Bioteknologi sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
8000 SM Pengumpulan benih untuk ditanam kembali. Bukti bahwa bangsa Babilonia,
Mesir, dan Romawi melakukan praktik pengembangbiakan selektif (seleksi artifisal) untuk
meningkatkan kualitas ternak.
6000 SM Pembuatan bir, fermentasi anggur, membuat roti, membuat tempe dengan
bantuan ragi
4000 SM Bangsa Tionghoa membuat yogurt dan keju dengan bakteri asam laktat
1865 Gregor Mendel menemukan hukum hukum dalam penyampaian sifat induk ke
turunannya.
1975 Metode produksi antibodi monoklonal dikembangkan oleh Kohler dan Milstein
1978 Para peneliti di AS berhasil membuat insulin dengan menggunakan bakteri yang
terdapat pada usus besar
1980 Bioteknologi modern dicirikan oleh teknologi DNA rekombinan. Model prokariotnya, E. coli, digunakan untuk memproduksi insulin dan obat lain, dalam bentuk manusia.
Sekitar 5% pengidap diabetes alergi terhadap insulin hewan yang sebelumnya tersedia.
1992 FDA menyetujui makanan GM pertama dari Calgene: tomat flavor saver
di bidang pangan ada pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad
ke-19,
di bidang medis, antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun
masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan
signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi
antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Bioteknologi modern
Sekarang bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini
ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal:
Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke
ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh
dapat sembuh seperti sediakala.
Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan
DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena
mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan
terhadap hama maupun tekanan lingkungan.
Penerapan bioteknologi di saat ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup
dari polusi. Misalnya saja penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan
penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan
bakteri jenis baru.
Berikut ini adalah daftar kemajuan bidang bioteknologi yang telah diaplikasikan. Mayoritas
didominasi oleh bidang peternakan, perikanan, dan kesehatan.
Bioteknologi dalam Bidang Peternakan dan Perikanan
Penggunaan bioteknologi guna meningkatkan produksi peternakan meliputi :
bioteknologi yang berkaitan dengan bidang veteriner (Gordon, 1994; Niemann dan Kues,
2000).
transfer embrio berupa teknik Multiple Ovulation and Embrio Transfer (MOET). Teknik
ini telah diaplikasikan secara luas di Eropa, Jepang, Amerika dan Australia dalam dua
dasawarsa terakhir untuk menghasilkan anak (embrio) yang banyak dalam satu kali siklus
reproduksi.
cloning telah dimulai sejak 1980-an pada domba. Saat ini pembelahan embrio secara fisik
(embryospliting) mampu menghasilkan kembar identik pada domba, sapi, babi dan kuda.
Di Indonesia, transfer embrio mulai dilakukan pada tahun 1987. Dengan teknik ini seekor sapi
betina, mampu menghasilkan 20-30 ekor anak sapi (pedet) pertahun. Penelitian terakhir
membuktikan bahwa, menciptakan jenis ternak unggul sudah bukan masalah lagi. Dengan
teknologi transgenik, yakni dengan jalan mengisolasi gen unggul, memanipulasi, dan kemudian
memindahkan gen tersebut dari satu organisme ke organisme lain, maka ternak unggul yang
diinginkan dapat diperoleh.
Babi transgenik, di Princeton Amerika Serikat, kini sudah berhasil memproduksi hemoglobin
manusia sebanyak 10 15 % dari total hemoglobin manusia, bahkan laporan terakhir mencatat
adanya peningkatan persentasi hemoglobin manusia yang dapat dihasilkan oleh babi transgenik
ini.
Bioteknologi dalam Bidang Kesehatan dan Pengobatan
Molly, penderita penyakit fanconi anemia, saat berusia 6 tahun. Mendapat bantuan cangkokan
sumsum tulang dari sang adik yang merupakan produk bayi tabung. Inilah salah satu kehebatan
bioteknologi.
Suatu terobosan baru telah dilakukan di Colorado AS. Pasangan Jack dan Lisa melakukan
program bayi tabung bukan semata-mata untuk mendapatkan turunan, tetapi karena perlu donor
bagi putrinya Molly yang berusia 6 tahun dan menderita penyakit fanconi anemia. Fanconi
anemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh tidak berfungsinya sumsum tulang belakang
sebagai penghasil darah. Jika dibiarkan akan menyebabkan penyakit leukemia. Satu-satunya
pengobatan adalah melakukan pencakokkan sumsum tulang dari saudara
sekandung, tetapi masalahnya, Molly adalah anak tunggal. Teknologi bayi tabung diterapkan
untuk mendapatkan anak yang bebas dari penyakitfanconi anemia. Melalui teknik Pra
Implantasi genetik diagnosis dapat dideteksi embrio-embrio yang membawa gen fanconi. Dari
15 embrio yang dihasilkan, ternyata hanya 1 embrio yang terbebas dari gen fanconi. Embrio ini
kemudian ditransfer ke rahim Lisa dan 14 embrio lainnya dimusnahkan. Bayi tabung ini lahir 29
Agustus 2000 yang lalu, dan beberapa jam setelah lahir, diambil sampel darah dari umbilical
cord (pembuluh darah yang menghubungkan bayi dengan placenta) untuk ditransfer ke darah
Molly. Sel-sel dalam darah tersebut diharapkan akan merangsang sumsum tulang belakang Molly
untuk memproduksi darah.
Kontroversi
Dalam perkembangannya, kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi.
Sebagai contoh:
teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman
dari bermacam-macam golongan terutama kaum konservatif religius
pro dan kontra penggunaan tanaman transgenik, salah satu contohnya adalah kapas
transgenik. Pihak yang pro, terutama para petinggi dan wakil petani yang tahu betul hasil uji
coba di lapangan memandang kapas transgenik sebagai mimpi yang dapat membuat
kenyataan, sedangkan Pihak yang kontra, sangat ekstrim mengungkapkan berbagai bahaya
hipotetik tanaman transgenik (Tajudin, 2001).
masalah lain yang menjadi kekhawatiran berbagai pihak adalah potensinya dalam
mengganggu keseimbangan lingkungan antara lain serbuk sari jagung dialam bebas dapat
mengawini gulma-gulma liar, sehingga menghasilkan gulma unggul yang sulit dibasmi.
Sebaliknya, kelompok masyarakat yang pro mengatakan bahwa dengan jagung transgenik
selain akan mempercepat swa sembada jagung, manfaat lain adalah jagung yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang hebat, kebal terhadap serangan hama sehingga petani tidak perlu
menyemprot pestisida.
Bagaimana cara kita menyikapinya? Satu-satunya jalan adalah dengan melakukan beberapa
tahapan pengujian, studi kelayakan, serta sistem pengawasan yang ketat oleh instansi yang
berwenang. Disini, pihak peneliti memegang peranan penting dalam mengungkap dan
membuktikan atau menyanggah berbagai kekhawatiran yang timbul.
1. Rekombinasi
DNA
Rekombinasi DNA adalah proses penyambungan DNA ke dalam sel target agar sel target
mendapatkan sifat yang baru. Contohnya gen dari tanaman liar yang mampu menghasilkan
insektisida sehingga tahan terhadap serangga, mengandung protein tinggi, menghasilkan zat
berkhasiat tinggi, kemudian disambungkan dengan tanaman budidaya, maka tanaman budidaya
tersebut akan mampu menghasilkan insektisida pula. Organisme ini disebut organisme
transgenetik.
2. Fusi Sel
Fusi sel adalah peleburan sel yan berbeda supaya dapat dihasilkan sel yang baru yang
mempunyai gabungan sifat dari kedua sel induknya. Sebelumnya, dinding sel tumbuhan yang
mengandung selulosa dihancurkan dengan enzim, sehingga hanya tinggal bagian protoplasma.
Sel-sel hasil fusi disebut hibridoma. Contohnya, para ahli di Amerika memfusikan sel tanaman
kentang dengan sel tanaman tomat, hasil hidridoma tersebut kemudian ditanam menjadi
individu baru yang disebut pomato ( potato and tomato )
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi DNA Rekombinan
Menurut Cohen dan Boyer (1980: DNA rekombinan (rDNA) adalah bentuk DNA buatan
yang dibuat dengan menggabungkan dua atau lebih sekuens yang tidak akan biasanya terjadi
bersama-sama. Dalam hal modifikasi genetik, itu adalah diciptakan melalui pengenalan DNA
yang relevan ke dalam DNA organisme yang ada, seperti plasmid bakteri, untuk kode untuk atau
mengubah sifat berbeda untuk tujuan tertentu, seperti resistensi antibiotik (News Medical.Net)
Robert (2009) mengatakan bahwa DNA rekombinan adalah DNA yang mengalami
perubahan karena penyisipan suatu sekuens deuksinukleotida yang sebelumnya tidak terdapat
dalam molekul DNA yang sudah ada dengan cara enzimatik atau kimiawi. Rekayasa genetika
adalah serangkaian teknik untuk memodifikasi dan merekomendasi gen dari berbagai organisme
yang berbeda yang juga disebut teknologi DNA rekombinan.
Teknologi yang dikenal sebagai teknologi DNA rekombinan, atau dengan istilah yang
lebih populer rekayasa genetika, ini melibatkan upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu
sel yang bukan sel alaminya sehingga sering pula dikatakan sebagai kloning gen. Banyak definisi
telah diberikan untuk mendeskripsikan pengertian teknologi DNA rekombinan. Salah satu di
antaranya, yang mungkin paling representatif, menyebutkan bahwa teknologi DNA rekombinan
adalah pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA
ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami
perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang. Rekayasa
genetika dapat memberikan hasil yang sangat menguntungkan. Sebagai contoh pasien yang
menderita diabetes tidak mampu membentuk hormon insulin untuk mengatur kadar gula dalam
darah. Oleh karena itu, pasien membutuhkan suntikan insulin sebagai tambahan. Dengan teknik
rekayasa genetika, para peneliti berhasil memaksa mikroorganisme (bakteri) untuk membentuk
insulin yang mirip dengan insulin manusia (suryo, 2001).
B. Teknologi DNA Rekombinan
Teknologi DNA rekombinan merupakan teknik kejuruteraan genetik yang melibatkan
penggunaan DNA rekombinan - yaitu DNA yang menggabungkan maklumat genetik dua species
organisme yang berlainan. Jika gen-gen ini digabungkan dalam sel telur atau sel sperma supaya
maklumat genetik ini boleh diturunkan kepada progeni, maka hasil daripada gabungan ini
dinamakan organisme transgenik.
Penghasilan DNA rekombinan melibatkan tiga proses:
1. Manipulasi DNA in vitro (luar sel organisma)
2. Gabungan, atau rekombinasi DNA sesuatu organisma dengan DNA bakteria dalam plasmid
atau bakteriofak
3. Pengklonan, atau teknik untuk mereplikasi progeni yang membawa DNA rekombinan.
Proses-proses diatas pertama kali dilakukan oleh Paul Berg dan A.D. Kaiser pada tahun
1972. Mereka berjaya memasukkan DNA prokariot kedalam bakteria, kemudian oleh S.N. Cohen
dan Herbert Boyer yang berjaya menggabungkan DNA organisme eukariot bersama plasmid
bakteria.
Komponen yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya enzim restriksi
untuk memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung DNA dan vektor untuk menyambung
dan mengklonkan gen di dalam sel hidup, transposon sebagai alat untuk melakukan mutagenesis
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
dan untuk menyisipkan penanda, pustaka genom untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang
telah diklonkan, enzim transkripsi balik untuk membuat DNA berdasarkan RNA, pelacak DNA
atau RNA untuk mendeteksi gen atau fragmen DNA yang diinginkan atau untuk mendeteksi klon
yang benar. Vektor yang sering digunakan diantarnya plasmid, kosmid dan bakteriofag. Enzim
restriksi, digunakan untuk memotong DNA. Enzim restriksi mengenal dan memotong DNA pada
sekuens spesifik yang panjangnya empat sampai enam pasang basa. Enzim tersebut dikenal
dengan nama enzim endonuklease restriksi.
Ada dua bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika yaitu sebagai
berikut :
Enzim seluler/Cellular Enzymes
Enzim yang dipakai dalam memanipulasi DNA diantaranya adalah :
enzim Endonuklease, yaitu enzim yang mengenali batas-batas sekuen nukleotida spesifik dan
berfungsi dalam proses restriction atau pemotongan bahan-bahan genetik. Penggunaan enzim ini
yang paling umum antara lain pada sekuen palindromik. Enzim ini dibentuk dari bakteri yang
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan penyusupan DNA, seperti genom
bacteriophage.
DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-copy DNA. Enzim ini
mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA yang sama persis ke sel induk
barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari berbagai jenis organisme, yang tidak
mengherankan, karena semua organisme pasti harus meng-copy DNA mereka.
RNA polimerisasi yaitu enzim yang berfungsi untuk membaca sekuen DNA dan mengsintesis
molekul RNA komplementer. Seperti halnya DNA polimerisasi, RNA polimerisasi juga banyak
ditemukan di banyak organisme karena semua organisme harus merekam gen mereka.
DNA ligase merupakan suatu enzim yang berfungsi untuk menyambungkan suatu bahan genetik
dengan bahan genetik yang lain. Contohnya saja, enzim DNA ligase ini dapat bergabung dengan
DNA atau RNA dan membentuk ikatan phosphodiester baru antara DNA atau RNA yang satu
dengan lainnya.
Reverse transcriptases adalah enzim yang berfungsi membentuk blue-print dari molekul RNA
membentuk cDNA (DNA komplementer). Enzim ini dibuat dari virus RNA yang mengubah
genom RNA mereka menjadi DNA ketika mereka menginfeksi inangnya. Enzim ini biasa dipakai
ketika bertemu dengan gen eukariotik yang biasanya terpisah-pisah menjadi potongan kecil dan
dipisahkan oleh introns dalam kromosom.
Vektor natural/ Natural Vectors
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan dalam
bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil dan cocok dengan tempat
DNA yang dimanipulasi. Sekali lagi, alam telah memberikan solusi dari masalah ini. Vektor
disini bisa diartikan sebagai alat yang membawa DNA ke dalam sel induk barunya.
Agar suatu metode dalam rekayasa genetika dianggap berhasil, di dalam vektor, DNA hasil
rekombinan seharusnya benar-benar hanya dibawa setelah sebelumnya DNA rekombinan
digabungkan dengan DNA vektor melalui enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA
rekombinan tidak termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat baru. Contoh dari vektor natural
dari alam adalah plasmid dan virus atau bacteriophage (Witarto, 2005).
Adapun teknik pembuatan DNA rekombinan adalah sebagai berikut:
Teknik mengisolasi DNA
Teknik memotong DNA dengan menggunakan enzim retriksi endonuklease
Teknik menggabung/ menyambung DNA dengan menggunakan enzim ligase
Teknik memasukkan DNA kedalam sel hidup (vektor)
Vektor berkembang dengan seleksi DNA yang direkayasa.
Gambar 1: mekanisme DNA Rekombinan
1.
2.
a.
b.
c.
3.
4.
5.
Isolasi DNA yang diawali dengan melakukan perusakan serta penghilangan dinding sel. Dalam
proses ini dapat dilakukan secara mekanis ataupun dengan cara enzimatis. Setelah perusakan sel
telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah pelisisan sel hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan buffer nonosmotik, serta deterjen yang kuat seperti triton X-100 atau dengan
sodium dodesil sulfat (SDS). Remukan sel yang diakibatkan oleh lisisnya sel dibuang dengan
melakukan sentrifugasi sehingga bias dibedakan antara bagian yang rusak serta organel target
yang pada akhirnya didapatlkan DNA yang nantinya dilakukan pemurnian dengan penambahan
amonium asetat dan alcohol.
Pemotongan molekul DNA, baik genomik maupun plasmid dilakukan dengan enzimrestriksi.
Ada
dua macam enzim restriksi yaieu enzim restriksi tipe I danenzim restriksi tipe II. Enzim restri
ksi tipe II mempunyai sifat-sifat umumyang penting sebagai berikut:
mengenali urutan tertentu sepanjang empat hingga tujuh pasang basadi dalam molekul
DNA.
memotong kedua untai molekul DNA di tempat tertentu pada atau di dekattempat
pengenalannya.
menghasilkan fragmen-fragmen DNA dengan berbagai ukuran dan urutanbasa.
Berdasarkan tempat hasil pemotongan, fragmen-fragmen DNAmemiliki dua macam ujung yaitu:
Ujung lengket (sticky end) atau ujung kohesif, terjadi jika tempatpemotongan pada kedua
untai DNA terpisah sejauh beberapa pasang basa,sehingga menghasilkan fragmen-fragmen
dengan ujung 5 yang runcingkarena masing-masing untai tunggalnya menjadi tidak sama
panjang. Duafragmen DNA dengan ujung yang runcing akan mudah disambungkansatu sama
lain.
Ujung tumpul (blunt end), terjadi jika tempat pemotongan DNA padaposisi yang sama. Kedua f
ragmen hasil pemotongannya akan mempunyai ujung 5 yang tumpul karena masingmasing untai tunggalnya samapanjangnya.
Penyatuan dua fragmen DNA ujung tumpul sulit dilakukansehingga memerlukan
perlakuan tambahan, misalnya pemberian molekullinker, molekul adaptor, atau penambahan enzi
m deoksinukleotidiltransferase.
Tahap selanjutnya adalah penyambungan molekul DNA.
Ada tiga cara yangdapat digunakan untuk meligasi fragmen-fragmen DNA secara in vitro.
Pertama,ligasi menggunakan
enzim DNA ligase dari bakteri. Kedua, ligasi menggunakanDNA ligase dari sel-sel E. coli yang
telah diinfeksi dengan bakteriofag T4 ataulazim
disebut sebagai enzim T4 ligase. Ketiga yaitu pemberian enzimdeoksinukleotidil transferase unt
uk menyintesis untai tunggal homopolimerik 3.
Suhu optimum bagi aktivitas DNA ligase sebenarnya 37C. Akan tetapi, padasuhu ini ikatan
hidrogen yang secara alami terbentuk di antara ujung-ujunglengket akan menjadi tidak stabil dan
kerusakan akibat panas akan terjadi padatempat ikatan tersebut. Oleh karena itu, ligasi biasanya
dilakukan pada suhuantara 4 dan 15C dengan waktu inkubasi
(reaksi) yang diperpanjang (sering kalihingga semalam).
Setelah tahap penyambungan molekul
DNA, dilakukan analisis terhadap hasilpemotongan DNA genomik dan DNA vektor serta analis
is hasil ligasi molekul-molekul DNA tersebut. menggunakan teknik elektroforesis. Jika
hasilelektroforesis menunjukkan bahwa fragmen-fragmen DNA genomik telahterligasi
dengan baik pada DNA vektor sehingga terbentuk molekul DNArekombinan,
campuran reaksi ligasi
dimasukkan ke dalam sel inang agar dapat diperbanyak dengan cepat. Tahap memasukkan
campuran reaksi ligasike dalam sel inang dinamakan transformasi karena sel inang diharapka
n akanmengalami perubahan sifat tertentu setelah dimasuki molekul DNA rekombinan.
Tahap selanjutnya adalah seleksi transforman dan seleksi
rekombinan. Olehkarena DNA yang dimasukkan
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
Telah diperoleh vaksin-vaksin untuk melawan penyakit mencret ganas yang dapat mematikan
anak-anak babi
2. Sudah dipasarkan vaksin yang efektif terhadap penyakit kuku dan mulut, yaitu penyakit ganas
dan sangat menular pada sapi, domba, kambing, rusa dan babi
4. Bidang Kedokteran
Gen-gen bagi beberapa protein yang dibutuhkan dalam bidang kedokteran yang dibutuhkan
dalam bidang kedokteran yaitu pembuatan insulin manusia oleh bakteri Eschrechia coli untuk
pengobatan penyakit diabetes (Wikipedia.org).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. DNA rekombinan adalah DNA yang mengalami perubahan karena penyisipan suatu sekuens
deuksinukleotida yang sebelumnya tidak terdapat dalam molekul DNA yang sudah ada dengan
cara enzimatik atau kimiawi.
2. Komponen yang terlibat dalam Dna rekombinasi yaitu Enzim restriksi untuk memotong DNA,
DNA polymerase, enzim ligase, enzim DNA ligase, Vektor untuk menyambung dan
mengklonkan gen di dalam sel hidup, Transposon, Pustaka genom, Enzim transkripsi balik,
Pelacak DNA atau RNA
3. Tahapan-tahapan teknologi DNA rekombinan adalah isolasi DNA kromosom yang akan diklon,
pemotongan molekul DNA menjadi sejumlah fragmen dengan berbagai ukuran, isolasi DNA
vektor, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor untuk menghasilkan molekul DNA
rekombinan, transformasi sel inang menggunakan molekul DNA rekombinan, reisolasi molekul
DNA rekombinan dari sel inang, dan analisis DNA rekombinan.
http://catatannkuliahbiologi.blogspot.co.id/