A. Pendahuluan
Rabies adalah penyakit virus akut pada susunan saraf pusat yang
ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Virus terdapat di saliva hewan
yang terinfeksi dan dibawa ke susunan saraf pusat melalui transport akson, baik
pada saraf sensorik maupun motorik, setelah terjadi gigitan. Masa inkubasi
tergantung pada panjangnya saraf tepi yang terkena. Semakin panjang saraf
Virus rabies terdapat dalam air liur binatang yang telah terinfeksi melalui
gigitan, goresan, dan garukan yang masuk ke dalam tubuh manusia. Dengan
demikian semua kasus rabies terjadi sebagai akibat dari inokulasi virus melalui
kulit yang telah terbuka. Hewan-hewan yang sering mengalami adalah anjing,
rubah, serigala, kucing, kelelawar, dank era. Dalam kepustakaan dilaporkan kasus
rabies tanpa gigitan binatang, tetapi hanya dengan menghirup udara yang
mengandung rabies. Hal ini terjadi di dalam gua-gua, dimana terdapat banyak
sekali kelelawar yang telah menderita rabies. Selain itu dapat pula terjadi di
binatang. Namun rabies juga dapat menular melalui beberapa cara antara lain
melalui cakaran hewan, virus yang masuk melalui rongga pernapasan, dan
1
transplantasi kornea. Virus rabies menyerang jaringan saraf, dan menyebar hingga
B. Sejarah
Masehi (SM) dan Democritus menulis secara jelas binatang menderita rabies pada
tahun 500 SM. Tulisan adanya infeksi rabies pada manusia dengan gejala
hydrophobia dilaporkan pada abad pertama oleh Celsus dan gejala klinis rabies
baru ditulis pada abad ke-16 oleh Fracastoro, seorang dokter Italia. Pada tahun
1880 Louis Pasteur mendemostrasikan adanya infeksi pada susunan saraf pusat.
Louis Pasteur pada tahun 1885. Pertumbuhan virus rabies pada jaringan
ditemukan pada tahun 1930 dan baru dapat diperlihatkan dengan mikroskop
C. Epidemiologi
yang bebas rabies seperti Australia, sebagian besar Skandinavia, Inggris, Islandia,
Yunani, Portugas, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Brunai, Selandia Baru, Jepang
dan Taiwan. Di Indonesia sampai akhir tahun 1977 rabies tersebar di 20 provinsi
dan 7 provinsi yang dinyatakan bebas rabies adalah Bali, NTB, NTT, Maluku,
Irian jaya dan Kalimantan Barat. Data tahun 2001 menunjukkan terdapat 7
provinsi yang bebas rabies yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Bali, NTB, Maluku, dan Irian Jaya. Data rabies yang akurat jarang dijumpai pada
banyak Negara di dunia sehingga sulit untuk menentukan insidensi penyakit ini
2
secara global. Jumlah kematian di dunia karena penyakit rabies pada manusia
diperkirakan lebih 50.000 orang tiap tahunnya dan terbanyak pada negara-negara
Asia dan Afrika yang merupakan daerah endemis rabies. Dari tahun 1997 sampai
tahun 2003 dilaporkan lebih 86.000 kasus gigitan binatang tersangka rabies di
seluruh Indonesia (rata-rata pertahun 12.400 kasus) dan yang terbukti rabies 538
orag (rata-rata 76 kasus per tahun). Pada tahun 2000 kasus rabies paling banyak
dilaporkan dari provinsi NTT (59 kasus), Sulawesi tenggara (14 kasus), Sumatera
tahun 2001 kasus terbanyak terjadi Sumatera Barat (18), Sulawesi Tenggara (13)
dan NTT (11), sedangkan pada tahun 2002 dan 2003 tidak ada provinsi yang
melaporkan lebih dari 10 kasus per tahun. Di Indonesia binatang yang paling
banyak mengigit adalah anjing (90%), Kucing (6%), Kera dan lain-lain (4%). Di
Asia rabies banyak dijumpai di India, Sri Lanka, Pakistan, Bangladesh, China,
Filipina dan Thailand. Negara lain yang juga banyak dijumpai kasus rabies adalah
D. Etiologi
Rhabdoviridae. Dari genus Lyssa-virus ada 11 jenis virus yang secara antigenic
mirip virus rabies dan yang menginfeksi manusia adalah virus rabies, Mokula,
Duvanhage dan European bat lyssa-virus. Virus rabies termasuk golongan virus
RNA. Virus berbentuk peluru dengan ukuran 180x75 nm, single strainded RNA,
terdiri dari kombinasi nukleo-protein yang berbentuk koil heliks yang tersusun
dari fosfoprotein dan polimerasi RNA. Selubung virus terdiri dari lipid, protein
3
matrix dan glikoprotein. Virus rabies inaktif pada pemanasan, pada temperature
56ºC waktu paruh kurang dari satu menit, dan pada kondisi lembab pada
temperature 37ºC dapat bertahan beberapa jam. Virus juga akan mati dengan
deterjen, sabun, etanol 45%, solusio yodium. Virus rabies dan virus lain yang
Gambar 1. Rhabdovirus
Keterangan : Virus rabies dengan bentuk seperti peluru yang dikelilingi oleh paku-
paku glikoprotein. Glikonukleoproteinnya tersusun dari nukleoprotein,
phosphorylated atau phosphoprotein dan polimerase. Diagram melintang ini
menunjukkan lapisan konsentrik yaitu amplop dengan membran ganda, protein m
dan digulung dalam RNA.
E. Patofisiologi
Virus rabies masuk ke dalam tubuh melalui luka atau kontak langsung
dengan selaput mukosa dengan rasio gigitan dan cakaran sebesar 50:1. Virus
rabies tidak bisa menembus kulit yang utuh. Virus rabies membelah diri dalam
otot atau jaringan ikat pada tempat inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi
4
pada sambungan neuromuskuler. Setelah virus menempel pada reseptor nikotinik
asetilkolin lalu virus menyebar secara sentripetal melalui serabut saraf motorik
dan juga serabut saraf sensorik tipe cepat dengan kecepatan 50 sampai 100 mm
per hari. Setelah melewati medulla spinalis, virus bereplikasi pada motor neuron
secara efektif transport akson tipe cepat tersebut. Virus melekat atau menempel
pada dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri
dalam sel inang. Pada tahap penetrasi, virus telah masuk kedalam sel inang dan
melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ditempati, terjadilah transkripsi
dan translasi.2,4
5
Gambar. Perjalanan penyakit rabies
Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan
terhadap sel-sel sistim limbik, hipotalamus, dan batang otak. Khusus mengenai
system limbik dimana berfungsi erat dengan pengontrolan dan kepekaan emosi.
Akibat dari pengaruh infeksi sel-sel dalam sistim limbic ini, pasien akan
menggigit mangsanya tanpa ada provokasi dari luar. Setelah memperbanyak diri
aferen dan pada serabut saraf volunter maupun otonom. Dengan demikian, virus
dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan berkembang biak
dalam jaringan seperti kelenjar ludah. Virus rabies menyebar menuju multi organ
6
melalui neuron otonom dan sensorik terutama melibatkan jalur parasimpatis yang
bertanggung jawab atas infeksi pada kelenjar ludah, kulit, jantung, dan organ lain.
Replikasi di luar sel saraf terjadi pada kelenjar ludah, lemak coklat, dan kornea.
Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung pada latar belakang
genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inang,
jumlah inokulum, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk
bergerak dari titik masuk ke susunan saraf pusat. Gambaran yang paling menonjol
dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas yang terdapat
7
Gambar 5. Skema patogenesis infeksi virus rabies.
F. Gejala Klinis
Masa inkubasi rabies 95% antara 3-4 bulan, masa inkubasi bisa bervariasi
antara 7 hari hingga 7 tahun, hanya 1% kasus dengan inkubasi 1-7 tahun. Karena
gigitan. Pada anak-anak masa inkubasi biasanya lebih pendek daripada orang
dewasa. Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka
gigitan, lokasi luka gigitan (jauh dekatnya ke sistem saraf pusat), derajat
8
patogenitas virus dan persarafan daerah luka gigitan. Luka pada kepala inkubasi
berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya
pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan menjadi
sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi.
Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu
badan.
b. Stadium Eksitasi
atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara
9
c. Stadium Paralisis
untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada
Manifestasi klinis rabies pada manusia dapat dibagi menjadi 4 stadium: (1)
prodromal non spesifik, (2) ensefalitis akut yang mirip dengan ensefalitis virus
lain. (3) disfungsi pusat batang otak yang mendalam yang menimbulkan gambaran
dengan demam, sakit kepala, malaise, mialgia, mudah terserang lelah (fatigue),
anoreksia, nausea, dan vomitus, nyeri tenggorokan dan batuk yang tidak
produktif.
dan/atau fasikulasi pada atau sekitar tempat inokulasi virus dan mungkin
berhubungan dengan multiplikasi virus dalam gaglion dorsalis saraf sensoris yang
mempersarafi area gigitan. Gejala ini terdapat pada 50 sampai 80% pasien.3
akan berlanjut sebagai gejala neurologik akut yang dapat berupa furious atau
paralitik. 3
10
Fase ensefalitis biasanya ditunjukkan oleh periode aktivitas motorik yang
posisi opistotonik, kejang, dan paralisis fokal. Yang khas, periode penyimpangan
mental yang diselingi dengan periode lucid tapi bersama dengan berkembangnya
penyakit, periode lucid menjadi lebih pendek sampai pasien akhirnya menjadi
suara keras, sentuhan, bahkan rangsangan oleh udara sering terjadi. Pada
pemeriksaan fisis, suhu tubuh naik hingga 40,6ºC. abnormalitas sistem saraf
otonom meliputi dilatasi pupil yang ireguler, lakrimasi meningkat, salivasi, dan
berkeringat berlebih. Juga terdapat tanda paralisis motor neuron bagian atas
menelan yang khas. Gabungan salivasi yang berlebihan dan kesulitan menelan
pada sekitar 50% kasus. Pasien menjadi koma dengan terkenanya pusat respirasi
batang otak dini membedakan rabies dari ensefalitis virus lainnya. Daya tahan
hidup rata-rata setelah mulainya gejala adalah 4 hari, dengan maksimum 20 hari,
11
Tabel 1. Perjalanan Penyakit Penderita Rabies
2-10 hari
Prodromal Parestesi, nyeri pada luka
gigitan, demam, malaise,
anoreksia, mual & muntah,
nyeri kepala, lethargi,
agitasi, anxietas, depresi
Neurologik akut
2-7 hari
Halusinasi, bingung,
Furious (80%)
delirium, tingkah laku aneh,
agitasi, menggigit,
hidropobia, hipersalivasi,
disfagia, afasia,
inkoordinasi, hiperaktif,
spasme faring, aerofobia,
hiperventilasi, disfungsi
saraf otonom, sindroma
abnormalitas ADH
2-7 hari
Paralitik Paralisis flaksid
12
Koma 0-14 hari Autonomic instability,
hipoventilasi, apnea, henti
nafas,
hipotermia/hipertermia,
hipotensi, disfungsi
pituitari, rhabdomiolisis,
aritmia dan henti jantung
G. Diagnosis
Diagnosis rabies hanya berdasarkan gejala klinis sangat sulit dan kurang
bisa dipercaya, kecuali terdapat gejala klinis yang khas yaitu hidrofobia dan
1. Darah rutin
2. Urinalisis
3. Mikrobiologi
Kultur virus rabies dari air liur penderita dalam waktu 2 minggu setelah onset.
4. Histologi
dalam sitoplasma eosinofil) pada sel neuron, terutama pada kasus yang
13
divaksinasi dan pasien yang dapat bertahan hidup setelah lebih dari 2 minggu.
Antigen, badan negri dan virus banyak ditemukan pada sel saraf (neuron),
sedangkan kelenjar ludah dapat mengandung antigen dan virus tetapi badan
negri tidak selalu dapat ditemukan pada kelenjar ludah anjing. Adanya
cerbri dan cerebellum, Preparat pada gelas objek dan kelenjar ludah. Bila
negri body tidak ditemukan, supensi otak (hippocampus) atau kelenjar ludah
5. Serologi
6. Cairan serebrospinal
ELISA merupakan tes yang cepat dan jugadapat digunakan maupun dilakukan
14
H. Differential Diagnosis
dengan gejala neurologik, psikiatrik atau laringofaringeal yang tak bisa dijelaskan,
khususnya bila terjadi di daerah endemis atau orang yang mengalami gigitan
Penderita rabies harus dibedakan dengan rabies histerik yaitu suatu reaksi
rabies. Penderita dengan rabies histerik akan menolak jika diberikan minum
pendek, adanya trismus, kekakuan otot yang persisten diantara spasme, status
atau ensefalitis post vaksinasi. Pada poliomielitis saat timbul gejala neurologik
nerve tissue rabies vaccine, dibedakan dengan mulai timbulnya gejala cepat,
15
dalam 2 minggu setelah dosis pertama. Pemeriksaan neurologik yang teliti dan
penyebab dari ensephalitis, yang pada umumnya karena infeksi dari virus seperti
herpesvirus, enterovirus, dan arbovirus. Virus yang sangat penting untuk dijadikan
epidemilogik seperti cuaca, lokasi geografi, umur pasien, riwayat perjalanan, dan
penegakan diagnosa.
I. Penanganan Rabies
Penanganan luka gigitan hewan penular rabies setiap ada kasus gigitan
hewan penular rabies (anjing, kucing, kera) harus ditangani dengan tepat
air bersih mengalir 5-10 menit. Lalu dikeringkan dgn kain/tissue bersih dan
selanjutnya.
16
Di Puskesmas/Rabies Center/ Rumah Sakit dilakukan:
1. Ulangi cuci luka gigitan dengan sabun, detergent lain di air mengalir selama
10-15 menit dan beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat merah, dan lain-
lain).
2. Lakukan eksplorasi pada luka. Lakukan pembersihan dengan NaCl 0,9%, atau
3. Luka yang ada jangan dijahit, kalau luka terlalu lebar bisa dilakukan penjahitan
drain.
3. Pemberian vaksin rabies, 0,5 ml im pada hari 1, 3, 7, 14 dan hari ke-28 . Tidak
- Kemasan : Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut
17
Vaksinasi Dosis Waktu pemberian
Hari Ke 7 dan Ke 21
Dos berisi 5 ampul @ 1 dosis intra cutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml.
- Dosis : Dewasa, dasar 2 ml, diberikan 7x setiap hari sub cutan didaerah
SAR (Serum Anti Rabies) Jadwal pemberian VAR dasar sama ulangan
18
Vaksinasi Dosis Waktu pemberian Keterangan
dan 90
- Dosis : 40 IU/Kg BB, harus dilakukan skin test, apabila positif tidak boleh
diberikan.
Serum homolog
19
- Cara pemberian : Disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka sebanyak
- Dosis : 20 IU/Kg, harus dilakukan skin test, apabila positif tidak boleh
diberikan.
J. Komplikasi
timbul pada fase koma. Komplikasi neurologik dapat berupa peningkatan tekanan
jantung. Kejang dapat lokal maupun generalisata dan sering bersamaan dengan
aritmia dan gangguan respirasi. Pada stadium prodromal sering terjadi komplikasi
pernafasan terjadi pada fase neurologik akut. Hipotensi terjadi karena gagal
20
K. Pencegahan
1. Pencegahan Primer7,9,11
kasus.
Peternakan setempat.
h. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih
diikat dengan rantai tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus
21
i. Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita
j. Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan
rabies.
sekurang-kurangnya 1 meter.
2. Pencegahan Sekunder
resiko tertularnya rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun atau
Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture. Setelah itu
observasi hewan. Resiko yang dihadapi oleh orang yang mengidap rabies
sangat besar. Oleh karena itu, setiap orang digigit oleh hewan tersangka
rabies atau digigit oleh anjing di daerah endemic rabies harus sedini
22
3. Pencegahan Tersier
laboratorium dari Dinas Perternakan, maka orang yang digigit atau dijilat
L. Prognosis
kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Hingga saat ini belum ada laporan
kasus yang dapat bertahan hidup setelah manifestasi dari penyakit rabies
timbul. Pada manusia yang tidak mendapatkan vaksin rabies hampir selalu
fatal terutama setelah muncul gejala neurologi, tetapi bila setelah terpapar
23
Kematian karena infeksi virus rabies boleh dikatakan 100% bila virus
sudah mencapai sistem saraf pusat. Dari tahun 1857 sampai tahun 1972 dari
1972 hingga sekarang belum ada pasien rabies yang dilaporkan hidup.
hampir selalu kematian terjadi 2-3 hari sesudahnya sebagai akibat gagal
tahun 1986 hingga 2000 yang melibatkan lebih dari 800 kasus gigitan anjing
24