Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas praktik ujian akhir semester mata kuliah
kegawatdaruratan dalam keperawatan gigi
Di Susun Oleh:
ANDI MAULIDIA LIRANTINA
P1337425218061
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga setelah melewati berbagai tahapan acuan dari berbagai
situs di internet akhirnya makalah dengan judul “Kegawat Daruratan dalam keperawatan
Gigi” telah selesai saya susun Saya sadar makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu kritik dan sarang dari pembaca sangat saya harapkan
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ……........…………………………………... 2
C. Tujuan Penulisan ………………………………………............. 3
D. Manfaat Penulisan …………………………………….............. 3
A. defenisi ………………………………….....................…......... 4
B. Faktor resiko ………………………………...........…............... 4
C. patofisiologi ………………………………….........…….......... 5
D. Tindakan .................................................................................... 7
A. Simpulan ……………………………………………….......… 8
B. Saran …………………………………………………….......... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Adanya kesadaran masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatanyang bermutu khususnya di bidang gawat darurat dalam memasuki
eraglobalisasi dan pasar bebas perlu mendapat perhatian dari unit-unit pelayanan
kesehatan termasuk institusi Keperawatan Gigi dengan
meningkatkan profesionalisme petugas kesehatan.Jika pasien kehilangan
kesadaran yang disebabkan oleh keadaan ang disebut Fainting. Fainting
merupakan suatukondisi yang bersifat temporer. Suatu keadaan seperti shock dan
biasanya akan segera pulih setelah diberikan pertolongan pertama. Prinsip pada
penanganan penderita gawat darurat harus cepat, tepat dan harus dilakukan segera
olehsetiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang
awam, perawat, para medis, dokter), baik di dalam maupun di luar rumah
sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa
saja. Tindakan gawat darurat harus sesuai aspek legal. Tenaga medis atau
dokteryang membantu korban dalam situasi emergensi harus menyadari
konsekuensihukum yang dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan yang mereka
berikan.Untuk itu pengetahuan kegawat daruratan dan keselamatan pasien
pentingdipelajari dan dikuasai. Pengetahuan medis teknis yang harus diketahui
adalahmengenal ancaman kematian yang disebabkan oleh adanya gangguan jalan
Terminologi sinkop berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “syn”
dan “koptein” yang berarti memutuskan. Secara medis, definisi dari sinkop adalah
kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri
karena pengurangan aliran darah ke otak. Prognosis dari sinkop sangat bervariasi
bergantung dari diagnosis dan etiologinya. Individu yang mengalami sinkop
termasuk sinkop yang tidak diketahui penyebabnya memiliki tingkat mortalitas
yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak pernah sinkop.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sinkop
2. Apa faktor resiko dari sinkop
3. Apa patofisiologis dari sinkop
4. Bagaiman tindakan perawat gigi dalam sinkop
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi sinkop
2. Untuk mengetahui faktor resiko sinkop
3. Untuk mengetahui patofisologis sinkop
4. Untuk mengetahui tindakan perawat gigi pada sinkop
D. Manfaat
1. Mendapatkan pengetahuan tentang sinkop
2. Mendapatkan pengetahuan tentang tindakan perawat gigi pada sinkop
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “syn” dan
“koptein” yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop
(menurutEuropean Society of Cardiology : ESC), adalah suatu gejala dengan
karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dan
biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan.
Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral.
Kebanyakan individu yang pernah mengalami sinkop terutama sinkop
vasovagal, tidak mencari pertolongan dokter sehingga prevalensi dari sinkop tersebut
sulit ditentukan. Diperkirakan sepertiga dari orang dewasa pernah mengalami paling
sedikit sekali episode sinkop selama hidupnya.
Sinkop kardiak merupakan penyebab kedua tersering dari sinkop meliputi
10-10 % atau seperlima dari seluruh kejadian. Sinkop kardiak ini akan menyebabkan
mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan kasus yang tidak mempunyai dasar kelainan
jantung. Pasien dengan sinkop kardiak ini mempunyai resiko kematian tertinggi
dalam 1 sampai 6 bulan. Tingkat mortalitas pada tahun pertama 18-33 %,
dibandingkan dengan sinkop yang bukan disebabkan kelainan kardiak yaitu 0-11%,
bahkan pada sinkop tanpa sebab yang jelas hanya kira-kira 6%.
B. Faktor resiko
Berdasarkan San Fransisco Syncope Rule (SFSR), terdapat lima kriteria
yang dapat dipakai untuk menentukan risiko jangka pendek (7 hari) untuk pasien
dengan syncope. Kriteria itu adalah pasien dengan gagal jantung kongestif, nilai
hematokrit <30%, kelainan EKG (irama nonsinus dan perubahan baru), sesak napas,
dan nilai sistol <90 mm Hg. Jika pasien memiliki minimal satu dari kriteria tersebut,
mereka memiliki risiko jangka pendek sebesar 15% untuk mengalami outcome yang
serius seperti kematian, infark miokard, aritmia jantung, emboli paru, stroke,
pendarahan subaraknoid, pendarahan yang signifikan, kunjungan kembali ke UGD,
atau rawat inap di rumah sakit.
Selain itu, American College of Emergency Physician mengembangkanse
buah kebijakan bagi pasien syncope untuk masuk rumah sakit berdasarkan
faktor risikonya. Pasien dengan usia tua dan memiliki penyakit penyerta, EKG
yang abnormal, nilai hematokrit <30%, dan riwayat atau adanya penyakit gagal
jantung kongestif, iskemia, atau penyakit struktural jantung lain memiliki risiko tinggi
untuk mengalami efek samping yang berbahaya dan sebaiknya dibawa ke rumah sakit.
European Society of Cardiology mengembangkan pedoman lain untuk
mengetahui kebutuhan akan intervensi diagnostik dan terapeutik berdasarkan
faktor risiko. Pasien dengan kecurigaan atau penyakit jantung struktural yang sudah
ada, EKG yang abnormal, pingsan selama melakukan aktivitas fisik atau dalam
posisi berbaring, pingsan yang menyebabkan luka yang parah
(seperti fraktur dan pendarahan intrakranial), riwayat keluarga sudden cardiac death,
atau kecurigaan malfungsi dari alat yang ditanam pada tubuh pasien disarankan
masuk rumah sakit untuk evaluasi diagnostik. Indikasi terapeutik untuk masuk rumah
sakitadalah pingsan karena aritmia jantung, iskemia, penyakit jantung struktural,
penyaki tkardiopulmoner, atau neurally-mediated bradycardia yang membutuhkan
implantasi pacemaker.
C. Ptofisiologi
Denyut jantung yang cepat atau tachycardia (tachy = cepat + cardia = jantung)
adalah irama abnormal yang dihasilkan pada kamar-kamar jantung bagian atas atau
bagian bawah dan mungkin mengancam nyawa. Jika jantung berdenyut terlalu cepat,
mungkin tidak ada cukup waktu untuknya untuk mengisi dengan darah diantara setiap
denyut jantung, yang mengurangi jumlah darah yang dapat diantar jantung keseluruh
tubuh. Tachycardias dapat terjadi pada segala umur dan mungkin tidak berhubungan
pada penyakit jantung atherosclerotic. dengan bradycardia, atau denyut jantung yang
lamban (brady = lamban + cardia
= jantung), kemampuan jantung untuk memompa darah mungkin
dikompromikan. Ketika jantung menua, sistik elektrik dapat menjadi rapuh dan
jantung terhalang, atau gangguan-gangguan dari sistim elektrik dapat terjadi,
menyebabkan denyut jantung untuk melambat.
D. Tindakan
Serangan sinkop ini mempunyai gejala-gejala pusing, lemah, mual di iringi
kulit menjadi pucat, dingi dan berkeringat kemudian dilanjutkan dengan kehilangan
kesadaran.
Ada pun penanganan pada pasien sinkop yaitu :
1. Apabila pasien merasa akan pingsan, maka di instruksikan untuk berbaring, pada
dental chair diposisikan horizontal
2. Apabila pasien mulai kolaps, maka pasien di pindahkan ke lantai secara hati-hati
3. Memanggil bantuan atau mengaktifkan sistem emergensi
4. Penilaian ABC (airway-breathing-circulation)
5. Pasien diposisikan Trend lenburg
6. Pasien diberikan oksigen menggunakan full-face-mask atau ampul ammonia agar
merangsang kesadaran pasien, membuka jendela, dan meminta orang sekitar agar
tidak ribut
7. Membangunkan pasien
8. Mengecek adanya cedera
9. Mencatat durasi sinkop, apabila pingsan sederhana maka pasien akan cepat pulih,
biasanya selama 60 detik.
10. Setelah pasien kembali sadar, maka diberi minum seperti air gula atau teh manis
(British Medical Association and Royal Pharmaceutical Society, 1011)
11. Kembali mengecek vital sign pasien secara berkala.
A. Kesimpulan