Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi atau zaman dimana dunia menyatu perkembangan Ilmu Pengetahuan
Alam sebagai dasar dan penunjang penemuan teknologi baru bersifat dinamis dan makin lama
makin cepat. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam yang terjadi 20 tahun terakhir jauh
melebihi perkembangan dalam seluruh waktu sebelumnya.
Oleh sebab itu dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam jangan hanya menggunakan
satu dua pendekatan, tetapi gunakan berbagai pendekatan yang sesuai bagi berbagai pokok
bahasan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan berperan penting dalam menentukan
berhasil-tidaknya proses belajar yang diinginkan. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan
proses mengalami untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Dalam mengajarkan Ilmu
Pengetahuan Alam dapat digunakan berbagai pendekatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah pendekatan pada pembelajaran IPA di SD
2. Bagaimana pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD?
3. Bagaimana pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD?
4. Bagaimana pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di SD?

C. Tujuan Penelitian
1. Dapat menjelaskan pendekatan yang dapat digunakan dalam menjelaskan konsep-konsep
IPAdi SD.
2. Untuk mengetahui pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD
3. Untuk mengetahui pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD
4. Untuk mengetahui pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di SD

BAB II
PEMBAHASAN

A. Beberapa Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA di SD


Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran.

a. Pendekatan ekspositori
Pendekatan ini lebih bersifat memberi tahu artinya guru lebih dominan
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa bersifat pasif, hanya menerima pelajaran
yang diberikan oleh guru. Yang dilakukan guru pada pendekatan ini umumnya
adalah member ceramah, mendemonstrasikan sesuatu dan lain-lain.
Keuntungan dengan menggunakan pendekatan ini adalah bahwa bahan pelajaran dapat di
selesaikan dengan cepat dan dimengerti oleh siswa. Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai
DDCH (duduk, dengar, catat, hafal). Sehingga dalam pendekatan ini gurunya aktif sedangkan
siswanya pasif.

b. Pendekatan Inkuari
Pendekatan ini lebih bersifat mencari tahu artinya siswa sangat aktif mencari sendiri
informasi yang ia perlukan. Dalam pendekatan ini dominasi guru lebih sedikit. Dari penjelasan
tersebut dapat kita ketahui bahwa pendekatan inkuari bertolak belakang dengan pendekatan
ekspositori.
Pendekatan ini menginginkan keaktifan siswa untuk memperoleh informasi sampai
menemukan konsep-konsep IPA. Dalam pendekatan ini guru membimbing siswa menemukan
sendiri konsep-konsep itu melalui kegiatan belajarnya.
Ditinjau dari kadar keterlibatan guru dalam pembelajaran, pendekatan ini terdiri dari :
 Pendekatan Free Discovery (Penemuan Bebas)
Dengan pendekatan ini siswa diberi kebebasan untuk memilih sendiri masalah yang
akan dipelajari maupun cara untuk memecahkan masalah tersebut. Pendekatan ini
cocok bagi mereka yang sudah memiliki kemampuan untuk berfikir normal. namun menurut
pengalaman piaget, ternyata tidak banyak anak usia SD yang sudah mencapai tingkat
pemikiran semacam itu.
 Pendekatan Guide Discovery (Penemuan Terbimbing)
Pendekatan ini dapat dikatakan sebagai gabungan dari pendekatan ekspositori
dengan inkuari, tujuannya adalah untuk mendapatkan efektivitas yang optimal khususnya
bagi anak u s i a S D . C a r i n d a n S u n d ( 1 9 8 5 ) m e n g a t a k a n a n a k - a n a k ya n g
m a s i h s a n g a t m u d a , p e r l u mendapat bimbingan guru yang relative besar. Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang paling tepat digunakan untuk anak usia SD. Dalam hal ini
siswa aktif melakukan eksplorasi atau observasi atasbimbingan guru. Kegiatan ini dapat
meningkatkan intelektual siswa, dan hasil belajar menjadi lebih tinggi serta
dapat mengembangkan sikap positif terhadap IPA.

 Pendekatan Eksploratory Discovery (Penemuan eksploratorik)


Dalam pendekatan ini tugas guru antara lain:
 Melontarkan masalah-masalah dan mengundang siswa untuk memecahkan masalah tersebut.
 Memberi motivasi belajar.
 Membantu siswa yang benar-benar memerlukan agar tidak mengalami jalan buntu atau frustasi
 Bila perlu, guru sebagai narasumber.

Keuntungan dengan menggunakan pendekatan ini antara lain:


 Dapat memberi kemampuan awal kepada siswa untuk melakukan sendiri suatu penelitian.
 Dapat memacu keberanian siswa untuk melakukan penelitian secara mandiri dimasa yang akan
datang.

c. Pendekatan Proses
Pendekatan ini senada dengan pendekatan inkuari, karena pendidikan ini menginginkan
keaktifan siswa dan juga guru tidak dominan dalam proses pembelajaran tetapi bertindak
sebagai organisator dan fasilitator saja.

Pendekatan ini memiliki ciri-ciri khusus:


 Ilmu pengetehuan tidak dipandang sebagai produk semata tetapi sebagai proses.
 Siswa dilatih untuk terampil dalam memperoleh dan memproses informasi dalam pikirannya.

d. Pendekatan Konsep
Konsep adalah suatu ide yang menghubungkan beberapa fakta. Dalam
pencapaian atau pembentukan konsep biasanya peserta didik memerlukan benda -
benda konkrit untuk diotak-atik, eksplorasi fakta-fakta dan ide-ide secara mental.
Pendekatan konsep memerlukan lebih dari sekedar menghafal, lebih menunjukkan gambaran
yang lebih tepat tentang IPA.

e. Pendekatan STM
Pendekatan ini diyakini oleh para pakar pendidikan IPA di Amerika sebagai pendidikan
IPA yang paling tepat sebab mempersiapkan murid-murid untuk menghadapi abad ke 21 yaitu
abad ketergantungan manusia kepada sains dan teknologi. Rasional dari pendekatan ini adalah
segala penemuan dalam bidang sains dan teknologi dapat untuk kesejahteraan manusia.
Didalam pendekatan IPA dengan pendekatan STM guru membantu murid-murid
mempelajari sains dengan menggunakan isu-isu dalam masyarakat yang merupakan dampak
sains dan teknologi sebagai piñata pembelajaran IPA.

f. Pendekatan Factual
Pendekatan ini menekankan penemuan fakta-fakta dalam IPA . contoh informasi yang
didapatkan murid dengan pendekatan ini, misalnya ular termasuk golongan reptil, merkurius
adalah planet yang terdekat dengan matahari. metode yang digunakan dalam pendekatan ini
adalah membaca, mengulang, melatih dan lain-lain. Pada dasarnya pembelajaran IPA
dengan pendekatan ini akan menimbulkan kebosanan pada diri murid-murid dan tidak
memberikan gambaran yang benar
B. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak
diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembekajaran ini adalah mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk
belajar.
Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai inkuiri adalah suatu pendekatan yang menggunakan
cara bagaimana atau jalan apa yang harus ditempuh oleh murid dengan bimbingan guru untuk sampai
pada penemuan-penemuan.
Cara kerja pendekatan inkuiri dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu pertama membuat perumusan
hipotesis, kedua mengkaji hipotesis itu. Jadi apabila menemui suatu masalah yang perlu jawaban, tidak
begitu saja dijawab, tetapi memakai langkah-langkah pencarian untuk menemukan jawaban yang
benar.
1. Ciri-ciri pembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
 Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri.
 Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Dengan demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya
sumber belajar,tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas
 pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu
kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan
inkuiri.
 Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan,
teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok,
serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
 Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis,
dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan
demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran,
akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya
menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal.
Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
 Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada
hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
 Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
 Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru
sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap
langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu, pada pembelajaran ini juga perlu dikembangkan
sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang
sedang dipelajarinya.
 Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak.
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
 Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

3. Langkah-langkah pengejaran dengan pendekatan inkuiri


Langkah-langkah pengajaran dengan pendekatan inkuiri dapat dilakukan sebagai berikut:
Siswa dibagi kelompok yang terdiri dari ketua, pencatat, pengarah, pemantauan diskusi dan
perangkum Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis. Untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, murid diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai keterangan yang sesuai dengan masalah yang akan dikaji. Jawaban dari
pertanyaan hendaknya tidak diperoleh dari kepustakaan. Sebaiknya informasi diperoleh dengan jalan
mengamati objeknya, mencoba sendiri atau melakukan percobaan, dsb.
Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan diolah, diklasifikasikan bila perlu dihitung
dan ditafsirkan. Dari hasil pengolahan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban terhadap masalah di
atas. Kemudian ditarik kesimpulan umum.
Pendekatan inkuiri ini jauh jauh lebih mengaktifkan murid daripada ceramah yang diberikan guru,
membaca buku, pemberian informasi, dan lain-lainnya.
C. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA di SD
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien
dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian, Keterampilan
proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik
dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.
Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori
dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat
langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan
keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan. Pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan maksud karena IPA merupakan alat yang
potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa.
Kepribadian yang berkembang merupakan prasyarat untuk melangkah ke profesi apapun yang
diminati siswa (Popy dkk, 2009:1). Keterampilan proses dalam Ilmu Pengetahuan Alam meliputi
keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Dalam keterampilan dasar yang perlu dilakukan
adalah melakukan pengamatan (observasi), penggolongan (klasifikasi), penyampaian (komunikasi),
pegukuran (measurement), prakiraan (prediksi), dan penarikan kesimpulan. Sedangkan dalam
keterampilan terintegrasi yang perlu dilakukan adalah menentukan faktor perubahan (identifikasi
variabel), menyusun tabel data, menyusun grafik, menggambarkan hubungan di antara variable-
variabel, memperoleh dan memproses data, menganalisis hasil penyelidikan, menyusun hipotesis,
merumuskan variable-variabel secara operasional, merancang penyelidikan dan yang terakhir adalah
melakukan percobaan (eksperimen).

a) Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses antara lain:


 Mengamati, keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera.
 Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep,
nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan atau
perbedaan antara benda, kenyataan atau konsep sebagai dasar penggolongan.
 Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda,
kenyataan, peristiwa konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan,
penelitian atau eksperimen.
 Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang
akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data
atau informasi. Misalnya berdasarkan pengalaman tentang keadaan cuaca sebelumnya, apabila
mendung pasti akan terjadi hujan atau sebaliknya. Siswa dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan
terjadi. Meramal tidak sama dengan menebak. Menebak adalah memperkirakan suatu hal tanpa
berdasarkan data atau informasi yang ada.
 Menerapkan, yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori dan
keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau
dihayati.
 Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil-tidaknya
penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih, Karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan
kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek yang akan diteliti, tujuan dan ruang
lingkup penelitian, sumber data atau informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan
yang diperlukan. Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan dan pengolahan data atau
informasi, serta tata cara melakukan penelitian.

Pendekatan keterampilan proses menekankan bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola


perolehannya, sehingga mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan di masyarakat. Dalam
proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan sendiri,
melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya, dan merangsang
keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuannya yang
baru diperolehnya.
Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan anak akan
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap ilmiah dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu
menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep.

D. Pendekatan Lingkungan dalam Pembelajaran IPA di SD


Lingkungan dalam ensikloppedia Indonesia (1983) adalah segala sesuatu yang ada di luar
suatu organisme, meliputi:
(1) Lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor
alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, grafitasi, atmosfer, dan lainnya,
(2) Lingkungan hidup (biotik) , yaitu lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri dari organisme hidup,
seperti tumbuhan, hewan, dan manusia. Menurut Zaidin (2000) dalam pengertian yang lain lingkungan
itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya.
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akaan menarik siswa, jika apa yang dipelajari
diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah
bagi lingkungan (Khusnin, 2008).
Menurut Yulianto (2002) pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu
proses belajar mengajar dimana lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami
materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sering digunakan pendekatan lingkungan.
Sehingga dapat dikatakan lingkungan yang ada di sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang
dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan dapat
memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang
sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaaan lingkungan memungkinkan
terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya.
Pelajaran biologi dengan menggunakan bahan-bahan alami lebih menguntungkan bagi siswa dan
pengalaman bersahabat dengan alam lebih cenderung menyiapkan perasaan positif bagi siswa
terhadap keajaiban alam. Hal senada juga diungkapkan Suniarsih (2006) yaitu berlangsungnya proses
pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.
Ada beberapa alasan yang menjadikan lingkungan itu sangat penting dalam interaksi belajar mengajar,
yaitu :
1. Sebagai sasaran belajar
Kita ingat kembali tentang tujuan pendidikan SD, antara lain agar anak dapat mengenal alam se-kitar.
Alam sekitar ini ten-tunya termasuk “lingkungan”. Jadi segala se-suatu di sekitar anak itu merupakan
objek untuk diajarkan kepada anak, atau lingkungan merupakan sasaran belajar bagi anak SD.

2. sebagai sumber belajar


Ada berbagai macam sumber belajar, mi-salnya guru, buku–buku, labolatorium, tenaga ahli, dan lain–
lainnya, yang sering terlupakan orang adalah “lingkungan”. Lingkungan me-rupakan sumber belajar
yang tidak habis–habisnya memberikan pengetahuan kepada kita. Semakin banyak kita gali semakin
banyak yang kita da-patkan, tidak hanya bagi IPA itu sendiri tetapi ju-ga berupa sumber dari berbagai
macam ilmu pe-ngetahuan seperti IPS dan Matematika.
3. Sebagai sarana belajar
Lingkungan merupakan suatu sarana belajar yang baik, bahkan lingkungan yang alamiah men-
yediakan bahan – bahan yang tidak perlu dibeli, misal udara, cahanya matahari, pepohonan, air su-
ngai, rerumputan dan sebagainya. Jadi lingkungan adalah suatu sasaran belajar yang ekonomis.
Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi anak. Lingkungan
menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak jumlah sumber belajar yang tersedia di
lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk
kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan
pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu
kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan
potensi panca inderanya untuk ber-komunikasi dengan lingkungan tersebut.
Dalam penggunaan pendekatan lingkungan terdapat beberapa kelebihan diantaranya adalah:
 Penggunaan lingkungan memungkinkan ter-jadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull
learning) sebab anak di-hadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan
memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip pendidikan anak.
 Penggunaan lingkungan sebagai sumber be-lajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau
aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam
kehidupan bisa mulai di-tanamkan pada anak sejak dini, se-hingga se-telah mereka dewasa kesadaran
ter-sebut bisa tetap terpelihara.
 Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi anak, kegiatan belajar dimungkinkan akan le-bih menarik
bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat be-ragam dan banyak pilihan.
Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka
penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang.
Cara pelaksanaan pembelajaran IPA dalam menggunakan pendekatan lingkungan diantaranya adalah:
1. Menggunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan keterampilan proses
2. Menggunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan sikap
3. Mengunakan untuk pengayaan
4. Struktur pengembangan wawasan lingkungan menurut kelompok umur.

BAB III
PANUTUP
A. Kesimpulan

Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ada berbagai pendekatan belajar-mengajar


yang dapat digunakan seperti pendekatan inkuiri, pendekatan lingkungan, dan pendekatan
keterampilan proses. Setiap pokok pembahasan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
menggunakan pendekatan tertentu. Pendekatan dalam kegiatan belajar-mengajar pada
hakikatnya suatu usaha sebagai guru untuk mengembangkan keaktifan pembelajaran. Tepatnya
pendekatan pembelajaran yang digunakan bereperan penting dalam menentukan berhasil
tidaknya proses belajar yang diinginkan.
B. Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita
harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik bagi siswa
dan tidak membosankan. Setelah membaca makalah ini, disarankan kita dapat
menggunakan pedekatan mengajar yang sesuai dengan situasi dan keadaan kelas,
sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Haris, Abdul dan Jihad, Asep. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo.

Iskandar, Srini M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Indonesia.


Nasution, Noehi, dkk. 2008. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai