Anda di halaman 1dari 11

KEGAWATDARURATAN DALAM KEPERAWATAN GIGI

Dosen Pengampu : drg. Endah Aryati E N, MD.SC

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas praktik ujian akhir semester mata kuliah
kegawatdaruratan dalam keperawatan gigi

Di Susun Oleh:
ANDI MAULIDIA LIRANTINA
P1337425218061

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN GIGI


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AKADEMK 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga setelah melewati berbagai tahapan acuan dari berbagai
situs di internet akhirnya makalah dengan judul “Kegawat Daruratan dalam keperawatan
Gigi” telah selesai saya susun Saya sadar makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu kritik dan sarang dari pembaca sangat saya harapkan

Semarang 7 desember 2018

Andi Maulidia Lirantina


Daftar Isi

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

 A. Latar Belakang............................................................................. 1
 B. Rumusan Masalah ……........…………………………………... 2
 C. Tujuan Penulisan ………………………………………............. 3
 D. Manfaat Penulisan …………………………………….............. 3

BAB II PEMBAHASAN …………………………………...........……....... 4

 A. defenisi ………………………………….....................…......... 4
 B. Faktor resiko ………………………………...........…............... 4
 C. patofisiologi ………………………………….........…….......... 5
 D. Tindakan .................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ……………………………………………….............. 8

 A. Simpulan ……………………………………………….......… 8
 B. Saran …………………………………………………….......... 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Adanya kesadaran masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatanyang bermutu khususnya di bidang gawat darurat dalam memasuki
eraglobalisasi dan pasar bebas perlu mendapat perhatian dari unit-unit pelayanan
kesehatan termasuk institusi Keperawatan Gigi dengan
meningkatkan profesionalisme petugas kesehatan.Jika pasien kehilangan
kesadaran yang disebabkan oleh keadaan ang disebut Fainting. Fainting
merupakan suatukondisi yang bersifat temporer. Suatu keadaan seperti shock dan
biasanya akan segera pulih setelah diberikan pertolongan pertama. Prinsip pada
penanganan penderita gawat darurat harus cepat, tepat dan harus dilakukan segera
olehsetiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang
awam, perawat, para medis, dokter), baik di dalam maupun di luar rumah

sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa
saja. Tindakan gawat darurat harus sesuai aspek legal. Tenaga medis atau
dokteryang membantu korban dalam situasi emergensi harus menyadari
konsekuensihukum yang dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan yang mereka
berikan.Untuk itu pengetahuan kegawat daruratan dan keselamatan pasien
pentingdipelajari dan dikuasai. Pengetahuan medis teknis yang harus diketahui
adalahmengenal ancaman kematian yang disebabkan oleh adanya gangguan jalan

Sinkop adalah suatu istilah umum yang menggambarkan hilangnya


kesadaran seseorang yang terjadi tiba-tiba dan bersifat sementara. Ada beberapa
sinonim untuk sinkop yaitu: benign faint, simple faint, neurogenic syncope,
psychogenic syncope, vasovagal syncope, dan vasodepressor napas, gangguan
fungsi pernapasan/ventilasi dan gangguan sirkulasi darah dalam tubuh.

Terminologi sinkop berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “syn”
dan “koptein” yang berarti memutuskan. Secara medis, definisi dari sinkop adalah
kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri
karena pengurangan aliran darah ke otak. Prognosis dari sinkop sangat bervariasi
bergantung dari diagnosis dan etiologinya. Individu yang mengalami sinkop
termasuk sinkop yang tidak diketahui penyebabnya memiliki tingkat mortalitas
yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak pernah sinkop.

Menurut Malamed istilah vasodepressor sinkop adalah istilah yang paling


deskriptif dan akurat untuk menggambarkan kondisi yang terjadi. Vasodepressor
sinkop adalah suatu kegawatdaruratan medik yang paling sering dijumpai di
tempat praktek dokter gigi, di mana penderita mengalami penurunan atau
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba dan bersifat sementara akibat tidak
adekuatnya cerebral blood flow. Hal ini disebabkan karena terjadinya vasodilatasi
dan bradikardi secara mendadak sehingga menimbulkan hipotensi

Pasien yang mengalami sinkop akan mengalami penurunan kualitas


hidup. Prognosis dari sinkop sangat bervariasi tergantung dari diagnosis
etiologinya. Individu yang mengalami sinkop termasuk sinkop yang tidak
diketahui penyebabnya mempunyai tingkat mortalitas yang lebih tinggi
dibandingkan yang tidak pernah mengalami episode sinkop. Mortalitas tertinggi
disebabkan oleh sinkop kardiak, sedangkan sinkop yang berhubungan dengan
persyarafan termasuk hipotensi ortostatik dan sinkop yang berhubungan dengan
obat-obatan tidak menunjukan peningkatan angka kematian.

Karena tingginya angka kematian yang disebabkan oleh sinkop


kardiak, maka perlu penatalaksanaan yang optimal sehingga angka
kematian dapat diturunkan, untuk itulah tinjauan kepustakaan ini ditulis agar
dapat mendiagnosis sinkop kardiak dan penatalaksanaan dapat optimal sehingga
angka kematian dapat diturunkan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sinkop
2. Apa faktor resiko dari sinkop
3. Apa patofisiologis dari sinkop
4. Bagaiman tindakan perawat gigi dalam sinkop
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi sinkop
2. Untuk mengetahui faktor resiko sinkop
3. Untuk mengetahui patofisologis sinkop
4. Untuk mengetahui tindakan perawat gigi pada sinkop

D. Manfaat
1. Mendapatkan pengetahuan tentang sinkop
2. Mendapatkan pengetahuan tentang tindakan perawat gigi pada sinkop
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi

Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “syn” dan
“koptein” yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop
(menurutEuropean Society of Cardiology : ESC), adalah suatu gejala dengan
karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dan
biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan.
Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral.
Kebanyakan individu yang pernah mengalami sinkop terutama sinkop
vasovagal, tidak mencari pertolongan dokter sehingga prevalensi dari sinkop tersebut
sulit ditentukan. Diperkirakan sepertiga dari orang dewasa pernah mengalami paling
sedikit sekali episode sinkop selama hidupnya.
Sinkop kardiak merupakan penyebab kedua tersering dari sinkop meliputi
10-10 % atau seperlima dari seluruh kejadian. Sinkop kardiak ini akan menyebabkan
mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan kasus yang tidak mempunyai dasar kelainan
jantung. Pasien dengan sinkop kardiak ini mempunyai resiko kematian tertinggi
dalam 1 sampai 6 bulan. Tingkat mortalitas pada tahun pertama 18-33 %,
dibandingkan dengan sinkop yang bukan disebabkan kelainan kardiak yaitu 0-11%,
bahkan pada sinkop tanpa sebab yang jelas hanya kira-kira 6%.

B. Faktor resiko
Berdasarkan San Fransisco Syncope Rule (SFSR), terdapat lima kriteria
yang dapat dipakai untuk menentukan risiko jangka pendek (7 hari) untuk pasien
dengan syncope. Kriteria itu adalah pasien dengan gagal jantung kongestif, nilai
hematokrit <30%, kelainan EKG (irama nonsinus dan perubahan baru), sesak napas,
dan nilai sistol <90 mm Hg. Jika pasien memiliki minimal satu dari kriteria tersebut,
mereka memiliki risiko jangka pendek sebesar 15% untuk mengalami outcome yang
serius seperti kematian, infark miokard, aritmia jantung, emboli paru, stroke,
pendarahan subaraknoid, pendarahan yang signifikan, kunjungan kembali ke UGD,
atau rawat inap di rumah sakit.
Selain itu, American College of Emergency Physician mengembangkanse
buah kebijakan bagi pasien syncope untuk masuk rumah sakit berdasarkan
faktor risikonya. Pasien dengan usia tua dan memiliki penyakit penyerta, EKG
yang abnormal, nilai hematokrit <30%, dan riwayat atau adanya penyakit gagal
jantung kongestif, iskemia, atau penyakit struktural jantung lain memiliki risiko tinggi
untuk mengalami efek samping yang berbahaya dan sebaiknya dibawa ke rumah sakit.
European Society of Cardiology mengembangkan pedoman lain untuk
mengetahui kebutuhan akan intervensi diagnostik dan terapeutik berdasarkan
faktor risiko. Pasien dengan kecurigaan atau penyakit jantung struktural yang sudah
ada, EKG yang abnormal, pingsan selama melakukan aktivitas fisik atau dalam
posisi berbaring, pingsan yang menyebabkan luka yang parah
(seperti fraktur dan pendarahan intrakranial), riwayat keluarga sudden cardiac death,
atau kecurigaan malfungsi dari alat yang ditanam pada tubuh pasien disarankan
masuk rumah sakit untuk evaluasi diagnostik. Indikasi terapeutik untuk masuk rumah
sakitadalah pingsan karena aritmia jantung, iskemia, penyakit jantung struktural,
penyaki tkardiopulmoner, atau neurally-mediated bradycardia yang membutuhkan
implantasi pacemaker.

C. Ptofisiologi

Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya


hanya beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen pada
bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan
kesadaran aliran darah, pengisian oksigenasi cerebral, resistensi serebrovaskuler yang
dapat ditunjukkan. Jika iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek
pada otak.

Iskemia yang lama mengakibatkan nekrosis jaringan otak pada daerah


perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler dari arteriserebralis mayor.
Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe:

1. Penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsic atauterjadi


penurunan klinis volume darah yang signifikan.
2. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return.
3. Penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada penurunan
perfusi serebral.
Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini ada beberapa factor umum,
yaitu gangguan oksigenasi otak yang memadai mengakibatkan perubahan kesadaran
sementara. aliran darah yang berkurang ke otak dapat terjadi karena 1) jantung gagal
untuk memompa darah; 1) pembuluh-pembuluh darah tidak mempunyai
cukup kekuatan untuk mempertahankan tekanan darah untuk memasok darah ke otak;
3)
tidak ada cukup darah atau cairan didalam pembuluh-pembuluh darah; atau 4)
gabungan dari sebab-sebab satu, dua, atau tiga diatas.

Perubahan-perubahan irama jantung adalah penyebab-penyebab yang paling


umum dari pingsan atau syncope. Sementara ini mungkin terdengan tidak
menyenangkan, seringkali pingsan disebabkan oleh perubahan sementara pada fungsi
tubuh yang normal. adakalanya, perubahan irama jantung (aritmia) adalah lebih
berbahaya dan berpotensi mengancam nyawa. Jantung adalah pompa listrik, dan jika
persoalanpersoalan sistim listrik hadir, jantung mungkin adakalanya tidak mampu
untuk memompa cukup darah, menyebabkan kejatuhan-kejatuhan jangka pendek pada
tekanan darah. Persoalan-persoalan elektrik mungkin menyebabkan jantung untuk
berdenyut terlalu cepat atau terlalu perlahan.

Denyut jantung yang cepat atau tachycardia (tachy = cepat + cardia = jantung)
adalah irama abnormal yang dihasilkan pada kamar-kamar jantung bagian atas atau
bagian bawah dan mungkin mengancam nyawa. Jika jantung berdenyut terlalu cepat,
mungkin tidak ada cukup waktu untuknya untuk mengisi dengan darah diantara setiap
denyut jantung, yang mengurangi jumlah darah yang dapat diantar jantung keseluruh
tubuh. Tachycardias dapat terjadi pada segala umur dan mungkin tidak berhubungan
pada penyakit jantung atherosclerotic. dengan bradycardia, atau denyut jantung yang
lamban (brady = lamban + cardia
= jantung), kemampuan jantung untuk memompa darah mungkin
dikompromikan. Ketika jantung menua, sistik elektrik dapat menjadi rapuh dan
jantung terhalang, atau gangguan-gangguan dari sistim elektrik dapat terjadi,
menyebabkan denyut jantung untuk melambat.
D. Tindakan
Serangan sinkop ini mempunyai gejala-gejala pusing, lemah, mual di iringi
kulit menjadi pucat, dingi dan berkeringat kemudian dilanjutkan dengan kehilangan
kesadaran.
Ada pun penanganan pada pasien sinkop yaitu :
1. Apabila pasien merasa akan pingsan, maka di instruksikan untuk berbaring, pada
dental chair diposisikan horizontal
2. Apabila pasien mulai kolaps, maka pasien di pindahkan ke lantai secara hati-hati
3. Memanggil bantuan atau mengaktifkan sistem emergensi
4. Penilaian ABC (airway-breathing-circulation)
5. Pasien diposisikan Trend lenburg
6. Pasien diberikan oksigen menggunakan full-face-mask atau ampul ammonia agar
merangsang kesadaran pasien, membuka jendela, dan meminta orang sekitar agar
tidak ribut
7. Membangunkan pasien
8. Mengecek adanya cedera
9. Mencatat durasi sinkop, apabila pingsan sederhana maka pasien akan cepat pulih,
biasanya selama 60 detik.
10. Setelah pasien kembali sadar, maka diberi minum seperti air gula atau teh manis
(British Medical Association and Royal Pharmaceutical Society, 1011)
11. Kembali mengecek vital sign pasien secara berkala.

Pertolongan pertamaharus dilakukan dengan secepatnya dan sedetikpun pasien


tidak boleh lepas dari pengawasan/kehilangan komunikasi verbal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berbagai komplikasi penyebab sinkop banyak jumlahnya dan bervariasi.


Adalah tugas dokter /perawat gigi untuk melakukan setiap tindakan secara tepat,
benar, teliti dan berhati-hati dengan memperhatikan prosedur standart dalam
melakukan tindakan tindakan pencabutan gigi. Sehingga dengan demikian dapat
menghindari timbulnya komplikasi serta mencegah keadaan darurat medik.
Meskipun tidak mungkin mencegah segalanya secara sempurna tetapi insiden dan
efeknya dapat dikurangi semaksimal mungkin. Persiapan yang baik harus
direncanakan sejak dimulai dari anamnesa yang cermat, diagnosis yang tepat,
benar. Disamping itu sebagai alat (sarana penunjang standart medis) harus
dipersiapkan sebelum tindakan, agar mencegah kemungkinan timbulnya kesulitan
selama tindakan
B. Saran
Diperlukan diagnosis yang tepat serta penanganan yang tepat tentang sinkop agar
penatalaksanaan lebih optimal, sehingga angka kematian akibat sinkop dapat
diturunkan.

Anda mungkin juga menyukai