Anda di halaman 1dari 5

A.

Tiazid

tensi menengah yang menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat


reabsorpsi sodium pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi
sodium dan volume urin. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada
arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid
diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di hati.
Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 1‐2 jam setelah pemberian dan bertahan
sampai 12‐24 jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali sehari. Efek
antihipertensi terjadi pada dosis rendah dan peningkatan dosis tidak memberikan
manfaat pada tekanan darah, walaupun diuresis meningkat pada dosis tinggi. Efek
tiazid pada tubulus ginjal tergantung pada tingkat ekskresinya, oleh karena itu tiazid
kurang bermanfaat untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. (Beth Gromer,
2007)
Contoh obat yang termasuk golongan diuretik thiazid adalah hidroklorotiazid
(HCT), klorotiazid, politiazid, klortalidon, bendroflumetazid dan lain-lain.
1. Sediaan dan Dosis
Tabel Sediaan dan Dosis Tiazid
Obat Sediaan (mg) Dosis Lama
(mg/hari) kerja
(jam)
Klorotiazid Tablet 250 dan 500-1000 6-12
500
Hidroklorotiazid Tablet 25 dan 50 25-100 (CHF); 6-12
12,5-25 (HT)
Hidroflumetiazid Tablet 50 25-200 (CHF); 6-12
12,5-25 (HT)
Bendrolumetiazid Tablet 2, 5 dan 10 1,25 (HT); 10 6-12
(CHF)
Politiazid Tablet 1, 2 dan 4 1-4 (HT) 24-48
Benzitiazid Tablet 50 50-200 6-12
Siklotiazid Tablet 2 1-2 18-24
Metiklotiazid Tablet 2,5 dan 5 2,5-10 24
Klortalidon Tablet 25, 50 dan 25-100 24-72
100
Kuinelazon Tablet 50 50-200 18-24
Indapamid Tablet 2,5 2,5-5 (CHF); 24-36
1,25 (HT)
(Setiabudy, 2008)

Keterangan :

HT : Hipertensi

CHF : Gagal Jantung Kongestif

2. Cara Pemberian
Pemberian tiazid pada penderita gagal jantung atau hipertensi yang
disertai gangguan fungsi ginjal harus dilakukan dengan hati-hati sekali, karena
obat ini dapat memperhebat gangguan tersebut akibat penurunan kecepatan
filtrasi glomerulus dan hilangnya natrium. Obat golongan diuretik tiazid ini
dapat diberikan baik secara intravena maupun per oral (Sunaryo, 2007).
3. Farmakokinetik
Tiazid diabsorbsi melalui saluran cerna. Umumnya efek obat tiazid
setelah satu jam. Klorotiazid didistribusi ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat
melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya ditimbun dalam jaringan ginjal. Pada
proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli.
Klirens ginjal obat ini besar sekali, biasanya dalam 3-6 jam sesudah diekskresi.
Politiazid, bendroflumetazid, dan klortalidon mempunyai masa kerja yang lebih
panjang karena ekskresinya lebih lambat. Klorotiazid dalam badan tidak
mengalami perubahan metabolic sedangkan politiazid sebagian dimetabolisme
dalam badan (Setiabudy, 2008).
4. Farmakodinamik
Diuretik tiazid bekerja menghambat simporter Na+, Cl- di hulu tubulus
distal. Sistem transport ini dalam keadaan normal berfungsi membawa Na + dan
Cl- dari lumen ke dalam sel epitel tubulus. Na+ selanjutnya dipompakan ke luar
tubulus dan ditukar dengan K+, sedangkan Cl- dikeluarkan melalui kanal klorida.
Efek farmakodinamik tiazid yang utama adalah untuk meningkatkan eksresi
natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis disebabkan
oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit pada hulu tubuli distal
(Setiabudy, 2008).

Laju ekskresi Na+ maksimal yang ditimbulkan oleh tiazid relatif lebih
rendah dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh beberapa diuretik lain, hal
ini disebabkan 90% Na+ dalam cairan filtrate telah direabsorpsi lebih dahulu
sebelum mencapai tempat kerja. Pada pasien diabetes insipidus, tiazid dapat
mengurangi dieresis sedangkan pada pasien hipertensi dapat menurunkan
tekanan darah bukan karena efek diuretiknya tetapi efek langsung terhadap
arteriol sehingga dapat terjadi vasodilatasi (Setiabudy, 2008). Efek
hemodinamik tiazid dapat dipisahkan ke fase jangka pendek dan jangka
panjang. Jangka pendek toleransi dapat dihasilkan dari periode paska dosis
antinatriuresis dapat dipicu oleh pengurangan awal di volume cairan
ekstraseluler sesuai dengan penurunan tingkat obat di plasma dan cairan tubulus
di bawah ambang diuretik. Penurunan awal dalam tekanan darah dikaitkan
dengan pengurangan dalam cairan ekstraseluler dan volume plasma yang
mengarah ke jantung yang tertekan oleh output dan preload (Ernst et al, 2009).

5. Indikasi
a. Hipertensi
Tiazid merupakan salah satu obat penting pada pengobatan ini baik
sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
Sebagai diuretik tiazid memberikan efek anti hipertensi berdasarkan efek
penurunan resistensi pembuluh darah (Setiabudy, 2008)
b. Gagal jantung
Tiazid digunakan untuk pengobatan edema akibat gagal jantung ringan
sampai sedang. Pemberian tiazid pada pasien gagal jantung atau hipertensi
yang disertai gangguan fungsi ginjal harus dilakukan dengan hati-hati
dikarenakan obatnya dapat memperhebat gangguan fungsi ginjal akibat
penurunan kecepatan filtrasi diglomerulus dan hilangnya natrium, klorida
dan kalium yang terlalu banyak (Setiabudy, 2008).
c. Diabetes insipidus
Pada pengobatan penyakit diabetes insipidus golongan tiazid bersifat
nefrogenik
d. Hiperkalsiuria
Pada pasien dengan batu kalsium pada saluran kemih obat golongan
tiazid dapat mengurangi ekskresi kalsium ke saluran kemih sehingga
mengurangi risiko pembentukan batu (Setiabudy. 2008).
7. Kontraindikasi
Tiazid merupakan obat terpilih dalam mengatasi udem karena payah
jantung ringan sampai sedang. Baik bila dikombinasikan dengan diuretik hemat
kalium pada penderita yang juga mendapat pengobatan digitalis untuk
mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi
digitalis. Tiazid juga memberikan respon yang baik pada penderita udem akibat
penyakit ginjal dan hati kronik. Dalam pengobatan hipertensi, tiazid juga kerap
digunakan baik sebagai obat tunggal ataupun kombinasi. Pemberian tiazid pada
penderita gagal jantung atau hipertensi yang disertai gangguan fungsi ginjal
harus hati-hati karena menurunkan laju filtrasi dan hilangnya natrium, kalium
dan klorida yang terlalu banyak.golongan tiazid juga digunakan untuk
pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan
hiperkalsiuria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih
(Sunaryo, 2007).
8. Interaksi Obat
Indometasin dan AINS lain dapat mengurangi efek diuretik tiazid
karena kedua obat ini menghambat sintesis prostaglandin vasodilator di ginjal,
sehingga menurunkan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus.
Probenesid menghambat sekresi tiazid ke dalam lumen tubulus. Akibatnya
efektivitas tiazid berkurang. Hipokalkemia yang terjadi akibat pemberian tiazid
dapat meningkatkan risiko aritmia oleh digitalis dan obat-obat antiaritmia,
sehingga pemantauan kadar kalium sangat penting pada pasien yang juga
mendapat digitalis atau antiaritmia (Setiabudy, 2008).
9. Efek Samping Obat
Efek samping dari diuretik tiazid antara lain (Setiabudy, 2008):
a. Gangguan elektrolit, meliputi hipokalemia, hipovolemia, hiponatremia,
hipokloremia, hipomagnesemia. Hipokalemia mempermudah terjadinya
aritmia terutama pada pasien yang juga mendapat digitalis atau antiaritmia
lain.
b. Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena
tiazid langsug mengurangi aliran darah ginjal.
c. Hiperkalsemia
Tendensi hiperkalsemia pada pemberian tiazid jangka panjang
merupakan efek samping yang menguntungkan terutama untuk orang tua
dengan risiko osteoporosis, karena dapat mengurangi risiko fraktur.
d. Hiperurisemia.
Diuretik tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat darah karena
efeknya menghambat sekresi dan meningkatkan reabsorpsi asam urat.
e. Tiazid dapat menurunkan toleransi glukosa dan mengurangi efektivitas obat
hipoglikemik oral
f. Gangguan fungsi seksual kadang-kadang dapat terjadi akibat pemakaian
diuretik
g. Tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida
plasma dengan mekanisme tang tidak diketahui, tetapi tidak jelas apakah ini
meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis.

Daftar pustaka :

Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi.Fakultas Farmasi


UMI. Makassar
Goodman and Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, diterjemahkan
oleh Amalia,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 875.

Sunaryo. 2007. Diuretik dan Antidiuretik dalam Farmakologi dan Terapi.


Jakarta:Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Hal 380-387

Anda mungkin juga menyukai