Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

REKAYASA GENETIK PADA KELINCI: KELINCI YANG DAPAT


MENYALA DALAM GELAP

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri


Mata kuliah : Genetika
Dosen : Yuyun Maryuningsih, S. Si., M. Pd

Disusun Oleh:

Nama : Mita Yulia Hikmawati


NIM : 14111610032
Kelas : Bologi B
Semester: V (lima)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena berkat anugerah-Nya lah saya bisa
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah-
curahkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Saw. yang telah
membawa kita kepada jalan kebenaran, dian Islam. Tak lupa, saya juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Genetika, Ibu Yuyun
Maryuningsih, S. Si., M. Pd, karena atas rekomendasi dari beliau makalah ini bisa
dirampungkan.
Makalah ini menjelaskan tentang konsep rekayasa genetika, sejarah dan
perkembangan hingga munculnya produk hasil rekayasa genetika yang menarik
perhatian dunia. Selain itu, di dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai
dampak poitif serta negatif dan polemic rekayasa genetika dalam Al-Quran.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan
tentang keimanan akan keberadaan Allah sebagai Tuhan Yang Esa. Namun, saya
juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan,
karenanya, saya berharap kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan
makalah ini ke depannya.

Cirebon, 19 Oktober 2013

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke 21 memang menjadi abad kemajuan teknologi yang diciptakan
oleh umat manusia. Pemikiran manusia semakin berkembang, pun dengan
peradabannya. Teknologi telah membuat manusia seolah-olah ingin mengalahkan
kuasa Tuhan yang absolut.
Awalnya manusia hanya menggunakan rekayasa genetika pada tanaman,
yakni dengan menyilangkan tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya
untuk mendapatkan varietas tanaman yang unggul. Namun tak hanya itu,
rekayasa genetika pada tanaman juga mengakibatkan banyaknya produk tanaman
yang dihasilkan. Jagung yang diberi bakteri Bacillus thuringiensis yang
merupakan bakteri tahan hama sehingga jagung yang dihasilkan menjadi tahan
terhadap serangan hama.
Rekayasa genetika juga telah menghasilkan tomat yang tahan akan suhu
dingin, semangka tanpa biji, telur rasa kedelai dan sebaliknya. Perkembangan
teknologi yang semakin canggih telah memunculkan produk-produk rakayasa
genetika yang lain. Rekayasa genetika telah digunakan dalam kloning domba
Dolly bahkan menghasilkan manusia kloning pertama yakni perempuan bernama
Eve yang mampu hidup sampai usia lebih dari 20 tahun.
Peranan teknologi dalam rekayasa genetika juga berperan dalam dunia
kesehatan, yakni telah memunculkan bakteri penghasil insulin yang telah
memberikan peran penting pada pasien diabetes mellitus. Baru-baru ini, para
ilmuwan juga telah memunculkan hewan yang memiliki kemampuan fluorescene
selain kunang-kunang, yakni kelinci. Protein yang dihasilkan dari kelinci betina
yang memiliki kemampuan fluorescene tersebut dipercaya dapat mengatasi
penyakit genetis seperti hemophilia. Hal tersebut tentunya dapat menolong
kelangsungan hidup bagi mereka yang memiliki penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah transgenik?
2. Bagaimana proses penciptaan kelinci yang dapat menyala dalam gelap?
3. Bagaimana dampak produk GMO bagi kehidupan?
4. Bagaimanakah pandangan Al-Quran perihal hewan transgenik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian transgenik dan sejarahnya.
2. Untuk mengetahui munculnya kelinci yang dapat menyala dalam gelap.
3. Untuk mengetahui dampak produk rekayasa genetika bagi kehidupan.
4. Untuk mengetahui pandangan Al-Quran perihal produk transgenik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transgenik
Berbicara mengenai sejarah, tentu tidak lepas dari kejadian di masa lampau
atau masa lalu. Dalam sejarah rekayasa genetika juga tak lepas dari masa lampau
dimana manusia mulai mengembangkan rekayasa genetika baik pada tumbuhan,
hewan maupun manusia (Amarullah: 2010).
Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke
gen lainnya yang dapat bersifat antar gen dan dapat juga bersifat lintas gen
sehingga mampu menghasilkan produk baru yang dinamakan produk rekayasa
genetika. Rekayasa genetika dapat juga diartikan sebagai perpindahan gen
(Arvinni: 2010).

Gambar 1. Ilustrasi rekayasa genetika


Sumber: otdanews.com
Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi diartikan
sebagai teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi
langsung DNA ke dalam sel atau organel, atau fusi sel di luar tingkatan taksonomi
yang dapat menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan
teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau
melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan
gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan
organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja.

B. Kelinci Glow In The Dark (Menyala dalam Gelap)


Baru-baru ini, dua ekor kelinci telah lahir di Istanbul, Turki. Bukan
kelahirannya yang menjadi sorotan, namun keadaannya yang bisa menyala dalam
gelap yang menjadi topik pembicaraan masyarakat dunia. Dua ekor kelinci ini
bisa menyala di dalam gelap karena rekayasa genetika yang dilakukan oleh
peneliti asal Hawaii dan Turki.

Gambar 2 kelinci yang dapat menyala dalam gelap


Sumber: penulispro.com

Seperti yang diungkapkan oleh Discovery News pada hari Selasa, 13 Agustus
2013, bahwa para peneliti telah memasukkan gen ubur-ubur ke dalam kelinci ini.
Sebelumnya, peneliti juga telah berhasil menciptakan anjing, kucing, babi, dan
tikus yang juga bisa menyala dalam gelap.
Gen ubur-ubur menyebabkan perubahan fisik yang jelas untuk hewan yang
direkayasa. Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengetahui bahwa
materi genetik berhasil ditransfer ke organisme baru, yang dinamakan teknik
plamid.
Kelinci yang dapat menyala di dalam gelap ini disebut juga Kelinci neon,
yang diklaim dapat memproduksi protein. Protein ini dapat diperoleh dari susu
kelinci neon betina. Menurut peneliti, protein ini bisa menghasilkan obat-obatan
dan bahan kimia yang dapat mengobati penyakit genetis seperti hemophilia, yang
tentunya obat ini lebih murah dibandingkan dengan produksi pabrik (Anonym:
2013).
Teknik pembuatan kelinci yang dapat menyala dalam gelap ini secara umum
menggunakan teknologi plasmid. gen ubur-ubur diambil, lalu disambungkan ke
dalam plasmid, yakni embrio kelinci. Untuk menghubungkan gen gen ubur-ubur
dengan kelinci, diperlukan rekombinasi genetik. Dalam rekombinasi DNA
dilakukan pemotongan dan penyambungan DNA (Minkema, 1993).
Proses pemotongan dan penyambungan tersebut menggunakan enzim
pemotong dan penyambung. Enzim pemotong dikenal sebagai enzim restriksi atau
enzim penggunting yang bernama restriksi endonuklease. Enzim pemotong ini
jumlahnya banyak dan setiap enzim hanya dapat memotong urutan basa tertentu
pada DNA.
Hasil pemotongan DNA berupa sepenggal DNA berujung runcing yang
komplemen. Selanjutnya, DNA ubur-ubur yang diinginkan disambungkan ke
bagian benang plasmid (gen kelinci) yang terbuka dengan menggunakan enzim
ligase DNA yang berfungsi mengkatalis ikatan fosfodiester antara dua rantai
DNA.
Potongan DNA antara gen ubur-ubur dengan kelinci ini dapat tersambung
karena endonuklease yang digunakan untuk memotong DNA ubur-ubur dan
kelinci tersebut sama jenisnya. Sehingga, dihasilkan ujung-ujung yang sama
strukturnya. Gen ubur-ubur dan kelinci yang telah menyatu membentuk lingkaran
plasmid ini disebut kimera (DNA rekombinan).
Kimera tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sel target kelinci. Kimera ini
akan hidup normal dan memiliki tambahan yang sesuai dengan sifat gen yang
disisipkan, yang kemudian dikultur untuk dikembangbiakkan. Kimera yang
dibiakkan ini akan tumbuh dalam embrio kelinci dan nantinya akan siap untuk
dilahirkan dan mengakibatkan kelinci transgenik yang dapat menyala dalam gelap
(Biron, 2003: 6).

Gambar 3 teknologi plasmid


Sumber: sulegratis.blogspot.com
Kelinci merupakan hewan yang yang paling efektif digunakan sebagai hewan
penghasil molekul-molekul tertentu yang dibutuhkan oleh manusia. Oleh karena
itu, peneliti sering menggunakan hewan ini sebagai sumber penghasil molekul
kimia yang diperoleh dari gen hewan lainnya melalui rekayasa genetika. Sebelum
peneliti berhasil menemukan kelinci transgenik yang mampu menyala di dalam
gelap, para peneliti mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi anak-anak kelinci
pembawa gen yang disisipkan. Keberhasilan peneliti rekayasa genetika
menemukan kelinci transgenik yang mampu menyala di dalam gelap ini dapat
membantu peneliti mengidentifikasi kelinci yang menjadi sumber penghasil
molekul kimia yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Ferdinand, 2004: 18).

C. Dampak Rekayasa Genetika bagi Kehidupan


Rekayasa genetika telah banyak menyumbangkan produk-produk yang
bermanfaat dalam kehidupan manusia. Di bidang pangan, munculnya produk
makanan dengan bantuan mikroba (tempe, roti, keju, yoghurt, kecap), vitamin,
dan enzim telah bermanfaat dalam mengatasi kelangkaan pangan yang terjadi.
Kemajuan teknologi dalam rekayasa genetika dimanfaatkan juga dalam bidang
kedokteran atau kesehatan, yakni dalam pembuatan antibodi monoklonal,
pembuatan vaksin, terapi gen dan pembuatan antibiotik. Proses penambahan DNA
asing pada bakteri merupakan prospek untuk memproduksi hormon atau obat-
obatan di dunia kedokteran. Contohnya pada produksi hormon insulin, hormon
pertumbuhan dan zat antivirus yang disebut interferon.
Akibat dari perkembangan teknologi dalam bidang rekayasa genetika atau
yang sering disebut bioteknologi, keadaan lingkungan yang tercemar pun dapat
diatasi misalnya menggunakan teknik pengolahan limbah dan dengan
memanipulasi mikroorganisme.
Di bidang pertanian, muncul adanya perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan
dengan teknik modifikasi genetik dengan bioteknologi melalui rekayasa genetika
untuk memperoleh varietas unggul, produksi tinggi, tahan hama, patogen, dan
herbisida.
Peningkatan produksi ternak ,meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan
seperti manipulasi mikroba rumen, menghasilkan embrio yang banyak dalam satu
kali siklus reproduksi, menciptakan jenis ternak unggul, dan dapat memproduksi
asam amino tertentu merupakan dampak yang timbul dari perkembangan rekayasa
genetika di bidang peternakan (Agorsiloku: 2010).
Dengan teknologi DNA, menawarkan aplikasi bagi kepentingan forensik.
Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dalam jumlah kecil
dapat tertinggal di tempat kejadian perkara. Jika ada perkosaan, air mani dalam
jumlah kecil dapat ditemukan dalam tubuh korban. Melalui pengujian sidik jari
DNA (DNA finngerprint), dapat diidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian
yang tinggi karena urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar
identik).
Selain menimbulkan banyak dampak positif bagi kehidupan manusia,
perkembangan rekayasa genetika juga telah banyak menimbulkan dampak negatif,
misalnya saja dalam bidang kesehatan, gen sintetik dan produk gen baru yang
berevolusi dapat menjadi racun dan atau imunogenik untuk manusia dan hewan.
Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan
bergabung, adanya kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik, yang
disebabkan tidak stabilnya DNA rekayasa genetik. Virus di dalam sekumpulan
genom yang menyebabkan penyakit mungkin diaktifkan oleh rekayasa genetik,
dan masih banyak contoh lainnya.
Rekayasa genetika telah menimpulkan dampak buruk terhadap lingkungan,
yakni tidak ada perluasan lahan bagi produk rekayasa genetika, sebaliknya lahan
produk rekayasa genetik menurun sampai 20 persen dibandingkan dengan kedelai
non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di India gagal sampai 100 persen.
Dengan perkembangan rekayasa genetika, muncul insektisida yang berguna
memberantas hama tanaman. Namun, jika penggunaan insektisida tidak
dikurangi, maka akan dapat menyebabkan resistensi terhadap hama dan kerusakan
lingkungan karena insektisida sulit terurai di dalam tanah.
Penyisipan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap telah
melanggar hukum alam dan kurang dapat diterima oleh masyarakat. Pemindahan
gen manusia ke dalam tubuh hewan dan sebaliknya sudah mendapatkan reaksi
keras dari berbagai kalangan. Permasalahan produk-produk transgenik tidak
berlabel, membawa konskuensi bagi kalangan agama tertentu. Terlebih lagi
teknologi kloning yang akan dilakukan pada manusia.
Bioteknologi yang berkaitan dengan reproduksi manusia sering membawa
masalah baru, karena masyarakat belum menerimanya. Misalnya saja, seorang
nenek melahirkan cucunya dari embrio cucu yang dibekukan dalam tabung
pembeku karena ibunya tidak mampu hamil karena penyakit tertentu. Kemudian
di masyarakat timbul sebuah pertanyaan anak siapa bayi tersebut?.
Contoh lain misalnya ada pasangan suami istri menunda kehamilan. sperma
suami dititipkan di bank sperma. Beberapa tahun setelah suami meninggal, sang
janda ingin mengandung anak dari almarhum suaminya. Dia mengambil sperma
yang dititipkan di bank sperma. Pertanyaan yang akan muncul di kemudian hari,
misalnya, bagaimanakah status dari anak tersebut? Bolehkah wanita tersebut
mengandung anak dari suami yang telah meninggal?. Serta fenomena adanya
bank sperma yang memungkinkan seorang wanita meminta sperma laki-laki selain
suaminya di bank sperma untuk difertilisasi di dalam rahim wanita tersebut,
merupakan pelanggaran atau bukan?.
Terdapat suatu kecenderungan bahwa bioteknologi tidak terlepas dari muatan
ekonomi. Muatan ekonomi tersebut terlihat dari adanya hak paten bagi produk-
produk hasil rekayasa genetik, sehingga penguasaan bioteknologi hanya pada
lembaga-lembaga tertentu saja. Hal ini memaksa petani-petani kecil untuk
membeli bibit kepada perusahaan perusahaan yang memiliki hak paten.
Produk bioteknologi dapat merugikan peternak-peternak tradisional seperti
pada kasus penggunaan hormon pertubuhan sapi hingga naik sebesar 20%.
hormon tersebut hanya mampu dibeli oleh perusahaan peternakan yang bermodal
besar. Hal tersebut menimbulkan suatu kesenjangan ekonomi.

Gambar 4 ilustrasi dampak positif dan negatif rekayasa genetika yang menimbulkan pro-kontra
Sumber: www.netsains.net
D. Transgenik dan Polemik dalam Al-Quran
Permasalahan transgenik dan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer
(kekinian) terutama kloning yang dilakukan pada manusia. Dalam kajian literatur
klasik belum pernah persoalan transgenik dan kloning dibahas oleh para ulama.
Oleh karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah
kloning ini adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari
ayat berikut:


.
(5 : )
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki (QS. al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa
ayat tersebut menampakkan paradigma al-Quran tentang penciptan manusia
mencegah tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan
hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan
atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.
Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi
ilmiah atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah Swt.
sebagai Pencipta? Abul Fadl menyatakan tidak, berdasarkan pada pernyataan al-
Quran bahwa Allah Swt. telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu,
dan Nabi Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:
(59 : ) .
Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia (QS. Ali
Imran: 59).
Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai landasan
bagi pembentukan masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan. Anak-
anak yang lahir dalam ikatan perkawinan membawa komponen-komponen genetis
dari kedua orang tuanya, dan kombinasi genetis inilah yang memberi mereka
identitas. Karena itu, kegelisahan umat Islam dalam hal ini adalah bahwa replikasi
genetis semacam ini akan berakibat negatif pada hubungan suami-isteri dan
hubungan anak-orang tua, dan akan berujung pada kehancuran institusi keluarga
Islam. Lebih jauh, kloning manusia akan merenggut anak-anak dari akar (nenek
moyang) mereka serta merusak aturan hukum Islam tentang waris yang
didasarkan pada pertalian darah.
Islam telah memperbolehkan umat islam untuk memanfaatkan pengetahuan
dan teknologi yang telah terbukti dan tervalidasi yang telah ditemukan oleh
peradaban lainnya selama pemanfaatan tersebut tidak bertentangan dengan ajaran
islam. Makanan dari tanaman transgenik yang ada telah dikembangkan bersifat
halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam. Untuk tanaman yang disisipi gen
dari binatang terutama binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan
disebut Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau
haramnya. Pada dasarnya percobaan iptek diizinkan dalam islam sepanjang teknis
rinciannya tidak bertentangan dengan hukum-hukum Islam. Tentang ilmu
pengetahuan tersebut Islam sangat menganjurkan untuk mempelajarinya dengan
gigih dan tekun. Seperti dalam firman Allah Swt. yang artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Mujadilah: 11).
Untuk mengurangi bahaya yang mungkin timbul akibat teknologi maupun
bioteknologi maka sebagai manusia yang berTuhan, renungkanlah apa yang ditulis
Nasution (dalam Farah: 2013), yaitu setiap kali seorang ilmuwan akan
mengadakan penelitian ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di
bumi ini. Ia harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang dapat dikuasainya
hanyalah sebagian kecil saja dari AlIlm, ilmu yang dikuasai oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa, dan bahwa ia hanya pesuruh-Nya di bumi ini yang diminta untuk
menjaga keseimbangan antar mahluk yang ada di bumi ini.
Praktik kloning pada manusia berimplikasi negatif secara langsung pada
hukum-hukum yang ditetapkan Al-Quran dan hadist, yaitu:

a. Hubungan perkawinan.
Kloning mampu memproduksi manusia tanpa melalui hubungan seksual. Dan
proses tersebut bertentangan dengan Al-Quran dan Hadist yang menetapkan
bahwa untuk memperoleh keturunan diharuskan melalui hubungan seksual yang
di legislasi oleh sebuah lembaga perkawinan yang sah.
b. Warisan dan garis keturunan.
Kloning dapat berakibat munculnya kesamaran dalam hal penentuan garis
keturunan yang akan mempengaruhi oleh hukum pembagian warisan.
c. Pemeliharaan anak.
Kloning juga dapat menimsbulkan kesamaran dalam masalah kewajiban untuk
memelihara dan mendidik anak hasil produksi kloning. Islam sangat
memperhatikan hubungan psikologis yang terjalin antara anak dan orang tua. Bila
seorang anak lahir dari hasil kloning, maka akan timbul kesulitan untuk
memastikan siapakah sosok ayah atau sosok ibu yang akan dijadikan tempat
perlindungan psikologisnya.
Sedangkan untuk transgenik yang dilakukan pada tumbuhan, Islam
memperbolehkan umat islam untuk memanfaatkan pengetahuan dan teknologi
selama pemanfaatan tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Makanan dari tanaman transgenik yang ada telah dikembangkan bersifat halal dan
dapat dikonsumsi oleh umat Islam. Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang
terutama binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan disebut
Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau
haramnya (Qaradhawi: 2001).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Rekayasa genetika adalah upaya pencangkokan gen dengan teknik rekombinan
DNA pada mikroorganisme tertentu. Dengan rekayasa genetika, manusia dapat
merekayasa organisme yang tidak dapat menghasilkan bahan tertentu menjadi
mampu menghasilkan bahan tertentu yang dibutuhkan manusia. Mikroorganisme
yang berperan ini disebut makluk transgenik.
2. Kelinci yang mampu menyala di dalam gelap merupakan salah satu contoh
organisme transgenik yang direkayasa oleh peneliti genetika untuk menghasilkan
molekul-molekul kimia tertentu. Molekul-molekul kimia tersebut dapat dibuat
menjadi bahan kimia dan obat-obatan dalam jumlah yang cukup banyak sehingga
rekayasa genetika yang dilakukan pada kelinci merupakan usaha yang tepat untuk
mendapatkan sumber penghasil bahan kimia yang paling efektif dan bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
3. Perkembangan rekayasa genetika telah membawa kemajuan di bidang pangan,
kesehatan, lingkungan, pertanian, hukum dan bidang lainnya, namun sekaligus
juga menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap bidang tersebut.
4. Praktik rekayasa genetika yang seakan mengalahkan Kuasa Tuhan telah membawa
pertentangan dalam agama terutama agama Islam. Islam menganggap hal tersebut
melampaui batas.

DAFTAR PUSTAKA
Agorsiloku. 2010. Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika. http://www.
agorsiloku.wordpress.com diakses tanggal 10 Oktober 2013 pukul 18.38
WIB.

Amarullah, Zakky. 2010. Rekayasa Genetika. http://senyawa-kimia.blogspot.com


diakses tanggal 10 Oktober 2013 pukul 18.37 WIB.
Anonym. 2013. Kelinci Transgenik: Kelinci Glow in The Dark http://www.
penulispro.com/ diakses pada 9 Oktober 2013 pukul 19.05 WIB.

Arvinni. 2010. Rekayasa genetika http://www.maribelajar.blogspot.com/ diakses


pada diakses pada 30 September 2013 pukul 12.17 WIB.

Biron, Kaan. 2003. Fireflies, Dead Fish and a Glowing Bunny: a Primer on
Bioluminescence. University of British Columbia.

Farah. 2013. Kloning dan Transgenik dalam Perspektif Islam http://farah-


pinkygirl.blogspot.com/ diakses pada 10 Oktober 2013 pukul 18.08 WIB

Ferdinand, Fiktor P. dan Moekti Ariwibowo. 2004. Praktis Belajar Biologi.


Jakarta: PT Grafindo Media Pratama.

Huzaifah, Hamid. 2010. Genetika Dasar. http://zaifbio.wordpress.com/ diakses


tanggal 9 Oktober 2013 pukul 19.23 WIB.

Minkema, D. 1993. Dasar genetika dalam Budidaya Hewan Ternak. Jakarta:


Bhatara.

Utami, Ni Luh Putu S. 2012. Pengertian Genetika. http://www.belajarbiologi.


blogspot.com diakses pada 30 September 2013 pukul 11.17 WIB.

Qaradhawi, Yusuf. 2001. Fatwa-Fatwa Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press.

Anda mungkin juga menyukai