Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 15 Februari 2018


UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU

Hand, Foot, Mouth Disease (HFMD)

DisusunOleh:

Nur Afni
13 17 777 14 202

Pembimbing :
dr. Christina Kolondam, Sp.A

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2018
1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Nur Afni


No. Stambuk : 13 17 777 14 202
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Al-Khairaat Palu
Judul Refka : Hand, foot, mouth disease (HFMD)

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 15 Maret 2018


Pembimbing Mahasiswa

dr. Christina Kolondam, Sp.A Nur Afni

KPM Ilmu Kesehatan Anak

dr. Nurhaedah T. Sp.A

2
BAB I
PENDAHULUAN

Hand-foot-and-mouth disease (HFMD) atau penyakit tangan, kaki, dan mulut merupakan
penyakit infeksi virus akut yang paling sering disebabkan oleh coxsackievirus A16 (CVA 16)
dan enterovirus 71 (EV71), bersifat self-limiting disease. HFMD biasanya ditandai dengan
vesikel di telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral, sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman dan sulit menelan. Penyakit ini juga sering disebut sebagai penyakit “flu Singapura”,
diduga karena pada tahun 2000 penyakit ini mewabah di Singapura yang menyebabkan beberapa
anak meninggal dunia.1,2
HFMD paling sering mengenai anak-anak usia di bawah 10 tahun, jarang menyerang orang
dewasa. Penyakit ini lebih sering di musim panas dan gugur, sedangkan di daerah tropis terjadi
sepanjang tahun.1-3 Di Indonesia, penyakit HFMD masih belum mendapat perhatian besar karena
umumnya bersifat self-limiting, sehingga tidak ada data epidemiologi yang memadai. Dari 48
kasus HFMD yang diterima laboratorium Virologi Pusat BTDK, Badan Litbang Jakarta, 26
kasus (54%) disebabkan oleh enterovirus, 3 di antaranya EV-71 (6,25%).4
Meskipun biasanya bersifat ringan dan self-limiting, HFMD dapat menyebabkan komplikasi
berat pada anak, seperti meningitis, ensefalitis, serta edema pulmonum yang dapat berakhir
dengan kematian, berkaitan dengan enterovirus 71 (EV 71) sebagai salah satu penyebab. HFMD
juga sangat menular dan belum ditemukan vaksin ataupun pengobatan antivirus yang efektif
untuk penyakit ini. Gambaran klinis penyakit ini penting diketahui oleh kalangan medis dan
masyarakat agar dapat mencegah penularan dan komplikasi berat.2
Berikut ini kasus hand, foot, and mouth disease yang terjadi di Poliklinik Rumah Sakit
Anutapura Palu pada tanggal 25 januari 2018.

3
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
 Nama Penderita : An. AG
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Lahir pada tanggal : 08-11-2015
 Umur : 2 tahun 2 bulan
 Suku Bangsa : Kaili
 Agama : Islam
 Nama Ayah : Tn AR
Pekerjaan : Swasta
 Nama Ibu : Ny. DW
Pekrjaan : IRT
 Alamat : Jln. Mangga lorong sarung donggala
 Tanggal masuk : 25 Januari 2018
 Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Anak RSA Palu
 Diagnosis : HFMD
 Anamnesis diberikan oleh : Kedua Orangtua Pasien

II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Demam + Sariawan
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang anak usia 2 tahun 2 bulan diantar oleh kedua orang tuanya ke RSU
Anutapura Palu dengan keluhan demam naik turun sejak 1 hari yang lalu, demam mulai
meningkat saat menjelang sore hari, riwayat minum obat penurun panas (+) yang dibeli di
apotik, saat demam mulai turun, muncul sariawan yang pada bagian tengah berwarna
putih dengan pinggiran yang hiperemis di mulut pasien kemudian diikuti muncul papul-
papul kemerahan yang berukuran kurang lebih 5 mm yang mulanya pada telapak tangan
kemudian punggung tangan, telapak kaki dan punggung kaki. Pasien juga dikeluhkan
oleh ibunya muntah 1x, pilek dan batuk berlendir sejak 2 hari yang lalu. Sesak tidak ada.
Menurut ibunya anak menjadi mulai cepat capek saat bermain. Anak tampak rewel dan
4
mengeluh sakit pada rongga mulutnya. Pasien juga tidak mau makan karena sariawan di
mulutnya. BAK lancar, BAB normal. Riwayat alergi tidak ada. 1 minggu kemudian, adik
pasien menderita hal yang sama (+).

 Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti ini sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Adik kandung pasien menderita gejala yang sama setelah 1 minggu kontak dengan
penderita yang gejalanya berupa demam (+) sekitar 3 hari, sariawan muncul disekitar
rongga mulut, dan papul-papul kemerahan muncul setelah demamnya turun pada hari ke
4
 Riwayat Sosial-Ekonomi :
Pasien berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah keatas. Pasien tinggal
bersama orang tua dan saudaranya di sebuah rumah berukuran ± 4×10 m2 dengan 2
kamar, 1 dapur, 1 wc, dan 1 ruang tamu. Ventilasi udara dan cahaya cukup. Jarak rumah
dengan tetangga + 1 meter. Keperluan mandi, mencuci, BAK, BAB, memasak dan
minum menggunakan air PDAM. Pembuangan sampah di tempat sampah.
Kesimpulan : kualitas lingkungan cukup baik

 Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:


Pasien termasuk anak yang aktif dan tinggal bersama kedua orangtuanya di lingkungan
yang padat penduduk. Pasien jarang jajan sembarangan dan keperluan mandi, mencuci,
BAK, BAB, memasak dan minum menggunakan air PDAM.
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
Anak ke 1 dari 2 bersaudara. Perawatan antenatal care (ANC) ibu rutin. Penyakit selama
kehamilan tidak ada. Lahir normal, cukup bulan di klinik bersalin dibantu oleh bidan,
bayi lahir tidak langsung menangis, dan tidak ada kelainan. Berat badan lahir (BBL) 2900
gram panjang badan lahir (PBL) tidka diketahui.
 Penyakit yang sudah pernah dialami :
1. Morbili :-
2. Varicella :-
3. Pertusis :-

5
4. Diare :+
5. Cacing :-
6. Batuk/Pilek : Pernah
 Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :
1). Membalik : 3 Bulan
2). Tengkurap : 4 bulan
3). Duduk : 6 bulan
4). Merangkak : 8 bulan
5). Berdiri : 12 bulan
6). Berjalan : 15 bulan
7). Tertawa : 3 bulan
8). Berceloteh : 8 bulan
9). Memanggi papa: 11 bulan
Kesimpulan : Tumbuh dan kembang anak sesuai dengan usianya, dan saat ini
anak tidak mengalami keterlambatan atau gangguan tumbuh dan kembang.
 Anamnesis Makanan:
Umur 0-3 bulan : Anak mendapat makanan ASI
Umur 4-6 bulan : Anak mendapat makanan Susu Formula
Umur 6-11 bulan :Anak mendapat makanan Susu Formula + Bubur Tim
Umur 1 tahun-sekarang : anak mendapatkan makanan nasi dan lauk serta susu formula
 Riwayat Imunisasi:
Ulangan (umur dalam
Nama Dasar (umur dalam hari/bulan)
bulan)
BCG + -
Polio + + + -
Hepatitis B + + + -
DPT + + + -
Campak + -

Kesimpulan : Riwayat imunisasi dasar anak lengkap, tetapi ibu lupa waktunya.

6
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 13,5 kg
Tinggi Badan : 90 cm
Status Gizi : BB/TB = (1)(0) = Gizi baik
TB/U = (2)(0) = Normal
BB/U = (2)(0) = Normal

7
8
9
Tanda Vital
Denyut Nadi : 110×/menit, kuat angkat, irama regular
Respirasi : 28×/menit, regular
Suhu axilla : 36,8 0C
1. Kulit:
Warna : Putih
Sianosis : (-)
Turgor : Segera kembali (<2 detik)
Kelembaban : Cukup
Rumple leed : (-)
Eflorisensi : Ruam (+), papul-papul kemerahan ukuran ± 5mm (+)
2. Kepala:
Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut
3. Mata:
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik(-/-)
Refleks cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Cekung : (-/-)

4. Hidung:
Pernafasan cuping hidung : (-)
Epistaksis : (-)
Rhinorrhea : (+)

5. Mulut:
Bibir : Kering (-), sianosis (-), stomatitis dengan pinggiran hiperemis (+)
Gigi : karies (-)
Gusi : perdarahan (-)

10
Lidah:
Tremor : (-)
Kotor/Berselaput :(-), stomatitis pada bagian tengah warna putih dan pinggirannya
hiperemis (+)
Warna : Hiperemis (+)
6. Telinga:
Sekret : (-)
Nyeri : (-)

7. Leher:
Kelenjar getah bening : Pembesaran(-/-), nyeri tekan (-)
Kelenjar Tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Faring : Hiperemis (+)
Tonsil : T1-T1
8. Toraks:
a. Dinding Dada/Paru:
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral kanan = kiri, retraksi
(-), jejas (-), bentuk normochest
Palpasi :Ekspansi dada simetris, vocal fremitus simetris kanan = kiri,
nyeri tekan (-).
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesicular (+/+) Rhonchi (-/-),Wheezing (-/-)

b. Jantung :
Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial linea
midclavicula sinistra
Perkusi :Batas jantung normal, cardiomegaly (-)
Auskultasi :Bunyi jantung SI / SII murni reguler, murmur (-), gallop (-).

11
9. Abdomen:
Inspeksi :Tampak datar, kesan normal
Auskultasi :Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi :Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen
Palpasi :Nyeri tekan epigastrium (-), distensi (-), meteorismus (-).
Hati : Hepatomegali (-)
Lien : Tidak teraba Ginjal : Tidak teraba
10. Anggota Gerak:
a. Ekstremitas superior:Akral hangat (+/+), edema (-/-), ruam dan bintik-bintik
merah (+) pada telapak tangan dan punggung tangan
b. Ekstremitas inferior: Akral hangat (+/+), edema (-/-) bintik-bintik merah (+)
pada telapak kaki dan punggung kaki
11. Genitalia: Dalam batas normal
+/+
12. Otot-Otot: Eutrofi +/+, kesan normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.

V. RESUME
Seorang anak usia 2 tahun 2 bulan diantar oleh kedua orang tuanya ke RSU
Anutapura Palu dengan keluhan demam naik turun sejak 1 hari yang lalu, demam mulai
meningkat saat menjelang sore hari, riwayat minum obat penurun panas (+) yang dibeli di
apotik, saat demam mulai turun, muncul sariawan yang pada bagian tengah berwarna
putih dengan pinggiran yang hiperemis di mulut pasien kemudian diikuti muncul papul-
papul kemerahan yang berukuran kurang lebih 5 mm yang mulanya pada telapak tangan
kemudian punggung tangan, telapak kaki dan punggung kaki. Pasien juga dikeluhkan
oleh ibunya muntah 1x, pilek dan batuk berlendir sejak 2 hari yang lalu. Sesak tidak ada.
Menurut ibunya anak menjadi mulai cepat capek saat bermain. Anak tampak rewel dan
mengeluh sakit pada rongga mulutnya. Pasien juga tidak mau makan karena sariawan di
mulutnya. BAK lancar, BAB normal. 1 minggu kemudian adik pasien menderita hal yang
sama (+)

12
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum anak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, BB 13,5 kg dan PB 90 cm dengan status gizi z score (0)(1) (Gizi Baik).
Tanda vital suhu 36,8oC respirasi 28 kali/menit, nadi 110 kali/menit. Mata cekung (-/-) ,
turgor segera kembali (<2 detik), mulut kering (-/-), Rhinorea (+) Stomatitis yang pada
bagian tengah berwarna putih dengan pinggiran yang hiperemis (+), faring hiperemis (+),
pembesaran kelenjar getah bening (-), ruam dan papul-papul kemerahan pada telapak
tangan dan punggung tangan (+) telapak kaki (+).

VI. DIAGNOSIS KERJA : Hand foot and mouth disease (HFMD)


DIAGNOSIS BANDING : Varicella

VII. TERAPI
- Asyclovir 135 mg 4x1
- Imunos sirup 1x1
- Kandistatin drops 4x1 ml
- Elkana Cl 1x1 cth

13
BAB II
DISKUSI KASUS

Pada kasus ini pasien memiliki gejala yang sama dengan kasus HFMD tetapi pada
kasus pasien tidak mengalami pembesaran kelenjar getah bening. Terlihat juga pada kasus
ini adek pasien menderita hal yang sama setelah 1 minggu terpapar dengan kakaknya
karena masa inkubasi dari virus ini yaitu 3-6 hari. Selain itu adek pasien juga
menggunakan mainan yang sama dengan kakaknya, serta salah satu proses transmisi
virusnya melalui kontak langsung dengan secret ataupun cairan dari vesikel serta feses
dari penderita HFMD.
Berdasarkan teorinya, Hand-foot-and-mouth disease (HFMD) atau penyakit tangan, kaki,
dan mulut merupakan penyakit infeksi virus akut yang paling sering disebabkan oleh enterovirus
non-polio, seperti coxsackievirus dan enterovirus lainnya. Penyebab tersering adalah virus
coxsackievirus A16 (CVA 16) dan enterovirus 71 (EV71).1,2 Masa inkubasi enterovirus dan
coxsackievirus rata-rata 3-6 hari.1 Transmisi terjadi melalui fecal-oral, rute pernapasan, atau
melalui kontak langsung dengan sekret hidung dan tenggorok, air liur, cairan dari vesikel atau
feses kasus terinfeksi. Penularan biasanya meningkat berkaitan dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi serta sanitasi buruk.5,6,7
Setelah masa inkubasi selama 3-6 hari biasanya pasien akan mengeluh demam tidak terlalu
tinggi, malaise, nyeri perut, dan gejala saluran pernapasan bagian atas, seperti batuk dan nyeri
tenggorokan serta limfadenopati leher dan submandila. Gejala prodormal tersebut biasanya
berlangsung hingga 1 - 2 hari.1,2
Pada kasus ini juga didapatkan papul-papul yang berukuran kurang lebih 5 mm yang
timbul didaerah telapak tangan, punggung tangan, dan punggung kaki. Selain itu
didapatkan juga stomatitis yang pada bagian tengah berwarna putih dengan pinggiran
yang hiperemis pada daerah rongga mulut dan juga pada daerah lidah dan mukosa mulut
seperti pada gambar yang dibawah ini.

14
Hal ini sesuai dengan teori bahwa Hand, foot, mouth disease ditandai dengan ruam kulit
tipikal dengan atau tanpa ulserasi mulut. Ruam kulit biasanya papulovesikuler dengan predileksi
di telapak tangan atau kaki. Hampir semua kasus HFMD ditandai dengan lesi oral yang nyeri,
biasanya di lidah, mukosa pipi, palatum durum, dan jarang di orofaring. Lesi biasanya hanya
beberapa, diawali dengan makula serta papula merah muda cerah berukuran 5–10 mm yang
berubah menjadi vesikel dikelilingi kulit yang eritema. Lesi ini cepat mengalami erosi dan
berwarna kuning hingga abu-abu dikelilingi halo eritema. 1,2

15
Berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum anak
sakit sedang, kesadaran kompos Tanda vital suhu 36,8oC respirasi 28 kali/menit, nadi 110
kali/menit. Mata cekung (-/-) , turgor segera kembali (<2 detik), mulut kering (-/-),
Rhinorea (+) Stomatitis yang pada bagian tengah berwarna putih dengan pinggiran yang
hiperemis (+), faring hiperemis (+), pembesaran kelenjar getah bening (-) . Pada kasus
HFMD anak biasanya mengalami dehidrasi akibat asupan cairan yang tidak adekuat
tetapi pada pasien ini tidak mengalami dehidrasi yang dapat dinilai berdasarkan skor
dehidrasi modifikasi unhas yaitu :

Tabel. Skor Dehidrasi Modifikasi Unhas

Interpretasi :
6 : tidak dehidrasi
7-12 : dehidrasi ringan sedang
>13 : dehidrasi berat

Masalah yang paling sering muncul akibat lesi oral ini adalah dehidrasi akibat asupan cairan
tidak adekuat disebabkan nyeri menelan.1,2 sedangkan pada kasus diatas tidak didapatkan
dehidrasi berdasarkan penilaian dengan menggunakan table skor dehidrasi modifaksi
unhas. Infeksi EV71 sering melibatkan susunan saraf pusat (SSP) yang akhirnya berkembang

16
menjadi komplikasi sistemik. Beberapa gejala klinis tanda keterlibatan SSP adalah suhu 38,5 C
atau lebih tinggi, demam menetap lebih dari 3 hari, letargi, muntah berulang, lemah tungkai,
serta kejang mioklonik.5,8

Berdasarkan anamnesis yang dilakukan dengan kedua orangtua pasien bahwa anaknya
adalah tipe anak yang aktif dan senang bermain dilingkungan rumahnya sementara
dilingkungan tempat tinggal pasien ada beberapa anak yang menderita gejala yang sama.
Sehingga ada kemungkinan pasien tertular oleh teman bermainnya disekitar tempat
tinggalnya karena penyakit HFMD ini menular melalui kontak langsung maupun tidak
langsung dengan penderita yang akhirnya virus berupa Enterovirus masuk dan
menginfeksi manusia melalui sel gastrointestinal dan traktus respiratorius dan akan
menimbulkan gejala prodromal seperti yang dikeluhkan ibu pasien tentang anaknya yaitu
anaknya muntah 1x, pilek dan batuk berlendir sejak 2 hari yang lalu. Anak tampak rewel
dan mengeluh sakit pada rongga mulutnya. Pasien juga tidak mau makan karena sariawan
di mulutnya, Hal ini sesuai dengan patomekanisme dari penyakit ini yaitu :

Gambar 1. Patogenesis infeksi Enterovirus

Merujuk pada kasus diatas penularan virus penyebab HFMD ini sesuai dengan penjelasan
teori pada patogenesis bahwa Enterovirus menginfeksi manusia melalui sel gastrointestinal dan

17
traktus respiratorius (melalui fecal-oral, rute pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan
sekret hidung dan tenggorok, air liur, cairan dari vesikel atau feses kasus terinfeksi.). Virus
kemudian bereplikasi di faring dan usus diikuti dengan multiplikasi di jaringan limfoid dan
kelenjar limfe regional. Penyebaran ke kelenjar limfe regional berlangsung selama 24 jam yang
kemudian diikuti dengan viremia primer. Penyebaran virus ke sistem retikuloendotelial yang
lebih jauh termasuk hati, limpa, sumsum tulang, dan kelenjar limfe yang jauh terjadi pada
viremia primer. Infeksi subklinis terjadi apabila respons imun dapat membatasi replikasi dan
perkembangannya ke luar sistem retikuloendotelial.2,9
Infeksi klinis terjadi jika replikasi terus berlangsung di sistem retikuloendotelial dan virus
menyebar melalui viremia sekunder ke organ target seperti susunan saraf pusat (SSP), jantung,
atau kulit tergantung serotipe yang menginfeksi. Coxsackievirus, echovirus, dan EV71
merupakan penyebab tersering penyakit virus dengan manifestasi kulit. HFMD yang disebabkan
oleh CVA16 biasanya berupa lesi mukokutan ringan yang membaik dalam 7–10 hari dan jarang
berkomplikasi.2,10
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan antara lain tes serologis, isolasi virus dengan kultur, dan teknik
PCR. Jika terjadi epidemi dapat dilakukan biakan feses dan dahak. Pemeriksaan serologis
digunakan untuk mendeteksi adanya neutralizing antibodies pada fase akut, namun jarang
dilakukan, karena tidak dapat menunjukkan serotipe enterovirus spesifik. PCR sangat efektif
untuk mendeteksi dan mengindentifikasi serotipe enterovirus, namun dengan biaya relatif
mahal.1,2 Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium karena gejala-gejala
yang ditimbulkan sangat khas yang diperoleh melalui anamnesis dari orangtua pasien dan
pemeriksaan fisik pada pasien.
Komplikasi serius jarang terjadi. Komplikasi paling sering adalah ulserasi oral yang nyeri
dan asupan cairan tidak adekuat yang menyebabkan dehidrasi. Satu komplikasi jarang yaitu
eczema coxsackium pada individu dengan eksema, pada penderita berkembang infeksi virus
kutan diseminata yang sama dengan eczema herpeticum. Penularan vertical dari ibu ke janin
dapat terjadi. Infeksi pada trimester pertama dapat menyebabkan aborsi spontan atau intrauterine
growth retardation.1,2 Komplikasi serius lebih sering terjadi pada infeksi EV71 daripada CVA16.
Sebagian besar infeksi EV71 tidak menunjukkan gejala atau terbatas pada HFMD ringan dan
herpangina. Namun, EV71 adalah virus sangat neurotropik yang dapat menyebabkan penyakit

18
dan komplikasi pada susunan saraf seperti aseptic meningitis, brainstem encephalitis, acute
flaccid paralysis, dan neurogenic pulmonary edema.1,2,5,8
Pada pasien ini hanya mengalami komplikasi berupa ulserasi oral yang nyeri yang
biasanya terjadi pada pasien HFMD komplikasi lain berupa dehidarasi akibat asupan
cairan yang tidak adekuat tidak dialami pasien ini karena segera ditangani dengan baik
dan juga pemberian cairan yang baik, pasien juga tidak mengalami dehidrasi dan juga
pembesaran kelenjar getah bening.
Pencegahan untuk penyakit HFMD (hand, foot, mouth disease) yaitu :
• Menjaga higene perorangan
• sering mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama setelah mengganti popok dan dari
toilet. Cuci mainan yang terkontaminasi liur, dan menutup mulut saat bersin dan batuk.
• Hindari kontak seperti mencium, memeluk, atau menggunakan bersama peralatan makanan
penderita HFMD.2
Pencegahan ini bertujuan untuk menekan penularan penyakit ini sedangkan pada
kasus pasien ini salah seorang anggota keluarganya yaitu adeknya tertular penyakit yang
sama karena kontak dengan penderita baik itu secara langsung maupuyn tidak langsung
melalui mainan atau melalui ibunya yang kontak terlebih dahulu dengan penderita.
Sehingga hal ini harus sangat diperhatikan oleh orantua.
Pada kasus ini prognosis pasien baik karena pasien tidak mengalami dehidrasi selain
itu, didiagnosis dan penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat.
Sesuai dengan teori bahwa prognosis pada pasien-pasien HFMD yaitu baik apabila
ditangani dengan tepat karena HFMD bersifat self-limiting yang dapat sembuh dalam 7-10 hari.
Pengobatan simptomatik dan dilakukan observasi tanda keterlibatan SSP. Penyembuhan
tergantung sistem imun penderita karena belum ditemukan antivirus yang spesifik. Asupan
cairan adekuat perlu untuk mencegah dehidrasi akibat lesi oral yang nyeri, mungkin diperlukan
hidrasi intravena jika dehidrasi sedang hingga berat atau jika asupan oral terbatas.

19
DAFTAR PUSTAKA
1. Belazarian L, Lorenzo ME, Pace NC, Sweeney SM, Wiss KM. Exanthematous viral diseases.
In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Glicherst BA, Paller AS, Leffel DJ, editors.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p.
1851–72.
2. Andiyani C, Heriwati ID, Sawitri. Penyakit tangan, kaki dan mulut. Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit & Kelamin 2010;22:143-50.
3. Chen TK, Chang LH, Wang TS, Cheng TY, Yang YJ. Epidemiologic features of hand-foot-
mouth disease and herpangina caused by Enterovirus 71 in Taiwan, 1998 - 2005. Pediatrics
2007;120;244-52
4. Centers for Disease Control and Prevention. Hand, foot, & mouth disease [Internet]. 2008
Available from: http://www.cdc.gov/ncidod/dvvd/revb/enterovirus/hfhf.
5. Han FJ, Cao YR, Deng QY, Tian X, Jiang T, Qin DE, et al. Antibody dependent
enhancement infection of Enterovirus 71 in vitro and in vivo. Virology J. 2011;8:106-13.
6. Ang LW, Koh KW, Chan PK, Chua TL, James L, Goh TK. Epidemiology and control of
hand, foot and mouth disease in Singapore, 2001-2007. Ann Acad Med Singapore
2009;38:106-12.
7. Susanti N, Herna, Purnamawati S, Setiawaty V. Deteksi penyebab dan sebaran kasus
kejadian luar biasa hand foot and mouth disease (HFMD) tahun 2008-2012. J Biotek
Medisiana Indon. 2014;3:77-84.
8. WHO. A guide to clinical management and public health response for hand, foot and mouth
disease (HFMD). Geneva: WHO; 2011.
9. Thomas J. Hand-foot-and-mouth disease – an overview. e-J Indian Soc Teledermatolog.
2009;3(4):1-4.
10. Abzug MJ. Nonpolio enteroviruses. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors.
Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Saunders; 2004. p. 1042–8

20

Anda mungkin juga menyukai