Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai

menjelang akhir abad ke 19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor

Johann Mendel berhasil melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang

tepat atas hasil-hasil percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum

satifum). Sebenarnya, Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan

percobaan- percobaan persilangan. Akan tetapi, berbeda dengan para

pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan sifatnya yang

kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi

lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini

kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu

cabang ilmu pengetahuan, dan Mendelpun di akui sebagai Bapak Genetika.

Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada

tahun 1866 di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun,

selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada peneliti lain yang memperhatikannya.

Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli botani secara terpisah, yaitu Hugo de Vries

di belanda, Carl Correns di jerman dan Eric von Tschermak-Seysenegg di Austria,

melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel pada penelitian mereka masing-

masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad ke-20 berbagai

percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi

penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu era yang

dinamakan genetika klasik.

1
Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang

sebagai cabang ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk

mengetahui lebih dalam tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat

biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa

senyawa kimia materi genetika adalah asam dioksiribonekleat (DNA). Dengan

ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun1953 oleh J.D.Watson dan

F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika molekuler.

Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya.

Jika ilmu pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat

(doubling time) dalam satu dasa warsa, maka hal pada genetika molekuler

hanyalah dua tahun. Bahkan, perkembangan yang lebih revolusioner dapat

disaksikan semenjak tahun 1970-an, yaitu pada saat dikenalnya teknologi

manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan atau dengan istilah

yang lebih populer disebut Rekayasa Genetika.

Saat ini sudah menjadi berita biasa apabila organisme- organisme seperti

domba, babi dan kera, didapatkan melalui teknik rekayasa genetika yang disebut

kloning . sementara itu, pada manusia telah di lakukan pemetaan seluruh genom

atau dikenal sebagai proyek genom manusia (human genom project), yang

diluncurkan pada tahun 1990 dan diharapkan selesai pada tahun 2005. ternyata

pelaksaan proyek ini berjalan justru lebih cepat dua tahun dari pada jadwal yang

telah ditentukan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN REKAYASA GENETIKA

Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda:genetica, adaptasi

dari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani genno, yang

berarti "melahirkan". Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari

pewarisan sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion).

Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala

aspeknya.

Bidang kajian genetika dimulai dari wilayah subselular (molekular) hingga

populasi. Dan secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan tentang :

• material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),

• bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan

• bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain

(pewarisan genetik)

Rekayasa atau biasa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu dan

teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat

pengetahuan, ataupun pengalaman dari trial dan error. Dan rekayasa juga

mengalami perkembangan layaknya lomba lari estapet yang meneruskan

teknologi generasi sebelumnya.

Maka, Rekayasa genetika dalam arti luas adalah teknologi dalam

penerapan genetika untuk membantu masalah dan kepentingan apapun dari

3
manusia. Dengan segala pengetahuan dan pengalaman dari trial dan error tersebut

manusia dapat mengembangkan produk-produk yang bermanfaat bagi manusia itu

sendiri.

Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi

didifinisikan sebagai teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan

dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga

taksonomi; yang dapat menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami,

dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.

Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau

melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan

gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan

organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari

bakteri bisa diselipkan di kromosom tanaman, sebaliknya gen tanaman dapat

diselipkan pada kromosom bakteri. Gen serangga dapat diselipkan pada tanaman

atau gen dari babi dapat diselipkan pada bakteri, atau bahkan gen dari manusia

dapat diselipkan pada kromosom bakteri.

Produksi insulin untuk pengobatan diabetes, misalnya, diproduksi di dalam

sel bakteri Eschericia coli (E. coli) di mana gen penghasil insulin diisolasi dari sel

pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. coli.

Dengan demikian produksi insulin dapat dilakukan dengan cepat, massal, dan

murah. Teknologi rekayasa genetika juga memungkinkan manusia membuat

vaksin pada tumbuhan, menghasilkan tanaman transgenik dengan sifat-sifat baru

yang khas.

4
B.PENERAPAN GENETIKA

Charles Darwin dengan teori evolusinya menjadi seseorang yang pertama

kali menyinggung variasi genetik di dalam bukunya the origin of species.

Tetapi istilah "genetika" pertama kali diperkenalkan oleh William Bateson pada

suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick yang juga ia gunakan pada

Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906.

Perkembangan genetika terus terjadi baik itu dalam bidang genetika murni

ataupun genetika terapan. Dan perkembangan dilakukan pertama kali oleh Gregor

Mendel dengan menyilangkan tanaman pada 1985 yang biasa dikenal dengan

"hukum pewarisan Mendel". Sebuah hukum yang mengenalkan konsep gen

(Mendel menyebutnya 'faktor') sebagai pembawa sifat. Yang menyatakan bahwa

setiap gen memiliki alel yang menjadi ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan

dengan suatu sifat. Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang

berkaitan dengan suatu sifat yang khas, masing-masing berasal dari tetuanya.

Status dari pasangan alel ini dinamakan genotipe. Dan apabila suatu individu

memiliki pasangan alel sama, genotipe individu itu bergenotipe homozigot,

apabila pasangannya berbeda, genotipe individu yang bersangkutan dalam

keadaan heterozigot. Genotipe terkait dengan sifat yang teramati. Sifat yang

terkait dengan suatu genotipe disebut fenotipe.

Setelah penemuan karya Mendel tersebut, genetika berkembang sangat

pesat. Perkembangan genetika sering kali menjadi contoh klasik mengenai

penggunaan metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan atau sains. Dan

perkembangan tersebut terjadi dalam bidang genetika murni maupun terapan.

5
C. TUJUAN REKAYASA GENETIKA

Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain

untuk peningkatan produksi, peningkatan mutu produk agar tahan lama dalam

penyimpanan pascapanen, peningkatan kandungan gizi, tahan terhadap serangan

hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap

herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih hibrida),

toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan

nutrisi, serta perubahan pigmentasi.

Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan

efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat

nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan

pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk

menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika.

Di negara-negara maju seperti di Amerika, Eropa, Australia, dan Jepang

organisme hasil rekayasa genetika telah banyak beredar di masyarakatnya maupun

diekspor ke negara-negara lain seperti Indonesia. Organisme hasil rekayasa

genetika dapat berupa mikrooraganisme (bakteri, jamur, ragi, virus), serangga,

tanaman, hewan dan ikan. Di AS produk-produk hasil rekayasa genetika dijual

secara bebas di pasaran, sementara di Eropa dan Jepang diwajibkan untuk

memberi label bagi produk-produk tersebut. Cina juga merupakan negara yang

telah sangat maju dalam pengembangan bioteknologi rekayasa genetika.

6
D. PERKEMBANGAN REKAYASA GENETIKA DARI MASA KE MASA

Kemajuan di bidang bioteknologi khususnya dalam bidang rekayasa

genetika tak lepas dari kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologi.

Bioteknologi sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.

Garis waktu bioteknologi

1. 8000 SM Pengumpulan benih untuk ditanam kembali. Bukti bahwa bangsa

Babilonia, Mesir, dan Romawi melakukan praktik pengembangbiakan selektif

(seleksi artifisal) untuk meningkatkan kualitas ternak.

2. 6000 SM Pembuatan bir, fermentasi anggur, membuat roti, membuat tempe

dengan bantuan ragi.

3. 4000 SM Bangsa Tionghoa membuat yogurt dan keju dengan bakteri asam

laktat.

4. 1500 Pengumpulan tumbuhan di seluruh dunia.

5. 1665 Penemuan sel oleh Robert Hooke(Inggris) melalui mikroskop.

6. 1800 Nikolai I. Vavilov menciptakan penelitian komprehensif tentang

Pengembangbiakan hewan.

7. 1880 Mikroorganisme ditemukan.

8. 1856 Gregor Mendel mengawali genetika tumbuhan rekombinan.

9. 1865 Gregor Mendel menemukan hukum-hukum dalam penyampaian sifat

induk keturunannya.

10. 1919 Karl Ereky, insinyur Hongaria, pertama menggunakan kata bioteknologi.

11. 1970 Peneliti di AS berhasil menemukan enzim pembatas yang digunakan

untuk memotong gen-gen.

7
12. 1975 Metode produksi antibodi monoklonal dikembangkan oleh Kohler dan

Milstein.

13. 1978 Para peneliti di AS berhasil membuat insulin dengan menggunakan

bakteri yang terdapat pada usus besar.

14. 1980 Bioteknologi modern dicirikan oleh teknologi DNA rekombinan. Model

prokariot nya, E. coli, digunakan untuk memproduksi insulin dan obat lain,

dalam bentuk manusia. Sekitar 5% pengidap diabetes alergi terhadap insulin

hewan yang sebelumnya tersedia.

15. 1992 FDA menyetujui makanan GM pertama dari Calgene: tomat “flavor

saver”.

16. 2000 - Ditemukannya enzim pemotong DNA yaitu enzim restriksi

endonuklease.

- Ditemukannya pengatur ekspresi DNA yang diawali dengan penemuan

operon laktosa pada prokariota.

- Ditemukannya perekat biologi yaitu enzim ligase.

- Ditemukannya medium untuk memindahkan gen ke dalam sel

mikroorganisme.

E. HASIL REKAYASA GENETIKA

I. Tanaman Transgenik

Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang

berarti pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu

makhluk hidup kemakhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman

8
lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman. Transgenik secara definisi adalah the

use of gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells of

organism (penggunaan manipulasi gen untuk mengadakan perubahan yang tetap

pada sel makhluk hidup).

Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert

Boyer dan Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman

transgenik, pada tahun 1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40

tanaman. Secara sederhana tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil

gen-gen tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada

tanaman, penyisipaan gen ini melalui suatu vector (perantara) yang biasanya

menggukan bakteri Agrobacterium tumefeciens untuk tanaman dikotil atau

partikel gen untuk tanaman monokotil, lalu diinokulasikan pada tanaman target

untuk menghasilkan tanaman yang dikehendaki. Tujuan dari pengembangan

tanaman transgenik ini diantaranya adalah

• menghambat pelunakan buah (pada tomat).

• tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, virus.

• meningkatkan nilai gizi tanaman, dan

• meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem seperti

lahan kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang tinggi.

Melihat potensi manfaat yang disumbangkan, pendekatan bioteknologi

dipandang mampu menyelesaikan problematika pangan dunia terutama di negara-

negara yang sedang berkembang seperti yang sudah dilakukan di negara-negara

maju (Winarno dan Agustina,2007)

9
Antara tahun 1996-2001 telah terjadi peningkat an yang sangat dramatis

dalam adopsi atau penanaman tanaman GMO (Genetically Modified Organism) di

seluruh dunia. Daerah penanaman global tanaman transgenik meningkat dari

sekitar 1,7 juta ha pada tahun 1996 menjadi 52,6 juta ha pada tahun 2001.

Peningkatan luas tanam GMO tersebut mengindikasikan semakin banyaknya

petani yang menanam tanaman ini baik di negara maju maupun di negara

berkembang. Sebagian besar tanaman transgenik ditanam di negara-negara maju.

Amerika Serikat sampai sekarang merupakan negara produsen terbesar di dunia.

Pada tahun 2001, sebanyak 68% atau 35,7 juta ha tanaman transgenik ditanam di

Amerika Serikat.

Sampai saat ini, kedelai merupakan produk GMO terbesar yaitu 33,3 juta

ha atau sekitar 63% dari seluruh tanaman GMO. Kedelai tahan herbisida banyak

ditanam di AS, Argentina, Kanada, Meksiko, Rumania dan Uruguay. Jagung

merupakan tanaman GMO terbesar kedua yang ditanam yaitu seluas 9,8 juta ha

sedangkan luas tanaman kapas GMO yang ditanam adalah sekitar 6,8 juta ha .

Sifat yang terdapat dari tanaman GMO pada umumnya adalah resisten terhadap

herbisida, pestisida, hama serangga dan penyakit serta untuk meningkatkan nilai

gizi.

a. Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan

Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah

kering, kutikula yang tebal sehingga mengurangi kehilangan air dan kesanggupan

menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap

kekeringan ditransfer dari gen kapang yang mengeluarngkan enzim trehalose.

10
Tembakau adalah salah satu tanaman yang dapat toleran terhadap suasana

kekeringan.

b. Tanaman Transgenik Resisten Hama

Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi

sporulasi atau saat bakteri memberntuk spora. Dalam bentuk spora, berat toksin

mencapai 20% dari berat spora. Apabila larva serangga memakan spora, maka di

dalam alat pencernaan larva serangga tersebut, spora bakteri pecah dan

mengeluarkan toksin. Toksin yang masuk ke dalam membran sel alat pencernaan

larva mengakibatkan sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan pakan

tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus

thuringiensis kemudian diekstrak dan dimurnikan, makan akan diperoleh

insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Pada tahun 1985 dimulai

rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin (Winarno dan

Agustina ,2007)

Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenik

pertama yang menggunakan gen BT toksin. Jagung juga telah direkayasa dengan

menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri

Salmonella parathypi yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampisilin.

Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi insektisida

sehingga tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama

tanaman. Gen Bt toksin juga direkayasa ke tanaman kapas, bahkan multiplegene

dapat direkayasa genetika pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi

dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahahari,

khususnya sinar ultraviolet.

11
c. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit

Perkembangan yang signifikan juga terjadi pada usaha untuk

memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan

memasukkan gen penyandi tanaman terselubung (coat protein) Johnson grass

mosaic poty virus (JGMV) ke dalam suatu tanaman, diharapkan tanaman tersebut

menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan DNA

dari JGMV, misalnya daRi protein terselubung dan protein nuclear inclusion body

(Nib) mampu diintegrasikan pada tanaman jagung dan diharapkan akan

menghasilkan tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Virus JGMV

menyerang beberapa tanaman yang tergolong dalam famili Graminae seperti

jagung dan sorgum yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.

Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada daun berupa mosaik, nekrosa atau

kombinasi keduanya. Akibat serangan virus ini, kerugian para petani menjadi

sangat tinggi atau bahkan tidak panen sama sekali.

Contoh Tanaman yang telah Menggunakan Teknologi Rekayasa Genetika

Berikut ini disajikan berbagai tanaman hasil rekayasa genetika dan

keunggulannya dibandingkan dengan tanaman biasa yang sejenis

a. Kedelai Transgenik

Kedelai merupakan produk Genetically Modified Organism terbesar yaitu

sekitar 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan

rekayasa genetika, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama,

tahan terhadap herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara

12
global telah dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran

herbisida dan kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi

b. Jagung Transgenik

Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa genetika

melalui teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri Bacillus

thuringiensis (Bt) untuk menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang

disebut corn borer sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus

thuringiensis yang dipindahkan mampu memproduksi senyawa pestisida yang

membunuh larva corn borer tersebut

Berdasarkan kajian tim CARE-LPPM IPB menunjukkan bahwa

pengembangan usaha tani jagung transgenik secara nasional memberikan

keuntungan ekonomi sekitar Rp. 6,8 triliun. Keuntungan itu berasal dari mulai

peningkatan produksi jagung, penghematan usaha tani hingga penghematan

devisa negara dengan berkurangnya ketergantungan akan impor jagung .

Dalam jangka pendek pengembangan jagung transgenik akan

meningkatkan produksi jagung nasional untuk pakan sebesar 145.170 ton dan

konsumsi langsung 225.550 ton. Sementara dalam jangka panjang, penurunan

harga jagung akan merangsang kenaikan permintaan jagung baik oleh industri

pakan maupun konsumsi langsung. Bukan hanya itu, dengan meningkatkan

produksi jagung Indonesia juga menekan impor jagung yang kini jumlahnya

masih cukup besar. Pada tahun 2006, impor jagung masih mencapai 1,76 juta ton.

Secara tidak langsung, penggunaan tanaman transgenik juga meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

13
c. Kapas Transgenik

Kapas hasil rekayasa genetika diperkenalkan tahun 1996 di Amerika

Serikat. Kapas yang telah mengalami rekayasa genetika dapat menurunkan jumlah

penggunaan insektisida. Diantara gen yang paling banyak digunakan adalah gen

cry (gen toksin) dari Bacillus thuringiensis, gen-gen dari bakteri untuk sifat

toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda pemasakan buah. Bagi para

petani, keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik adalah menekan

penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan herbisida secara

efektif tanpa mematikan tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama pada

produksi tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan produksi, serangan

serangga hama dapat menurunkan kualitas kapas.Saat ini lebih dari 50 persen

areal pertanaman kapas di Amerika merupakan kapas transgenik dan beberapa

tahun ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian

juga dengan Cina dan India yang merupakan produsen kapas terbesar di dunia

setelah Amerika Serikat juga secara intensif telah mengembangkan kapas

transgenik.

d. Tomat Transgenik

Pada pertanian konvensional, tomat harus dipanen ketika masih hijau tapi

belum matang. Hal ini disebabkan akrena tomat cepat lunak setelah matang.

Dengan demikian, tomat memiliki umur simpan yang pendek, cepat busuk dan

penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami hal tersebut karena

memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah lembek. Hal ini disebabkan

oleh enzim poligalakturonase yang berfungsi mempercepat degradasi pektin.

14
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens

yang memperlambat proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat

sintesa enzim poligalakturonase sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan

mengurangi produksi enzim poligalakturonase akan dapat diperbaiki sifat-sifat

pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di bagian batang

tanamannya untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan

dengan generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan

genetika, tahan terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan

kemungkinan pecah atau rusak selama pemrosesan lebih sedikit.

e. Kentang Transgenik

Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah Amerika nebyetujui untuk

mengomersialkan kentang hasil rekayasas genetika yang disebut Monsanto

sebagai perusahaan penunjang dengan sebutan kentang “New Leaf”. Jenis kentang

hybrid tersebut mengandung materi genetic yang memnungkinkan kentang

mampu melindungi dirinya terhadap serangan Colorado potato beetle. Dengan

demikian tanaman tersebut dapat menghindarkan diri dari penggunaan pestisida

kimia yang digunakan pada kentang tersebut. Selain resisten terhadap serangan

hama, kentang transgenik ini juga memiliki komposisi zat gizi yang lebih baik

bila dibandingkan dengan kentang pada umumnya. Hama beetle Colorado

merupakan suatu jenis serangga yang paling destruktif untuk komoditi kentang di

Amerika dan mampu menghancurkan sampai 85% produksi tahunan kentang bila

tidak ditanggulangi dengan baik.

Daya perlindungan kentang transgenik tersebut berasal dari bakteri

Bacillus thuringiensis sehingga kentang transgenik ini disebut juga dengan

15
kentang Bt. Sehingga diharapkan melalui kentang transgenik ini akan membantu

suplai kentang yang berkesinambungan, sehat dan dalam jangkauan daya beli

masyarakat.

Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada

tabel di bawah ini.

Jenis
Sifat yang telah dimodifikasi Modifikasi Foto
tanaman

Gen dari tumbuhan

Mengandung provitamin A narsis, jagung, dan

Padi (beta-karotena) dalam bakteri Erwinia

jumlah tinggi. disisipkan pada

kromosom padi.

Gen toksin Bt dari

Jagung, bakteri Bacillus


Tahan (resisten) terhadap
kapas, thuringiensis
hama.
kentang ditransfer ke dalam

tanaman.

Gen untuk mengatur

pertahanan pada

cuaca dingin dari


Tembakau Tahan terhadap cuaca dingin.
tanaman

Arabidopsis

thaliana atau dari

16
sianobakteri

(Anacyctis

nidulans)

dimasukkan ke

tembakau.

Gen khusus yang

disebut

antisenescens

ditransfer ke dalam

tomat untuk

menghambat enzim

poligalakturonase

Proses pelunakan tomat (enzim yang

diperlambat sehingga tomat mempercepat


Tomat
dapat disimpan lebih lama kerusakan dinding

dan tidak cepat busuk. sel tomat). Selain

menggunakan gen

dari bakteri E. coli,

tomat transgenik

juga dibuat dengan

memodifikasi gen

yang telah dimiliki

nya secara alami.

17
Gen resisten

herbisida dari

bakteri
Mengandung asam oleat
Agrobacterium
tinggi dan tahan terhadap
galur CP4
herbisida glifosat.Dengan
dimasukkan ke
Kedelai demikian, ketika disemprot
kedelai dan juga
dengan herbisida tersebut,
digunakan teknologi
hanya gulma di sekitar
molekular untuk
kedelai yang akan mati.
meningkatkan

pembentukan asam

oleat.

Gen dari selubung

virus tertentu

Tahan terhadap penyakit ditransfer ke dalam

Ubi jalar tanaman yang disebabkan ubi jalar dan

virus. dibantu dengan

teknologi

peredaman gen.

Menghasilkan minyak Gen FatB dari

kanola yang mengandung Umbellularia


Kanola
asam laurat tinggi sehingga californica

lebih menguntungkan untuk ditransfer ke dalam

18
kesehatan dan secara tanaman kanola

ekonomi.Selain itu, kanola untuk meningkatkan

transgenik yang disisipi gen kandungan asam

penyandi vitamin E juga laurat.

telah ditemukan.

Gen yang

menyandikan
Resisten terhadap virus
selubung virus
Pepaya tertentu,contohnya Papaya
PRSV ditransfer ke
ringspot virus (PRSV).
dalam tanaman

pepaya.

Gen baru dari

bakteriofag T3

diambil untuk

mengurangi

pembentukan
Melon Buah tidak cepat busuk.
hormon etilen

(hormon yang

berperan dalam

pematangan buah)

di melon.

19
Gen dari bakteri

Agrobacterium

galur CP4 dan

Tahan terhadap herbisida cendawan


Bit gula
glifosat dan glufosinat. Streptomyces

viridochromogenes

ditransfer ke dalam

tanaman bit gula.

Gen selubung virus


Resisten terhadap infeksi
Prem cacar prem
virus cacar prem (plum pox
(plum) Ditransfer ke
virus).
tanaman prem.

Gen penyandi

enzim kitinase

Resisten terhadap peyakit (pemecah dinding

Gandum hawar yang disebabkan sel cendawan) dari

cendawan Fusarium. jelai (barley)

ditransfer ke

tanaman gandum.

Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetically Modified Organism)

WHO telah meramalkan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada

tahun 2020 sehingga diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar.

Karena kondisi tersebut, produksi pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga

20
kesinambungan manusia dengan bahan pangan yang tersedia. Namun yang

menjadi kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang belum termanfaatkan

karena jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi masalah

tersebut, teknologi rDNA atau Genetically Modified Organism (GMO) akan

memiliki peranan yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi strategi

dalam peningkatan produksi pangan dengan keunggulan-keunggulan sebagai

berikut :

- Mereduksi kehilangan dan kerusakan pasca panen

- Mengurangi resiko gagal panen

- Meningkatkan rendemen dan produktivitas

- Menghemat pemanfaatan lahan pertanian

- Mereduksi kebutuhan jumlah pestisida dan pupuk kimia

- Meningkatkan nilai gizi

- Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan oleh

virus.

Proses Pembuatan Tanaman Transgenik

Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan

identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang

diinginkan).Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan,

cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan

perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.Pada tahapan kloning

gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa

DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).Kemudian,

21
vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat

diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.Apabila gen yang

diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan

transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian

tertentu, salah satunya adalah bagian daun.Transfer gen ini dapat dilakukan

dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA

yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode

transfer DNA dengan bantuan listrik).

1. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.

Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi.Untuk

melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil

berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman.Mikro-proyektil tersebut akan

mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen

memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi

kerusakan sel selama penembakan berlangsung.

2. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.

Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara

alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk

menyisipkan gen asing.Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat

virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu.Gen asing yang ingin

dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya,

A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke

dalam genom (DNA) tanaman.Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman

maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.

22
3. Metode elektroporasi.

Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing

harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang

kehilangan dinding sel).Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi

untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat

masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.

Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.

Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk

mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing.Hasil seleksi ditumbuhkan

menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya

terbentuk akar dan tunas.Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka

dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

Dampak Positif Transgenik

1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari sumber

yang lebihsedikit.

2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem sehingga

akan memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.

3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.

Dampak Negatif Transgenik

Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:

A. Aspeksosial,meliputi:

1. Aspek ekonomi

23
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman

persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional.

Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad

kemanisan jauh lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa

B. Aspek kesehatan

1. Potensi toksisitas bahan pangan

Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan

muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada

bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat,

yang tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko

toksisitas yang membahayakan kesehatan.

2. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan

WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia

baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya,

berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi

penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik

dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae.

C.Aspek lingkungan

1. Potensi erosi plasma nutfah

Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan

tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah

tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai

contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek

pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies

24
kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan

gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu

tersebut.

2. Potensi pergeseran gen

Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera

setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme

dan organisme tanah, misalnya cacing tanah.

3. Potensi pergeseran ekologi

Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang

pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat

memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap

faktor-faktor lingkungan tersebut.

F. DAMPAK REKAYASA GENETIKA

1. Dampak terhadap bidang kesehatan

Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa makanan,minuman,ataupun

produk rekayasa genetika yang lainnya dapat menimbulkan dampak yang kurang

baik.Contohnya,sepeti matinya 31 orang pengguna insulin hasil rekayasa di

Inggris.Susu dari sapi yang disuntik dengan BHG,di duga mengandung materi

kimia yang mempunyai potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.Dampak-

dampak yang di khawatirkan akibat tanaman transgenik tehadap manusia antara

lain sebagai berikut.

25
1. Kemungkinan menimbulkan keracunan.

2. Kemungkinan menimbulkan alergi.

3. Kemungkinan menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia menjadi tahan

terhadap antibiotik.

4. Kemungkinan adanya perbedaan nutrisi dan komposisi.

2. Dampak terhadap bidang lingkungan

Terlepasnya organisme transgenik di alam bebas tanpa pengawasan dapat

menghasilkan pencemaran biologis.Pencemaran biologis tersebut,kemungkinan

menghasilkan varietas baru atau spesies baru yang dapat mengganggu

keseimbangan biologis yang sudah ada di alam.Karena organisme produk

rekayasa genetika atau lebih dikenal dengan nama GMOs (genetically modified

organisms),perubahan genotifnya bukan merupakan rancangan alam yang sesuai

dengan kebutuhan dinamika populasi,tetapi lebih menjurus kepada keinginan

manusia saja.Dampak yang lain antara lain sebagai berikut:

1. Menimbulkan penyakit baik pada manusia,hewan,maupun tumbuhan

2. Mengganggu ekosistem,seperti menurunkan jumlah populasi yang ada di

alam,perubahan dalam siklus alam dan interaksi sesama mereka

3. Terjadinya transfer sifat genetis baru ke spesies lain

4. Penurunan terhadap keragaman genetis

5. Kemungkinan timbulnya biotipe baru pada serangga dan hama

3. Dampak terhadap bidang etika dan moral

Menyisipkan DNA atau gen organisme lain yang tidak berkerabat,

26
dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan masih sulit di terima

oleh masyarakat.Mayoritas orang Amerika berpendapat bahwa pemindahan gen

dari satu organisme ke organisme lain adalah tidak etis.90% orang Amerika

menentang pemindahan gen manusia ke hewan dan 75 % menentang pemindahan

gen dari satu spesies ke spesies lainnya.Beberapa tanaman transgenik yang tidak

berlabel juga akan menimbulkan konsekuensi tertentu bagi manusia.

Untuk mencegah dampak negatif rekayasa genetika pada masa yang akan

datang,tentu diperlukan adanya instrumen (perangkat) yang dapat memberikan

jaminan dan keselamatan umat manusia dan organisme lainnya serta lingkungan.

Untuk tujuan tersebut,diperlukan adanya undang-undang mengenai bioetika,

Peraturan pelaksanaan penelitian,pengkajian hasil produksi,dan dampakny terha-

dap organisme serta lingkungan.Sebagai contoh peraturan keamanan hayati dan

keamanan pangan di negara Amerika serikat,Australia,dan Malaysia.Di Amerika

Serikat,tanaman transgenik yang mengandung gen tendotoksin dan gen ketahanan

terhadap herbisida ditangani oleh satu badan Environmental Protection Agency

(EPA) dan Animal Plant Health Inspection Service (APHIS) di bawah United

States Department of Agriculture (USDA).Sedangkan untuk keamanan pangan

ditangani oleh suatu badan,yaitu Foodand Drug Administration (FDA).Di

Australia,keamanan pangan dan produk rekayasa genetika ditangani oleh komite

yang disebut Genetic Manipulation Advisory Committee (GMAC),di bawah

Minister of Science and Technology.Di Malaysia,hal yang sama ditangani oleh

komite yang disebut Jawatan Kuasa Penasihat Mengenai Pengubahsuaian yang

sama dengan GMAC di Australia.

27
Peraturan di Indonesia ada di bawah Komisi Hayati dan Keamanan Pangan

(KKHPK) yang dibentuk untuk membantu Mentri Pertanian,Mentri Kehutanan

serta Perkebunan,serta Mentri Kesehatan yang bertugas memberi rekomendasi

pemanfaatan PPHRG atau produk Pertanian Hasil Rekayasa dan Genetik.

KESIMPULAN
Rekayasa genetika adalah upaya pencangkokan gen dengan teknik

rekombinan DNA pada mikroorganisme tertentu. Dengan rekayasa genetika,

manusia dapat membuat organisme yang tidak dapat menghasilkan bahan tertentu

menjadi mampu menghasilkan bahan tertentu yang dibutuhkan manusia.

Kloning merukan salah satu contoh hasil rekayasa genetika yang paling

penomenal.Kloning terhadap manusia banyak melahirkan persoalan bagi

kehidupan manusia, terutama dari sisi etika dan persoalan keagamaan serta

keyakinan, namun di sisi lain adapula beberapa manfaatnya. Kloning terhadap

manusia,walaupun merupakan suatu kegiatan ilmiah dan juga dapat dikatakan bisa

membantu manusia namun dari sekian banyak pertentangan pendapat yang

muncul atas persoalan tersebut dapat dipastikan lebih banyak ditekankan pada

persoalan yang berhubungan dengan etika, moral, hukum dan agama.Untuk itu

perlu disadari bahwa hal-ihwal penciptaan manusia adalah mutlak kekuasaan

Tuhan yang mustahil kiranya untuk dapat ditiru oleh ilmuan sehebat atau sejenius

apapun, kesadaran ini perlu ada dalam jiwa manusia agar lebih arif dan bijaksana

dalam menjelajahi ilmu pengetahuan

28
29

Anda mungkin juga menyukai