Anda di halaman 1dari 7

RUNTUHNYA PROFESI CEO TOSHIBA

Nama : Agnis Noviani Noor

NPM : 20212334

Kelas : 4eb26

Kasus :

Hisao Tanaka adalah seorang yang telah menjabat di toshiba sebagai Presiden
Eksekutif dan Chief Executive Officer (CEO). Perusahaan toshiba sendiri
sudah berdiri selama 140 tahun namun hancur begitu saja dikarnakan
perilaku etika yang tidak baik yang dilakukan tanaka, karena pangkat yang
tinggi dan mempunyai kewenangan atas data yang diberikan untuk di
laporkan namun menyalah gunakan data tersebut untuk mendapatkan
keuntungan dalam perusahaan dikarenakan target yang tidak tercapai. Ia
bertanggung jawab atas perbuatannya dengan cara mengundurkan diri dari
jabatannya pada tanggal 21 juni 2015 dengan kasus toshiba yang melebihkan
keuntungan senilai US$ 1,2 Miliar untuk menutupi yang kurang dalam
pencapaian target dikarenakan pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi
target performance unit tidak dapat sesuai target yang diharapkan sehingga
terlihat adanya angka besar dilaporan tersebut sebagai keuntungan yang
didapat oleh perusahaan demi menghindari dari kebangkrutan. Tidak hanya
Hisao Tanaka selaku Presiden dan CEO yang mengundurkan diri, pihak lain
yang terlibat pada kasus ini seperti wakil CEO toshiba yaitu Norio Sasaki dan
Atsutoshi Nishida selaku Chief Executive yang sekarang menjadi penasihat
toshiba juga mengundurkan diri. Tanaka dan Sasaki ditekan divisi bisnis
untuk memenuhi target yang tinggi sehingga mereka melebihi laba dan
menenunda pelaporan kerugian, mereka merancang laporan ini agar sulit
diketahui oleh auditor. Investigasi independen sebenernya menemukan bahwa
pihak manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan yang mereka
dapatkan selama lebih dari 6 tahun karena ingin memenuhi target internal
perusahaan setelah terjadi krisis finansial tujuh tahun lalu. Akibat
tindakannya yang dipandang negatif itu toshiba akan dijatuhkan denda senilai
300-400 miliar yen karena kasus ini dan toshiba pun berencana untuk
menjual properti dan aset lain mereka untuk menstabilkan neraca keuangan
mereka.

Analisis Kasus :
Perilaku Etika Dalam Bisnis

Perilaku etika bisnis pada kasus skandal akuntansi thosiba yang dilakukan
CEO dan presiden tanaka tahun 2015 dengan penyimpangan pencatatan
keuntungan perusahaan sebesar 1,2 miliar dollar AS ini mencerminkan
perilaku yang kurang baik. Dilihat dari etika pada kasus ini adanya tindakan
kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan dengan begitu mudahnya
mereka menaikan laba operasional. Hal ini karena adanya keinginan tanaka
untuk membuat perusahaan seakan-akan sudah memenuhi performance unit
yang sesuai dengan target dan seakan - akan tidak terlihat bahwa ada target
yang tidak tercapai. Seharusnya Tanaka memikirkan kembali apa yang
dilakukannya salah atau benar karena akibatnya membuat banyak pihak yang
kecewa bahkan dirinya sendiri akan mendapatkan kerugian.

Dalam menciptakan etika bisnis yang baik dikasus ini ada hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain:

1. Pengendalian Diri

Pencapaian target dalam suatu perusahaan sangatlah penting untuk


meningkatkan laba bagi perusahaan. Akan tetapi jika belum mencapai target
seharusnya Hisao Tanaka dan pihak yang terkait dalam kasus ini harusnya
menahan diri untuk melakukan niat tersebut, Agar kasus yang salah ini dapat
terhindari.

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Sosial Responsibility)

Dilihat dari pengembangan tanggung jawab sosialnya, para pihak yang terkait
dalam penyimpangan pencatatan ini tidak dapat memegang tanggung jawab
sosialnya yang telah diberikan masyarakat kepada perusahaan toshiba karena
hanya mementingkan dirinya pribadi sehingga berani melakukan
penyimpangan pencatatan keuntungan pada perusahaan.

3. Mempertahankan Jati Diri Tidak Mudah Untuk


Terombang-Ambing Oleh Pesatnya Perkembangan Informasi Dan
Teknologi.

Dalam kasus ini penyimpangan pencatatan toshiba selaku CEO dan presiden
Hisao Tanaka seharusnya dapat mempertahankan jadi dirinya sebagai CEO
dan Presiden yang seharusnya dijalankan dengan benar dengan tidak
memanipulasi data laporan keuangan.

4. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”

Pada kasus ini Hasao Tanaka tidak memikirkan karir yang dimiliki toshiba
selama 140 tahun yang dpercaya banyak masyarakat bahkan karir untuk
pelakunya sendiri pun tidak memikirkan nantinya bagaimana dimasa yang
akan datang, mereka hanya melihat masalah sekarang yang terpenting
terselesaikan walaupun dengan cara yang salah.

5. Menghindari Sifat 5K (katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi


dan komisi)

Dalam kasus penyimpangan pencatatan 5k ini pasti tidak dapat terhindari


dikarenakan tidak adanya jalan lain untuk pencapaian target yang diharapkan
agar tidak mendapatkan kerugian yang besar maka mereka bekerja sama
dengan koneksi dilingkungan yang berhak memegang laporan keuangan
tersebut dengan cara memperbesar laba operasional dan bekerjasma dengan
berbagai pihak dalam melakukan tindakan 5K tersebut.

6. Mampu Menyatakan Yang Benar Itu Benar

Pada kasus ini CEO dan Presiden Hisao Tanaka memanipulasi data toshiba
dikarenakan persyaratan untuk memenuhi performance unit yang tidak bisa
terpenuhi, Maka dari itu CEO dan Presiden Hisao Tanaka bekerja sama untuk
memanipulasi data laporan keuangan dan memaksakan diri untuk mencapai
profit yang tinggi, tanpa memandang benar atau salah cara yang
dilakukannya.

7. Konsekuen dan Konsisten Dengan Aturan Main Yang Telah


Disepakati Bersama.

Pada kasus ini tidak adanya etika bisnis yang konsekuen dan konsisten dari
para pihak karena CEO dan presiden Hisao Tanaka sudah melakukan
kecurangan demi kepentingan pribadi walaupun tujuannya baik untuk
menyelamatkan perusahaan toshiba dari performance unit yang tidak
terpenuhi.
8. Menumbuhkan Kesadaran Dan Rasa Memiliki Terhadap Apa
Yang Disepakati

Apabila pada kasus ini para pihak yang terkait mempunyai kesadaran bahwa
dirinya ikut andil dalam perusahaan untuk memajukan dan mematuhi apa
yang telah disepakati, maka akan menghasilkan profit seperti yang ditargetkan
dan tetap akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

9. Perlu Adanya Sebagian Etika Bisnis yang dituangkan dalam


suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.

Dalam setiap profesi pasti memiliki aturan atau pedoman yang harus di patuhi.
Pada kasus ini para pihak yang bersalah mungkin belum telalu mengenal etika
bisnis yang baik jadi mereka belum paham dengan aturan dan pedomana yang
telah ditetapkan, sehingga apa yang dilakukan mereka menurutnya hanyalah
hal biasa dan tidaknya ketegasan aturan yang ada maka banyak orang yang
melakukan terus menurus keslaahan pada kasus ini.

Didalam dunia bisnis perlu adanya etika bisnis yang baik untuk pencapaian
tujuan yang ingin dicapai dengan cara halal sesuai dengan tahap-tahap yang
seharusnya, bukan dengan cara menghalalkan segala cara agar dapat
pencapaian tujuan tersebut, Pada kasus tanaka dan pihak yang membantunya
dalam membuat laporan keuangan tidak dilakukan dengan benar yang
seharusnya mengalami kerugian mereka menambahkan labanya sehingga
terciptanya keuntungan dalam laporan keuangan tersebut.

Perilaku Etika Dalam Profesi Akuntasi

Pada kasus ini seharusnya memiliki adanya profesi akuntan publik dalam
sebuah perusahaan apalagi dalam bagian jasa atestasi. Hisao tanaka membuat
laporan keuangan pada perusahaannya agar telihat untung dan
menghilangkan kerugiannya dikarenakan adanya Keterlambatan toshiba
dalam melakukan pengawasan (internal audit atau komite audit) pantas saja
tidak terindeteksi secara cepat dan adanya peran OJK namun tidak mampu
untuk mendeteksi menemukan kecurangan akuntansi pada kasus ini. Perlu
adanya cara baru pengawasan untuk mencegah initerulang kembali, mungkin
dengan adanya inspeksi komisaris perusahaan, dengan adanya penerapan
berlapis itu pula akan tercipta laporan keuangan yang lebih baik dan
kepercayaan para stake holder akan semakin tinggi.
Laporan Audit

Pada kasus ini laporan keuangan yang dihasil pihak manajemen tidak sesuai
dengan pernyataan hal ini terbukti saat investigasi independen sebenarnya
menemukan bahwa pihak manajemen berbohong mengenai jumlah
keuntungan yang mereka dapatkan selama lebih dari 6 tahun dikarenakan
ingin memenuhi target internal perusahaan setelah terjadi krisis finansial
tujuh tahun lalu. Namun adanya kelihaian pihak manajemen dalam
memanipulasi laporan keuangan membuat pihak auditor sulit menemukan
adanya kecurangan pada laporan keuangan tersebut sehingga butuh waktu
cukup lama untuk mengindentifikasi kasus ini dikarenakan ketidaktelitian
auditornya.

Etika Profesional Profesi Akuntan Publik

Adanya audit pada laporan keuangan sangatlah perlu dilakukan untuk


meningkatkan kredibilitas perusahaan agar mendapatkan laporan keuangan
yang dapat dipercaya. Pelanggaran kode etik yang dilakukan hisao tanaka dan
perusahaan tosibha terlambat untuk menangani laporan keuangan sangatlah
tidak baik bagi perusahaan. Sangatlahlah mudah untuk mempertahankan
etika profesi dengan baik, jika saja dalam dirinya itu bisa terkendali untuk
tidak melakukan perbuatan yang tidak bermoral itu, akan tetapi pada kasus ini
tanaka menyalah gunakan kode etik sebagai pimpinan toshiba, hal ini dapat
merusak reputasi perusahaan bahkan dirinya sendiri.

Aturan Etika Profesi Akuntansi

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan


standar profesionakisme tertinngi, untuk mencapai tujuannya dapat dilihat
4 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi :

- - Kreabilitas

Pada kasus hisao tanaka ini tidak memenuhi kreadibilitas dengan baik karena
telah membuat laporan keuangan agar terlihat adanya keuntungan di dalam
perusahaan.

- - Profesionalisme

Pada kasus ini presiden sekaligus CEO tidak menjalankan tugasnya dengan
baik atau secara profesionalisme bahkan melakukan perbuatan yang
menguntungkan saja dengan cara menambahkan laba pada laporan keuangan.
- - Kualitas Jasa

Kuranganya pelayanan dan jasa pada bagian pengawasan auditor pada


laporan keuangan.

- - Kepercayaan

Hisao Tanaka pada dasarnya di toshiba sudah mendaptkan kepercayaan dari


caranya bekerja dan telah memiliki reputasi diperusahan dengan baik, akan
tetapi dikarenakan pada tahun tertentu ia harus mencapai target dan ternyata
kurangnya target yang diharapkan sangatlah besar maka dari itu ia melakukan
penambahan laba pada laporan keuangan dan tidak lagi dipercayai seegingga
ia bertanggung jawab atas kasus ini dan mengundurkan diri.

Prinsip Pertama – Tangggung Jawab Profesi

Dalam kasus ini pihak auditor yang kurang berhati-hati saat mengaudit
laporannya dan pihak direksi seharusnya lebih bisa berhati-hati lagi untuk
tidak melakukan kecurangan menutupi kerugian karena tindakan tersebut
merugikan banyak pihak seperti hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan maupun profesinya sendiri.

Prinsip Kedua – Kepentingan Publik

Pada kasus hisao tanaka kurangnya pelayanan publik dan tidak adanya
komitmen pada profesi yang menunjukkan sikap profesionalisme, untuk
menjaga sikap profesionalisme yang baik seorang CEO dan presiden
seharusnya mempunyai sikap yang bertanggung jawab dan jujur, dan sebagai
auditor harus lebih bisa teliti agar tercipta laporan keuangan yang lebih
accountable, good corporate govermance, dan akan mendapatkan kepercayaan
para stake holder.

Prinsip Ketiga – Integritas

Integritas mengharuskan para pihak untuk bersikap jujur dan berterus terang
tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Tidak adanya kejujuran
pada kasus ini walaupun niatnya baik untuk melindungi perusahaan dari
kerugiaan namun cara presiden itu salah.
Prinsip Kelima – Kompetensi Dan Kehati-Hatian Profesional

Pada kasus ini penyajian laporan keuangan seharusnya mempunyai sikap


kehati-hatian dalam menyajikan laporan keuangan.

Prinsip Ketujuh – Perilaku Profesional

Sebagai presiden dan CEO hisao hataka seharusnya berprilaku konsisen sesuai
reputasi profesinya dengan baik dan menjauhi tindakan yang seharusnya tidak
boleh dilakukan, namun pada kasus ini hataka bertanggung jawab dengan
mengundurkan diri dikarenakan kesalahannya.

Referensi :
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/07/21/149344/terlibat-skandal-ak
untansi-ceo-toshiba-mundur
http://teknologi.metrotvnews.com/read/2015/07/22/149632/ceo-toshiba-meng
undurkan-diri
http://finansial.bisnis.com/read/20150721/9/455185/toshiba-diguncang-skanda
l-akuntansi-senilai-us12-miliar
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/07/21/161317026/.Bos.Toshiba.
Dilaporkan.Terlibat.Skandal.Penyimpangan.Akuntansi.
(di akses pada 07 November 2015)
http://agnisnovianinoor.blogspot.com/2015/11/runtuhnya-profesi-ceo-toshiba_10.html

Anda mungkin juga menyukai