar, terjadi pada saatpertama pertolongan atu infeksi vagina/seviks. Insiden KPD pada persalinan. Penyebab utama kematian ibu tahun 2012 di provinsi lampung sebesar 3,8 adalah trias klasik (perdarahan, infeksi, per 100.000 kelahiran hidup. Kpd gestosis). Sedangkan penyebab kematian menyebabkan AKI di provinsi Lampung perinataladalah asfiksia neonatorum, trauma sebesar 13,6% dan menyebabkan AKB sebesar persalinan, prematuritas, atau berat bayi lahir 17,1% akibat komplikasi asfiksia. (Profil rendah (BBLR), dan infeksia neonatorum. Kesehatan Provinsi Lampung, 2012 dalam (Manuba, 2010; h. 152) Nurul, 2015) Survey Demografi dan Kesehatan Metode Penelitian Indonesia (SDKI) tahun 2007 mendapatkan angka kematian bayi (AKB) di indonesia, 35 Jenis penelitian ini adalah penelitian bayi per 1000 kelahiran hidup. Bila di rincikan kualitatif, penelitian deskriptif analitik dengan 157.000 bayi meninggal per tahun atau 430 pendekatan Case Control (Retropektif study bayi per hari. Bebrapa penyebab kematian yangdi maksudkan untuk mengkaji hubungan antara efek dapat berupa penyakit atau Definisi SAM adalah sindrom atau kondisi kesehatan) dengan faktor resiko kumpulan berbagai gejala klinis dan radiologis tertentu. akibat janin atauneonatus menghirup atau mengaspirasi mekonium. Sindrom aspirasi Pembahasan mekonium ini dapat terjadi sebelum, setelah 1. Persentasi Bokong proses persalinan. Mekonium yang terhirup dapat menutup bagian atau seluruh jalan Persentasi bokong merupakan keadaan napas neonatus. dimana janin terletak memajang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bawah Penyebab aspirasi mekonium mungkin kavum uteri (Prwirohardjo, 2010). Presentasi sudah terjadi intrauterin atau segera sesudah bokong dalam persalinan terdapat 3-4% lahir. Hipoksia janin kronik dan asidosis dapat kehamilan. Insidensnya berkurang mendekati mengakibatkan gaspringi janin yang cukup bulan dan bertambah pada persalinan mempunyai konsekuensi aspirasi mekonium premature (Oxorn, 2010) intrauteri. Beberapa bukti dilaporkan bahwa kejadian kronik intrauterin bertanggung jawab Buletin praktis American Collage of untuk kasus SAM berat yang berbeda denga Obstetricians and Ginecologist (ACOG) pada kejadian peripartum akut. Berbeda dengan, tahun 2007 menganjurkan pada kasus bayi yang lahir bugar yang menghirup AAK ketuban pecah dini aterm, persalinan dari nasofaring padaa saat lahir dapat sebaiknya diinduksi segera untuk mengurangi berkembang menjadi SAM ringan sampai resiko komplikasi ibu dan janin, sesuai dengan berat (Gelfand,2004) pertimbangan persentasi janin dan keadan janin. Namun, pada kasus ini dilakukan 3. Kelainan Letak observasi terlebih dahulu mengenai Insiden ketuban pecah dini lebih tinggi perkembangan proses persalinan. Sesuai pada wanita dengan kelaian letak. Salah satu protap , indikasi induksi dilakukan minimal contoh kelainan letak yaitu persentasi bokong pada KPSW 12 jam. atau letak sungsang dimana keadaan tersebut 2. Mekonium dapat berlangsung lama karena yang menekan jalan lahir bukan kepala melainkan Air ketuban keruh bercampur mekonium bokong sehingga berakibat pembukaan (AAK) dapat menyebabkan sindrom aspirasi menjadi lama dan mudah untuk menjadi mekonium (SAM) yang mengakibatkan asfiksia ketuban pecah dini. Kehamilan persentasi neonatorum yang selanjutnya dapat bokong bila dibandingkan dengan kehamilan berkembang menjadi infeksi neonatal. Insiden persentasi kepala akan menghadapi resiko air ketuban keruh terjadi pada 6%-25% yang lebih besar baik pada ibu maupun bayi. kelahiran hidup, namun tidak semua neonatus Insiden dari persentasi bokong adalah 3% dari yang mengalami AKK berkembang menjadi semua persalinan. Sebab terjadinya letak SAM. Neonatus dengan AKK 2%-36% sungsang adalah multipara, prematuritas, menghirup mekonium sewaktu di dalam hidramnion, plasenta previa, kelainan bentuk rahimatau saat napas pertama, sedangkan kepala (fadlun,2011). neonatus yang mempunyai AKK 11% berkembang menjadi SAM dengan berbagai Letak janin pada uterus bergantung pada drajat ( Klein, 2004 ) proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyaksehingga Hal ini dapat di simpulkan bahwa tidak memungkinkan janin bergerak leluasa, dan terdapat hubungan antarariwayat demikian janin dapat menempatkan diri polihidramnion dengan kejadian KPD. dalam letak sungsang atau letak lintang.pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh Polihidramnion adalah jumlah air ketuban dengan cepat dan jumlah air ketuban relative lebih banyak dari normal atau lebih dari dua berkurang. Karena bokong dengan tungkai liter dimana normal air ketuban itu adalah yang terlipat lebih besar dari pada kepala 500-1500 ml, hal ini akan menyebabkan maka bokong dipaksa untuk menempati ruang peningkatan tekanan (distensi) dan yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan menstimulasi selaput ketuban untuk mudah kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil pecah. disegmen bawah uterus (Maria, 2007). Kesimpulan 4. Lingkar Panggul Luar
Di daerah tempat penelitian menunjukkan
bahwa ukuran panggul luar yang normal dan Saran tidak normal memiliki jumlah yang seimbang a. Bagi Dinas Kesehatan atau sama, hal ini dikarenakan ukuran panggul Diharapkan dapat melakukan dari masing-masing ibu dapat dipengaruhi tindakan preventif dan meningkatkan oleh gizi, lingkungan dan gen atau keturunan pelayanan kesehatan bagi wanita seperti pada teori ( wiknjoksastro, 2008 ) khususnya pada ibu hamil untuk Pada saat peneliti melakukan penelitian di meningkatkan dan menjaga lahan, peneliti menemukan beberapa kasus kesehatan. kejadian partus lama yaitu pada saat b. Bagi Masyarakat responden datang dengan pembukaan 3 Diharapkan ibu hamil mengetahui cmdengan 12 jam tetapi pembukaan tidak komplikasi yang mungkin terjadi pada bertambah namun skala nyeri yan di alami saat persalinan baik bagi ibu maupun responden makin bertambah dan kontraksi bayinya sehingga dapat dilakukan semakin sering dirasakan. upaya pencegahan dengan cara meningkatkan dan menjagakesehatan Hal ini sesuai dengan teori dalam selama hamil, seperti dengan cara persalinan tidak hanya (pessage) atau jalan mengatur pola hidup sehat dan lahir saja yang mempengaruhi lama persalinan melakukan periksa hamil secara rutin. melainkan ada tenaga (power), janin dan plasenta (pasangger), faktor psikis ibu bersalin, penolong merupakan faktor penting pada saat persalinan (Manuaba, 2007).
5. Polihidramnion
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
ibu hamil yang tidak mempunyai riwayat polihidramnion yang mengalami KPD jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang mempunyai riwayat polihidramnion.