Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN.. ................................................................................................... 2
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 2
1.2. Analisis Situasi ................................................................................................ 4
1.3. Maksud dan Tujuan........................................................................................ 6
1.4. Metodologi ..................................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN EMPIRIS ...................................................................... 7
2.1. Landasan Teoritis ........................................................................................... 8
2.2. Landasan Empiris ........................................................................................... 8
BAB III LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS DAN SOSIOLOGI .............................................. 12
3.1. Landasan Filosofis ........................................................................................ 12
3.2. Landasan Yuridis........................................................................................... 14
3.3. Landasan Sosiologis ..................................................................................... 16
BAB IV EVALUASI DAN ANALISIS PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT .......................... 17
BAB V RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK ................................................................ 19
5.1. Tujuan Dan Kegunaan .................................................................................. 20
5.2. Materi Dan Muatan...................................................................................... 20
5.3. Sanksi ............................................................................................................ 21
5.4. Penutup ........................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja pada bayi usia 0-6 bulan tanpa
pemberian makanan atau minuman tambahan seperti susu formula, jeruk, madu air teh, air putih
dan tanpa makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, bubur nasi, biscuit dan tim.
Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI
eksklusif serta meningkatkan anggka kesakitan pada bayi, selain itu belum ditemukan bukti bahwa
pemberian makanan tambahan untuk bayi dibawah 6 bulan akan menguntungkan bagi kesehatan
bayi, namun hasil yang diperoleh sebaliknya menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan bayi (1).

Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian ASI eksklusif dalam hal menurunkan
mortalitas dan morbiditas, mengoptimalkan partumbuhan, membantu perkembangan kecerdasan
anak dan merupakan salah satu metode kontrasepsi alami bagi ibu (1).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia melalui program perbaikan gizi


masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80%. Namun demikian angka
ini sulit untuk dicapai dan tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun. Data
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997-2007 memperlihatkan terjadinya
Penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 39,5% dan 32% pada tahun 2003
dan 2007 (2).

World Health Organization mendeklarasikan ASI eksklusif yang dikenal dengan Innocenti
Declaration dengan tujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberikan dukungan
terhadap praktik pemberian ASI eksklusif. UNICEF/WHO selanjutnya memberikan klarifikasi
tentang rekomendasi pemberian ASI yang kemudian diikuti oleh penetapan jangka waktu
pemberian ASI eksklusif oleh berbagai negara di dunia (3).
Praktik pemberian ASI eksklusif sering mengalami kegagalan. Menurut berbagai hasil penelitian,
alasan yang menyebabkan kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah
pemberian makanan pralaktal, pemberian susu formula, penghentian pemberian ASI oleh karena
status kesehatan ibu dan keinginan ibu untuk memberikan susu formula bagi bayinya. Faktor
predisposisi kegagalan ASI eksklusif yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan
faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak
difasilitasi untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD terbukti merupakan salah satu
metode yang dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif (2).

Aceh merupakan daerah dengan persentase anak stunting (balita pendek) tertinggi di Indonesia.
Kesadaran akan pentingnya ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi merupakan
kepercayaan dan telah lama dipraktikkan dalam masyarakat. Akan tetapi, persoalan pemberian
ASI terletak pada pengertian “eksklusif”. ……………..Husnaini, seorang nenek, memberikan putrinya
Zahira pisang dan madu ketika berusia tiga bulan. Namun hal tersebut berbeda dengan Zahira (26
tahun) putrinya. Berkat dukungan kader posyandu dan bidan di Posyandu Gampong Nusa,
persepsinya terhadap praktik menyusui telah berubah dan hanya memberikan ASI pada Kanza,
putrinya yang telah berusia tiga bulan. "Pemikiran saya berubah karena informasi tentang ASI
eksklusif yang saya peroleh dari Posyandu," kata Zahira”.

Hal yang juga disampaikan oleh Bidan Khairiyah, "umunya masyarakat akan mengasumsikan bayi
kelaparan ketika bayi menangis, itu sebabnya mereka berpikir ASI tidak cukup, dan mereka mulai
memberikan pisang terlalu dini". "Makanan pelengkap yang tepat dan aman hanya dapat diberikan
setelah enam bulan dengan tetap menyusui hingga dua tahun atau lebih," tambahnya. Sekarang,
sebagian besar perempuan di desa Nusa memilih untuk memberikan ASI eksklusif. "Namun hal
tersebut tidak mudah untuk dilakukan," jelas Khairiyah, yang merupakan bidan-satunya di desa.
Awalnya orang di desa menolak untuk mendengarkan dia, terutama nenek yang menghargai
kepercayaan tradisi dan budaya, tapi sekarang mereka memahami dan ibu muda seperti Zahira
membantunya mempromosikan pemberian ASI di desa.

Upaya untuk mempromosikan praktik pemberian makan yang baik harus tidak hanya pada ibu
tetapi pada orang-orang yang mempengaruhi keputusan seorang ibu, seperti ibu, ibu mertua, dan
suaminya. "hal yang paling sulit adalah meyakinkan ibu saya sendiri," kata Zahira. Tapi dia
beruntung bahwa sebelum melahirkan anak pertamanya, Zahira dan ibunya berdiskusi dengan
bidan di Puskesmas. Bidan Khairiyah yang mengajarinya bagaimana mengekspresikan air susu, dan
menjelaskan kepada ibunya pentingnya ASI eksklusif.

UNICEF memuji langkah yang diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan angka menyusui,
termasuk peraturan kesehatan baru yang melarang promosi pengganti ASI di fasilitas kesehatan
dan telah ada peraturan pemerintah tentang hak perempuan untuk menyusui. Hukum ini akan
memungkinkan negara ini menciptakan lingkungan yang memberdayakan perempuan untuk
menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama dan terus menyusui selama dua tahun atau
lebih.

1.2. Analisis Situasi


Pengetahuan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif bukan hal yang baru bagi masyarakat.
Anjuran dan manfaat pemberian ASI bagi ibu dan bayi terdapat dalam Al-Quran dan Hadist.
Disamping itu juga, terdapat rekomendasi dari pemerintah dan UNICEF/WHO. Namun adanya
anjuran agama, rekomendasi berbagai pihak serta dukung oleh pemerintah belum mampu
meningkatkan angka pemberian ASI bagi bayi.

Pemberian ASI dan makanan tambahan yang salah berakibat pada tingginya jumlah balita
penderita kurang gizi dan gizi buruk. Sekitar 6,7 juta balita atau 27,3% dari seluruh balita di
Indonesia menderita kurang gizi dan sebanyak 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk.
Pemberian ASI eksklusif oleh ibu untuk bayinya pada dasarnya merupakan suatu hak bagi bayi.
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 (4) masih sangat rendah yaitu dibawah target Kemenkes, dengan cakupan sebagai
berikut:
Grafik 1. Cakupan Pemberian ASI Saja Menurut Umur

Data diatas menjelaskan bahwa pemberian ASI eksklusif masih sangat rendah yaitu 30,2 persen.
Sementara cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Aceh berdasarkan data profil Kesehatan Aceh
Tahun 2012 (4) masih sangat rendah yaitu 27%, akan tetapi terjadi peningkatan persentase
pemberian ASI eksklusif di Aceh dari tahun 2008 - 2013 mencapai 48,1% (5) .

60
48.1
50
40
30.6
30 27

20 13.5
10.4 9
10
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 2. Cakupan ASI Esklusif Provinsi Aceh 2008 - 2013

Sementara itu menurut data Dinas Kesehatan Aceh Jaya cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Aceh
Jaya juga mengalami peningkatan dari tahun 2012 – 2013 (6), yaitu 50,3% pada tahun 2012, 61,7%
pada tahun 2013 dan 69,6% pada tahun 2013.
80 69.6
56.8 60.1
60

40

20

0
2012 2013 2014

Grafik.3 Cakupan ASI eksklusif Aceh Jaya

Rendahnya Praktik (cakupan) pemberian ASI Eksklusif ditenggarai dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya faktor sosial budaya, pengetahuan akan pentingnya ASI, dukungan jajaran kesehatan,
instansi terkait dan keluarga, ASI-nya tidak keluar, alasan kesehatan, karena waktunya tersita
untuk bekerja serta pemakaian susu formula. Kemudian permasalahn lain yang menyebabkan
rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif tersebut adalah ketersedian fasilitas atau sarana
menyusui (pojok ASI) yang kurang memadai serta kurang memenuhi syarat di tempat tempat
umum seperti kantor, dan tempat pelayanan umum lainnya.

1.3. Maksud dan Tujuan


Naskah akademik ini dimaksudkan sebagai dasar pemikiran terhadap penyusunan Rancangan
Qanun Kabupaten Aceh Jaya tentang kewajiban memeberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6.
Penyusunan Rancangan Qanun ini sendiri merupakan wujud konkrit agar dapat terselenggaranya
kewajiban hukum pemerintah Kabupaten Aceh Jaya sehingga bisa menjadi acuan dalam
melaksanakan hukum-hukum dan aturan tentang ASI eksklusif yang sudah ada sebelumnya.

Naskah akademik ini merupakan naskah yang memuat tentang peraturan dan landasan dasar yang
perlu diatur dalam rancangan qanun tersebut. Di dalam naskah akademik ini juga memuat
pertimbangan secara filosofis, yuridis, dan sosiologis. Hal ini dibuat bertujuan agar Rancangan
Qanun yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat, dapat diterima,
dilaksanakan dan tidak bertentangan dengan aturan yang ada. Pada intinya regulasi yang
dirumuskan ditujukan untuk melindungi kepentingan dan memberikan manfaat bersama-sama
yang lebih luas antara lain:
1) Memberikan landasan dan kerangka pemikiran bagi Rancangan Qanun tentang ASI
eksklusif.
2) Memberikan kajian dan kerangka filosofis, sosiologis, dan yuridis serta teknis tentang
perlunya Qanun Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif.
3) Mengkaji dan meneliti pokok-pokok materi apa harus ada dalam Rancangan Qanun
tentang pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif,
4) Melihat keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya sehingga jelas
kedudukan dan ketentuan yang diatur didalamnya

1.4. Metodologi
Penyusunan naskah akademik ini dilakukan dengan metode penelitian yudikatif normatif yang
dilakukan melalui studi literatur dan kepustakaan terutama menelaah data sekunder. Selanjutnya
dilakukan analisis situasi dilapangan melalui pengumpulan data kualitatif dengan mengunakan
metode Focus Group Discussion (FGD), In-depth Interview dan loka karya, yang bertujuan untuk
menggali informasi tentang situasi di daerah. Data selanjutnya dirumuskan menjadi rumusan
pasal-pasal yang dituangkan dalam Rancangan Qanun (Raqan). Metode ini dilandasi oleh teori dan
hukum yang juga berlandaskan pada kenyataan yang ada dalam masyarakat.

BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN EMPIRIS
2.1. Landasan Teoritis
ASI eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur enam
bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim.
Meskipun dalam Islam tidak secara tegas menjelaskan tentang ASI eksklusif, pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama didasari oleh bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan
tubuh bayi, pertumbuhan dan perkembangannya. Namun dalam Al-Qur’an, terdapat 3 ayat
menyebutkan lamanya waktu menyusui atau menyapih bayi (2).

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur
nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. ASI dalam
jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi
sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (7).

Pada tahun 2001 WHO menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama merupakan
nutrisi terbaik bagi kelangsungan hidup bayi. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI
eksklusif itu cukup empat bulan) tidak berlaku lagi (7).

2.2. Landasan Empiris


Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur
kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan
yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupan. Pemberian
ASI (menyusui) merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu, serta memberikan manfaat tak
terhingga bagi bayi (8), antara lain:
1) Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan
2) Bayi mendapatkan zat kekebalan tubuh serta perlindungan dan kehangatan melalui kontak
kulit dengan ibunya
3) Meningkatkan sensitivitas ibu akan kebutuhan bayinya
4) Mengurangi perdarahan serta konservasi zat besi, protein, dan zat gizi lainya.

Keuntungan menyusui eksklusif meningkat seiring lama menyusui selama enam bulan, dan
selanjutnya keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI
sampai dua tahu (9) (10), manfaat tersebut antara lain:
1) ASI mengandung nutrisi yang optimal baik kualitas maupun kuantitasnya
2) ASI meningkatkan kesehatan bayi
3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
4) ASI meningkatkan jalinan kasih saying ibu – anak
Asi Eksklusif terkait dengan stimulasi pendidikan, artinya menyusu eksklusif merupakan stimulasi
awal bagi bayi. Ketika seorang ibu menyusui, maka si ibu membelai, mengusap kepala si bayi,
mengeluarkan kata-kata memenuhi kebutuhan awal dari stimulasi atau pendidikan anak.
Kemudian, terkait dengan pertumbuhan seorang anak untuk menjadi manusia mencintai
sesamanya/spiritual yang yang baik. Dengan menyusu secara dini, maka secara dini bersosialisasi
sehingga emosionalnya lebih stabil (11).

Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kekurangan gizi dan dapat mencegah terjadinya
penyakit infeksi seperti diare, ISPA. Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif mempunyai risiko 17
lebih besar mengalami diare dan 3 – 4 kali berisiko lebih besar kemungkinan terkena Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
Sehingga Makanan pendamping ASI (MP-ASI) harus diberikan sesuai waktunya, tidak terlalu dini
maupun tidak terlambat (12).

Kehidupan manusia didunia ini dimulai dari periode bayi. Bayi sangat tergantung kepada ibunya
atau orang di sekitarnya. Salah satu kebutuhan pokok bayi adalah mendapatkan kebutuhan dasar
hidupnya yaitu mendapatkan ASI. Airsusu ibu (ASI) merupakan makanan pokok bayi karena Allah
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang telah mempersiapkan ASI sebelum bayi lahir. Sebagai
makanan pokok yang telah dipersiapkan, tentu saja ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan
oleh bayi dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Sebagai warga negara Indonesia, negara
memberikan jaminan yang diberikan negara agar bayi mendapatkan haknya.

Penerapan ASI eksklusif 6 bulan harus didukung oleh berbagai kebijakan seperti cuti untuk ibu
menyusui, undang-undang pemasaran susu formula, sanksi untuk Iklan susu formula, sanksi untuk
bidan yang memberikan dan mengenalkan susu formula kepada bayi, dan peningkatan kualitas
ante-natal care (1).

WHO/UNICEF dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding merekomendasikan
empat hal penting dalam pemberian makanan bayi dan anak, yaitu 1) Memberikan ASI kepada bayi
segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir; 2) Memberikan hanya ASI saja atau pemberian
ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan; 3) Memberikan makanan pendamping
ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan 4) Meneruskan pemberian ASI sampai
anak berusia 24 bulan atau lebih. Dengan demikian, rekomendasi WHO/UNICEF ini sejalan dengan
apa yang telah diperintahkan dalam Al-Qur’an (9).

Dalam berbagai regulasi yang ada mulai dari UUD 1945, UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui. ASI adalah cairan hidup yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim
dan hormon, serta protein spesifik, dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak. Dalam PP No. 33 2012 Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa ASI adalah cairan
hasil sekresi kelenjar payudara ibu. Berdasarkan pengertian ASI di atas, ASI memiliki keunggulan:
1) Kadar ASI bisa berubah sesuai dengan fase-fase pertumbuhan bayi.
2) Jumlah kalori dan zat gizi berubah berdasarkan keadaan bayi saat lahir, apakah ia lahir
prematur ataukah tepat waktu. Bila bayi lahir prematur, kadar lemak dan protein ASI lebih
tinggi daripada kebutuhan bayi umumnya, karena bayi prematur membutuhkan kalori
lebih banyak.
Kenggulan yang ada pada ASI di atas tidak bisa ditemui pada susu formula. Unsur-unsur sistem
kekebalan tubuh yang dibutuhkan bayi, sepertianticore atau sel pertahanan tubuh, sangat tersedia
dalam ASI. Ibaratnya mereka sebagai Paspampres, mempertahankan tubuh bayi yang sebenarnya
asing bagi mereka, dan melindungi sang bayi dari musuh. Selain itu, ASI merupakanantibakteri.
Perbedaanya dengan bakteri pada susu formula, bakteri bisa tumbuh dalam susu biasa yang
disimpan pada suhu kamar selama enam jam. Namun, tidak ada bakteri yang muncul dalam ASI
yang disimpan dalam suhu dan jangka waktu yang sama.

Masyarakat dan petugas kesehatan perlu memahami pentingnya ASI eksklusif dan praktek-praktek
pemberian makan bayi dan anak yang tepat, dan memberikan dukungan kepada para ibu. Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 menunjukkan bahwa kurang dari satu dari tiga bayi di
bawah usia enam bulan diberi ASI eksklusif dan hanya 41 persen anak usia 6-23 bulan menerima
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan praktek-praktek yang direkomendasikan
tentang pengaturan waktu, frekuensi dan kualitas (13).
BAB III
LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS DAN SOSIOLOGI

3.1. Landasan Filosofis


ASI sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah Swt untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam
air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh
bayi yang masih muda. Pada saat yang sama. ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan-makanan
tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan teknologi masa kini tidak mampu menandingi
keunggulan makanan ajaib ini.

[An-Nisa, S.4 : 9]

َ ً‫هللا َو ْليَقُولُ ْوا قَ ْوال‬


‫س ِد ْيدًا‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا‬ ِ ً‫ش الَّ ِذيْنَ لَ ْوت َ َر ُك ْوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذُ ِريَّة‬
َ ‫ض َعافًا خَافُوا‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
Terjemahannya :
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”

[Al-Ahqaf, S.46 : 15]

ُ‫صالُه‬ َ ‫سانًا َح َملَتْهُ أُمهُ ُك ْر ًها َو َو‬


َ ِ‫ض َعتْهُ ُك ْر ًها َو َح ْملُهُ َوف‬ َ ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه ِإ ْح‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو َو‬
َ َ‫ث َ ََلثُون‬
‫ش ْه ًرا‬
Terjemahannya :
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, …”
[Al-Baqarah, S.2 : 233]

‫ضا َعةَ َو َعلَى ا ْل َم ْولُو ِد‬ َ ‫الر‬ َّ ‫املَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يُتِ َّم‬
ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْو ََلدَ ُه َّن َح ْولَي ِْن َك‬ ِ ‫َو ْال َوا ِلدَاتُ يُ ْر‬
‫املَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يُتِ َّم‬
ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْوَلدَ ُه َّن َح ْولَي ِْن َك‬ ِ ‫لَهُ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِك ْس َوت ُ ُهنّ َو ْال َوا ِلدَاتُ يُ ْر‬
َ‫ضا َعة‬َ ‫الر‬َّ
Terjemahannya :
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun secara penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan”

[ Luqman, S.31 : 14]

َ ِ‫سانَ بِ َوا ِل َد ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَي َو ْهن َوف‬


‫صالُهُ فِي َعا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي‬ َ ‫َااإل ْن‬
ِ ‫ص ْين‬ َّ ‫َو َو‬
)14(‫صي ُْر‬ ِ ‫ي ال َم‬َّ َ‫َو ِل َوا ِل َدي َْك ِإل‬
Terjemahannya
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.

Hadits yang berkaitan tentang ASI yakni :


Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda

ٌ‫ـي ُكلٌ َخيْر‬


ٌْ ِ‫ْفٌ َوف‬
ِ ‫ض ِعي‬ ٌِ ‫ّللا ِمنٌَ ْلـ ُمؤْ ِم‬
َّ ‫ن ال‬ ٌَِّ ‫ن ْالقَ ِوىٌ َخيْرٌ َوٌأ َ َحبٌ ِإلَى‬
ٌُ ‫ْال ُمؤْ ِم‬
Terjemahannya
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah; dan
pada keduanya ada kebaikan (HR. Muslim)”.

Kontrol dan pengendalian merupakan aspek dalam dakwah Islam. Agama Islam sangat
menghendaki adanya kontrol sehingga memberikan keselamatan, kebahagiaan dan kedamaian
dalam (14). Tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak asasi manusia dan hak bayi
untuk mendapatkan ASI dilindungi di dalam Konstitusi Indonesia dan sejumlah peraturan
perundang-undangan. Walaupun kenyataannya banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI dan
menjadi korban tindak kekerasan dan pelanggaran HAM masih terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selama belum ada aturan yang jelas untuk melindungi
hak perempuan yang bekerja di pabrik peternakan dan pertanian, bagaimana mereka tetap dapat
menjalankan hak dan memenuhi kebutuhan ASI bayinya? PP ASI dibentuk dalam rangka
memberikan perlindungan kepada Bayi untuk mendapat haknya atas air susu ibu eksklusif (14).

3.2. Landasan Yuridis


Pemerintah dalam mewujudkan tanggung jawabnya dalam pemenuhan hak bayi dalam
mendapatkan kebutuhannya dan telah menempatkan pengaturan pemberian ASI dalam Undang-
Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 (“UU No. 36/2009”), yaitu dalam;
Pasal 128
1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan kecuali atas indikasi medis;
2) Pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu
bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus;
3) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat juga bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas khusus di tempat kerja dan tempat sarana umum.

Pasal 129 sebagai Pasal pendelegasian untuk mengatur lebih lanjut teknis dari perintah pasal 128
UU No. 36/2009:
1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi
untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif.
2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Dalam Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. UUD 1945 secara tegas menjelaskan ada hak setiap anak dalam hal ini termasuk
bayi, untuk mendapatkan asupan makanan yang sesuai dengan perkembangan pisiknya. Bayi
dengan demikian berhak mendapatkan ASI agar bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Selain itu menurut Undang Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 128 ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu Eksklusif [1] sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan. Bayi setelah 30 menit dari kelahirannya [2] sampai 6 (enam) bulan bayi
hanya diberikan air susu ibu saja tanpa makanan atau minuman lain. Setelah usia 6 bulan, anak
tetap menerima pemberian ASI dengan makanan tambahan sampai anak berusia 2 tahun.

Dalam ayat (2) pasal 128 Undang Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga menyebutkan
bahwa selama pemberian Air Susu Ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus.

Konsistensi terhadap ketentuan di atas diiringi dengan ditetapkannya Undang-Undang No.44


Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Pada pasal 29 huruf i Rumah Sakit diwajibkan untuk
menyediakan sarana prasarana umum yang antara lain sarana untuk wanita menyusui dan anak-
anak. Secara nyata sekarang di berbagai fasilitas umum seperti mall, bandara, dan fasilitas umum
lainnya disediakan ruangan khusus untuk ibu menyusui. Sehingga dengan fasilitas tersebut ibu
yang menyusui dapat memberikan ASInya di tempat khusus secara leluasa dan aman (7) (13).

Undang undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pun memberikan pesan yang sama,
pada pasal 44 ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh
derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan (1). Kepmenkes No. 450/2004 tentang
Pemberian ASI Secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia terdiri atas lima ketetapan termasuk
penetapan mengenai pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai dengan usia
anak 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang seusai. Juga ditetapkan bahwa tenaga
kesehatan agar menginformasikan kepada ibu mengenai anjuran ASI eksklusif. Pemberian
informasi dianjurkan untuk mengacu pada 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).

Regulasi yang mengatur hak bayi untuk mendapatkan ASI sampai usianya 2 (dua) tahun telah
sangat jelas dengan segala fasilitas pendukungnya, namun dalam realitasnya masih banyak ibu
yang tidak memberikan ASI kepada anak bayinya dan menggantinya dengan susu formula (sufor).
Pandangan yang sangat bias gender, karena meskipun pada hakikatnya perempuan yang memiliki
kodrat untuk menyusui, namun laki-laki sangat berperan penting dalam memberikan dukungan
bagi ibu untuk terus menyusui sehingga tercapai keberhasilan menyusui eksklusif hingga usia anak
6 bulan dan dilanjutkan dengan ASI dan Makanan Pendamping ASI hingga anak berusia dua tahun
(7) (13).

Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam menghadapi situasi dan kondisi sekarang, perlu untuk
memahami substansi pemberian ASI yang sesungguhnya. Sehingga pemberian ASI bukan hanya
dari ibu kandung sendiri. Dalam Islam, ada isyarat dari Q.S. Baqarah [2]: 233 yang membenarkan
ASI lain.[5] Ayat ini memberikan prioritas memberikan ASI ditujukan kepada ibu kandung, namun
di penghujung ayat Allah memperbolehkan Air Susu Ibu lain (Ibu Susu). Ayat ini dapat dijadikan
sebagai legalisasi terhadap kebolehan untuk pemberian ASI kepada anak sampai usia 2 tahun, baik
dari ibu kandung atau pun ibu susu. Untuk keperluan itu, ayat dan Hadis yang mengatur tentang
hadiah harus dipahami sesuai dengan konteksnya dan komprehensif (18) (4).

Berdasarkan keterangan di atas, dalam pemberian ASI, ada kemungkinan dari Ibu kandung atau
Ibu Susu, namun dalam realitasnya sangat jarang Ibu kandung menggunakan jasa Ibu Susu dan
lebih memilih susu formula yang dari berbagai aspeknya susu formula tentu saja tidak dapat
sebagai pengganti ASI (1).

Perlu diperhatikan pergeseran-pergeseran yang terjadi pada ranah demografi dan sosial-ekonomi.
Pemberian ASI eksklusif bagi ibu pekerja, misalnya, belum diakomodasi oleh peraturan yang ada.
Padahal tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat terus persentasenya. Dari segi
peraturan ketenagakerjaan (Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13/2003 Pasal 81), lama cuti
hamil dan melahirkan hanya 3 bulan. ini tentu tidak cukup bagi pelaksanaan ASI eksklusif 6 bulan
kecuali jika difasilitasi dengan instrumen penyimpan ASI baik di rumah maupun di tempat kerja (15).

3.3. Landasan Sosiologis


UNICEF menyebutkan bahwa terdapat 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian
anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam
bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi.
Penerapan rekomendasi pola pemberian makan terbaik tersebut belum dilaksanakan dengan baik
khususnya dalam hal pemberian ASI Eksklusif 6 bulan (15).

Peraturan Pemerintah tentang ASI memperkuat kegiatan pemberian ASI eksklusif kepada bayi dan
memperkuat kegiatan kader-kader kesehatan di posyandu dan puskesmas serta puskesmas
pembantu, dimana mereka melakukan sosialisasi mendorong ibu-ibu untuk menyusui secara
eksklusif sampai usia enam bulan, dan melanjutkan pemberian ASI hingga usia anak dua tahun,
dengan didampingi makanan alami dan/atau masakan rumah (15).

Setelah melihat dari landasan filosofis dan landasan yuridis, maka dilihat pula dari landasan
sosiologis tentang pemberian ASI eksklusif merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat
dan unsur pemerintahan selaku pemegang kebijakakan dan pelaksana program khusussnya
program tentang pemeberian ASI eksklusif. Dalam hal ini masyarakat (keluarga) adalah pemeran
utama dalam melaksanakan peraturan yang sudah ada, setiap orang harus menyadari betapa
pentingnya ASI secara eksklusif diberikan pada bayi. Maka dari itu sangat diperlukannya sebuah
hukum untuk mengatur pelaksanaannya sehingga hak bayi dan pemenuhan kebutuhannya bisa
terlaksana dengan baik. Landasan hukum tersebut berperan sebagai aspek komunikasi, media dan
agama. ASI eksklusif merupakan sesuatu yang universal dan dapat dikaji dalam berbagai sudut
pandang bidang keilmuan, seperti kesehatan, agama dan kebijakan. Praktek menyusui atau
pemberian ASI eksklusif merupakan bentuk perilaku kesehatan masyarakat. Perilaku dalam
Islam biasa disebut sebagai akhlak (16).

Tidak ada alasan bagi ibu untuk tidak memberikan ASI. Seharusnya ibu memberikan ASI nya untuk
hak anaknya.Ibu-ibu karier yang mengetahui keutamaan ASI dibanding makanan bayi lainnya tentu
ibu tidak akan lekas menyapih anaknya. Kalaupun tidak bisa karena tuntutan karier, apa boleh
buat. Zaman Rasulullah, pernah ada seorang ibu yang air susunya terus mengalir terus tanpa
berhenti. Yaitu Halimah, sekaligus yang menyusui Nabi Muhammad SAW (16).

BAB IV
EVALUASI DAN ANALISIS PERUNDANG - UNDANGAN TERKAIT
Untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 1990 pemerintah
mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI Pemberian ASI. Selain itu undang
No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 22. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.450/MENKES/IV/2004 tanggal 7 April 2004 berisi tentang Pemberian ASI
secara eksklusif pada bayi di Indonesia selama 6 bulan. Peraturan lain yang mendukung ASI adalah
Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan Menteri Kesehatan tentang peningkatan pemberian ASI selama waktu kerja di
tempat kerja. Peraturan lain yang mendukung ASI adalah Peraturan Bersama Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan
tentang peningkatan pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja (17).

Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, pemerintah
telah membuat dasar regulasi peraturan pendukung ASI yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (17).

Untuk kabupaten Aceh Jaya hingga saat ini belum mempunyai sebuah kebijakan khusus tentang
ASI Eksklusif seperti Peraturan Daerah (qanun) maupun perbub. Selain Undang – Undang
Kesehatan No 36 Tahun 2009 dan peraturan lainnya di tingkat nasioanl maupun di tingkat
pemerintahan Aceh seperti Nomor Qanun Aceh No 4 Tahun 2010, Landasan hukum yang
digunakan adalah Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 33 tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif, dan Peraturan Bupaten Aceh
Jaya Nomor 16 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Perjanjian Paket (BOH HATE MA).

Tidak adanya Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati menyebabkan tidak adanya petunjuk
pelaksanaan yang mengatur lebih lanjut tentang teknis operasional pelaksanaan ASI Eksklusif. Hal
ini bisa berpengaruh juga terhadap komitmen dan kepatuhan tenaga kesehatan. Komitmen yang
tepat serta kepatuhan terhadap aturan dari tenaga kesehatan merupakan hal yang penting dalam
pelaksanaan program ASI Eksklusif. Komitmen dari tenaga kesehatan, hal ini dapat dikaitkan
dengan tidak adanya sanksi bagi yang melanggar atau reward bagi yang mendukung pelaksanaan
ASI Eksklusif (17).
BAB V
RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK
5.1. Tujuan Dan Kegunaan
Sebagai Initiatives for Governance Innovation dalam mewujudkan kepedulian civitas kademika
terhadap upaya pewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik dan
memadai. Dengan lahirnya Rancangan Qanun diharapkan dapat menjadi sebuah peraturan yang
sah sebagai dasar kontrol pemerintah dalam meletakkan prioritas utama program Air Susu Ibu
(ASI) sebagai elemen paling fundamental dalam meletakkan dasar – dasar kesehatan masyarakat:
1) Meningkatkan upaya pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif dengan membangun
sistem peraturan dan perundang-undangan (qanun) yang komprehensif.
2) Menjamin layanan yang komprehensif meliputi layanan inisiasi menyusu dini (IMD) dan
fasilitas layanan menyusu di tempat kerja dan tempat-tempat umum lainnya.

Dipahami bahwa ASI Eksklusif telah terbukti sebagai makanan terbaik bagi bayi sekaligus titik
simpul terpenting dalam membangun fondasi tumbuh kembang anak yang berkualitas dan cerdas.
Dalam jangka panjang, pemberian ASI Eksklusif minimal 6 bulan sampai dengan 2 tahun disamping
terbukti telah melahirkan generasi yang cerdas dan sehat juga memberikan dampak kesehatan
bagi Ibu pada khususnya dan kesehatan masyarakat pada umumnya.

5.2. Materi Dan Muatan


Materi yang akan diatur dalam Rancangan Qanun Ini Adalah:
1) membuat kebijakan tertulis tentang menyusui eksklusif dan dikomunikasikan kepada
semua staf pelayanan kesehatan;
2) melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan menyusui
eksklusif tersebut;
3) menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui
eksklusif;
4) membantu ibu dalam melakukan proses inisiasi menyusu dini (“IMD”) dalam waktu
sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit pertama persalinan;
5) Peyediaan fasilitas menyusui di tempat – tempat umum.
5.3. Sanksi
Jenis sanksi yang dapat dikenakan adalah berupa sanksi administratif oleh pejabat yang
berwenang yaitu:
1) teguran lisan,
2) teguran tertulis
3) denda
4) sanksi pidana
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif akan diatur
kemudian dengan Qanun.

5.4. Penutup
Bayi mempunyai hak untuk mendapatkan ASI sebagai makanan pokok yang cocok
untuknya. Bahkan pada 6 bulan pertama si anak tidak boleh diberi makanan pengganti ASI (susu
formula). Sampai usia 2 tahun, anak tetap harus mendapatkan ASI dengan makanan tambahan.
Namun dalam realitas, banyak ibu yang menggunakan susu formula dan makanan tambahan
lainnya untuk bayinya bahkan sejak hari pertama kelahirannya.

Aturan agama dan negara sudah menjamin bayi mendapatkan ASI dari ibu kandungnya atau ibu
lain. Ibu kandung yang ditalak dan ibu lain yang memberikan ASI dibolehkan mendapatkan bayaran
dari ASI yang diberikannya dengan imbalan yang wajar. Ada perbedaan antara aturan agama
mengenai ASI dari ibu lain yang ASI-nya diberikan langsung, sedangkan dalam aturan negara
dengan donor ASI bisa disusukan langsung atau tidak, serta kebolehan susu formula hanya untuk
ibu yang secara medis tidak bisa memberikan ASI-nya dan tidak sanggup membayar ibu susu.

Solusi yang diberikan Islam sejak 15 abad yang lalu sangat luar biasa karena bayi hanya
mendapatkan ASI meski pun tidak dari ibu kandungnya. Adanya aturan bayaran kepada Ibu lain,
jelas saling membantu. Ibu lain dengan dana yang diterima sebagai imbalan dari ASInya dapat
memenuhi kebutuhan gizinya dan dapat memproduksi ASI yang berkualitas, sementara Ibu yang
menggunakan ASI ibu lain tersebut dapat menerima ASI yang berkualitas untuk anaknya.
Dirokemendasikan kepada para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Jika
karena alasan kesehatan si ibu tidak bisa memberikan ASI maka cara satu-satunya adalah dengan
ASI dari ibu lain yang telah memenuhi kriteria yang sudah ditentukan sehat jasmanai,
rohani/mental dan memiliki ASI sehat dan berkualitas.

Pemerintah Pusat dan Daerah dapat melaksanakan amanah aturan yang telah ditetapkan.
Mengawasi dan mengevaluasi sehingga ada jaminan bahwa ASI dapat diterima oleh bayi sebagai
salah satu pemenuhan haknya. Selanjutnya menentukan atau membuat sebuah peraturan yang
berlaku efektif, dan keseluruhan aspek telah siap dengan matang dan juga berdasarkan analisis
sehingga Peraturan akan dapat memperkuat peraturan yang telah ada sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fikawati,Sandra & Syafiq, Ahmad. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif
dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. MAKARA-KESEHATAN. 2010 JUNI; 14(01).

2. Roesli, Utami. Mengenal ASI EKSKLUSIF Jakarta: Trubus Agriwidya; 2005.


3. Rusli U. Inisiasi Menyusu Dini Jakarta: Pustaka Bunda; 2010.

4. Lampiran Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. tentang


Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. No. 02 tahun 2010.

5. Kemenkes,RI. Riset Kesehatan Dasar Jakarta: BALITBANGKES; 2013.

6. Riskinani, Ria. Keajaiban Air Susu Ibu Jakarta: Dunia Sehat; 2010.

7. Undang-Undang Perlindungan Anak. Air susu Ibu Eksklusif adalah pemberian hanya air susu
ibu saja tanpa makanan atau minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berusia enam
bulan. Nomor 23 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 3 Permen PP dan PA.

8. Dinkes Aceh. Profil Kesehatan Aceh 2012 Banda Aceh; 2013.

9. Dinkes Aceh. Profil Kesehatan Aceh 2013 Banda Aceh; 2014.

10. Dinkes Aceh Jaya. Data Cakupan Asi Eksklusif. Calang; 2014.

11. Adriani & Wirjatmadi. Peran Gizi Dalam Siklus Kehidupan Jakarta: Kencana Perdana Media
Group; 2012.

12. UNICEF. Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak. [Online].; 2012 [cited 2014 nopember 15.
Available from: www.unicef.co.id.

13. Peraturan Pemerintah. tentang Pemberian ASI Eksklusif Pasal 1 ayat 5. Nomor 33 Tahun 2012.

14. Enizar, Yazar. Ibu Berikan Asi Mu. [Online].; 2011 [cited 2014 November 14. Available from:
www.enizar.stain.blogspot.com.

15. Riyadi, Slamet. Tinjauan Terhadap Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif, Perpekstif Regulasi. [Online].; 2013 [cited 2014 Nopember 15 2014. Available from:
www.gizikia.go.id.

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif , h. 2.
Nomor 33 Tahun 2012.

17. Peraturan Menteri Negara Pember dayaan perempuan Dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. Tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Nomor 03
Tahun 2010.

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Nomor
33 Tahun 2012.

19. Kurniasih, dkk. Sehat dan bUgar Berkat Gizi Seimbang Jakarta: Kompas Gramedia; 2010.
20. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. tentang Penerapan
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Nomor 02 tahun 2010.

21. Dewi, Ayunovita , dkk. Analisis Implementasi Kebijakan Asi Eksklusif di Tingkat Kabupaten
kebumen. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2014; 2(01).

22. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. Tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui pasal 1 ayat
2, h. 2. Nomor 03 Tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai