Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi cacing pencernaan khususnya golongan nematoda dan cestoda
merupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan serius, terutama
di daerah tropis karena prevalensi yang 1 cukup tinggi. Berdasarkan media
penularannya cacing pencernaan terbagi 2 golongan, yaitu cacing Soil
Transmitted Helminth (STH) yang media penularannya melalui tanah dan non
STH 2 yang media penularannya tidak melalui tanah. Angka prevalensi dan
intensitas infeksi biasanya 3 paling tinggi pada anak antara usia 3 dan 8 tahun
(Hairani, 2012).
Hasil survey di beberapa tempat menunjukkan prevalensi antara 60%-90%
pada anak usia sekolah dasar. Salah satu penyakit infeksi yang masih banyak
terjadi pada penduduk di Indonesia adalah yang disebabkan golongan Soil-
Transmitted Helminth (STH), yaitu golongan nematode usus yang dalam
penularannya atau dalam siklus hidupnya melalui media tanah (Siregar, 2013).
Dalam identifikasi infeksinya perlu adanya pemeriksaan, baik dalam keadaan
cacing yang masih hidup ataupun yang telah dipulas. Cacing yang akan
diperiksa tergantung dari jenis parasitnya. Untuk cacing atau protozoa usus
akan dilakukan pemeriksaan melalui feses atau tinja (Kadarsan, 2012).
Pemerikasaan feses (tinja) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang
telah lama dikenal untuk membantu klinis menegakkan diagnosis suatu
penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan
laboratorium pemeriksaan yang modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan
feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.
Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan
pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksaan
dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang
dilakukan oleh klinisi (Azwarini, 2014).
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing ini tergolong penyakit yang
kurang mendapat perhatian, sebab masih sering dianggap sebagai penyakit
yang tidak menimbulkan wabah atau kematian. Walaupun demikian, penyakit
kecacingan sebenarnya cukup membuat penderitanya mengalami kerugian,
sebab secara perlahan adanya infestasi cacing didalam tubuh penderita akan
menyebabkan gangguan pada kesehatan mulai yang ringan sedang sampai
berat yang ditunjukkan sebagai manifestasi klinis diantaranya berkurangnya
nafsu makan, rasa tidak enak di perut, gatal-gatal, alergi, anemia, kekurangan
gizi, pneumonitis, dan lain-lain. Maka dari itu penyusun tertarik untuk
melakukan praktik lapangan parasitologi pemeriksaan feses.

B. Tujuan
1) Tujuan Umum
a. Membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit
b. Mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun larva infektif
c. Mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus
2) Tujuan Khusus
Mengetahui pemeriksaan feses dengan metode apung untuk mencari ada
tidaknya telur cacing ataupun larva infektif sehingga dapat membantu
klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit.
Daftar Pustaka
Azwarini R. 2014. Pemeriksaan Feses (Tinja). Politeknik Kesehatan Kemenkes
Banten.
Hairani B., Annida. 2012. Insidensi Parasit Pencernaan pada Anak Sekolah Dasar
di Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
Jurnal Buski. 4 (2).
Kadarsan, S. 2012. Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.
Siregar, Charles D. 2013. “Pengaruh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui
Tanah pada Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar”. Sari Pediatri,
Volume 8(2):112-117.

Anda mungkin juga menyukai