Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI

Jakarta, 15-16 Juni 2010

ANALISIS MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASIPADA INSTA LASI


RADIOLOGI RSUD DR. H. M. RABAIN MUARA ENIM TAHUN 2009

Rian Uthami1, Rini Mutahar2, dan Hamzah Hasyim2


1
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
2
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

ABSTRAK

Kegiatan radiologi rumah sakit selain membantu menegakkan diagnosa juga dapat menimbulkan bahaya bagi
radiografer, lingkungan kerja maupun masyarakat sekitar. Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan
dengan menerapkan aspek-aspek manajemen keselamatan radiasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis penerapan dan pelaksanaan manajemen keselamatan radiasi pada Instalasi Radiologi RSUD Dr.
H. M. Rabain Muara Enim. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Sumber
informasi berjumlah tujuh orang, ditambah dengan satu orang informan ahli. Berdasarkan hasil penelitian,
pelaksanaan manajemen keselamatan radiasi masih memerlukan perbaikan. Belum adanya struktur organisasi
proteksi radiasi, pemakaian film badge hanya saat pemantauan dosis, kurangnya kepatuhan pekerja
menggunakan peralatan proteksi, belum dilakukan pemantauan kesehatan, tidak melakukan kegiatan sesuai
dengan SOP dan belum semua radiografer mengikuti pelatihan serta masih kurangnya koordinasi antara
K3RS dengan instalasi radiologi. Saran penelitian adalah segera dibentuk struktur dan tata kerja organisasi
proteksi radiasi, mengembangkan budaya keselamatan agar semua radiografer bekerja dengan jaminan
kualitas, memberikan teguran atau sanksi bagi pekerja yang tidak bekerja sesuai dengan SOP, berkoordinasi
dengan pihak rumah sakit dan dokter K3 agar segera dilakukan pemeriksaan kesehatan, dan membuat
rencana pelatihan bagi radiografer.

Kata Kunci : manajemen keselamatan radiasi, instalasi radiologi, rumah sakit.

ABSTRACT

The radiological activity in the hospital not only helps to improve the result of the diagnosis but also gives
the effect for the radiation workers, the environment and people who live around radiation sources. It can be
prevented by implementing the aspects of radiation safety management. The objective of this research is to
analyze the application and implementation of radiation safety management at Dr H. M. Rabain Hospital
Muara Enim. This kind of the research is descriptive study by using qualitative approximation. Method of
research by depth interview, observation and study of documents. There are seven people and one expert
informant as the source of information in this research. Based of the results of the research, the
implementation of radiation safety management need to be improved. There are so many things that can be
improved such as it doesn’t have the structure organization of radiation protection, the using of the film
badges only when the dose monitoring, less of protective equipment, no health monitoring, the activity is not
comply to the standard operating procedures (SOP) and less of the training for the all of radiografer, and
less of coordinated between K3RS and radiology installation. As the suggestion of this research, it must be
made the structure organization of radiation protection , developing the safety culture so that all the
radiografer work by having the quality assurance, giving a reward and punishment for those workers who
works without doing standard operating procedures (SOP), making the coordination with the hospital and
doctors of safety so that it can be done medical check up for radiografer, and make planning and training
schedule for radiografer.

Keywords : radiation safety management, radiology installation, hospital

PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 154


Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI
Jakarta, 15-16 Juni 2010

I. PENDAHULUAN Kecelakaan radiasi yang pernah terjadi di


berbagai negara diantaranya di Brazil dengan
Pemanfaatan teknologi nuklir terus
sumber radiasi Cs-137 menyebabkan 4 orang
berkembang sejalan dengan perkembangan
meninggal karena dosis tinggi dan 249 orang
teknologi lain. Bidang industri dan kesehatan
terkontaminasi, di Costa Rika dengan sumber
adalah dua bidang utama pemanfaatan
radiasi Co-60 menyebabkan 13 orang
teknologi nuklir tersebut. Penggunaan radiasi
meninggal karena radiasi, sedangkan untuk di
untuk diagnostik, terapi, dan penggunaan
Indonesia sendiri pernah terjadi dua kasus,
radiofarmaka untuk kedokteran merupakan
yaitu di salah satu rumah sakit pada tahun
aplikasi teknik nuklir di bidang kesehatan
1998 dengan sumber radiasi LINAC
sedangkan aplikasi teknik nuklir di bidang
menyebabkan satu orang meninggal.
industri adalah penggunaan radiasi untuk
Kemudian kasus yang kedua terjadi pada tahun
radiografi, gauging, dan logging.
2000 dengan sumber radiasi Cs-137, tidak ada
Perbandingan pemakaian untuk radiasi buatan
korban jiwa dalam kasus ini karena sumber
pada kedua bidang tersebut adalah 85 % untuk
dapat dikembalikan ke wadahnya.4
kesehatan dan 15 % digunakan untuk industri.1
Bahaya lainnya yang dapat disebabkan
Data Bapeten menyebutkan bahwa
oleh radiasi sinar-X adalah kerusakan sel-sel
sebanyak 24 rumah sakit di Indonesia
jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
memanfaatkan radiasi untuk radiodiagnosis
munculnya kanker dan efek genetik berupa
(pemeriksaan) dan radioterapi (pengobatan).2
kecacatan pada keturunannya. Efek merugikan
Data statistik lain menunjukkan bahwa sekitar
itu berupa kerontokan rambut dan kerusakan
50% keputusan medis harus didasarkan pada
kulit. Diketahui bahwa pada tahun 1897 di
diagnosa sinar-X, bahkan untuk beberapa
Amerika Serikat dilaporkan adanya 69 kasus
negara maju angka tersebut bisa lebih besar. 3
kerusakan kulit yang disebabkan sinar-X,
Pelayanan radiologi harus memperhatikan
sedang pada tahun 1902 angka yang
aspek keselamatan kerja radiasi. Kegiatan
dilaporkan meningkat menjadi 170 kasus. Pada
tersebut selain memberikan manfaat juga dapat
tahun 1911 di Jerman juga dilaporkan adanya
menyebabkan bahaya, baik itu bagi pekerja
94 kasus tumor yang disebabkan oleh sinar-X.3
radiasi, masyarakat umum maupun lingkungan
Efek ini biasanya muncul dalam waktu
sekitar. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
lama karena penerimaan dosis radiasi yang
pemanfaatan radiasi pengion adalah timbulnya
rendah. Namun hal tersebut tetap harus
efek radiasi baik yang bersifat non stokastik,
diwaspadai. Oleh karena itu perlu adanya
stokastik maupun efek genetik. Selain itu
aturan yang mengatur tentang keselamatan dan
pemanfaatan radiasi yang tidak sesuai standar
kesehatan kerja terhadap radiasi. Di Indonesia
juga dapat menyebabkan kecelakaan radiasi.
keselamatan kerja diatur dalam Peraturan

PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 155


Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI
Jakarta, 15-16 Juni 2010

Pemerintah Nomor 11 tahun 1975, dan khusus II. METODE PENELITIAN


untuk keselamatan dan kesehatan terhadap
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
pemanfaatan radiasi pengion terdapat dalam
dengan pendekatan kualitatif. Metode
Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000.
penelitian dengan wawancara mendalam,
Berdasarkan peraturan tersebut setiap instansi
observasi dan telaah dokumen. Sumber
yang menggunakan radiasi pengion wajib
informasi dalam penelitian ini berjumlah tujuh
menerapkan Manajemen Keselamatan Radiasi
orang, ditambah dengan satu orang informan
sabagai usaha pencegahan dan
ahli.
penanggulangan kecelakaan radiasi. Elemen-
elemen yang termasuk dalam manajemen
III. HASIL PENELITIAN
keselamatan radiasi antara lain organisasi
Secara praktek, proteksi radiasi telah
proteksi radiasi, pemantauan dosis radiasi dan
dilaksanakan, namun belum ada struktur
radioaktivitas, peralatan proteksi radiasi,
organisasi proteksi radiasi. Sejauh ini baru ada
pemeriksaan kesehatan, penyimpanan
satu orang radiografer yang menjadi petugas
dokumen, jaminan kualitas dan pendidikan dan
proteksi radiasi (PPR).
pelatihan.
Untuk pemantauan dosis radiasi dilakukan
Meningkatnya jumlah pelayanan kesehatan
dengan menggunakan film badge dan
di rumah sakit tersebut sejalan dengan
dilakukan setiap bulan. Dari hasil pemantauan
peningkatan penggunaan fasilitas pelayanan
dosis tersebut diketahui dosisnya masih berada
radiologi sebagai fasilitas penunjang medik
di bawah NBD, yaitu 10 mrem. Berdasarkan
dalam pelaksanaan klinis pasien. Sebagai
hasil observasi diketahui bahwa pemakaian
rumah sakit dengan fasilitas pelayanan
film badge ini hanya digunakan pada saat
radiologi yang menggunakan radiasi pengion
pemantauan dosis saja. Selain itu dalam
(sinar-X) untuk kegiatan foto rontgen maka
pengawasan perlindungan radiasi belum ada
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63
kerja sama antara pihak K3RS dengan instalasi
Tahun 2000 RSUD Dr. H. M. Rabain
radiologi.
Kabupaten Muara Enim wajib menerapkan
Dari aspek peralatan proteksi radiasi yang
Manajemen Keselamatan Radiasi
disediakan adalah apron, tabir Pb, kaca Pb dan
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
kacamata radiasi. Walaupun peralatan proteksi
penerapan dan pelaksanaan manajemen
tersebut telah disediakan oleh pihak rumah
keselamatan radiasi pada Instalasi Radiologi
sakit, namun tidak semua radiografer
RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim tahun
menggunakannya, hanya radiografer yang
2009.
hamil saja yang menggunakan apron saat
bekerja. Dari hasil observasi didapat bahwa
selain peralatan tersebut di atas untuk proteksi

PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 156


Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI
Jakarta, 15-16 Juni 2010

radiasi juga dipasang tanda radiasi, tanda Sedanglkan dari aspek pendidikan dan
peringatan dan lampu indikator di depan pintu pelatihan, semua radiografer bekerja sesuai
masuk pasien. Selain itu dalam pemantauan dengan latar belakang pendidikannya, yaitu
cara pemakaian alat pelindung diri (APD) yang ATRO. Sedangkan untuk pelatihan yang
benar dan inventaris APD pihak instalasi pernah diikuti baru ada tiga orang radiografer
radiologi belum bekerja sama secara optimal yang pernah ikut pelatihan.
dengan pihak K3RS
Untuk pemeriksaan kesehatan, semua IV. PEMBAHASAN
radiografer belum pernah melakukan
Sejauh ini belum ada struktur organisasi
pemeriksaan kesehatan khusus radiografer.
proteksi radiasi dan baru ada satu orang
Pemeriksaan kesehatan yang pernah mereka
radiografer yang menjadi petugas proteksi
lakukan hanya medical check up umum untuk
radiasi (PPR). Dari hasil observasi dan telaah
PNS.
dokumen pun diketahui bahwa memang belum
Sedangkan untuk petugas yang
adanya struktur organisasi proteksi radiasi.
bertanggung jawab terhadap dokumen-
Seorang pekerja radiasi yang telah teruji
dokumen yang berkaitan dengan keselamatan
kecakapannya pun tidak selalu dapat
radiasi dan instalasi radiologi adalah Kepala
memikirkan dan melaksanakan semua
Ruangan Radiologi yang sekaligus adalah
persyaratan keselamatan karena kesibukannya.
petugas proteksi radiasi. Dokumen-dokumen
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu
tersebut terus disimpan selama instalasi masih
organisasi proteksi radiasi yang efesien dan
beroperasi.
efektif. Tanggung jawab, kewajiban dan
Jaminan kualitas pun telah dijalankan
wewenang harus dinyatakan dengan jelas.5
dengan telah terpenuhinya syarat kontruksi
Proteksi radiasi yang baik bergantung pada
instalasi dan telah dibuatnya Standar
organisasi proteksi radiasi yang efektif.
Operasional Prosedur. Namun dari hasil
Pemantauan dosis radiasi dilakukan
observasi masih ditemukan radiografer yang
dengan menggunakan film badge dan dosisnya
bekerja tidak sesuai dengan Standar
masih berada di bawah NBD, yaitu 10 mrem.
Operasional Prosedur, tindakan yang tidak
Dari hasil telaah dokumen membuktikan
sesuai dengan SOP yang paling sering
bahwa paparan radiasi yang diterima
dilakukan adalah pesawat sinar-X tidak
radiografer berada di bawah nilai batas dosis
dikembalikan pada kondisi minimum saat
(NBD). Film badge adalah tipe alat monitor
selesai dipakai dan radiografer jarang
radiasi yang sering digunakan dan ekonomis.
menggunakan baju apron saat bekerja selama
(p.202).6 Menurut Surat Keputusan Kepala
aktifitas pemeotretan dengan sinar-X.
Bapeten nomor 01/Ka-Bapeten/V-99 tentang
Kesehatan Terhadap Radiasi Pengion, nilai

PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 157


Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI
Jakarta, 15-16 Juni 2010

batas dosis (NBD) bagi pekerja radiasi yaitu di radiasi agar selalu terkontrol radiasi yang
bawah 50 mSv per tahun atau 5000 mrem per diterima oleh pekerja tersebut.8 Dari hasil
tahun.7 observasi didapat bahwa selain peralatan
Namun dari hasil observasi diketahui tersebut di atas untuk proteksi radiasi juga
bahwa pemakaian film badge ini hanya dipasang tanda radiasi, tanda peringatan dan
digunakan pada saat pemantauan dosis saja. lampu indikator di depan pintu masuk pasien.
Hal ini disebabkan hasil pengukuran dosis Untuk menjamin keselamatan dalam
radiasi di sekitar (di luar seluruh dinding penggunaan radiasi pengion, perlu diterapkan
penahan) instalasi radiasi adalah 0,00 mrem sistem pengawasan kesehatan dan keselamatan
pada saat dilakukan penyinaran sehingga pekerja radiasi yang ketat meliputi
timbul anggapan dari radiografer bahwa pengawasan dosis radiasi dan pemeriksaan
mereka tidak perlu menggunakan film badge kesehatan pekerja radiasi tahunan.9 Namun
karena perbedaan paparan radiasi tiap hari semua belum pernah melakukan pemeriksaan
tidak berbeda terlalu jauh. Selain itu dalam kesehatan khusus radiografer. Pemeriksaan
pengawasan perlindungan radiasi perlu adanya kesehatan yang pernah mereka lakukan hanya
koordinasi dan kerja sama dengan Pihak K3 medical check up umum untuk PNS. Pimpinan
rumah sakit untuk mencapai hasil yang rumah sakit harus benar-benar memperhatikan
optimal. pemeriksaan kesehatan radiografer sebagai
Dari aspek peralatan proteksi radiasi, bentuk komitmen terhadap keselamatan
peralatan yang disediakan adalah apron, tabir radiasi. Pemeriksaan kesehatan pekerja sangat
Pb, kaca Pb dan kacamata radiasi. Walaupun penting untuk mengetahui arah perkembangan
peralatan proteksi tersebut telah disediakan kesehatan pekerja dan dapat dimungkinkan
oleh pihak rumah sakit, namun tidak semua untuk mencari hubungan kausal antara radiasi
radiografer menggunakannya, hanya pengion dengan gangguan yang bersifat
radiografer yang hamil saja yang patologik
menggunakan apron saat bekerja. Mereka Sedangkan dari aspek penyimpanan
cenderung malas menggunakan apron karena dokumentasi, petugas yang bertanggung jawab
pemakaian apron yang ribet dan berat terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan
disamping karena alasan pasien emergency dengan keselamatan radiasi dan instalasi
yang membutuhkan tindakan cepat. Kurangnya radiologi adalah Kepala Ruangan Radiologi
kesadaran ini disebabkan kurangnya fungsi yang sekaligus adalah petugas proteksi radiasi.
kontrol dari manajemen K3 rumah sakit, oleh Dokumen-dokumen tersebut terus disimpan
karena itu perlu adanya koordinasi dan kerja selama instalasi masih beroperasi. Semua
sama dengan Pihak K3RS. Padahal radiografer catatan medik pekerja radiasi harus disimpan
harus selalu menggunakan peralatan proteksi untuk waktu lama, bahkan setelah pekerja

PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 158


Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI
Jakarta, 15-16 Juni 2010

pensiun.8 Catatan riwayat dosis pekerja radiasi latar belakang pendidikannya, yaitu ATRO
ini harus disimpan dalam jangka waktu yang atau D3 rontgen. Sedangkan untuk pelatihan
cukup lama, kurang lebih 30 tahun, mengingat yang pernah diikuti baru ada tiga orang
kemungkinan timbulnya penyakit akibat radiografer yang pernah ikut pelatihan.
radiasi muncul dalam selang waktu yang Pembinaan dan pengembangan sumberdaya
cukup lama.9 manusia adalah syarat mutlak dalam rangka
Untuk jaminan kualitas telah dijalankan mendukung upaya pemanfaatan tenaga nuklir
dengan telah terpenuhinya syarat kontruksi dengan tingkat keselamatan yang tinggi.3
instalasi dan telah dibuatnya Standar
Operasional Prosedur. Hal ini dibuktikan V. KESIMPULAN
dengan hasil observasi dan telaah dokumen.
1. Dari elemen organisasi proteksi radiasi,
Jaminan kualitas adalah suatu rangkaian
telah memiliki seorang petugas proteksi
tindakan yang sistematik dan terencana yang
radiasi dan telah menjalankan tugas-tugas
diperlukan untuk memperoleh keyakinan
proteksi. Namun tugas dan tanggung
bahwa struktur, sistem dan komponen instalasi
jawab tersebut belum tertuang ke dalam
radiografi akan berfungsi secara memuaskan.
sebuah struktur organisasi resmi proteksi
Memuaskan berarti terpenuhinya persyaratan
radiasi.
kehandalan, ketersediaan, kemudahan
2. Dari elemen pemantauan dosis dan
5
pemeliharaan, keselamatan dan keamanan.
radioaktivitas, telah dilakukan pemantauan
Namun dari hasil observasi masih
dosis perorangan secara rutin setiap bulan
ditemukan radiografer yang bekerja tidak
dengan menggunakan film badge. Dari
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur,
hasil pemantauan dosis tersebut, diketahui
tindakan yang tidak sesuai dengan SOP yang
bahwa dosis yang diterima masih jauh di
paling sering dilakukan adalah pesawat sinar X
bawah nilai batas standar, yaitu 10 mrem
tidak dikembalikan pada kondisi minimum
per bulan. Namun penggunaan film badge
saat selesai dipakai dan radiografer jarang
ini hanya pada saat pemantauan dosis saja,
menggunakan baju apron saat bekerja selama
tidak dipakai setiap kali beraktifitas dan
aktifitas pemotretan dengan sinar X.
belum adanya koordinasi dan kerja sama
Dari aspek pendidikan dan pelatihan,
antara pihak K3RS dan instalasi radiologi
pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan
dalam hal pengawasan perlindungan
latar belakang pendidikannya agar seseorang
radiasi.
dapat bekerja dengan baik dan benar sesuai
3. Dari elemen peralatan proteksi radiasi,
dengan kompetensinya. Dari hasil wawancara,
peralatan proteksi radiasi yang dimiliki
observasi dan telaah dokumen diketahui bahwa
adalah apron, tabir Pb, kaca Pb, kacamata
semua radiografer telah bekerja sesuai dengan
radiasi. Selain itu terdapat pula tanda

PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 159


Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI
Jakarta, 15-16 Juni 2010

radiasi dan tanda peringatan di depan pintu Assurance (jaminan kualitas). Namun
masuk pasien. Namun tidak semua pekerja belum semua radiografer pernah mengikuti
menggunakan peralatan proteksi saat pelatihan tersebut.
bekerja dan belum adanya koordinasi dan
kerja sama antara pihak K3RS dan SARAN
instalasi radiologi dalam hal inventaris dan
1. Agar pelaksanaan program proteksi radiasi
pemantauan cara pemakaian alat
dapat terlaksana dengan baik, perlu segera
perlindungan diri (APD) yang benar.
dibentuk Struktur dan Tata Kerja
4. Dari elemen pemeriksaan kesehatan,
Organisai (STKO) Proteksi Radiasi
belum secara optimal melakukan
sebagai landasan tugas dan tanggung
pemeriksaan kesehatan terhadap
jawab masing-masing petugas proteksi
radiografer karena terkendala biaya
radiasi (PPR) dan radiografer yang
pemeriksaan kesehatan yang mahal.
ditunjuk.
5. Dari elemen penyimpanan dokumentasi,
2. Membiasakan diri memakai film badge
petugas yang bertanggung jawab terhadap
saat bekerja dan memelihara hasil
penyimpanan dokumen-dokumen adalah
pemantauan dosis pekerja dan bila
kepala ruangan yang sekaligus sebagai
memungkinkan membuat kartu dosis
petugas proteksi radiasi (PPR). Dokumen-
untuk semua personel untuk lebih
dokumen disimpan dalam lemari tersendiri
memudahkan pemantauan dosis tiap
dan tersusun rapi.
bulannya serta melakukan kerja sama dan
6. Dari elemen jaminan kualitas telah
koordinasi dengan pihak K3RS dalam hal
memenuhi syarat kontruksi dari Bapeten,
pengawasan perlindungan radiasi dengan
standar operasional prosedur (SOP) juga
membuat laporan pemantauan dosis.
sudah ada dan ditandatangani oleh direktur
3. Pemeliharan terhadap peralatan proteksi
rumah sakit. Namun tidak semua
radiasi agar selalu dalam keadaan
radiografer melakukan kegiatan sesuai
memadai, baik fisik maupun fungsi serta
dengan standar operasional prosedur
melakukan kerja sama dan koordinasi
(SOP).
dengan pihak K3RS dalam hal inventaris
7. Dari elemen pendidikan dan pelatihan,
dan pemantauan cara pemakaian alat
semua radiografer memilki latar belakang
perlindungan diri (APD) yang benar
yang sesuai dengan standar profesi
sebagai usaha proteksi radiasi.
radiografer, yaitu D3 Akademi Teknik
4. Pihak instalasi melakukan kerja sama,
Radiodiagnostik dan Radioterapi/ATRO.
komunikasi dan koordinasi dengan pihak
Sedangkan untuk pelatihan yang pernah
rumah sakit dan dokter K3/hiperkes agar
diikuti adalah proteksi radiasi dan Quality

PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 160


Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI
Jakarta, 15-16 Juni 2010

segera melakukan pemeriksaan kesehatan Teknik Fisika Institut Teknologi


Bandung, Bandung. [Online]. Dari.:
pada radiografer.
http://energy.tf.itb.ac.id. [3 Juni 2009].
5. Melakukan usaha pemeliharaan dokumen-
3. SOFYAN, H., AKHADI, M., DAN
dokumen agar selalu rapi dan tersimpan SUYATI, 2002. ’Budaya Keselamatan
Dalam Pemanfaatan Radiasi Di Rumah
dengan baik sesuai dengan batas waktu
Sakit’ Buletin ALARA [Online] vol. 4
penyimpanan dokumen untuk radiasi yaitu (Edisi Khusus) Agustus 2002, p.27-30.
Dari : http://www.batan-bdg.go.id. [1
tiga puluh tahun.
Agustus 2009].
6. Mengembangkan budaya keselamatan
4. AZHAR. 2002. ’Keselamatan Radiasi di
(safety culture) agar semua radiografer Fasilitas Radioterapi’, Buletin ALARA,
[Online], vol. 4 (Edisi Khusus), pp. 15-19.
bekerja dengan jaminan kualitas dan
Dari : http://www.batan-bdg.go.id. [1 Juni
memberikan teguran atau sanksi bagi 2009].
pekerja yang tidak bekerja sesuai dengan 5. JUMPENO, E. B., 2000. Program
Proteksi Radiasi Bidang Radiografi
standar operasional prosedur (SOP) Industri Di Pusdiklat Batan.Widyanuklid
dengan mengadakan pemilihan radiografer Volume 3 No.2, Agustus 2000 : p. 18-25.
terdisiplin setiap semesternya. 6. EDWARDS, CRIS., S, M.A.
STATKIEWICZ & RITENOUR, E.
7. Pihak instalasi radiologi melakukan kerja RUSSEL.. Perlindungan Radiasi Bagi
sama, komunikasi dan koordinasi dengan Pasien dan Dokter Gigi. Terjemahan Drg,
Lilian Yuwono. 1990. Jakarta : Widya
pihak diklat (bagian pengembangan SDM) Medika.
untuk membuat jadwal rencana kegiatan 7. BADAN PENGAWAS TENAGA
pendidikan dan pelatihan mengenai NUKLIR. 1999. Surat Keputusan Kepala
Badan Pengawas Tenaga Nuklir No.
keselamatan radiasi bagi pekerja radiasi 01/Ka-BAPETEN/V-99 Tentang
(radiografer). Selain itu, baik pihak Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi.
Jakarta
instalasi radiologi maupun pihak rumah
8. TEDJASARI, R. SUMINAR. 1999.
sakit harus lebih proaktif untuk mencari ‘Program Pemantauan Radiasi Internal
informasi mengenai pelatihan-pelatihan Pada Pekerja Radiasi’. Buletin ALARA
[Online], vol 2, April 1999, p.1-4. Dari :
keselamatan radiasi. http://www.batan-bdg.go.id. [18
September 2009].
DAFTAR PUSTAKA 9. TETRIANA, D., EVALISA, M.. 2006.
‘Sangat Penting, Pemeriksaan Kesehatan
1. RUMHADI, EDDY. 2009. Keselamatan Pekerja Radiasi’. Buletin ALARA
Kerja Dalam Pelayanan Radiodiagnostik [Online], Vol.7 Nomor 3, April 2006,
Di Laboratorium Radiologijurusan p.93-101. Dari : http://www.batan-
Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi. bdg.go.id. [1 September 2009].
[Online], Jakarta. Dari
http://www.blogdetik.com [4 Agustus
2009].
2. KOLIBU, HESKY STEVY. 2008.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Instalasi Radiodiagnostik [Makalah].

PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 161

Anda mungkin juga menyukai