Okt 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pengajaran yang dilakukan oleh lembaga pendidikan menyediakan para tenaga yang
mumpu pada bidangnya, dengan tujuan para siswa terdidik menjadi lebih baik dalam segala hal. Dengan
harapan seperti inilah selain karena kemauan belajar dari para murid, tujuan tersebut juga harus ditunjang oleh
para pengajar yang terampil dalam segala hal. Pada kegiatan pembelajaran, percakapan akan lebih mendominasi
baik antara guru dengan siswa, ataupun siswa dengan siswa. Proses penyampaian materi dari guru kepada siswa
sangat penting dilakukan guna memperoleh pemahaman siswa mengenai dalil, hukum dan segala sesuatu yang
telah dijelaskan oleh guru. Untuk itu diperlukan keterampilan-keterampilan dasar yang perlu dikuasai oleh
seorang guru dalam mengajar. Keterampilan tersebut di antaranya ialah keterampilan membuka dan menutup
pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan bertanya, keterampilan mengelola kelas, keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil,
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Pada makalah kali ini yang akan dibahas adalah keterampilan menjelaskan. Keterampilan menjelaskan sangat
perlu dipelajari oleh seorang guru, sebab dengan mempelajari keterampilan menjelaskan diharapkan output guru
yang dihasilkan nantinya dapat menyampaikan pesan kepada para murid dan dapat diterima oleh akal, pikiran
dan perasaaannya masing-masing. Penyampaian pesan tidaklah mudah, mengingat para siswa memiliki sifat dan
pemikiran yang berbeda-beda. Oleh sebab itulah betapa pentingnya mempelajari segala keterampilan dasar
menjelaskan sebelum kita terjun langsung dalam dunia pendidikan.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran
tergantung kebutuhan dan kondisi.
2. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
3. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pelajaran
4. Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa
5. Guru dapat memberikan penjelasan apabuila ada pertanyaan dari siswa ataupun yang direncanakan oleh
guru sebelumnya3)
1. D. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan pelajaran
Komponen keterampilan menjelaskan terbagi menjadi 2, yaitu :
Cakupannya :
1. Menganalisis masalah secara keseluruhan, dalam hal ini termasuk mengidentifikasi unsur-unsur apa yang
akan dihubungkan dalam penjelasan tersebut.
2. Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan
3. Menggunakan hukum, rumus, dan generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
2. Yang berhubungan dengan penerima pesan
Penerima pesan harus disesuaikan dan harus dipertimbangkan karakteristik masing-masing penerima pesan
(peserta didik). Kesiapan siswa memahami penjelasan, berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, kemampuan,
latar belakang sosial, dan lingkungan belajar.
1. Kejelasan
Kejelasan yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa lisan. Kejelasan dalam
menjelaskan, dapat dicapai dengan berbagai cara seperti bahasa yang jelas, berbicara dengan lancar, dan
mendefinisikan istilah-istilah teknis, serta berhenti sejenak untuk melihat respon peserta didik. Dalam
memebrikan kejelasan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa dan menghindari
ucapan-ucapan dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh siswa.
1. Pemberian tekanan
Pemberian tekanan dilakukan pada bagian-bagian yang penting dengan cara penekanan suara atau
mengemukakan tujuan.
1. Memberikan pengulangan
2. Mengatakan sesuatu yang dianggap penting dengan kalimat lain yang lebih mudah dipahami
3. Memberikan tanda lisan, seperti kata “pertama”, ”kedua”, “yang pentoing adalah…”, “perhatikan baik-
baik konsep” atau “perhatiikan yang ini agak sukar”.
4. Memberikan Balikan
Dalam menyajikan penjelasan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siwa-siswinya untuk
menunjukkan pemahaman ataupun keraguannya selagi penjelasan itu berlangsung. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu
ditanyakan, “Apakan penjelasan tadi bermakna bagi kalian?, dan sebagainnya.4)
1. E. Tahapan Menjelaskan Pelajaran menurut PP No. 41 Tahun 2007
Tahapan kegiatan menjelaskan pelajaran, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara
sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.5)
1. F. Tahapan Menjelaskan Pelajaran sesuai PP No. 65 Tahun 2013
Kegiatan inti merupakan tahapan dalam menjelaskan pelajaran yang menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran. Dalam kegiatan inti, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan
refleksi untuk mengevaluasi:
1. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari
menerima, menjalankan,menghargai,menghayati,hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran
berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.
1. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
hingga mencipta.Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk mendorong peserta didik menghasilkan
karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
1. Keterampilan
Keterampilandiperolehmelaluikegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Seluruh isi materi (topic dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong
siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu
melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).6)
BAB IV
PENUTUP
Tahapan kegiatan menjelaskan pelajaran menurut PP nomor 41 tahun 2007 adalah kegiatan inti merupakan
suatu proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Tahapan kegiatan menjelaskan pelajaran menurut PP nomor 65 tahun 2013 adalah kegiatan inti merupakan
suatu tahapan dalam menjelaskan pelajaran yang menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Dalam kegiatan inti, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk
mengevaluasi:
1. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari
menerima, menjalankan,menghargai,menghayati,hingga mengamalkan.
1. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
hingga mencipta.Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan.
1. Keterampilan
Keterampilandiperolehmelaluikegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Seluruh isi materi (topic dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong
siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu
melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
Keterampilan menjelaskan merupakan aspek yang sangat penting bagi guru sebagai
pengajar karena sebagian besar percakapan pembelajaran mempunyai pengaruh besar terhadap
pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang
didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang
masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.[1]
Seorang guru harus dapat menjelaskan berbagai hal kepada peserta didiknya. Pejelasan yang
disampaikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir peserta didik. Misalnya guru akan
menjelaskan konsep “atas”. Jika peserta didiknya adalah usia TK (4-5 tahun) maka dia harus
menjelaskan konsep tersebut secara konkret dan nyata. Begitu pula pada siswa tingkat SD, SMP,
SMA, dan Tingkat Tinggi.
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan satu dengan yang lain. Misalnya
sebab dan akibat.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik disajikan dengan urutan yang cocok
merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat
penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas.[2]
Menjelaskan berarti memberikan penjelasan atau pengertian pada seseorang. Oleh sebab
itu seorang guru yang melakukan kegiatan explaining, harus :
Keterampilan memeberi penjelasan adalah penyajian informasi secara lisan yang dikelola
secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu di dengan yang lainya.
Ciri utama keterampilan penjelasan yaitu menyampaikan informasi yang terencana dengan
baik, disajikan dengan benar, serta urutan yang cocok.[4]
1. Menyampaikan informasi
Pada tahap ini guru menguraikan istilah-istilah asing yang belum dikenal peserta didik.
3. Menjelaskan
4. Pemberian contoh
Untuk meyakinkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dijelaskan, berilah
contoh konkret secara nyata.
5. Latihan
Langkah terakhir di dalam pejelasan adalah latihan. Latihan peserta didik dengan mencari
hubungan sebab-akibat pada fenomena atau peristiwa yang lain.
Beberapa tujuan yang akan dicapai dalam memberikan penjelasan di kelas antara lain :
1. Untuk membimbing siswa- siswi memahami dengan jelas jawaban dari pertanyaan “mengapa” yang
di kemukakan oleh guru atau yang diajukan oleh siswa-siswi.
2. Menolong siswa-siswi mendapat dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara
objektip dan bernalar.
4. Untuk mendapat umpan balik dari siswa-siswi mengenai tingkat pemahamanya dan untuk mengatasi
kesalahan pengertian mereka.
5. Menolong siswa-siswi unk menghayati dan mendapat proses, peralatan, dan penggunaan bukti
dalam penyelesaian keadaan (situasi) yang meragukan (belum pasti).[5]
9. Menanamkan sikap yakin pada diri, bahwa berpikirnya benar (beri jawaban yang benar).
10. Menuntun siswa kepada pengertian yang jelas dalam memecahkan pertanyaan “ apa, mengapa, dan
bagaimana”.
12. Untuk memperoleh feedback dari siswa berdasarkan pada tingkat pengertian mereka/ menghindari
salah pengertian.
13. Membantu siswa menghargai dan memperoleh proses of reasoning (proses kiat) dan menggunakan
bukti didalam memecahkan hal-hal yang tidak pasti.[7]
1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun diakhir
pembelajaran.
2. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi
dasar.
3. Penjelasan dapat dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan
materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan
pembelajaran.
4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik.
5. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta
didik.[8]
7. Tidak semua murid dapat menggali sendri pengetahuan dari buku atau sumber lainya. Oleh sebab
itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tertentu.
8. Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaat oleh murid dalam belajar. Guru perlu
membantu murid dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan
materi yang diperlukan.[9]
Komponen-komponen mengajar menjelaskan dapat ditinjau secara garis besar terbagi dua,
yaitu dari sisi menganalisis dan merencanakan dan penyajian.
1. Merencanakan
Pnjelaskan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik terutama yang
berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan.[10]
Setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penjelasan yaitu isi
pesan yang akan disampaikan dan peserta didik.
Susunlah garis besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami peserta
didik.
Siapkan alat praga untuk memberikan contoh (ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar materi yang
akan dijelaskan.
Yang berhubungan dengan peserta didik :
2. Penyajian
1. Bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan,
tetapi dapat didengar oleh peserta didik.
3. Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu,
seperti “eu” , “mm”, “ya ya”, “ya toh” ( hal ini perlu dilatih dan dibiasakan).
4. Bila ada istilah-istilah khusus atau baru, berilah defenisi yang tepat.
5. Perhatikanlah, apakah semua peserta didik dapat menerima penjelasan, dan apakah penjelasan yang
akan diberikan dapat difahami serta menyenangkan dan dapat membantu membangkitkan motifasi
belajar mereka.
Selain hal-hal diatas, terdapat dua pola yang dimiliki efektivitas tinggi dalam
menghubungkan contoh dan dalil, yaitu :
Pola Induktif, yaitu diberikan contoh terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan umum atau dalil
(rumus).
Pola Induktif, yaitu hokum, contoh-contoh digunakan untuk memperjelas atau merinci lebih dalam
suatu hokum atau feneralisasi yang tealah diberikan lebih dahulu.
Pola yang mana akan dipakai akan sangan bergantung kepada jenis bidang studi, usia siswa,
dan latar belakang pengetahuan murid tentang pelajaran tersebut. Sehubungan juga dengan pola
dalil dan contoh ini adalah penggunaan kata-kata penghubung dan ungkapan-ungkapan khusus
secara teknis dan kelompok istilah yang digunakan untuk menghubungkan ide-ide dalam suatu
penjelasan.[11]
6. Penggunaan contoh dan ilustrasi : dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-
contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-
hari.
7. Pemberian tekanan : dalam memberikan penjelasan, guru harus memusatkan perhatian siswa
kepada masalah-masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini
guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “yang terpenting adalah” atau “perhatikan
dengan baik anak-anak, yang ini agak sukar”.
8. Penggunaan balikan : “guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
pemahaman, keraguan atau ketidakjelasan ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan seperti : “apakah anak-anak mengerti dengan penjelasan Ibu tadi?”
dan sebagainya.
Pada hakikatnya fungsi utama menjelaskan adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu
keterampilan guru untuk menjelaskan masalah atau teori kepada siswa harus memenuhi sehingga
siswa mudah menerima dan menyerapnya. Penjelasan oleh guru selain untuk memberikan
pengalaman, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan,
persetujuan, keinginan penyapinformasi tentang suatu peristiwa dan kemampuan memperluas
wawasan.
Ketermpilan menjelaskan merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dalam
proses belajar-mengajar, tidak hanya penting bagi siswa, tetapi juga sangat penting bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan penjelasan guru yang memicu siswa, maka siswa
dapat berbalik mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan
perasaan yang dimiliki. Selain itu mngembagkan daya piker dan kreativitas siswa dalam belajar.
Pada kenyataanya cara mengajar guru tidak seperti yang diharapkan, guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran melakukan kesalahan yang tidak disadari antara lain :
Sebaiknya guru jangan duduk terus menerus. Dengan adanya perpindahan posisi, akan
menciptakan perhatian siswa.
4. Guru tidak memiliki perencanaan awal yang akan diajarkan kepada siswa.
Sebelum melakukan proses pembelajaran, guru seharusnya memiliki rancangan awal tentang
apa yang akan diajrkan, agar memiliki arah yang jelas dalam menjelaskan.
Sebaiknya tulisan guru harus bisa dijangkau oleh siswa paling belakang bisa dengan cara
menanyakan kepada siswa yang paling belakang apakah tulisa tersebut sudah bisa terlihat.
Dalam kegiatan guru memberikan penjelasan haruslah kreatif, karena guru yang penuh
inovasi akan selalu ditunggu para muridnya, tentunya kreasi dan inovasi yang positif. Bagaimana
mungkin seorang guru mengajarkan muridnya supaya aktif kalau ia sendiri kontraproduktif. Dari sini
diketahui bahwa guru banyak berurusan dengan strategi dalam melaksanakan tugas mengajar
sehari-hari.
1. Lebih mudah dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan, menggorganisasi, dan
menilai informasi yang diterima.
2. Lebih mudah dalam memancing meningkatkan kemampuan siswa dalan membentuk dan
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas informasi yang lengkap dan relevan.
4. Dapat mengatasi masalah pembelajaran yang diikuti oleh jumlah peserta didik yang besar.
5. Merupakan cara yang lebih mudah saat guru akan memulai mengenalkan materi.
6. Dapat meningkatkan analisis guru terhadap teori yang sedang disampaikan dan guru menjadi benar-
benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam.
2. Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka perjalanan akan terkesan membosankan.
3. Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, kesempatan untuk berdiskusi menjadi terlalu sedikit bahkan
habis untuk menjelaskan.[12]
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Zainal Asril. 2010. Micro Teaching. Jakarta : PT Raja Grapindo Persada.
Drs. Moh Uzer Usman. 2000. Menjadi Guru profesional. Bandung : PT Remaja Rosda karya.
Dr. E. Mulyasa. 2005. Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosda karya.
Prof. Dr. H. Buchari Alma. 2009 . Guru Profesional menguasai metode dan keterampilan mengajar.
Bandung : Alfabeta .
Drs. Ad Rooijakkers. 1991. Mengajar Dengan Sukses petunjuk untuk merencanakan dan
menyampaikan pengajaran. Jakarta : PT Grasindo.
Drs. Didi Supriadie, Dr. Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Drs. Saiful Bahri Djamarah. 1997. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Banjarmasin : PT
Rineka Cipta.
Suyono dan Harianto. 2012. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung; PT Remaja
Rosdakarya.
[1] Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan, Mulyasa (Bandung,
PT Remaja Rosdah karya :2005) hlm . 80
[2] Model-model pembelajaran mengembangkan profesionallisme guru, Rusman ( Jakarta, Rajawali pres,
2011) hlm. 86-87
[3] Guru profesional menguasai metode dan terampil mengajar, Buchari Alma (Bandung, Alfabeta : 2009)
hlm. 35-36
[4] Microteaching , Zainal asril (Jakarta, Rajawali pers PT Raja Grafindo Persada) hlm. 84
[5] Microteaching, Erni dkk ( Surabaya, Aprinta,: 2009) hlm.18
[6] Komunkikasi pembelajaran, Didi Supriadi, Deni Darmawan ( Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2012)
hlm.156-157
[8] Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan, Mulyasa (Bandung,
PT Remaja Rosdah karya :2005) hlm . 80
[9] Menjadi guru profesional, Moh.uzer Usman, (Bandung, PT Remaja Rosda karya : 2000) hlm. 89
[10] Ibid.hlm 90
[11] Menjadi guru professional, Moh.uzer Usman, (Bandung, PT Remaja Rosda karya : 2010) hlm. 81-82