Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

PARTUS SPONTAN

Disusun Oleh :
EVA ANNA WULANDARI
SN172027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu). Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Waspodo,
2008).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat,
2008).
Persalinan adalah serangkaian kegiatan yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari ibu (Asirah, 2010).

B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf
dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori Persalinan Hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
esterogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul HIS bila progesterone
turun.
2. Teori Plasenta menjadi Tua
Turunnya kadar hormone esterogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yan menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim menjadi besar dan menenggang menyebabkan iskemik, otot-otot rahim
sehingga terganggu sirkulasi utera-plasenta.
4. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
5. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan dnlam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
C. PATHWAY

(Sumber: Babak, dkk, 2008)

D. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan
nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron,
peningkatan oksitosin, peingkatan progesteronn, peningkatan prostaglandin dan tekanan
kepala bayi. Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
engagement, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala
janin, rotasi ektsterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulakn rasa mengejan
sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahr
akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10
menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontaksi akan mengurnagi area plasenta,
rahim bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terleas secara
bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, dan
robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat
menyebabkan terjadi resiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi
esterogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktib aktif
dan produksi laktasi dimulai.
E. MACAM-MACAM PERSALINAN
Persalinanberdasarknumurkehamilanyaitu:
1) Abortus
Pengeluaranhasilkonsepsisebelumjanindapathidupdiluarkandungan, beratjanin<500
gram atauusiakehamilankurangdari 20 minggu (Fadlun, 2012).
2) PartusImmaturus
Partusdarihasilkonsepsipadakehamilandibawah28minggudenganberatjaninkurangdari
1000 gram
3) PartusPrematurus
Kelahiranhidupbayidenganberatantara 1000 gram sampai 2500 gram sebelumusia 37
minggu
4) PartusMaturusatauAterm
Persalinanpadakehamilan 37-42 minggu, beratjanindiatas 2500 gram.
5) PartusPostmaturusatauPostterm
Persalinan yang terjadi 2 mingguataulebihdarihariperkiraanlahir (Saifuddin, 2014)
F. KALA PERSALINAN
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
Impartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena
serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Tanda dan gejala kala 1 adalah :
a. Rasa sakit adanya His yang lebih kuat, teratur dan sering.
b. Keluar lender bercampur darah
c. Serviks mulai membuka dan mendatar
d. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
Kala I dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan
3cm berlangsung 7-8 jam.
2. Fase aktif, berlanhsung selama 6 jam da dibagi menjadi 3 subfase:
a. Periode akselerasi
Berlangsung 2 jam, pmbukaan menjadi 4 cm
b. Periode dilatasi maksimal (steady)
Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi, berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap.
Perbedaan fase pembukaan primipara dan multipara
1. Primi : serviks membuka dulu baru dilatasi 13-14 jam
2. Multipara : mendatar dan membuka bersamaan, berlangsung 6-7 jam
b. Kala II (kala Pengeluaran Janin)
Persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Primi 1,5 jam – 2 jam, multi ½ jam – 1 jam. Terdapat
beberapa tanda dan gejala kala II persalinan:
1. Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau vaginanya.
3. Perinium terlihat menonjol.
4. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Gerakan-gerakan utama dari meknisme persalinan adalah:
1. Penurunan kepala
2. Fleksi
3. Rotasi dalam (outaran faksi dalam)
4. Ekstensi
5. Ekspulsi
6. Rotasi luar (putaran faksi luar)
Jika dalam 15 menit plasenta belum juga lahir maka ulangi pemberian oksitosisn 10
unit IM, tunggu kontaksi yang kuat.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim isirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan
fundus uteri setingi pusat dan berisi plasenta yang menjadi 2x tebal sebelumnya.
Beberapa saaat kemudian timbul HIS pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu
5-10 menit seluruh plasent terlepas. Terdorong ke dalam vagina dan akan lahir
spontan dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri, seluruh proses
biasanya berlangsung 15-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta biasanya
disertai dengan darah kira-kira 100-200 cc.Tanda-tanda terlepasnya plasenta yaitu
uterus menjadi berbentuk bulat, tali pusat bertambah panjang, terjadi semburan
darah secara tiba-tiba.
Tanda dan Gejala kala III
a. Kontraksi uterus
b. Fundus uteri naik oleh karena placenta bergerak ke segmen atas uterus ke
segmen bawah uterus.
c. Tali pusat di depan vulva memanjang
d. Sejumlah darah keluar mendadak/terjadi semburan darah.
Manajemen aktif
1. Tujuan manajemem aktif
Untuk menghasilkan konraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersigkat waktu, mencegah perdarahan dan emngurangi kehilangan darah.
Penatalaksanaan manajemen aktif kala III dapat mencegah terjadinya kasus
perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri dan retensia
plasenta.
2. Langkah manajemen aktif
a. Pemberian suntikan oksitosin
Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir. Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara IM. Tujuan
pemberian oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat
dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi
kehilangan darah.
b. Penegangan tali pusat terkendali
Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva dikarenakan
dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evolusi
tali pusat. Meletakkan tangan diatas simpisis pubis dan tangan yang satu
memegang klem di dekat vulva. Tujuan agar bisa merasakan uterus
berkontraksi saat plasenta lepas.

c. Massase Fundus Uteri


Setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri,
sedangkan tangan kanan memastikan bahwa katiledon dan selaput plasenta
dalam keadaan lengkap. Periksa maternal ddan fetal. Periksa kembali uterus
setelah 1-2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Evaluasi kontraksi
uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama 1 jam kedua pasca persalinan.

d. Kala IV (Kala Pengawasan)


Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi
kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus menerus. Tugas uterus ini dapat
dibantu dengan obat oksitosin. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru
melahirkan, periksa ulang dulu dan perhatikanlah berikut:
1. Pantau tekanan darah, andi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan
setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam 1 jam pada
kala IV.
2. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit
dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV
3. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua
pasca persalinan.
4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit daalam satu jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5. Ajarkan ibu dan kelurgaya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus,
juga bagaimana melakukan pmijatan jika uterus menjadi lembek.
(Estiwidani, 2008)

G. KLASIFIKASI
1. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan buatan
Bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar yaitu alat foreps, vacum, dan sectio
caesarea.

3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar dengan jalan rangsangan,
yaitu dengan induksi, amniotomi, dan lain-lain.
(Depkes, 2009)

H. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah lightening atau dropping yang merupakan
kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan
lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase laborfains) servik
menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah
(bloody show) (Haffieva, 2011).
Tanda-tanda in partu:
1. Rasa sakit oleh adanya HIS yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendr dan bercmpur darah yang lebih banyak robekan kecil pada bagian
serviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar.

I. KOMPLIKASI
1. Infeksi
2. Ruptur perineum
3. Atonia uteri
4. Retensi plasenta/ retensi sisa plasenta
5. Hematom pada vulva
6. Kolpaporeksis
7. Robekan serviks
8. Emboli air ketuban
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG adalah pemeriksaan janin menggunakan frekuensi gelombang
suuara tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim yang
disebut senogram.
2. Pemeriksaan laboratorium adalah pemerikasan untuk mendapatlan informasi
tentang kesehatan pasien.

K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kala I
1) Nama, Umur, Alamat
2) Gravida dan para
3) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
4) Riwayat ANC
5) Riwayat kehamilan sebelumnya
6) Riwayat medis lainnya seperti hipertensi
7) Riwayat medis saat ini (sakitkepala, pusing, dll)
8) Pomenilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, kebersihan,
status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
9) Menilai TTV, untuk akurasi pemeriksaan TD dan nadi menggunakan
diantara dua kontraksi.
10) Pemeriksaan abdomen
11) Menentukan TFU
12) Kontraksi uterus
Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
a. Memantau DJJ
b. Menentukan presentasi bokong dan kepala
c. Menentukan penurunan bagian bawah janin
d. Pemeriksaan dalam
1) Nilai pembukaan dan penipisan serviks
2) Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga
panggul
3) Jika bagian bawah kepala pastikan petunjuknya
b. Kala II
1. Aktivitas dan istirahat
a. Adanya kelelahan, ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/relaksasi
b. Letargi
c. Lingkaran hitam dibawah mata
2. Sirkulasi : tekanan darah dapat meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi
3. Integritas ego
a. Respon emosional dapat meningkat
b. Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti klien mengejan
secara aktif
4. Eliminasi
a. Keinginan untuk BAB, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan uterus
b. Dapat mengalami raba sfekal saat mengejan
5. Nyeri
a. Dapat meringis selama berkontraksi
b. Melaporkan rasa meregang pada pineum
c. Kaki dapat gemetar saat mendorong
d. Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5-2 menit dan berakhir 60-90 detik
e. Dapat melawan kontraksi
6. Pernafasan : peningkatan frekuensi pernapasan
7. Keamanan
a. Diaforesi sering terjadi
b. Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8. Seksualitas
a. Serviks dilatasi penuh (10cm) dan menonjol 100%
b. Peningkatan penampakan perdarahan vagina
c. Penonjolan rectal/perineal dengan turunnya janin
d. Membrane mungkin rupturp ada saa tini
e. Peningkatan pengeluaran ammonium selama kontraksi

c. Kala III
1. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampi keletihan
2. Sirkulasi
a. Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian
kembali ketingkat normal dengan cepat
b. Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgetik dan anestesi
c. Frekuensi nadi lambat dan respon terhadap perubahan jantung
3. Makanan/cairan : kehilangan darah normal 200-300 ml
4. Nyeri/ketidaknyamanan :inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir
menentukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomy jalan lahir
mungkin ada.
5. Seksualitas :darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta
lepas dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi.
Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid
menjadi bentuk globular.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kondisi umum ibu : TTV, status mental klien
b. Inspeksi : perdarahan aktif dan terus menerus sebelum dan sesudah
melahirkan plasenta
c. Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum atau
sesudah pengeuaran plasenta.

d. Kala IV
1. Aktivitas dan istirahat
Pasien tampak berenergi/keletihan dan mengantuk
2. Sirkulasi
a. Nadi biasanya lambat (50-70x/menit)
b. Tekanan darah bervariasi
c. Edema : bila ada mungkin dependen (missal : pada ekstremitas bawah)
atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah
3. Integritas ego
a. Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah ubah
b. Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku inter
partum atau kehiangan control
4. Eliminasi
a. Hemoroid sering ada dan menonjol
b. Kandung kemih mungkin teraba diatas simpisis pubis
c. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran
urinarius.
5. Makanan/cairan : dapat mengeluh haus, lapar, dan mual
6. Neurosensori : hiperfelksia mungkin terjadi
7. Nyeri/ketidaknyamanan
8. Keamanan
a. Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit
b. Perbaikan episiotomy utuh dengan tepi jaringan merapat
9. Seksualitas
a. Fundus keras berkontraks, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilicus
b. Lochea jumlah sedang, drainase vagina
c. Payudara lunak dan putting tegang
10. Catat obat yang diberikan termasuk waktu dan jumlah
11. Pemeriksaan diagnostik :Hb/Ht, jumalh darah lengkap, urinalisis,
pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai indikasi dan temuan fisik.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kala I
Nyeri akut b/d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/ peregangan
jaringan, kompresi saraf dan pola kontraksi dengan pengungkapan nyeri,
gelisah, wajah menahan nyeri dan penyempitan fokus.
a. Kala II
Nyeri b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi)
b. Kala III
Risiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan, perdarahan,
diuresis; keringat yang berlebihan.
c. Kala IV
Risiko infeksi terhadap maternal b/d prosedur invasif berulang, trauma
jaringan, pemajangan terhadap patogen, persalinan lama atau pecah ketuban
3. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan askep 1. Identifikasi derajat 1. Mengklarifikasi kebutuhan
tekanan selama 1x30 menit ketidaknyamanan dan memungkinkan intervensi yang
mekanik pada diharapkan nyeri akut sumbernya tepat
bagian berkurang yang ditandai 2. Pantau dan catat aktifitas 2. Membantu mengidentifikasi pola
presentasi, dengan: uterus pada setiap kontraksi abnormal sehingga
dilatasi/ 1. Mengungkapkan kontraksi memungkinkan pengkajian dan
peregangan penurunan nyeri 3. Berikan informasi dan intervensi segera
jaringan, 2. Menggunakan tekinik dukungan yang 3. Supaya klien tetap mendapatkan
kompresi saraf yang tepat untuk berhubungan dengan informasi sehingga mendukung
dan pola mempertahankan kontrol kemajuan persalinan upaya-upaya yang dilakukan
kontraksi istirahat diantara waktu 4. Bantu klien posisi optimal 4. Posisi yang tepat akan
dengan kontraksi 5. Bantu klien untuk mengoptimalkan upaya
pengungkapan mengatur pola nafas mengejan, memudahkan
nyeri, gelisah, kemajuan persalinan dan
wajah menahan menurunkan ketidaknyamanan
nyeri dan 5. Membantu menurunkan ersepsi
penyempitan nyeri dalam korteks selebral
fokus.

2 Nyeri b/d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang skala nyeri 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan
injuri fisik keperawatan selama 1x30 2. Anjurkan ibu agar intervensi yang tepat
(trauma jalan menit diharapkan nyeri menggunakan teknik 2. Untuk mengalihkan perhatian ibu
lahir, berkurang dengan KH: relaksasi dan distraksi rasa dan rasa nyeri yang dirasakan
episiotomi) 1. Skala nyeri 0-1, ibu nyeri 3. Memperlancar pengeluaran
mengatakan nyerinya 3. Motivasi untuk mobilisasi lochea, mempercepat involusi
berkurang sampai hilang sesuai indikasi dan mengurangi nyeri secara
2. Tidak merasakan saat 4. Berikan kompres hangat bertahap
mobilisasi 5. Kolaborasi pemberian 4. Meningkatkan sirkulasi pada
3. TTV dalam batas normal analgetik perineum
TD:120/80 mmHg 5. Melonggarkan sistem saraf
N: 80 x/menit perifer sehingga rasa nyeri
S: 36’50C – 37’50C berkurang.
RR: 18-20 x/menit
3 Risiko defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau TTV setiap 4 jam, 1. Mengidentifikasikan
volume cairan keperawatan selama 1x30 warna urine, status umum penyimpangan indikasi
b/d pengeluaran menit diharapkan klien dapat 2. Pantau cairan masuk dan kemajuan/ penyimpangan dari
yang berlebihan, mendemonstrasikan status cairan keluar setiap 2 jam hasil yang diharapkan
perdarahan, cairan membaik dengan KH: 3. Beritahu dokter bila 2. Mengidentifikasi keseimbangan
diuresis; 1. Tidak ada manifestasi haluaran urine cairan pasien secara adekuat dan
keringat yang dehidrasi <30ml/jam,haus, teratur
berlebihan. 2. Resolusi oedema takikardia, gelisah, TD 3. Temuan temuan ini menandakan
3. Haluaran urine diatas 30 dibawah normal, urine hipovolemia dan perlunya
ml/jam gelap peningkatan cairan
4. Kulit kenyal/ turgor kulit 4. Konsultasi dokter bila 4. Mencegah pasien jatuh kedalam
baik manifestasi kelebihan kondisi kelebihan cairan yang
cairan terjadi beresiko terjadinya oedem.
4 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan perawta perineal 1. Membantu meningkatkan
terhadap asuhan keperawtan selama 1 setiap 4 jam dengan kebersihan, mencegah terjadinya
maternal b/d x 30 menit diaharapkan menggunakan asepsis infeksi virus
prosedur invasif pasien tidak terjadi infeksi media. Singkirkan 2. Membantu meningkatkan
berulang, dengan KH: kontaminan fekal yang kebersihan, mencegah terjadinya
trauma jaringan, 1. Tidak terjadi tanda-tanda dikeluarkan infeki uterus
pemajangan infeksi baik lokal maupun 2. Lakukan pemeriksaan 3. Pemeriksaan vagina berulag
terhadap sistemik vagina hanya bila sangat meningkatkan infeksi
patogen, perlu denga menggunakan endometrial
persalinan lama teknik aseptik 4. Peningkatan suhu atau nadi
atau pecah 3. Pantau suhu & nadi menandakan infeksi
ketuban 4. Gunakan asepsis bedah 5. Menurunkan risiko kontaminasi
pada persiapan peralatan 6. Untuk profilaksis
5. Berikan antibiotik sesuai 7. Mencegah ineksi pascapartum
indikasi dan endometriosis
6. Berikan kondisi aseptik
untuk kelahiran
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah,et al. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Bobak, dkk. 2008, Buku Ajar KeperawatanMaternitasEdisi 4. Jakarta: EGC

Depkes.2008. Pelatihan Klini Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. USAID

Estiwidani Dwana, DKK. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya

Mufdilan dan Hidayat. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Mitra Cendikta.

Waspodo, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai