PENDAHULUAN
Pendarahan setelah buang air besar. Warna darah berwarna merah terang.
Terdapat lendir setelah buang air besar.
Benjolan tergantung di luar anus. Benjolan ini biasanya harus didorong kembali
ke dalam setelah buang air besar.
Pembengkakan, rasa nyeri, dan kemerahan di sekitar anus.
Mengalami gatal-gatal di sekitar anus.
Pembuluh darah bisa membengkak di dalam anus dan tidak dapat terlihat, ini disebut
sebagai hemoroid internal. Pembengkakan juga bisa terjadi di luar anus yang terasa lebih
nyeri, yaitu di dekat lubang anus, disebut sebagai hemoroid eksternal. Wasir atau
hemoroid adalah penyakit yang umum terjadi. Pada usia 50 tahun, hampir setengah orang
dewasa menderita gatal-gatal, tidak nyaman, dan pendarahan. Ini bisa menandakan
munculnya hemoroid.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum dan Khusus
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien hemoroid secara
komprehensif.
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan hemoroid.
- Mahasiswa mampu merumuskan analisa data pada pasien hemoroid.
- Mahasiswa mampu memprioritaskan masalah keperawatan pada pasien hemoroid.
- Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien hemoroid.
- Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien hemoroid.
1
- Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien hemoroid
2
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis.
Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena sering
menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan manifestasi untuk diberikan
intervensi.
Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai tampilan klinis,
Hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna
adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di
bawah epitel anus.
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang
berada di bawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna
adalah pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (sub mukosa) diatas atau di dalam
linea dentante. (Sudoyo A,dkk 2009).
2.2 Etiologi
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau penyakit,
namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid
seperti berikut ini.
1. Pendarahan pada usus, seperti pada kondisi kolitis ulseratif atau penyakit crohn.
2. Kehamilan, berhubungan dengan masalah anorektal.
3. Konsumsi makanan rendah serat.
4. Obesitas.
5. Hipertensi portal.
2.5 Patwhay
5
Konsumsi makanan Terlalu lama duduk di Kehamilan Peradangan pada usus,
rendah serat toliet (atau saat membaca) obesitas seperti kolitis ulseratif
atau penyakit Crohn
hemoroid
anoreksia
Respons
Port de serabut lokal preoperatif Kecemasan pemenuhan
entree informasi
Kerusakan
Luka Pasca bedah
jaringan lunak
pascabedah
pascabedah
6
2.6 Klasifikasi dan derajat ( sudoyo Aru, dkk, 2009 )
Stadium hemoroid
2.7 Komplikasi
1. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat
banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan
bisa mengakibatkan kematian.
2. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis.
3. Peradangan
7
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.
2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Koreksi konstisipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein.
(Daniel, W.J)
b. Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar.
c. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid.
Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek
samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurani tonus
vena, mengurangi hiperpermeabilitas mekanismenya. (Acheson, A.G).
2. Pembedahan
Apabila hemoroid internal derajat 1 yang tidak membaik dengan
penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan. HIST
(Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan
hemoroid antara lain : (Acheson,A.G)
a. Hemoroid internal derajat II berulang
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus
d. Hemoroid derajat I dan II dengan pennyakit penyerta seperti fisura
3. Skleroterapi.
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya
5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid internal dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan
jaringan parut.
4. Ligasi.
Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligas
gelang karet. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau diisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet
didorong dari ligator dan ditempatkan secara tepat di sekeliling mukosa pleksus
hemoroidalis tersebut. (Peng, 2004).
8
5. Hemoroidektomi.
Intervensi ini dilakukan pada psien dengan keluhan kronis dan dengan
stadium III dan IV.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. IDENTITAS
A. Biodata Klien
Nama :
Jenis kelamin :
Umur : Penyakit hemoroid sering terjadi pada usia 50 tahun
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan pada anus, nyeri, dan merasa ada
benjolan di sekitar anus.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami wasir sebelumnya, peradangan pada usus,
dan diet rendah serat.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
e. Riwayat psikososial
Pasien merasa cemas diakibatkan BAB yang disertai dengan darah.
2. PEMERIKSAAN FISIK
1) Rambut : Rambut klien bersih, rambut hitam beruban, bentuk kepala simetris,
tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada kelainan lain di kepala.
2) Mata : Bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris, bulu mata ada,
konjungtiva pucat, reflek pupil normal,
3) Abdomen/perut
10
Inspeksi : datar tidak membesar
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani (+), nyeri tekan (-), asites (-)
Palpasi : hepar, lien, ginjal tidak teraba
4) Daerah rektum
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
menempel pada tempat tidur.
1. Insfeksi : terdapat benjolan sekitar anus
a. Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
b. Bagaimana warnanya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
c. Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).
2. Palpasi
Dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan
melakukan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah
ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
b. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk mendeteksi
ada atau tidaknya hemoroid.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata
c. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
d. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai
karsinoma.
e. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien
mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
f. Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini
dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering
11
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa
padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
g. Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan
keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan
3.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan
3.3 Intervensi
1. Nyeri b.d iritasi intestinal, respons pembedahan
Tujuan : Dalam waktu 3 jam nyeri hemoroid dan 2x24 jam pasca bedah nyeri
berkurang atau teradaptasi
Kriteria evaluasi:
Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi.
Skala nyeri 0-1 (0-4).
TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam
12
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan,
meliputi:
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST. Pendekatan PQRST dapat secara
komprehensif menggali kondisi nyeri
pasien. Apabila pasien mengalami skala
nyeri 3 (0-4).
Anjurkan melakukan rendam bokong.
Rendam bokong dengan larutan PK dapat
menurunkan kolonisasi jamur pada area
perianal sehingga menurunkan stimulus
Anjurkan mandi rendam air hangat. gatal atau nyeri pada hemoroid.
Istirahatkan pasien pada saat nyeri rangsang nyeri dari trombus hemoroid.
muncul.
Istirahat secara fisiologis akan menurunkan
kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
13
Atur posisi fisiologis. Pengaturan posisi semifowler akan
membantu merelaksasi otot-otot abdomen
pascabedah sehingga dapat menurunkan
stimulus nyeri dari luka pascabedah.
14
2. Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostik, rencana pembedahan, dan
rencana perawatan di rumah.
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
prosedur diagnostik, pembedahan hemoroid, kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat
dan rencana perawatan rumah. menggunakan pendekatan yang sesuai
dengan kondisi individu pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut
perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.
Cari sumber yang meningkatkan penerimaan Keluarga terdekat dengan pasien perlu
informasi dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk
menurunkan resiko misinterpretasi terhadap
informasi yang diberikan.
Ajarkan toilet retraining. Toilet retraining dilakukan dengan
mengingatkan kembali pada pasien bahwa
kamar mandi bukanlah perpustakaan. Pasien
tidak harus duduk di toilet cukup lama untuk
mengevakuasi isi usus dan tidak berupaya
untuk mengejan terlalu kuat karena dapat
menyebabkan hemoroid membesar.
Jelaskan tentang terapi skleroterapi. Peran perawat mengklarifikasi pemberian
penjelasan medis mengenai terapi
skleroterapi. Skleroterapi adalah penyuntikan
larutan kimia ke area pleksus hemoroidalis
yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan jaringan parut sehingga tidak
terjadi lagi pelebaran vena.
Jelaskan tentang prosedur pembedahan Istirahat merupakan hal yang penting untuk
15
penyembuhan normal. Kecemasan tentang
pembedahan dapat dengan mudah terganggu
kemampuan untuk istirahat atau tidur.
Persiapan istirahat dan tidur. Istirahat merupakan hal yang penting untuk
penyembuhan normal. Kecemasan tentang
Intervensi Rasional
pembedahan dapat dengan mudah terganggu
kemampuan untuk istirahat atau tidur.
16
Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien Pasien akan mendapat manfaat bila
sudah bisa dikunjungi. mengetahui kapan keluarga dan temannya
dapat berkunjung setelah pembedahan.
Berikan informasi pada pasien dan keluarga Keterlibatan pasien dan keluarga dalam
yang akan menjalani perawatan rumah, melakukan perawatan rumah pascabedah
meliputi: dapat menurunkan resiko komplikasi dan
dapat meningkatkan kemandirian dalam
melakukan masalah yang sedang dihadapi.
17
3.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Informasi kesehatan terpenuhi.
2. Tidak mengalami injuri pasca prosedur bedah reseksi kolon.
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi.
4. Asupan nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu.
5. Infeksi luka operasi tidak terjadi.
6. Kecemasan berkurang.
7. Peningkatan konsep diri atau gambaran diri.
8. Peningkatan aktivitas.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Sari Kumala. 2013. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
20