Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristal sukrosa padat. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau
aren. Di Indonesia gula kristal yang dikonsumsi sehari – hari didominasi oleh gula
tebu. Gula kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu.Proses pembuatan
gula dari tebu memerlukan beberapa tahapan dan proses kimia serta mekanis.Tebu
mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam tanaman karena proses fotosintesa.
6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2
Kalau beras yang kita makan hanya dilakukan proses penggilingan dari
gabah menjadi beras beda dengan pembuatan gula dari tebu yang harus dilakukan
dalam skala pabrik. Pabrik gula merupakan salah satu peninggalan masa kolonial
yang mempunyai pengaruh cukup besar di Indonesia. Pabrik gula adalah tempat
untuk memproduksi gula dalam jumlah besar, dengan bahan baku utama yaitu
tebu. Dahulu, sebelum adanya pabrik gula, manusia sudah mengenal gula dari
madu lebah, serta dari tumbuh-tumbuhan seperti tebu, bit, kelapa, dan enau (aren).
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis dan sub
tropis seperti Kuba, India, Filipina, dan Indonesia yang beriklim tropis sehingga
perusahaan-perusahaan gula di Indonesia menggunakan tebu sebagai bahan
bakunya (PTKPN XV-XVI). Tanaman tebu pada dasarnya dibudidayakan untuk
kepentingan perusahaan perkebunan. Pada masa kolonial di Indonesia,
pembukaan lahan sebagai media perkebunan tebu dan industri gula lebih banyak
terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dikarenakan kondisi Jawa yang
subur sehingga cocok untuk tanaman tebu.

1
1.2 Permasalahan
Bagaimana tahapan pembuatan gula dalam skala industri.

1.3 Tujuan
Mengetahui tahapan pembuatan gula dalam skala industri.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gula
Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata – rata
manusia di Indonesia mengkonsumsi gula sebanyak 12 – 15 kg per tahun.
Umumnya kita mengenal gula yang dihasilkan dari tebu sehingga disebut gula
tebu. Padahal gula juga bisa dibuat dari bahan berpati seperti tapioka, umbi-
umbian, dan sagu atau jagung dalam bentuk sirup glukosa. Rasa serta kemanisan
gula pati juga hampir sama dengan gula tebu atau sukrosa.
Glukosa merupakan bahan kimia yang mempunyai rumus C6H12O6,
Berwarna putih, berasa manis, dan tidak berbau. Menurut Darwin (2013), gula
adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung
diserap tubuh untuk diubah menjadi energi. Secara umum, gula dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Monosakarida
Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk dari
satu molekul gula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa, fruktosa,
galaktosa.
b. Disakarida
Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari dua
molekul gula. Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan glukosa dan
fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan maltosa (gabungan
dari dua glukosa).

2.2 Jenis-Jenis Gula


Menurut Darwin (2013) gula terbagi kedalam beberapa jenis, antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Gula Pasir
Gula pasir berasal dari cairan sari tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu akan
mengalami kristalisasi dan berubah menjadi butiran gula berwarna putih bersih
atau putih agak kecoklatan (raw sugar).

3
b. Gula Pasir Kasar (Crystallized Sugar)
Gula jenis ini memiliki tekstur yang lebih besar dan kasar dari gula pasir
pada umumnya. Biasanya gula jenis ini dijual dengan aneka warna di pasaran.
Gula jenis ini sering digunakan sebagai bahan taburan karena tidak meleleh saat
dioven.
c. Gula Balok atau Gula Dadu
Gula balok terbuat dari sari tebu. Bentuknya menyerupai balok dadu
dengan warna putih bersih. Biasanya gula jenis ini digunakan sebagai campuran
minuman kopi atau teh.
d. Gula Icing atau Icing Sugar atau Confection Sugar
Icing sugar merupakancampuran dari gula pasir yang digiling hingga halus
sehingga terbentuk tepung gula dan ditambahkan tepung maizena agar tidak
mudah menggumpal.
e. Gula Batu
Gula batu diperoleh dari pengolahan gula pasir biasa agar mudah larut.
Bentuknya merupakan bongkahan gula menyerupai batu berwarna putih, dimana
tingkat kemanisan gula batu lebih rendah dibanding gula pasir, hampir 1/3 dari
gula pasir. Bagi pankreas dan organ tubuh, gula batu lebih sehat dan bersahabat
dibanding dengan gula pasir.
f. Brown Sugar
Brown sugar terbuat dari tetes tebu, namun dalam proses pembuatannya
dicampur dengan molase sehingga menghasilkan gula bewarna kecoklatan. Brown
sugar terbagi menjadi 2 jenis yaitu light atau dark brown sugar.
Light brown sugar biasanya digunakan dalam pembuatan kue, seperti
membuat butterscotch, kondimen dan glazes. Dark brown sugar biasanya
digunakan untuk membuat gingerbread dan bahan tambahan untuk makanan
seperti mincemeat, baked bean, dan lain-lain.
g. Gula Merah
Gula merah terbuat dari air sadapan bunga pohon kelapa atau air nira
kelapa, sering juga disebut dengan gula jawa. Teksturnya berupa bongkahan

4
berbentuk silinder dan berwarna coklat Biasanya digunakan dalam bahan pemanis
makanan dan minuman dengan cara diiris tipis.
h. Gula Aren
Bentuk, tekstur, warna dan rasanya mirip dengan gula merah, yang
membedakan hanya bahan bakunya. Gula aren terbuat dari air nira yang disadap
pohon aren, tanaman dari keluarga palem. Proses pembuatan gula aren umumnya
lebih alami, sehingga zat-zat tertentu yang terkandung di dalamnya tidak
mengalami kerusakan dan tetap utuh.

2.3 Proses Pembuatan Gula


Pada umumnya, memproses tebu di pabrik gula dibagi menjadi beberapa
tahap yang dikenal dengan :
1. Proses Pemerahan (Gilingan)
Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di
gilingan. Pada proses ini tebu dicacah menggunakan alat pencacah tebu. Biasanya
terdiri dari cane cutter, hammer shredder . Tebu diperah menghasilkan “nira” dan
“ampas”. Nira inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut di
pemurnian. Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini digunakan untuk
bahan bakar ketel (boiler) dan apabila berlebih bisa digunakan sebagai bahan
partikel board, furfural, xylitol.
Alat pada proses penggilingan:
a) Cane Cutter (cane knife), berfungsi untuk memotong tebu yang masuk
masih dalam bentuk batangan, menjadi potongan yang lebih kecil
berukuran 10 - 15 cm. Tujuannya untuk memperoleh luas permukaan
pemerahan yang lebih besar sehingga air tebu (nira) dapat semaksimal
mungkin terperah di mill station.
b) Cane shreeder (cane hammer/unigrator/heavy duty cane shreeder)
berfungsi untuk mencacah potongan tebu menjadi serat potongan yang
lebih kecil. Tujuannya untuk memperoleh luas permukaan pemerahan
yang lebih besar sehingga air tebu (nira) dapat semaksimal mungkin
terperah di mill station.

5
2. Pemurnian
Setelah tebu diperah dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu
dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula
invert (glukosa+fruktosa); zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca, Fe, Mg,
Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan an-organik, zat warna, lilin,
asam-asam yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses
pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula.
Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses, yaitu:
1) Defekasi
2) Sulfitasi
3) Karbonatasi

a. Pemurnian Cara Defekasi


Dalam proses defekasi pemurnian nira dilakukan dengan penambahan
susu kapur sebagai reagen. Reaktor untuk proses defekasi ini dinamakan
defekator dan didalamnya terdapat pengaduk sehingga larutan yang bereaksi
dalam defekator menjadi homogen. Pemurnian nira dengan cara defekasi
dibagi menjadi 4:
1) Defekasi Dingin
Pada defekator ditambahkan susu kapur sehingga pH menjadi 7.2 – 7.4.
Setelah itu baru nira dipanaskan lalu menuju ke pengendapan. Pada defekasi
dingin reaksi antara CaO dengan Phospat lebih lambat, tetapi inversi dapat
dikurangi. Karena suhu dingin maka absorbsi bahan bukan gula oleh endapan
yang terbentuk lebih jelek dibandingkan defekasi panas.
2) Defekasi Panas.
Nira mentah dari gilingan dipanaskan terlebih dahulu, lalu direaksikan
dengan susu kapur.
3) Defekasi Bertingkat.
Susu kapur ditambahkan pada nira dalam keadaan dingin hingga pH
6.5, kemudian nira dipanaskan dan ditambahkan susu kapur lagi hingga pH
7.2 – 7.4.

6
4) Defekasi sachharat
Sebagian nira ditambahkan susu kapur sedangkan sebagian yang lain
dipanaskan, kemudian dicampur.

b) Pemurnian Cara Sulfitasi


Pemurnian cara sulfitasi hasilnya lebih baik dibandingkan dengan cara
defekasi, karena telah dapat dihasilkan gula yang berwarna putih. Cara
pemurnian ini menggunakan kapur dan SO2 sebagai bahan pembantu
pemurnian. Pemberian kapur pada cara ini dilakukan secara berlebih,
kemudian kelebihan kapur ini akan dinetralkan oleh gas SO2, sehingga
terbentuk ikatan garam kapur yang dapat mengendap.
Reaksi Pemurnian Cara Sulfitasi:
SO2 + H2O → H2SO3
Ca(OH)2 + H2SO3→ CaSO3 + 2H2O
Ca(OH)2 + SO2→CaSO3 + H2O
Endapan CaSO3 yang terbentuk dapat mengabsorbsi partikel-partikel
koloid yang berada di sekitarnya, sehingga kotoran yang terbawa oleh
endapan semakin banyak. Gas SO2 juga mempunyai sifat dapat memucatkan
warna, sehingga diharapkan dapat dihasilkan kristal dengan warna yang lebih
terang, khususnya pada nira kental penguapan.

c) Pemurnian Cara Karbonatasi


Proses ini dilakukan dengan menggunakan susu kapur dan gas CO2
sebagai bahan pembantu. Susu kapur yang ditambahkan pada cara ini lebih
banyak dibandingkan cara sulfitasi, sehingga menghasilkan endapan yang
lebih banyak. Kelebihan susu kapur yang terdapat pada nira dinetralkan
dengan menggunakan gas CO2. Reaksi yang terjadi adalah:
Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O

d) Tahap Akhir Dari Proses Pemurnian Nira


Tahap akhir dari proses pemurnian nira dialirkan ke bejana pengendap
(clarifier) sehingga diperoleh nira jernih dan bagian yang terendapkan adalah

7
nira kotor. Nira jernih dialirkan ke proses selanjutnya (Penguapan),
sedangkan nira kotor diolah dengan rotary vacuum filter menghasilkan nira
tapis dan blotong.

3. Penguapan
Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari penguapan
nira jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi
jenuhnya. Pada proses penguapan air yang terkandung dalam nira akan diuapkan.
Uap baru digunakan pada evaporator badan I sedangkan untuk penguapan pada
evaporator badan selanjutnya menggunakan uap yang dihasilkan evaporator badan
I. Penguapan dilakukan pada kondisi vakum dengan pertimbangan untuk
menurunkan titik didih dari nira. Karena nira pada suhu tertentu (>1250 C) akan
mengalamai karamelisasi atau kerusakan. Dengan kondisi vakum maka titik didih
nira akan terjadi pada suhu 700 C. Produk yang dihasilkan dalam proses
penguapan adalah ”nira kental” .

4. Kristalisasi
Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum
dilakukan kristaliasi dalam pan masak ( crystallizer ) nira kental terlebih dahulu
direaksikan dengan gas SO2 sebagai bleaching dan untuk menurunkan viskositas
masakan (nira). Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan
(nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan
pemekatan secara terus menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada
keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa.
Setelah itu langkah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan bibit gula
kedalam pan masak kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses
masak ini kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun
terbentuk tidak beraturan. Setelah diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya
larutan dialirkan ke palung pendingin (receiver) untuk proses Na – Kristalisasi.
Tujuan dari palung pendingin ialah: melanjutkan proses kristalisasi yang
telah terbentuk dalam pan masak, dengan adanya pendinginan di palung
pendingin dapat menyebabkan penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan naik

8
sehingga dapat mendorong menempelnya sukrosa pada kristal yang telah
terbentuk. Palung pendingin dilengkapi pengaduk agar dapat sirkulasi.

5. Pemisahan
Proses pemisahan kristal gula dari larutannya menggunakan alat centrifuge
atau puteran. Pada alat puteran ini terdapat saringan, sistem kerjanya yaitu dengan
menggunakan gaya sentrifugal sehingga masakan diputar dan strop atau larutan
akan tersaring dan kristal gula tertinggal dalam puteran. Pada proses ini dihasilkan
gula kristal dan tetes. Gula kristal didinginkan dan dikeringakan untuk
menurunkan kadar airnya. Tetes di transfer ke Tangki tetes untuk di jual.

6. Pengeringan Kristal Gula dan Penyelesaian


Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi,
kira-kira 20%. Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula
kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus
dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau
dengan memakai udara panas kira-kira 800ᵒC.
Pengeringan gula secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS
(Superieure Hoofd Suiker) pada talang goyang yang panjang. Dengan melalui
talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan dengan
cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan.
Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja
atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.

9
BAB III

TUGAS KHUSUS
3.1 Evaporator
Evaporator adalah salah satu jenis alat industri yang digunakan untuk
memekatkan larutan. Alat ini banyak digunakan dalam industri yang mengolah
bahan- bahannya dalam fase cair. Berdasarkan jumlah evaporator yang digunakan,
sistem evaporator dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
a) sistem evaporator efek tunggal ( sebuah evaporator)
b) sistem evaporator multi efek ( lebih dari sebuah evaporator).
Jika jumlah evaporator ada 3 buah, disebut dengan sistem evaporator efek
tiga. Proses pemekatan di dalam evaporator bertujuan untuk menghilangkan
sebagian pelarut dengan cara menguapkan pelarut tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan uap air sebagai medium pemanas.

3.2 Gambar Evaporator

10
3.3 Cara Kerja Mesin Evaporator
Cara kerja evaporasi adalah dengan menambahkan kalor pada larutan
untuk menguapkan bahan pelarut. Prinsipnya adalah kalor dipasok untuk kalor
laten penguapan. Tujuan umum dari proses evaporasi sendiri adalah untuk
mengurangi kadar air dan meningkatkan konsentrasi. Sedangkan alat yang
digunakan untuk memekatkan suatu larutan dengan cara menguapkan airnya
sehingga konsentrasinya meningkat disebut evaporator.
Proses penghilangan kadar air pada evaporator bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi dari suatu bahan makanan cair. Salah satu tujuan dari
operasi ini adalah untuk mengurangi volume dari suatu produk sampai batas-batas
tertentu tanpa menyebabkan kehilangan zat-zat yang menggandung gizi.
Pengurangan volume produk akan mengakibatkan turunnnya biaya pengangkutan.
Selain itu pegurangan volume produk juga akan meningkatkan efesiensi
penyimpanan dan dapat membantu pengawetan yaitu dengan berkurangnya
jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk hidup.
Pada evaporator menaikkan konsentrasi dari fraksi padatan didalam
produk bahan makanan cair dilakukan dengan menguapkan air bebas yang ada di
dalam produk. Proses penguapan ini dilakukan dengan menaikkan temperatur
produk sampai titik didih dan menjaganya untuk beberapa waktu sampai
konsentrasi yang diinginkan. Ada 4 komponen dasar yang dibutuhkan untuk
melakukan penguapan :
1) Sebuah tabung penguapan
2) Alat pemindah panas
3) Sebuah kondensor
4) Sebuah metode untuk menjaga tekanan pada vakum
Keempat komponen diatas merupakan komponen utama dalam sebuah
evaporator. Keempat komponen utama ini harus diperhatikan dalam pembuatan
suatu evaporator. Sistem tekanan vakumnya harus mampu mengalirkan gas yang
tidak terkondensasi agar bisa menjaga tekanan vakum yang diinginkan di dalam
tabung penguapan. Berdasarkan prinsip kerjanya evaporator dibagi menjadi tiga
macam, yakni meliputi :

11
1. Open Kettle
Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel
terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang
mengembun dalam selubung (jaket) atau dalam pipa spiral yang dicelupkan.
Kadang-kadang ketel dipanasi api langsung. Pengaduk dapat ditempatkan
didalamnya. Evaporator ini murah dan operasinya sederhana.
2. Evaporator dengan pemanas shall and tube
Evaporator ini berupa bejana selinder besar. Bejana silinder
besar tersebut dilengkapi dengan pemanas tipe shell and tube
heat exchanger. Pemanas yang berupa steam ataupun medium lainnya dapat
berada dalam shell dan larutan berada dalam tube atau sebaliknya.
3. Evaporator dengan sirkulasi paksa
Pada evaporator jenis ini cairan yang mendidih di dalam pipa dapat
bersirkulasi dengan sendirinya karena perbedaan kerapatan. Cairan dalam
pipa bercampur dengan gelembung-gelembung uap sehingga
kerapatannya ringan dan bergerak keatas. Di dalam pipa panjang (3-
10m) gerakan cairan keatas lebih cepat dibandingkan pada pipa
pendek. Gerakan yang cepat ini memperbesar koefisien pindah panas
sehingga perpindahan panas dapat berjalan lebih baik.

3.4 Aplikasi Mesin Evaporator dalam Agroindustri


Pembuatan gula aren
Tiga proses penting yang terjadi di dalam Evaporator adalah pemanasan,
penguapan dan pendinginan. Peralatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
gelas ukur, evaporator, buret, statif, gelas kimia, timbangan, oven, kolom yang
berdiameter 2,5 cm dan panjang 9,7 cm, pH meter, desikator dan HPLC. Nira
segar yang diperoleh dievaporasi dengan menggunakan destilator hingga
diperoleh kondensat.
Kemudian kondensat ditampung untuk digunakan dalam eksperimen
pemurnian. Arang Aktif sebelum digunakan, dimasukkan ke dalam oven pada
suhu 105◦ C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30
menit. Arang aktif kemudian dimasukkan ke dalam kolom yang berdiameter 1,5

12
cm. Sebelum kondensat dilewatkan pada kolom, terlebih dahulu diukur pH
awalnya. Selanjutnya kondensat dilewatkan melalui kolom yang berisi arang aktif
tersebut sampai arang aktif menjadi jenuh. Penentuan kejenuhan arang aktif
dilakukan dengan memeriksa filtrat, yaitu dengan cara mencium bila filtrat. Jika
fitrat mulai berbau berarti arang aktif telah jenuh. Arang aktif yang telah jenuh,
diganti dengan arang yang baru sampai filtrat tidak berbau lagi.
Hasil filtrat kemudian di tampung dalam gelas kimia, untuk dilihat berapa
banyak volume kondensat yang terjerap setelah arang aktif menjadi jenuh. Setelah
arang menjadi jenuh, pH kondensatnya di ukur lagi sebagai pH akhir. Kondensat
sebelum dan sesudah dilewatkan dalam kolom yang merupakan gabungan dari
satu filtrat yang sama untuk semua daya jerap arang aktif (sampel komposit)
dianalisis di Laboratorium Terpadu IPB, Bogor dengan menggunakan teknik
HPLC.

13
BAB IV

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena


dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi
energi.
2. Secara umum, gula dibedakan menjadi dua, yaitu: Monosakarida dan
Disakarida.
3. Menurut Darwin (2013) gula terbagi kedalam beberapa jenis, yaitu Gula
Pasir, Gula Pasir Kasar (crystallized sugar), Gula Balok/Gula Dadu, Gula
Icing/Icing Sugar/Confection Sugar, Gula Batu, Brown Sugar, Gula
Merah, dan Gula Aren.
4. Proses pembuatan gula terdiri dalam beberapa tahap, antara lain adalah :
Proses pemerahan (penggilingan), Pemurnian, Penguapan, Kristalisasi,
Pemisahan dan Pengeringan kristal gula dan penyelesaiannya.
5. Dalam proses pemerahan (penggilingan), terdapat beberapa alat yang
digunakan antara lain :
a) Cane cutter (cane knife), memiliki tujuan untuk memotong tebu
menjadi lebih kecil.
b) Cane shreeder (cane hammer/unigrator/heavy duty cane shreeder),
bertujuan untuk mencacah potongan tebu menjadi serat yang lebih
kecil.
6. Pada tahap pemurnian, terdapat 3 jenis proses yakni : Defekasi, Sulfitasi,
dan Karbonasi.
7. Proses penguapan bertujuan untuk menaikkan konsentrasi dari nira
mendekati konsentrasi jenuhnya. Proses ini dilakukan didalam bejana
evaporator.
8. Kristalisasi dilakukan dengan beberapa langkah. Akan tetapi sebelum
melakukan kristalisasi, dalam pan masak nira kental terlenih dahulu
direaksikan dengan gas SO2. Langkah-langkah kristalisasi adalah :

14
a) Menarik masakan untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi
jenuhnya
b) Membuat bibit dengan memasukkan bibit gula dalam pan masak lalu
lakukan proses pembesaran kristal
c) Larutan dialirkan ke palung pendingin (receiver), agar suhu turun dan
nilai kejenuhannya naik.
9. Proses dari pemisahan gula dari larutannya adalah dengan menggunakan
alat Centrifuge (putaran).
10. Pengeringan gula secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS
(Superieure Hoofd Suiker) pada talang goyang yang panjang.
11. Evaporator adalah alat industri yang digunakan untuk memekatkan larutan.
Sistem evaporator dibagi dalam beberapa jenis, yaitu : sistem evaporator
efek tunggal dan sistem evaporator multi efek.
12. Proses pemekatan dalam evaporator memiliki tujuan untuk menghilangkan
sebagian pelarut dengan cara menguapkan pelarut tersebut.
13. Cara kerja dari evaporator adalah dengan menambahkan larutan untuk
menguapkan bahan pelarut. Untuk melakukan penguapan ada 4 komponen
dasar yang diperlukan, yaitu sebuah tabung penguapan, alat pemindah
panas, sebuah kondensor, dan sebuah metode untuk menjaga tekanan pada
saluran.
14. Berdasarkan prinsip kerjanya, evaporator diagi menjadi 3 macam yaitu :
open kettle, evaporator dengan pemanasan shall and tube,dan evaporator
dengan sirkulasi paksa.

15
DAFTAR PUSTAKA
Http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00833-
HM%2520Bab2001.pdf

Https://caridokumen.com/download/proses-pembuatan-gula-dari-tebu-
_5a4556d7b7ab88596_pdf

Nisa, Khairun. 2015, Evaporator-prinsip kerja dan peralatan.


Http://www.academia.edu/7427887/Universitas_Gadjah_Mada

Widyanto, Endang Sri Siswani. Universitas Negeri Yogyakarta, 2003.


Pemerekatan larutan gula dalam suatu sistem “evaporator efek tiga”.
Http://staffnew.uny.ac.id/upload/131656348/penelitian/evaporator%2BGula
%2BSEMNAS%2B2003.doc

Http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/kuliah-evaporasi-contoh-
pabrik-gula.ppt

16

Anda mungkin juga menyukai