Nama kelompok 4
Zulfaningsih HS (PO714251161060)
Nurul Insani Ilham (PO7142511610)
Almy Jummatunnisa (PO7142511610)
Karina (PO7142511610
1
A. Gudang Farmasi
Keberadaan Gudang Farmasi yang sifatnya seragam di seluruh Indonesia
pada dasarnya untuk menjamin pengelolaan obat publik dan perbekalan
kesehatan khususnya dipelayanan kesehatan dasar, dapat menjamin
ketersediaan obat dan aksesibilitas publik terhadap obat.
Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi
yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang
belum didistribusikan. Selain untuk penyimpanan, gudang juga berfungsi untuk
melindungi bahan (baku dan pengemas) dan obat jadi dari pengaruh luar dan
binatang pengerat, serangga, serta melindungi obat dari kerusakan. Agar dapat
menjalankan fungsi tersebut, maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan
secara benar atau yang sering disebut dengan manajemen pergudangan
(Priyambodo, 2007).
Syarat-syarat Gudang
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar, maka gudang harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam cara pembuatan
obat yang baik (CPOB), diantaranya:
a. Harus ada prosedur tetap (Protap) yang mengatur tata cara kerja bagian
gudang termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan
barang, penyimpanan, dan distribusi barang atau produk.
b. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.
c. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah
terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut-pelarut
organik).
d. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status ‘karantina’
dan ‘ditolak’.
e. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room)
dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area).
f. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First
Out) atau FEFO (First Expired First Out) (Priyambodo, 2007).
2
a. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan
pendistribusian obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.
b. Melakukan penyiapan,penyusunan rencana,pencatatan dan
pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat,alat
kesehatan dan perbekalan farmasi.
c. Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum.
Pembagian Area Gudang
Gudang di industri farmasi terbagi dalam beberapa area antara lain:
1) Area penyimpanan Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang
memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur. Bahan-bahan yang
disimpan dalam gudang antara lain bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan, produk jadi, produk dalam status karantina, produk
yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan
atau produk yang ditarik dari peredaran. Produk ditangani dan disimpan
dengan cara yang sesuai untuk mencegah pencemaran, campur baur dan
pencemaran silang. Area penyimpanan diberikan pencahayaan yang
memadai sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan
aman. Bahan atau produk yang membutuhkan kondisi penyimpanan
khusus (seperti suhu dan kelembaban) harus dikendalikan, dipantau dan
dicatat, seperti: a. Obat, vaksin dan serum memerlukan tempat khusus
seperti lemari pendingin khusus (cold chain) dan harus dilindungi dari
kemungkinan putusnya aliran listrik. b. Bahan kimia harus disimpan dalam
bangunan khusus yang terpisah dari gudang induk.
2) Peralatan besar/alat berat memerlukan tempat khusus yang cukup untuk
penyimpanan dan pemeliharaannya.
3) Area penerimaan dan pengiriman Area penerimaan dan pengiriman barang
harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahan dan produk dari
pengaruh cuaca. Area penerimaan harus didesain dan dilengkapi dengan
peralatan untuk pembersihan wadah barang. Suhu penyimpanan pada area
ini sesuai dengan suhu kamar (≤30oC).
4) Area karantina Area karantina harus dibuat terpisah dengan penandaan
yang jelas berupa label kuning untuk produk karantina dan label hijau
3
untuk produk yang diluluskan dan hanya boleh diakses oleh personil yang
berwenang.
5) Area pengambilan sampel Area pengambilan sampel dibuat terpisah
dengan lingkungan yang dikendalikan dan dipantau untuk mencegah
pencemaran atau pencemaran silang dan tersedia prosedur pembersihan
yang memadai untuk ruang pengambilan sampel.
6) Area bahan dan produk yang ditolak Bahan dan produk yang ditolak
disimpan dalam area terpisah dan terkunci serta mempunyai penandaan
yang jelas berupa label merah dan hanya boleh diakses oleh personil yang
berwenang.
7) Area bahan dan produk yang ditarik Produk yang ditarik kembali dari
peredaran karena rusak atau kadaluarsa harus disimpan dalam area terpisah
dan terkunci serta mempunyai penandaan yang jelas dan hanya boleh
diakses oleh personil yang berwenang.
8) Area penyimpanan produk berpotensi tinggi Bahan yang berpotensi tinggi,
narkotika, psikotropika, dan bahan yang mudah terbakar atau meledak
disimpan di daerah yang terjamin keamanannya. 8. Area bahan pengemas
Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran produk. Bahan label disimpan di tempat terkunci (BPOM,
2006).
B. Pengadaan Obat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014, pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan
sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan
dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara
kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok,
penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Kegiatan dari proses pengadaan obat di Gudang Farmasi meliputi menyusun
daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan dengan
4
menggunakan formulir Daftar Permintaan/ Penyerahan Obat, serta penerimaan
dan pengecekan jenis dan jumlah obat (Athijah, 2010).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
a) bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa;
b) bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);
c) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar; dan
d) expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan
lain-lain).
Tata cara Pengelolaan Obat/Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi. Tahapan
Kegiatan Pengelolaan Obat/Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi meliputi:
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penyimpanan
d. Distribusi
e. Pencatatan
f. Penggunaan
g. Penghapusan obat
a) Perencanaan
2.2.1 Pengertian perencanaan
farmasi untuk menetapkan jenis dan jumlah obat, bahan obat, jamu atau kosmetik
yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar
(8)
termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan . Berdasarkan Permenkes RI
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
5
2.2.2 Tujuan perencanaan
1. Mengetahui jenis dan jumlah sediaan farmasi yang tepat sesuai dengan
kebutuhan.
farmasi yaitu DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit,
ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran yang tersedia,
penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang
1. Tahap pemilihan
penduduk serta pola penyakit. Pengadaan obat yang baik diperoleh dengan diawali
6
Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan risiko yang minimal.
Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas
maupun bioavaibilitasnya.
Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dengan biaya yang baik.
Apabila pilihan lebih dari satu, maka dipilih yang paling baik, banyak
sesuai dengan kebutuhan terapi, sediaan farmasi yang dipilih sesuai dengan
standar terjamin. Guna menghindari risiko yang dapat terjadi harus pula
jenis sediaan farmasi selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok
7
mendatang dan sebagai sumber data dalam menghitung stok atau persediaan
tahapan seperti di atas, maka diharapkan sediaan farmasi yang direncanakan dapat
Metode konsumsi
alokasi dana, daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, sediaan
sediaan farmasi per tahun, lead time, stok pengaman dan perkembangan pola
kunjungan (11).
8
Adapun langkah−langkah perhitungan dengan metode konsumsi adalah
dengan menghitung pemakaian rata−rata sediaan farmasi X per bulan pada tahun
sebelumnya (a), kemudian hitung pemakaian pada tahun sebelumnya (b), hitung
stok pengaman yang pada umumnya berkisar 10−20 % dari pemakaian dalam satu
bulan (c), serta menghitung kebutuhan pada waktu tunggu (lead time) yang
umumnya berkisar antara 3−6 bulan (d). Kebutuhan sediaan farmasi tahun
hasil perhitungan dari kebutuhan tahun sebelumnya (e) – sisa stok (10).
Metode morbiditas
metode ini adalah dengan menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani,
masing−masing penyakit per tahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur
yang ada, menghitung perkiraan jumlah dan masing−masing jenis sediaan farmasi
9
Menurut pedoman pengadaan dapat dilakukan sebagai berikut. Menghitung
factor peningkatan kunjungan, lead time, dan stok pengaman (buffer stock),
menghitung jumlah yang harus diadakan pada tahun anggaran yang akan datang
Buku defekta harus dipersiapkan pada tahap ini untuk mencatat sediaan
farmasi apa saja yang habis stoknya. Dari buku defekta inilah, seorang apoteker
time.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut (11).
waktu tunggu dengan estimasi pemakaian rata−rata tiap bulan ditambah stok
berikut : a = b + c + d – e – f
Keterangan :
10
c : Kebutuhan untuk tahun yang akan datang
10 penyakit terbesar.
dengan jumlah dana yang tersedia, maka informasi yang didapat adalah jumlah
jumlah kemasan untuk rencana pengadaan sediaan farmasi tahun yang akan
Analisis ABC
banyak menemukan tingkat konsumsi per tahun dengan hanya diwakili oleh
sejumlah item yang relatif kecil. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap
pengadaan obat dijumpai bahwa sebagian besar dana (70%) digunakan untuk
pengadaan, dimana 10% dari jenis atau item yang paling banyak digunakan,
sedangkan sisanya sekitar 90% item (sebagian besar item) menggunakan dana
11
sebesar 30%. Analisis ABC biasa digunakan untuk pengadaan obat dengan
keseluruhan. Kelompok B adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
keseluruhan. Kelompok C adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
keseluruhan.
pemakaian yang dilakukan dengan mengumpulkan daftar jenis obat dalam satu
seluruh daftar jenis obat selama satu periode, mencatat harga pembelian
jenis dengan cara mengkalikan antara jumlah pemakaian dengan harga satuan,
menyusun nilai investasi dari yang terbesar hingga yang terkecil, menghitung
12
Analisis VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
yang harus tersedia atau vital karena dipakai untuk tindakan penyelamatan hidup
life saving drugs, obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat untuk mengatasi
seluruh unit Rumah Sakit, biasanya merupakan obat yang bekerja secara kausal
atau obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit) dan kelompok N
(obat−obatan penunjang atau pelengkap yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa
ringan).
yang masuk kelompok V agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat. Terlebih
Kriteria sebaiknya disusun oleh suatu tim. Dalam menentukan kriteria perlu
13
disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain klinis, konsumsi, target
Analisis ABC−VEN
sediaan farmasi berupa obat dengan dana yang tersedia untuk mengatasi perkiraan
kebutuhan yang lebih besar dari dana yang tersedia dapat digunakan pula analisis
suatu matriks, sehingga analisis menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat seperti
berikut.
A B C
V VA VB VC
E EA EB EC
N NA NB NC
barang yang bersifat vital (VA, VB, VC) merupakan pilihan utama untuk dibeli
atau memerlukan perhatian khusus, sebaliknya barang yang non esensial tetapi
menyerap anggaran banyak (NA) dijadikan prioritas untuk dikeluarkan dari daftar
belanja. Hasil analisis ABC dan VEN dapat digunakan dalam menghemat biaya
satuan obat, penetapan jadwal pengiriman, pengawasan stok dan monitoring umur
2.3 Pengadaan
14
Menurut keputusan Menteri Kesehatan, pengadaan sediaan farmasi harus
suatu proses yang dimaksud untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Proses manajemen sediaan farmasi dapat terbentuk dengan baik apabila didukung
dengan kemampuan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem. Tujuan utama
secara merata, jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan (4).
sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan
pelayanan. Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan
jawabkan.
Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari jalur resmi, yaitu
mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga, apabila ada dua atau
lebih pemasok, apoteker harus memilih berdasarkan kriteria, seperti mutu produk,
15
reputasi produsen, harga, berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu
sediaan farmasi yang baik, jumlah yang cukup, harga yang sesuai dan dengan
standar kualitas yang diakui. Pengadaan yang efektif dan efisien diharapkan dapat
menjamin tersedianya rencana kebutuhan sesuai dengan jenis dan jumlah sediaan
pendistribusian sediaan farmasi yang efektif dengan waktu tunggu (lead time)
kualifikai yang tepat, penggunaan obat menjadi rasional sesuai dengan pedoman
sebagai berikut.
2.3.1 Persiapan
2.3.2 Pemesanan
tender ataupun tidak. Pada fasilitas pelayanan kesehatan besar, seperti rumah
16
sakit, supplier umumnya dipilih dengan menggunakan sistem tender karena
pemesanan sediaan farmasi dalam jumlah yang sangat besar. Proses pemilihan
tender dapat dilakukan secara terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang
terdaftar dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan tender secara
terbatas, sering disebut lelang tertutup karena hanya dilakukan pada rekanan
17
Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemesanan (SP) untuk
setiap supplier. Surat pemesanan ada empat macam yaitu surat pesanan narkotika,
surat pesanan prekursor, surat pesanan psikotropika dan surat pesanan untuk obat
supplier dan arsip) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan
18
nomor SIPA serta cap apotek atau rumah sakit yang melakukan pemesanan. Surat
pesanan golongan obat bebas, bebas terbatas dan keras dibuat dua rangkap satu
untuk pemesan dan satu untuk PBF. Dalam satu lembar SP dapat diisi dengan
beberapa jenis (item) obat. Pemesanan dapat dilakukan secara langsung melalui
19
Gambar 2.8 Contoh surat pesanan golongan obat bebas, bebas terbatas dan keras
SP untuk prekursor dan psikotropika, format telah ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan, dibuat rangkap 2, satu lembar (asli) untuk PBF dan lembar lainnya
(tembusan) untuk arsip pemesan. Dalam satu SP dapat memuat lebih dari satu
item obat, pemesanan bisa dilakukan selain ke PT. Kimia Farma. Pemesanan
20
Gambar 2.9 Contoh surat pesanan obat dan bahan baku prekursor
merupakan arsip untuk administrasi pemesan dan 3 lembar dikirim ke PBF Kimia
21
Depot Kimia Farma Pusat. Satu lembar surat pesanan untuk memesan satu jenis
narkotika.
2.3.3 Penerimaan
harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti
sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan harus ada tenaga
farmasi.
22
Dilakukan pengecekan antara pesanan obat yang dipesan dengan obat yang
datang.
Pengecekan yang dilakukan berupa ED, jumlah, jenis dan kondisi fisik obat
yang datang.
Surat pesanan ditandatangi dan di cap stempel apotek atau rumah sakit.
Obat yang datang dari pedagang besar farmasi diterima bersama dengan
fakturnya.
Dilakukan pengecekan antara pesanan obat yang dipesan dengan obat yang
datang.
Pengecekan yang dilakukan berupa ED, jumlah, jenis dan kondisi fisik obat
yang datang.
Surat pesanan ditandatangi dan di cap stempel apotek atau rumah sakit.
penerimaan adalah untuk menjamin sediaan farmasi yang diterima sesuai kontrak
baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan. Sediaan farmasi yang
diterima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan. Hal lain
23
2. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai sertificate of origin.
2.3.4 Pencatatan
Daftar pesanan sediaan farmasi yang tertera pada faktur disalin dalam buku
penerimaan barang, ditulis nomor urut dan tanggal, nama supplier, nama sediaan
farmasi, nomor batch, tanggal kadaluarsa (ED), jumlah, harga satuan, potongan
harga dan jumlah harga. Pencatatan dilakukan setiap hari saat penerimaan barang,
Dari catatan ini yang harus diwaspadai adalah jangan sampai jumlah
pembelian tiap bulannya melebihi anggaran yang telah ditetapkan, kecuali bila ada
administrasi untuk kemudian diperiksa kembali, lalu disimpan dalam map untuk
2.3.5 Pembayaran
Pembayaran dilakukan bila sudah jatuh tempo dimana tiap faktur akan
dikumpulkan per debitur, masing−masing akan dibuatkan bukti kas keluar serta
pembelian juga dapat dilakukan melalui konsinyasi yang mana dalam hal ini
pembayaran dilakukan setelah barang konsinyasi terjual dalam tempo yang telah
menitipkan barang.
24
Soal Pilihan Ganda Pengadaan obat di Gudang Farmasi :
a. 1, 2, 3 d. 1, 2, 4
b. 3, 4, 5 e. 2, 3, 5
c. 1, 3, 5
2. Fungsi gudang farmasi di kabupaten/kodya adalah, kecuali…
a. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan
memdistribusikan obat, alat kesehatan dan pembekalan farmasi
b. Melakukan penyimpanan, penyuluhan rencana, penyusunan rencana,
pencataran, dan pelaporan mengenai persediaan dalam penggunaan obat
c. Tidak melakukan apa-apa hanya memperhatikan tanpa menangani
d. Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum baik yang
ada salam persediaan maupun yang didistribusikan
e. Melakukan urusan tata usaha keuangan kepegawaian dan urusan dalam
3. Proses pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap, kecuali…
a. Tahap perencanaan
b. Tahap pengadaan
c. Tahap penyimpanan
d. Tahap distribusi dan tahap penggunaan
e. Tahap pengolaan
4. Pernyataan dibawah ini yang bukan manfaat perencanaan pengadaan
adalah…
a. Didapat persamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran
b. Menghemat anggaran
c. Estimasi kebutuhan lebih cepat
d. Pemanfaatan dana pengadaan obat lebih optimal
e. Terjadi koordinasi penyedia anggaran dan pemakaian obat
25