Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/282441398

Studi Parametrik Potensi Likuifaksi dan Penurunan Permukaan Tanah


Berdasarkan Uji Sondir

Conference Paper · December 2012

CITATIONS READS
0 2,742

1 author:

Agus Muntohar
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
67 PUBLICATIONS   743 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

CIimate Change and Landslide in Indonesia View project

stabilization of shale ungaran-bawen toll road, Indonesia (disertation) View project

All content following this page was uploaded by Agus Muntohar on 03 October 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


16th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 4 December 2012

Studi Parametrik Potensi Likuifaksi dan Penurunan Permukaan


Tanah Berdasarkan Uji Sondir
Agus Setyo Muntohar
Geotechnical Engineering Research Group (GERG), Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia.

Email. muntohar@umy.ac.id

ABSTRACT: Pada naskah ini disajikan hasil kajian parametrik terhadap potensi likuifaksi dan penurunan permukaan
tanah akibat gempa. Parameter yang dikaji meliputi percepatan maksimum gempa di permukaan tanah (amax) dan
magnitudo gempa (Mw). Evaluasi likuifaksi untuk setiap pasangan data sondir dihitung dengan menggunakan rumusan
Robertson dan Wride (1998). Estimasi penurunan permukaan tanah menggunakan rumusan metode oleh Zhang dkk.
(2002). Bahaya likufaksi dinilai dengan nilai indeks potensi likuifaksi yang diusulkan oleh Iwasaki dkk. (1978). Hasil
kajian parametrik menunjukkan bahwa magnitudo dan percepatan gempa yang lebih besar menyebabkan lapisan tanah
banyak mengalami likuifaksi dan memicu kerusakan di permukaan tanah Penurunan di permukaan tanah meningkat
tajam dengan bertambahnya magnitudo gempa Mw 7,5–10 dan percepatan gempa maksimum amax = 0,4 g – 0,6 g.
Keywords: likuifaksi, penurunan, percepatan gempa maksimum, magnitudo gempa, sondir

magnitudo gempa (Mw), percepatan seismik permukaan


1 INTRODUCTION tanah (amax), dan jarak epicenter. Magnitudo gempa
berkaitan langsung dengan energi yang dihasilkan untuk
Likuifaksi sering terjadi pada tanah berpasir lepas dan menggerakan lapisan lapisan batuan atau tanah. Secara
jenuh air bila terjadi gempa bumi. Akibat kehilangan teoritik, semakin besar magnitude gempa maka
kuat geser akibat gempa dapat menyebabkan terjadinya percepatan pergerakan permukaan tanah akan semakin
tanah longsor, kehilangan kuat dukung pada fondasi, besar. Namun, percepatan gempa pada permukaan tanah
dan penurunan fondasi yang berlebihan. Dalam konsep ini akan sangat bergantung pada sifat-sifat lapisan tanah
manajemen bencana (disaster management), tindakan seperti kekuatan geser tanah. Kekuatan geser tanah di
pengurangan resiko bencana (disaster risk reduction) lapangan ini dapat diketahui dengan melakukan uji
harus dijadikan sebagai pengarusutamanya guna sondir yang akan diperoleh data tahanan ujung (qc) dan
mengurangi dampak dari bencana tersebut. Salah satu tahanan gesek (qf). Dengan demikian perlu dikaji
cara untuk mengurangi dampak adalah dengan membuat magnitudo gempa minimum yang dapat menimbulkan
zonasi wilayah bahaya atau resiko bencana. Untuk bahaya likuifaksi. Secara umum penelitian ini bertujuan
bencana gempa bumi, zonasi wilayah bahaya gempa untuk evaluasi dua parameter seismik, Mw dan amax,
bumi biasanya didasarkan pada pekerjaan mikrozonasi terhadap bahaya likuifaksi dan penurunan tanah akibat
(microzonation) terhadap percepatan seismik gempa bumi di Kampus Terpadu UMY.
permukaan tanah atau lapisan batuan (Karnawati dkk,
2007). Namun demikian, dalam perspektif geoteknik,
peristiwa likuifaksi lebih dikenal luas untuk
mengevaluasi potensi kerusakan infrastruktur. 2 CARA STUDI
Likuifaksi ini akan menyebabkan terjadi penurunan
permukaan tanah yang dapat menyebabkan kerusakan Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan yang
bangunan di atasnya (Youd dan Garris, 1995). Oleh meliputi : (1) Pengumpulan data lapangan tentang sifat-
karena itu, untuk keperluan praktis geoteknik maka sifat fisis dan mekanis contoh tanah guna memperoleh
evaluasi potensi likuifaksi ini menjadi perlu dilakukan sifat-sifat tanah, (2) Analisis likuifaksi dan penurunan
guna memberikan informasi wilayah bahaya likuifaksi permukaan tanah, (3) Analisis Indeks Potensi
dan memiliki risiko terhadap kerusakan akibat gempa Likuifaksi. Obyek penelitian ditunjukkan pada Gambar
bumi. 1. Evaluasi likuifaksi untuk setiap pasangan data sondir
Potensi likuifaksi pada tanah berpasir akibat gempa yang diperoleh, dihitung dengan menggunakan rumusan
bumi ini dipengaruhi oleh faktor seismik yaitu Robertson dan Wride (1998) berdasarkan data uji sondir
atau cone penetration test (CPT). Sedangkan estimasi

139
16th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 4 December 2012

penurunan permukaan tanah menggunakan rumusan


metode yang dikembangkan oleh Zhang dkk (2002). Tegangan overburden vertikal total (σvo) dan efektif
(σ'vo) dihitung berdasarkan berat volume tanah dan
kedalaman muka air tanah (Gambar 2) dengan
persamaan berikut :
σ vo = γ d ⋅ h1 + γ sat ⋅ h2 (2a)

σ 'vo = γ d ⋅ h1 + γ '⋅ h2 (2b)


dengan γd adalah berat volume kering tanah , γsat dan γ’
masing-masing adalah berrat volume jenuh air dan berat
volume efektif tanah.
Hubungan kedalaman z dan nilai rd ini, menurut
Seed dan Idriss (1971), secara analitik hubungan
tersebut dapat didekati dengan fungsi seperti dituliskan
pada persamaan (3).

 1 − 0, 00765 z ; z < 9,15 m


1,174 − 0, 0267 z ; 9,15 ≤ z ≤ 23 m
 (3)
rd = 
 0, 744 − 0, 008 z ; 23 < z ≤ 30 m
 0,5 ; z > 30 m
dengan z adalah kedalaman dengan satuan m.
Nilai CRR7.5 dihitung dengan persamaan (4a) dan
(4b). Penghitungan CRR7.5 mengikuti alur penghitungan
seperti dituliskan pada diagram alir Gambar 3.

 ( qc1N )cs 
CRR7.5 = 0,833 ⋅   + 0, 05 (4a)
Gambar 1 Titik – titik pengujian bor dalam, SPT, dan
sondir
 1000 
3
 ( qc1N )cs 
CRR7.5 = 93 ⋅   + 0, 08 (4b)
2.1 Evaluasi Potensi Likuifaksi  1000 
Prinsip dasar dalam evaluasi likuifaksi tanah adalah
Selanjutnya faktor keamanan (FSL) terhadap likuifaksi
menghitung dua variabel utama yaitu (1) perilaku
dihitung dengan persamaan (5).
seismik tanah atau cyclic stress ratio (CSR) yang
merupakan tegangan siklik yang menyebabkan  CRR7,5 
likuifaksi dan (2) kemampuan tanah untuk menahan FS L =   ⋅ MSF (5)
likuifaksi atau cyclic resistance ratio (CRR). Nilai CSR  CSR 
yaitu : dengan MSF adalah faktor pengali magnitudo gempa
(magnitude scaling factor) dalam skala momen agar
τ av a   σ 
CSR = = 0, 65  max  ⋅  vo  ⋅ rd (1) setara dengan CRR untuk gempa Mw = 7,5. Besarnya
σ 'vo  g   σ 'vo  MSF yang diusulkan dalam Youd dan Idriss (2001)
yaitu :
Muka Tanah
174 (6)
MSF =
h1 γd M w2,56
Muka Air Tanah
Berdasarkan kriteria yang diberikan oleh Robertson
h2 γsat dan Wride (1998), Lapisan tanah yang memiliki nilai Ic
> 2,6 dan (qc1N)cs > 160 kg/cm2 memiliki criteria sebagai
A lapisan tak-likuifaksi (non-liquefiable).

Gambar 2 Tegangan-tegangan yang bekerja pada


elemen tanah

140
16th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 4 December 2012

Berdasarkan definisi yang diberikan dalam


persamaan (7), nilai LPI dapat berkisar dari 0 untuk
suatu lokasi dimana tidak terjadi likuifaksi hingga 100
untuk lokasi dimana faktor keamanan sama dengan nol
di seluruh kedalaman 20 m.

Gambar 4 Hubungan nilai tahanan ujung seismic dan


regangan volumetrik untuk beragam faktor keamanan
Gambar 3 Diagram alir untuk evaluasi CRR7.5 (Zhang dkk., 2002)
(dimodifikasi dari Robertson, 2004).
2.3 Estimasi Penurunan Permukaan Tanah
Untuk permukaan tanah yang relatif datar, bisa
2.2 Indeks Potensi Likuifaksi dianggap pergerakan arah lateral tidak terjadi atau
sangat kecil setelah gempa bumi, sehingga regangan
Indeks Potensi Likuifaksi atau Liquefaction
volumetrik akan sama dengan regangan vertikal.
Potential Index (LPI) adalah suatu indeks yang
Penurunan permukaan tanah dapat dihitung dengan
digunakan untuk estimasi potensi likuifaksi yang
melakukan integral regangan vertikal untuk setiap
menyebabkan kerusakan fondasi. Metode ini pertama
lapisan tanah pada seluruh kedalaman seperti dituliskan
kali dikembangkan oleh Iwasaki dkk. (1978). LPI
dalam persamaan (8) (Zhang dkk., 2002).
menganggap bahwa kerusakan likuifaksi adalah
sebanding terhadap kondisi berikut : z j

a. Ketebalan lapisan yang terlikuifaksi (liquefied S = ∫ ε v dz = ∑ ε v ,i ∆zi (8)


layer), 0 i =1

b. Jarak lapisan terlikuifaksi terhadap permukaan


dengan εv,i adalah regangan volumetrik pasca likuifaksi
tanah, dan
c. Jumlah lapisan dengan nilai faktor keamanan pada lapisan tanah ke-i dan ∆zi adalah tebal lapisan
kurang dari satu (FSL < 1). tanah ke-i. Secara empirik, besarnya regangan vertical
Anggapan tersebut dirumuskan dalam persamaan seismik sebagai fungsi dari faktor aman dan nilai
(7). tahanan ujung seismik diberikan dalam persamaan-
persamaan pada Gambar 4.
20 m
LPI = ∫ F w( z ) dz
0
(7) 2.4 Desain Studi Parametrik
Berdasarkan penulusuran sumber-sumber pustaka
dengan, tidak secara spesifik menyebutkan nilai tunggal (single
F = 1 – FS untuk FS ≤ 1, option) untuk Mw dan amax untuk gempa yang terjadi di
F=0 untuk FS > 1, dan Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006. Beberapa
w(z) merupakan fungsi bobot (weighting) yang peneliti (El-Nashai dkk., 2007; Tsuji dkk., 2009;
bergantung pada kedalaman, yaitu w(z) = 10 – 0,5 z, UNEP/OCHA, 2007; Soebowo dkk., 2007; Thant dkk.,
dengan z adalah kedalaman lapisan pasir (m).

141
16th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 4 December 2012

2010) menyebutkan variasi nilai Mw berkisar 5,9 – 6,3,


dan nilai amax dalam rentang 0,1g – 0,7g. Sedangkan Lee
dkk., (2006) dan Muntohar (2009), dengan Mw = 6,3
diperoleh nilai amax 0.25g di lokasi studi. Berdasarkan
penelusuran pustaka tersebut, maka pada penelitian ini
dilakukan analisis parametrik terhadap parameter
seismik yang berpengaruh yaitu magnitudo gempa (Mw)
dan percepatan pergerakan tanah (amax). Kedua
parameter tersebut dibuat bervariasi yaitu :
a. Magnitudo, Mw : 4; 5,4; 6,3; 7,5; 8,3; 9,5 dan
b. amax (g) : 0,1; 0,15; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6
Penghitungan faktor keamanan dan penurunan
permukaan tanah dilakukan di setiap titik pengujian
dengan variasi Mw dan amax tersebut. Sehingga dapat
diperoleh hubungan antara penurunan permukaan tanah
dengan magnitudo amax. Berdasarkan hubungan ini maka
akan dapat diketahui nilai kritis magnitudo dan amax Gambar 6 Hubungan antara magnitudo gempa (Mw) dan
yang dapat memicu terjadinya likuifaksi dan penurunan indeks potensi likuifaksi
tanah.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Evaluasi Potensi Likuifaksi


Kajian parametrik untuk dua parameter seismik
terhadap potensi likuifaksi seperti disajikan pada
Gambar 5 dan 6. Berdasarkan kedua hubungan tersebut
dapat diketahui bahwa tingkat risiko likuifaksi
meningkat dengan bertambahnya nilai percepatan
gempa di permukaan tanah dan magnitudo gempa.
Lokasi di bangunan unit A merupakan area yang sangat
rentan terhadap peningkatan percepatan gempa di
permukaan tanah bila dibandingkan dengan bangunan
unit B. Peningkatan percepatan gempa dari 0,25 g
menjadi 0,6 g menyebabkan indeks potensi likuifaksi
bertambah hingga mencapai 5–7 kali, sehingga risiko
likuifaksi di bangunan A menjadi tinggi dan di
bangunan unit B menjadi sedang. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh litologi tanah yang berbeda antara
lokasi di unit A dan B.

Gambar 7 Korelasi litologi pemboran inti

Pada lokasi unit A, berdasarkan data bor log


(Gambar 7) dapat diketahui bahwa lapisan pasir halus
dalam kondisi lepas mendominasi litologi tanah. Hal ini
berbeda dengan litologi tanah di lokasi unit B yang
Gambar 5 Hubungan percepatan gempa di permukaan banyak pasir sedang agak lepas dan adanya lapisan batu
tanah maksimum (amax) dan indeks potensi likuifaksi pasir yang cukup tebal 1,8 m. Lee dan Fitton (1969)
menyebutkan bahwa kekuatan tanah di awal likuifaksi

142
16th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 4 December 2012

menurun dengan berkurangnya ukuran parikel pasir dan


kepadatan pasir. Kandungan fraksi butir halus seperti
lanau non-plastis dalam lapisan pasir merupakan bagian
lemah yang dapat mengurangi kekuatan tanah.
Kandungan butir halus di lokasi unit A (BH1) lebih
besar daripada di lokasi unit B (BH2). Robertson dan
Wride (1998) menuliskan bahwa tanah yang
mengandung lanau non-plastis memiliki tahanan
seismik yang relatif rendah.
Berdasarkan hubungan antara percepatan gempa
maksimum dan indeks potensi likuifaksi (Gambar 6)
dapat diketahui secara umum bahwa potensi likuifaksi
meningkat relatif besar hingga amax = 0,6 g. Kemudian
setelah nilai terebut, tidak potensi likuifaksi meningkat
relatif kecil. Sedangkan berdasarkan hubungan antara
magnitudo gempa dan indeks potensi likuifaksi pada
Gambar 6 diketahui bahwa potensi likuifaksi cenderung Gambar 9 Hubungan antara magnitodo gempa (Mw) dan
meningkat tajam hingga magnitudo Mw = 1011, penurunan permukaan tanah
kemudian setelah nilai ini potensi likuifaksi meningkat
relatif kecil. Kedua hasil ini dapat dikatakan sebagai Karakteristik hubungan antara amax dan Mw terhadap
nilai maksimum yang menyebabkan seluruh lapisan penurunan permukaan tanah di lokasi bangunan unit A
pasir mengalami likuifaksi. (titik SB1, SB4, SR2) berbeda dengan unit B (titik SB5,
SB8, SR7). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
3.2 Estimasi Penurunan Permukaan Tanah litologi masing-masing berbeda. Ishihara (1993) dan
Youd dan Garris (1995) menyebutkan bahwa potensi
Penurunan permukaan tanah untuk berbagai nilai likuifaksi yang menyebabkan penurunan permukaan
percepatan gempa maksimum dan magnitudo gempa tanah juga bergantung pada perbandingan ketebalan
diberikan pada Gambar 8 dan 9. Mengacu pada hasil lapisan tanah dan lapisan tanah yang tidak terlikuifaksi
analisis Gambar 5 dan 6 serta faktor aman pada (non-liquefiable layers). Berdasarkan hasil bor log
persamaan (5), dapat diketahui bahwa potensi likuifaksi (Gambar 7) dengan mudah diketahui bahwa lapisan tak-
akan berkurang seiring dengan meningkatnya terlikuifaksi di unit B (BH2) lebih tebal dibandingkan di
percepatan gempa maksimum (amax) dan magnitudo unit A (BH1).
gempa (Mw). Sebagai akibat dari tingginya percepatan Hubungan yang diberikan pada Gambar 8 dan 9
gempa di permukaan tanah, maka goyangan yang adalah fungsi sigmoidal. Ciri dari fungsi ini adalah
ditimbulkan juga semakin kuat dan menghasilkan terdapat bagian yang linear – lurus dan bagian yang
penurunan permukaan tanah yang besar pula. mencapai maksimum. Secara umum dapat diketahui
dari Gambar 8 bahwa penurunan permukaan tanah
meningkat tajam hingga percepatan gempa maksimum
sebesar 0,4–0,6g. Peningkatan percepatan gempa
maksimum setelah 0,6g hanya menghasilkan penurunan
permukaan tanah yang bertambah secara asimtotik.
Pada kondisi ini, lebih dari 50% lapisan tanah
mengalami likuifaksi yang mana faktor aman kurang
dari 1 (FSL < 1). Hal ini seperti dijelaskan pula dalam
Muntohar(2009). Hasil ini konsisten dengan hasil
analisis potensi likuifaksi pada Gambar 5 sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Ishihara dan Yoshimine
(1992) menunjukkan bahwa penurunan permukaan
tanah masih akan berlanjut setelah percepatan batas
potensi likuifaksi.
Karakteristik yang berbeda dihasilkan dari hubungan
antara magnitudo gempa dan penurunan permukaan
tanah (Gambar 9). Penurunan di permukaan tanah
meningkat tajam dengan bertambahnya magnitudo
Gambar 8 Hubungan antara percepatan permukaan
tanah maksimum (amax) dan penurunan permukaan tanah gempa Mw 7,5–10. Namun berdasarkan hasil estimasi
potensi likuifaksi (Gambar 6), potensi likuifaksi
meningkat tajam seiring bertambahnya magnitudo
gempa hingga mencapai batas Mw 10–11. Hasil ini
dapat dimungkinan terjadi pada lapisan pasir dengan

143
16th Annual Scientific Meeting
Jakarta, 4 December 2012

kepadatan yang lepas yang mana penurunan relatif besar Lee, S.H.H., Ching, H.H., Muntohar, A.S., 2006, Study
sebelum magnitudo gempa mencapai batas on Liquefaction Problem of Yogyakarta Area at
maksimumnya. 052706 Earthquake", Proceeding International
Seminar and Symposium on Earthquake Engineering
and Infrastructure & Building Retrofitting (EE &
4 KESIMPULAN
IBR), Yogyakarta, 28 August 2006, pp. 6 -10.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Muntohar, A.S., 2009, Evaluation of Peak Ground
dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu : Acceleration Using CPT Data for Liquefaction
1 Magnitudo dan percepatan gempa yang lebih besar Potential, Proceeding 4th Annual International
menyebabkan lapisan tanah banyak mengalami Workshop & Expo on Sumatra Tsunami Disaster &
Recovery, Banda Aceh, 23-25 November 2009, pp.
likuifaksi dan memicu kerusakan di permukaan
91-94
tanah.
Robertson P K., 2004, Evaluating Soil Liquefaction and
2 Penurunan di permukaan tanah meningkat tajam Post-earthquake deformations using the CPT. In
dengan bertambahnya magnitudo gempa Mw = 7,5– Viana da Fonseca & Mayne (eds.): Proceedings ISC-
10 dan percepatan gempa maksimum amax = 0,4– 2 on Geotechnical and Geophysical Site
0,6g. Characterization, Millpress, Rotterdam, 233-252.
3 Potensi likuifaksi dan penurunan permukaan tanah Robertson P K., Wride C E., 1998, Evaluating cyclic
dipengaruhi tidak hanya oleh parameter seismik, liquefaction potential using the cone penetration test.
tetapi juga oleh litologi tanah. Canadian Geotechnical Journal 35: 442–459.
Seed H B, Idriss I M. 1971. Simplified procedure for
evaluating soil liquefaction potential. Journal of the
Soil Mechanics and Foundation Division ASCE
UCAPAN TERIMA KASIH
97(9): 1249−1273.
Soebowo, E., Tohari, A., Sarah, D., 2007, Study on
Naskah ini merupakan bagian dari hasil penelitian Liquefaction Potential of Opak Fault in Patalan,
“Mikro-Zonasi Potensi Likuifaksi dan Penurunan Tanah Bantul, Yogyakarta", Proceeding of Seminar on
Akibat Gempa Bumi” yang didanai oleh Universitas Geotechnology, Bandung, 3 December 2007, pp.
Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengucapkan 55-63
terima kasih atas dana yang diberikan melalui program Thant, M., Pramumijoyo, S., Hendrayana, H., Kawase,
Kompetisi Penelitian Dosen pada tahun 2010. H., Adi, A.D., 2010, Evaluation Of Strong Ground
Motion For Yogyakarta Depression Area, Indonesia,
5 DAFTAR PUSTAKA Journal of Southeast Asian Applied Geology 2(2):
81-94
Elnashai, A.S., Kim, S.J., Gun, Y.J., Sidarta, D., 2007, Tsuji, T., Yamamoto, K., Matsuoka, T., Yamada, Y.,
The Yogyakarta Earthquake of May 27, 2006, MAE Onishi, K., Bahar, A., Meilano, I., Abidin, H.Z.,
Center Report No. 07-02, 570p. 2009, Earthquake fault of the 26 May 2006
Ishihara K., 1993. Liquefaction and flow failure during Yogyakarta earthquake observed by SAR
earthquakes. 33rd Rankine Lecture, Geotechnique interferometry, Earth Planets Space 61: e29–e32
43(3): 349-415. UNEP/OCHA, 2007, Dam Integrity Assessment
Ishihara K., Yoshimine M., 1992. Evaluation of following the Yogyakarta Earthquake Indonesia,
settlement in sand deposits following liquefaction Consolidated report on activities undertaken through
during earthquake. Soils and Foundations JSSMFE the Monitoring and Information Centre of the
32 (1), pp. 173-188. European Commission & the Joint UNEP/OCHA
Iwasaki T., Tatsuoka F., Tokida K., Yasuda S,. 1978. A Environment Unit, Joint UNEP/OCHA Environment
practical method for assessing soil liquefaction Unit
potential based on case studies at various sites in Youd T L., Garris C T., 1995. Liquefaction – induced
Japan.Proceeding 2nd International Conference on ground surface disruption. Journal of Geotechnical
Microzonation, San Francisco, pp. 885–896 Engineering 121(11): 805 – 809.
Karnawati D., Husein S., Pramumijoyo S., Youd, T.L., Idriss, I.M., 2001, Liquefaction ressitance
Ratdomopurbo A., Watanabe K., Anderson R., 2007. of soils: summary report from the 1996 NCEER and
Earthquake Microzonation and Hazard Maps of the 1998 NCEER/NSF workshops on evaluation of
Bantul Area, Yogyakarta, Indonesia, The liquefaction resistance of soils. Journal of
Yogyakarta Earthquake of May 27, 2006. p. 7-1 to Geotechnical and Geoenvironmental Engineering
7-15, Star Publishing Company Inc. California. 127(4): 297-313.
Lee K L., Fitton J A., 1969. Factors affecting the cyclic Zhang, G., Robertson, P.K., Brachman, R.W.I., 2002,
loading strength of soil, in “Vibration Effect of Estimating liquefaction-induced ground settlements
Earthquakes in Soils and Foundations”, ASTM STP from CPT for level ground. Canadian Geotechnical
450: 71-95 Journal 39: 1168–1180

144

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai