Anda di halaman 1dari 18

5

LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA

A. KONSEP DASAR TEORI


a. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya
hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.
Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen
ke jaringan.
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah
normal (Wong, 2003).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai
normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan
volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price, 2006).

b. Penyebab
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan
zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit,
antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi
seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit
kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

5
6

Penyebab umum dari anemia:


 Perdarahan hebat
 Akut (mendadak)
 Kecelakaan
 Pembedahan
 Persalinan
 Pecah pembuluh darah
 Penyakit Kronik (menahun)
 Perdarahan hidung
 Wasir (hemoroid)
 Ulkus peptikum
 Kanker atau polip di saluran pencernaan
 Tumor ginjal atau kandung kemih
 Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
 Berkurangnya pembentukan sel darah merah
 Kekurangan zat besi
 Kekurangan vitamin B12
 Kekurangan asam folat
 Kekurangan vitamin C
 Penyakit kronik
 Meningkatnya penghancuran sel darah merah
 Pembesaran limpa
 Kerusakan mekanik pada sel darah merah
 Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
 Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
 Sferositosis herediter
 Elliptositosis herediter
 Kekurangan G6PD
 Penyakit sel sabit
 Penyakit hemoglobin C
7

 Penyakit hemoglobin S-C


 Penyakit hemoglobin E
 Thalasemia

c. Klasifikasi Anemia
1. Anemia hipoproliferatif
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia penyakit kronik
a. Defisiensi vitamin B12
b. Defisiensi asam folat
2. Anemia hemolitika
Akibat destruksi (penghancuran) sel darah merah

d. Tanda dan Gejala


a. Tanda-tanda umum anemia:
1) Pucat,
2) Tacicardi,
3) Bising sistolik anorganik,
4) Bising karotis,
5) Pembesaran jantung.
b. Manifestasi khusus pada anemia:
1) Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis,
ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis,
pucat, lelah, takikardi.
2) Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10
gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl),
iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur
sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan
minat bermain atau aktivitas bermain. Anak
tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas
lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak
sakit, tampak pucat pada mukosa bibir,
8

farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung


agak membesar dan terdengar bising sistolik yang
fungsional.
3) Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

e. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan
sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada
kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat
efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa
factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan
meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya
1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang
ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel
darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
9

makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika


suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5
miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka
otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki.
10

f. Clinical Pathway
Definisi B12 Kegagalan
Asam folat, produksi SDM o/ Destruksi SDM Perdarahan/
besi sumsum tulang berlebih hemofilia

Penurunan jumlah sel darah merah

Gangguan
pertukaran
HB berkurang
gas O2

Sesak Anemia

Suplai O2 dan nutrisi Kurang asupan zat gizi


ke jaringan berkurang

Cadangan zat besi


tidak mencukupi
Gastro Intestinal Hipoksia Gangguan
Perfusi
jaringan
Mekanisme anaerob perifer Menurunnya defisiensi
Penurunan kerja GI
zat besi

Kerja Asam
Peristaltic lambung ATP Aplasia
laktat
menurun menurun berkurang meningkat granulopres
is
As. Energy u/
Makanan susah
dicerna Lambung Kelelahan membentuk Nyeri Infeksi
meningkat antibody granulositopenia
berkurang

Anoreksia Intoleran
Konstipasi si
mual demam
Aktivitas

Perubahan Resiko
nutrisi kurang infeksi Hipertermi
dari kebutuhan
11

g. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah,
penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran
kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated
iron-binding capacity serum
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya
penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan
darah kronis.

h. Penatalaksanaan Medis
Pada anemia defisiensi zat besi, folat, atau
vitamin B12, maka cara yang dapat dilakukan adalah
mengonsumsi makanan yang mengandung zat tersebut.
Untuk diperhatikan:
1. Sumber zat besi adalah daging berwarna merah
(sapi, kambing, domba), buncis, sayuran hijau,
telur, kacang-kacangan, sea food. Sumber folat
adalah buah segar, sayuran hijau, kembang kol,
hati, ginjal, produk olahan susu. Sebaiknya
sayuran dikonsumsi mentah atau setengah matang.
Sumber vitamin B12 adalah daging dan produk
olahan susu, daging, hati, ginjal, tiram, keju,
dan telur.
2. Mengonsumsi suplemen zat besi mungkin diperlukan
dalam beberapa tahun dengan mewaspadai efek
sampingnya. Kelebihan zat besi mengakibatkan
kelelahan, muntah, diare, sakit kepala, mudah
tersinggung, dan muncul masalah pada persendian.
12

3. Vitamin C diperlukan untuk membantu penyerapan


besu di dalam saluran pencernaan, kecuali
penderita gangguan pencernaan. Sebab vitamin C
bisa memperparah penderita gangguan pencernaan.
4. Hindari kafein, misalnya kopi atau teh dalam
jumlah banyak, karena kafein dapat mengganggu
penyerapan besi di saluran pencernaan.
5. Hindari alkohol dan obat-obatan tertentu yang
dapat mengakibatkan defisiensi asam folat.
6. Jika Anda seorang vegetarian, konsultasikan
kepada dokter atau ahli nutrisi tentang diet
untuk mencukupi kebutuhan vitamin B12. Mungkin
diperlukan suplemen untuk mencukupi kebutuhan
tersebut.
7. Kekurangan vitamin B12 juga dapat disebabkan oleh
infeksi parasit, konsultasikan ke dokter untuk
mengatasi infeksi tersebut.
Hubungi dokter bila:
a. Penderita merasakan kelelahan menetap,
kesulitan bernapas, denyut nadi cepat (di atas
100 kali/menit), kulit menjadi pucat atau
terdapat tanda lain terjadinya anemia.
b. Periode menstruasi sangat mengganggu, atau
terdapat penyakit perlukaan saluran cerna
(ulkus), hemoroid (wasir), atau kanker kolon
(usus besar).
i. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
a. Gagal jantung,
b. Parestisia dan
c. Kejang
13

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. anak: Fe ↓ biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
 pasca perdarahan
 pada difisiensi zat besi
 anemia hemolistik
 anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan
produksi urine. Penurunan aliran darah keginjal
sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk
menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk
memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan
produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut,
mual, muntah dan penurunan nafsu makan
j. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat
yang tidak bergizi, Anak yang memakan sesuatu apa
saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA)
14

k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)


l. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
 Hb
 Eritrosit
 Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya :
- Tergantung berat ringannya anemia
- Tidak selalu berupa transfusi darah
- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan
(HB rendah)
b. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan penurunan komponen seluler (sel darah
merah, HB)
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan suplai oksigen ke jaringan
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kegagalan mencerna, intek yang
tidak adekuat, anoreksia
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
penurunan pertahanan sekunder terhadap infeksi
g. Hipertermi berhubungan dengan infeksi
granulositopenia
15

h. Konstipasi berhubungan dengan penurunan kerja


sistem gastrointestinal

3. INTERVENSI
a. Dx : Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi
jaringan (HB rendah)
Tujuan : Tidak merasakan nyeri,
Tindakan keperawatan:
1) Kaji tingkat nyeri
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat
mempermudah dalam menentukan intervensi
selanjutnya.
2) Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional : Dengan menarik nafas dalam
memungkinkan sirkulasi O2 ke jaringan
terpenuhi.
3) Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri
berkurang.
4) Kolaborasi pemberian penambah darah
Rasional : Membantu klien dalam menaikkan
tekanan darah dan proses penyembuhan

b. Dx : Gangguan perfusi jaringan berhubungan


dengan penurunan komponen seluler (sel darah
merah, HB)
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Tindakan keperawatan :
1) Ukur tanda-tanda vital :
16

Rasional : Untuk mengetahui derajat /


adekuatnya perfusi jaringan dan menentukan
intevensi selanjutnya.
2) Tinggikan kepala tempat tidur klien
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
seluler
3) Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman.
Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi
perifer dan menghindari panas berlebihan
penyebab vasodilatasi.
4) Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas
bila terjadi kelemahan.
Rasional : Stres kardiopulmonal dapat
menyebabkan kompensasi.

c. Dx: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


penurunan suplai oksigen ke jaringan
Tujuan: pertukaran gas tidak terganggu
Kriteria hasil: ventilasi dan oksigenasi adekuat,
tidak ada sianosis, tidak ada dispneu, suara
nafas efektif, tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Tindakan keperawatan
1) Posisikan klien semifowler
Rasional: untuk memaksimalkan ventilasi
2) monitor tanda-tanda vital
3) rasional: memberikan gambaran kondisi
hemodinamika tubuh
4) atur intake dan output cairan
17

5) rasional: mengoptimalkan keseimbangan cairan


dan elektrolit
6) monitor kedalaman, irama, usaha bernafas, suara
nafas, pola nafas, dan retraksi dinding dada
rasional: memberikan gambaran kondisi sistem
respirasi
7) monitor hasil analisa gas darah
rasional: menggambarkan kondisi asam-basa

d. Dx : Aktivitas intoleransi berhubungan dengan


kelemahan
Tujuan : aktifitas toleransi, dengan kriteria :
klien bisa melakukan aktivitas sendiri.
Tindakan keperawatan
1) Kaji tingkat aktifitas klien
Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang
dilakukan klien dan untuk menetukan intervensi
selanjutnya.
2) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
3) Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan
pasif
Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi
jaringan
4) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga
klien dapat memenuhi kebutuhannya.
5) Berikan lingkungan tenang
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk
menurunkan regangan jantung dan paru.
18

e. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan kegagalan mencerna, intek yang
tidak adekuat, anoreksia

Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria :


nafsu makan meningkat, porsi makan dihabiskan.

Rencana Tindakan:

1) Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang


disukai
Rasional : Mengidentifikasi efisiensi, menduga
kemungkinan intervensi.
2) Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi
sering dan bervariasi
Rasional : Pemasukan makanan atau menambah
kekuatan dan diberikan sedikit-sedikit agar
pasien tidak merasa bosan.
3) Beri HE tentang pentingnya makanan atau gizi
Rasional : Makanan yang bergizi dapat
mempercepat penyembuhan penyakitnya.
4) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan BB atau
efektivitas intervensi nutrisi.
5) Penatalaksanaan pemberian vitamin B1.
Rasional : Vitamin bisa menambah nafsu makan.
6) Konsul pada ahli gizi
Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit
untuk memenuhi kebutuhan individu.
19

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan


penurunan pertahanan sekunder terhadap infeksi
Tujuan : Mencegah / menurunkan resiko infeksi
Tindakan keperawatan:
1) Berikan perawatan kulit
Rasional : Menurunkan resiko kerusakan kulit
/ jaringan dan infeksi
2) Dorong perubahan posisi / ambulasi yang
sering
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua
segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi
3) Tingkatkan masukan cairan adekuat
Rasional : Membantu dalam mengencerkan
sekret pernafasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
4) Pantau suhu, catat adanya menggigil dan
takikardia.
Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi
membutuhkan evaluasi / pengobatan.

g. Hipertermi berhubungan dengan infeksi


granulositopenia
Tujuan: suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil:
1) Badan klien tidak teraba hangat
2) Tidak ada perubahan warna kulit
3) Suhu tubuh 36-37,5oC
4) Nadi 100-160x/ menit
5) RR 30-60x/ menit
20

Tindakan keperawatan:
1) Monitor suhu tubuh sesering mungkin
Rasional: Mencegah adanya syok
2) Monitor perubahan warna kulit
Rasional: Memberikan gambaran derajat
hipertermi dan mengetahui adanya infeksi
3) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Memberikan gambaran hemodinamik
tubuh
4) Monitor perubahan kesadaran
Rasional: Antisipasi terhadap adanyanya syok
atau kejang
5) Monitor intake dan output nutrisi dan cairan
Rasional: Nutrisi memberikan sumber energy
bagi klien. Input dan output cairan
memberikan gambaran keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh
6) Berikan selimut dan atau kenakan pakaian
yang menyerap keringat
Rasional: Mencegah evavorasi tubuh yang
kasat mata
7) Berikan kompres pada lipatan paha dan aksila
Rasional: Membantu menurunkan suhu tubuh
8) Kolaborasi pemberian antipiretik dan cairan
intravena
Rasional: Menurunkan suhu tubuh dan
memberikan keseimbangan kebutuhan cairan dan
elektrolit
21

h. Konstipasi berhubungan dengan penurunan kerja


sistem gastrointestinal
Tujuan: klien dapat defekasi dengan teratur
setiap hari
Kriteria hasil:
defekasi 1x/ hari,konsistensi lembut, eleminasi
feses tanpa mengejan berlebihan
Tindakan keperawatan:
1) Tentukan pola defekasi klien dan latih klien
untuk menjalankannya
Rasional: untuk mengembalikan keteraturan pola
defekasi
2) Atur waktu defekasi klien seperti sesudah makan
Rasional: memfasilitasi refleks defekasi
3) Berikan cukup nutrisi berserat sesuai indikasi
Rasional: Nutrisi serat tinggi dapat
memperlancar eliminasi fekal
4) Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3
liter/ hari
Rasional: melunakkan eliminasi feses
5) Berikan laktasif sesuai indikasi
Rasional: Melunakkan feses
22

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz, Uliyah Musrifatul. (2006). Keteramplan


Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC

http://www.mamashealth.com/stomach/Anemia.asp

http://www.gicare.com/pated/ecdgs46.htm

Lismidar , dkk. (2005). Proses Keperawatan. Jakarta :


Universitas Indonesia

Soeparman, Waspadji Sarwono.(2000). Ilmu Penyakit Dalam


Jilid 2. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai