PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi atau zaman dimana dunia menyatu perkembangan Ilmu Pengetahuan
Alam sebagai dasar dan penunjang penemuan teknologi baru bersifat dinamis dan makin lama
makin cepat. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam yang terjadi 20 tahun terakhir jauh
melebihi perkembangan dalam seluruh waktu sebelumnya.
Oleh sebab itu dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam jangan hanya menggunakan
satu dua pendekatan, tetapi gunakan berbagai pendekatan yang sesuai bagi berbagai pokok
bahasan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan berperan penting dalam menentukan
berhasil-tidaknya proses belajar yang diinginkan. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan
proses mengalami untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Dalam mengajarkan Ilmu
Pengetahuan Alam dapat digunakan berbagai pendekatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah pendekatan pada pembelajaran IPA di SD
2. Bagaimana pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD?
3. Bagaimana pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD?
4. Bagaimana pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di SD?
C. Tujuan Penelitian
1. Dapat menjelaskan pendekatan yang dapat digunakan dalam menjelaskan konsep-konsep
IPAdi SD.
2. Untuk mengetahui pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD
3. Untuk mengetahui pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD
4. Untuk mengetahui pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di SD
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pendekatan ekspositori
Pendekatan ini lebih bersifat memberi tahu artinya guru lebih dominan
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa bersifat pasif, hanya menerima pelajaran
yang diberikan oleh guru. Yang dilakukan guru pada pendekatan ini umumnya
adalah member ceramah, mendemonstrasikan sesuatu dan lain-lain.
Keuntungan dengan menggunakan pendekatan ini adalah bahwa bahan pelajaran dapat di
selesaikan dengan cepat dan dimengerti oleh siswa. Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai
DDCH (duduk, dengar, catat, hafal). Sehingga dalam pendekatan ini gurunya aktif sedangkan
siswanya pasif.
b. Pendekatan Inkuari
Pendekatan ini lebih bersifat mencari tahu artinya siswa sangat aktif mencari sendiri
informasi yang ia perlukan. Dalam pendekatan ini dominasi guru lebih sedikit. Dari penjelasan
tersebut dapat kita ketahui bahwa pendekatan inkuari bertolak belakang dengan pendekatan
ekspositori.
Pendekatan ini menginginkan keaktifan siswa untuk memperoleh informasi sampai
menemukan konsep-konsep IPA. Dalam pendekatan ini guru membimbing siswa menemukan
sendiri konsep-konsep itu melalui kegiatan belajarnya.
Ditinjau dari kadar keterlibatan guru dalam pembelajaran, pendekatan ini terdiri dari :
Pendekatan Free Discovery (Penemuan Bebas)
Dengan pendekatan ini siswa diberi kebebasan untuk memilih sendiri masalah yang
akan dipelajari maupun cara untuk memecahkan masalah tersebut. Pendekatan ini
cocok bagi mereka yang sudah memiliki kemampuan untuk berfikir normal. namun menurut
pengalaman piaget, ternyata tidak banyak anak usia SD yang sudah mencapai tingkat
pemikiran semacam itu.
Pendekatan Guide Discovery (Penemuan Terbimbing)
Pendekatan ini dapat dikatakan sebagai gabungan dari pendekatan ekspositori
dengan inkuari, tujuannya adalah untuk mendapatkan efektivitas yang optimal khususnya
bagi anak u s i a S D . C a r i n d a n S u n d ( 1 9 8 5 ) m e n g a t a k a n a n a k - a n a k ya n g
m a s i h s a n g a t m u d a , p e r l u mendapat bimbingan guru yang relative besar. Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang paling tepat digunakan untuk anak usia SD. Dalam hal ini
siswa aktif melakukan eksplorasi atau observasi atasbimbingan guru. Kegiatan ini dapat
meningkatkan intelektual siswa, dan hasil belajar menjadi lebih tinggi serta
dapat mengembangkan sikap positif terhadap IPA.
c. Pendekatan Proses
Pendekatan ini senada dengan pendekatan inkuari, karena pendidikan ini menginginkan
keaktifan siswa dan juga guru tidak dominan dalam proses pembelajaran tetapi bertindak
sebagai organisator dan fasilitator saja.
d. Pendekatan Konsep
Konsep adalah suatu ide yang menghubungkan beberapa fakta. Dalam
pencapaian atau pembentukan konsep biasanya peserta didik memerlukan benda -
benda konkrit untuk diotak-atik, eksplorasi fakta-fakta dan ide-ide secara mental.
Pendekatan konsep memerlukan lebih dari sekedar menghafal, lebih menunjukkan gambaran
yang lebih tepat tentang IPA.
e. Pendekatan STM
Pendekatan ini diyakini oleh para pakar pendidikan IPA di Amerika sebagai pendidikan
IPA yang paling tepat sebab mempersiapkan murid-murid untuk menghadapi abad ke 21 yaitu
abad ketergantungan manusia kepada sains dan teknologi. Rasional dari pendekatan ini adalah
segala penemuan dalam bidang sains dan teknologi dapat untuk kesejahteraan manusia.
Didalam pendekatan IPA dengan pendekatan STM guru membantu murid-murid
mempelajari sains dengan menggunakan isu-isu dalam masyarakat yang merupakan dampak
sains dan teknologi sebagai piñata pembelajaran IPA.
f. Pendekatan Factual
Pendekatan ini menekankan penemuan fakta-fakta dalam IPA . contoh informasi yang
didapatkan murid dengan pendekatan ini, misalnya ular termasuk golongan reptil, merkurius
adalah planet yang terdekat dengan matahari. metode yang digunakan dalam pendekatan ini
adalah membaca, mengulang, melatih dan lain-lain. Pada dasarnya pembelajaran IPA
dengan pendekatan ini akan menimbulkan kebosanan pada diri murid-murid dan tidak
memberikan gambaran yang benar
B. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak
diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembekajaran ini adalah mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk
belajar.
Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai inkuiri adalah suatu pendekatan yang menggunakan
cara bagaimana atau jalan apa yang harus ditempuh oleh murid dengan bimbingan guru untuk sampai
pada penemuan-penemuan.
Cara kerja pendekatan inkuiri dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu pertama membuat perumusan
hipotesis, kedua mengkaji hipotesis itu. Jadi apabila menemui suatu masalah yang perlu jawaban, tidak
begitu saja dijawab, tetapi memakai langkah-langkah pencarian untuk menemukan jawaban yang
benar.
1. Ciri-ciri pembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Dengan demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya
sumber belajar,tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas
pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu
kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan
inkuiri.
Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan,
teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok,
serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis,
dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan
demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran,
akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya
menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal.
Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada
hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru
sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap
langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu, pada pembelajaran ini juga perlu dikembangkan
sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang
sedang dipelajarinya.
Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak.
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
BAB III
PANUTUP
A. Kesimpulan