PENDAHULUAN
sistemik yang ditandai dengan temuan autoantibodi pada jaringan dan kompleks imun
LES.1.2
Dalam 30 tahun terakhir, LES telah menjadi salah satu penyakit rematik utama
di dunia. Di Amerika Serikat dilaporkan prevalensi LES yaitu 52 kasus per 100.000
penduduk dengan insidensi per tahunnya sekitar 5,1 kasus per 100.000 penduduk. Di
Asia, prevalensi LES yaitu sekitar 4,3 – 37,7 kasus per 100.000 penduduk dimana
negara Cina memiliki insidensi terbanyak yaitu 3,1 kasus per 100.000 penduduk.1.3.4
1,4% kasus LES dari total kunjungan pasien di poliklinik Reumatologi Penyakit
Dalam, sementara pada tahun 2010 di RS Hasan Sadikin Bandung terdapat 291 pasien
90% pasien LES adalah perempuan usia muda dengan insiden puncak pada usia
15 - 40 tahun selama masa reproduksi. Rasio penyakit LES pada perempuan dan
lakilaki adalah 9 : 1. Angka morbiditas dan mortalitas pasien LES masih cukup tinggi.
Dilaporkan survival rate 5 tahun pasien LES di RSCM adalah 88% dari pengamatan
Perjalanan penyakit LES bersifat fluktuatif dan memiliki risiko kematian yang
tinggi, oleh karena itu diperlukan upaya pengenalan dini serta penatalaksanaan yang
tepat.
1
Untuk menegakkan diagnosis LES dilakukan melalui kriteria yang ditetapkan
oleh American College of Rheumatology (ACR) revisi tahun 1997, ditegakkan bila
mentosa dan medika mentosa. Untuk penatalaksanaan awal pasien LES yang baru
untuk pemilihan terapi ditentukan berdasarkan derajat beratnya LES dengan tujuan
terapi yaitu untuk mengontrol serangan akut, severe flare, dan mengontrol gejala
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
gangguan jaringan penyambung generalisata kronik yang dapat bersifat ringan hingga
dan inti sel, ditandai oleh adanya erupsi kulit, atralgia, arthritis, nefritis, pleuritis,
Perjalanan penyakit LES bersifat fluktuatif yang ditandai dengan periode tenang dan
eksaserbasi.5.6
Kata “lupus” dalam bahasa latin berarti serigala, ”erythro” berasal dari bahasa
yunani yang berarti merah, sehingga lupus digambarkan sebagai daerah merah sekitar
hidung dan pipi, yang dikenal dengan butterfly - shaped malar rash.4
2.2 Epidemiologi
Dalam 30 tahun terakhir, LES telah menjadi salah satu penyakit rematik
utama di dunia dan dalam 40 tahun terakhir ini, insidensi LES meningkat tiga kali
LES melalui kriteria ACR. Di Amerika Serikat dilaporkan prevalensi LES yaitu 52
kasus per 100.000 penduduk dengan insidensi per tahunnya sekitar 5.1 kasus per
kasus per 100.000 penduduk dengan Australia sebagai negara dengan prevalensi
tertinggi yaitu 45.3 kasus per 100.000 penduduk. Di Asia, prevalensi LES yaitu
3
sekitar 4.3-37.7 kasus per 100.000 penduduk dimana negara Cina memiliki insidensi
ditemukan 37,7 % kasus LES pada tahun 1998-1990. Data tahun 2002 di RSUP
Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, didapatkan 1.4% kasus LES dari total
2010 di RS Hasan Sadikin Bandung terdapat 291 pasien (10.5%) dari total pasien
Onset penyakit LES 65% terjadi antara usia 16-55 tahun, 20% sebelum usia
16 tahun dan 15% setelah usia 55 tahun dimana 90% pasien LES adalah perempuan
usia muda dengan insiden puncak pada usia 15-40 tahun selama masa reproduksi.
Rasio penyakit LES pada perempuan dan laki-laki adalah 9 : 1. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rupert W.Jakes, dilaporkan prevalensi LES pada
perempuan yaitu sekitar 7.7-68.4 kasus per 100.000 penduduk dengan insidensi 1.4-
5.4 kasus, sedangkan prevalensi LES pada laki-laki 0.8-7.0 kasus per 100.000
Angka morbiditas dan mortalitas pasien LES masih cukup tinggi, dimana
angka kematian pasien LES hampir 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi umum. Dilaporkan survival rate 5 tahun pasien LES di RSCM adalah 88%
dari pengamatan 108 orang pasien yang berobat dari tahun 1990-2002.3 Sedangkan
berdasarkan usia, angka survival rate SLE untuk 1-5, 5-10, 10-15, 15-20, dan 20
tahun adalah 93-97%, 84-95%, 70-85%, 64-80%, dan 53-64%.3 Hasil studi yang
4
dilakukan oleh Rupert W.Jakes tahun 2012 menyatakan survival rate LES 93-98%
penyakit dan infeksi (termasuk infeksi M. tuberculosis, virus, jamur dan protozoa),
Penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada LES di negara Asia-
Pasifik yaitu 30-80% karena infeksi, 19-95% penyakit LES yang aktif, 6-40%
2.3 Etiologi
LES, yang mana keempat faktor ini saling terkait. Faktor lingkungan dan hormon
berperan sebagai pencetus penyakit pada individu peka genetik. Faktor lingkungan
yang dianggap sebagau pencetus antara lain yaitu infeksi, sinar ultraviolet, pemakaian
1. Terdapat indeks yang tinggi (25%) pada kembar monozigotik dan kembar
dizigotik (1-3%).
5
2. Anggota keluarga mempunyai risiko yang meningkat untuk menderita LES dan
hingga 20% pada kerabat tingkat pertama yang secara klinis tidak terkena dapat
3. Pada populasi kulit orang putih di Amerika Utara terdapat hubungan positif antara
LES dengan gen HLA kelas II, terutama pada lokus HLA-DQ.
yang diturunkan.
Adanya sindrom menyerupai lupus pada pasien yang meminum obat tertentu,
seperti prokainamid dan hidralazin. Obat-obat ini mengganggu ekspresi dari sel T
CD4+ dengan menghambat metilasi DNA dan menstimulus ekspresi antigen LFA-1
sehingga memicu autoreaktivasi pada LES. Oleh karena itu, sebagian besar penderita
yang diobati dengan prokainamid selama lebih dari 6 bulan akan menghasilkan ANA
disertai gambaran LES yang muncul 15% - 20% pada pasien tersebut.
memperburuk penyakit tersebut pada banyak individu. Sekitar 70% pasien LES akan
mengalami flare ketika terpajan dengan sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dapat
yang akan melepaskan pembentukan kompleks imun DNA / anti-DNA yang dapat
6
Infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) merupakan faktor yang dapat meningkatkan
terjadinya LES. EBV akan mengaktivasi sel limfosit B dan menstimulus interferon α
(IFN α) untuk produksi sel plasmasitoid dendirtik yang akan memicu respon imun.
Selain itu, EBV juga memiliki untaian asam amino yang menyerupai untaian asam
d) Faktor Imunologis 9
pasien LES sulit untuk mengidentifikasi setiap salah satunya sebagai penyebab. Analisi
molekular terhadap antibodi anti-DNA untai ganda member petunjuk bahwa antibodi
tersebut tidak dihasilkan oleh susunan acak sel B aktif poliklonal, tetapi lebih banyak
berasal dari respon sel-B oligoklonal yang lebih selektif terhadap antigennya sendiri.
Sebagai contoh, antibodi anti-DNA pathogen pada pasien LES adalah kationik,
sedangkan antibodi yang dihasilkan oleh sel B yang teraktivasi secara poliklonal
adalah anionik dan nonpatogen. Oleh sebab itu, tanggung jawab autoimunitas pada
e) Faktor Hormonal 2
Perempuan memiliki respon antibodi lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini
disebabkan oleh efek estrogen yang bermanfaat terhadap sintesis antibodi. Perempuan
yang mengkonsumsi kontrasepsi oral yang terdapat kandungan estrogen atau yang
menggunakan hormone replacement therapy memiliki risiko 2 kali lipat terkena LES.
Estradiol akan berikatan pada reseptor sel T dan sel limfosit B, meningkatkan aktivasi
7
2.4 Gejala klinis
Gejala klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat
timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Dapat
juga menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat laun diikuti oleh gejala
Waktu yang dibutuhkan antara onset penyakit dan diagnosis adalah 5 tahun.
Penyakit ini mempunyai ciri khas terdapatnya eksaserbasi dan remisi. Onset penyakit
dapat spontan atau didahului oleh faktor presipitat seperti kontak dengan sinar
A. Gejala Konstitusional
B. Gejala Muskuloskeletal
athralgia (90%) dan sering mendahului gejala-gejala lainnya. Yang paling sering
pada lebih dari 90% anak, umumnya simetris, terjadi pada beberapa sendi besar
kelainan organ yang lain pada LES. Arthritis pada tangan dapat menyebabkan
kerusakan ligament dan kekakuan sendi yang berat. Osteonecrosis umum terjadi
8
C. Gejala Mukokutan
Kelainan kulit atau selaput lendir ditemukan pada 55% kasus LES.
Ruam kulit yang paling dianggap khas adalah ruam kulit berbentuk
dan kedua pipi. Karakteristik malar atau ruam kupu-kupu termasuk jembatan
penebalan scaly patches. Ruam mungkin akan fotosensitif dan berlaku untuk
sentrifugal dan dapat bersatu sehingga berbentuk ruam yang tidak beraturan.
Dengan pengobatan yang tepat, kelainan ini dapat sembuh tanpa bekas.13
9
2). Lesi Kulit Sub Akut
Sekitar 7 % lesi discoid akan menjadi LES dalam waktu 5 tahun, sehingga perlu
antibodi antinuclear (ANA) yang disertai peningkatan kadar IgG yang tinggi dan
lekopeni ringan. Ruam diskoid adalah ruam pada kulit leher, kepala, muka,
telinga, dada, punggung, dan ekstremitas yang menimbul dan berbatas tegas,
oleh sisik keratin disertai oleh adanya penyumbatan folikel. Kalau sudah
berlangsung lama akan terbentuk sikatrik. Lesi diskoid tidak biasa di masa
kanak-kanak. Namun, mereka terjadi lebih sering sebagai manifestasi dari LES
daripada sebagai diskoid lupus erythematosis (DLE) saja; 2-3% dari semua DLE
10
Gambar 3 Facial discoid
kulit dapat menyebabkan ulserasi dari yang berbentuk kecil sampai yang besar.
11
5). Urtikaria
Pada sekitar 2/3 dari anak dan remaja LES akan timbul gejala lupus
nefritis. Lupus nefritis akan diderita sekitar 90% anak dalam tahun pertama
ialah proteinuria dan atau hematuria. Ada 2 macam kelainan patologis pada
ginjal yaitu nefritis lupus difus dan nefritis lupus membranosa. Nefritis lupus
difus merupakan kelainan yang paling berat. Klinis tampak sebagai sindrom
nefrotik, hipertensi, serta gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat. Nefritis
12
E. Serositis (pleuritis dan perikarditis)
Gejala klinisnya berupa nyeri waktu inspirasi dan pemeriksaan fisik dan
radiologis menunjukkan efusi pleura atau efusi parikardial. Efusi pleura lebih
sering unilateral, mungkin ditemukan sel LE dalam cairan pleura. Biasanya efusi
F. Pneuminitis Interstitial
Merupakan hasil infiltrasi limfosit. Kelainan ini sulit dikenali dan sering
G. Gastrointestinal
Dapat berupa rasa tidak enak di perut, mual ataupun diare. Nyeri akut
disertai ikterus. Umumnya dalam beberapa bulan akan menghilang atau kembali
normal. 13
berupa limfadenopati difus dan lebih sering pada anak-anak. Kelenjar parotis
13
K. Susunan Saraf Pusat
kelumpuhan dan kejang sampai gejala fokal seperti nyeri kepala dan kehilangan
lain yang mungkin ditemukan ialah korea, paraplegia karena mielitis transversal,
Mekanisme terjadinya kelainan susunan saraf pusat tidak selalu jelas. Faktor-
faktor yang memegang peranan antara lain vaskulitis, deposit gamma globulin di
pleksus koroideus. 15
L. Hematologi
dan lekopenia. 13
14
M. Fenomena Raynaud
N. Kardiovaskuler
dapat mengakibatkan terjadi infark miokard. Gagal jantung dan angina pektoris,
lainnya.13
Derajat Berat Ringannya LES
3. Fungsi organ normal atau stabil, yaitu: ginjal, paru, jantung, gastrointestinal,
3. Serositis mayor
15
2. Paru-paru: hipertensi pulmonal, perdarahan paru, pneumonitis, emboli
5. Kulit: vaskulitis berat, ruam difus disertai ulkus atau melepuh (blister)
8. Fungsi organ normal atau stabil, yaitu: ginjal, paru, jantung, gastrointestinal,
16
2.5 Patogenesis
Akibatnya terdapat autoantibodi dalam jumlah besar yang dapat merusak jaringan
secara langsung ataupun dalam bentuk endapan kompleks imun. Antibodi tersebut
melawan komponen nuclear dan sitoplasma sel host yang tidak spesifik terhadap
organ.9 Proses ini diawali dengan faktor pencetus yang ada dilingkungan, dapat berupa
17
Gambar 5 Model pathogenesis LES
kerusakan jaringan.8
18
Karakteristik patogenesis dari LES
antibodi.
19
Pada LES sebagian besar autoantibodi yang dihasilkan akan langsung
Hiperreaktivitas dari sel T dan sel limfosit B pada LES ditandai dengan meningkatnya
ekspresi molekul HLA-D dan CD40L. Hasil akhir dari ini yaitu produksi autoantibodi
sequestrasi dan destruksi sel-sel yang diselubungi Ig yang beredar di sirkulasi, fiksasi
2.6 Patofisiologi
Abnormalitas imun pada LES terbagi menjadi 2 fase yaitu (a) meningkatnya
imun pada organ target yang menyebabkan kerusakan organ. Defek mekanisme
regulasi imun seperti klirens apoptosis dan kompleks imun merupakan kontributor
kompleks imun, dan aktivasi komplemen yang tidak terkendali. LES disebabkan
oleh interaksi antara gen dan faktor lingkungan sehingga menghasilkan respon imun
yang abnormal. Respon tersebut terdiri dari hiperaktivitas sel T helper sehingga
20
Gambar 7 Patofisiologi LES
Pada LES penanganan pada komplek imun terganggu, dapat berupa gangguan
klirens kompleks imunt, gangguan pemprosesan kompleks imun dalam hati dan
imun ini akan mengendap pada berbagai macam organ dan terjadi fiksasi komplemen
yang menyebabkan timbulnya keluhan atau gejala pada organ atau tempat yang
21
2.7 Faktor Resiko
LES, yang mana keempat faktor ini saling terkait. Faktor lingkungan dan hormon
berperan sebagai pencetus penyakit pada individu peka genetik. Faktor lingkungan
yang dianggap sebagau pencetus antara lain yaitu infeksi, sinar ultraviolet, pemakaian
Keurigaan akan penyakit LES perlu dipikirkan bila dijumpai 2 atau lebih
berat badan.
Kulit; ruam kupu kupu (butterfly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrane
22
Kecurigaan tersebut dilanjutkan dengan melakukan eksklusi terhadap
penyakit lainnya. Diagnosis SLE dapat ditegakan berdasarkan gambaran klinik dan
mengajukan 11 kriteria untuk klasifikasi SLE, dimana bila didapatkan 4 kriteria maka
Kriteria Definisi
No
1 Bercak malar Eritema datar atau menimbul yang menetap di daerah pipi,
(butterfly rash) cenderung menyebar ke lipatan nasolabial
2 Bercak diskoid Bercak eritema yang menimbul dengan adherent keratotic
scaling dan follicular plugging, pada lesi lama dapat
terjadi parut atrofi
3 Fotosensitif Bercak di kulit yang timbul akibat paparan sinar matahari,
pada anamnesis atau pemeriksaan fisik
4 Ulkus mulut Ulkus mulut atau nasofaring, biasanya tidak nyeri
5 Artritis Artritis nonerosif pada dua atau lebih persendian perifer,
ditandai dengan nyeri tekan, bengkak atau efusi
6 Serositif a. Pleuritis
Riwayat pleuritic pain atau terdengar pleural friction
rub atau terdapat efusi pleura pada pemeriksaan fisik.
atau
b. Perikarditis
Dibuktikan dengan EKG atau terdengar pericardial
friction rub atau terdapat efusi perikardial pada
pemeriksaan fisik
7 Gangguan ginjal a. Proteinuria persisten > 0,5 g/hr atau pemeriksaan +3
jika pemeriksaan kuantitatif tidak dapat dilakukan. atau
b.Cellular cast: eritrosit, Hb, granular, tubular atau
campuran
Psikosis
Tidak disebabkan oleh obat atau kelainan metabolik
(uremia, ketoasidosis atau ketidakseimbangan elektrolit)
9 Gangguan darah Terdapat salah satu kelainan darah
Anemia hemolitik à dengan retikulositosis
Leukopenia < 4000/mm3 pada > 1 pemeriksaan
Limfopenia < 1500/mm3 pada > 2 pemeriksaan
Trombositopenia < 100.000/mm3 tanpa adanya intervensi
obat
10 Gangguan Terdapat salah satu kelainan
imunologi Anti ds-DNA diatas titer normal
23
Anti-Sm(Smith) (+)
Antibodi fosfolipid (+) berdasarkan
kadar serum IgG atau IgM antikardiolipin yang abnormal
antikoagulan lupus (+) dengan menggunakan tes standar
tes sifilis (+) palsu, paling sedikit selama 6 bulan dan
dikonfirmasi dengan ditemukannya Treponema palidum
atau antibodi treponema
11 Antibodi Tes ANA (+)
antinuklear
Peningkatan titers ANA sering terjadi pada anak-anak dengan lupus aktif. Ini
adalah alat penyaringan yang sangat baik, meskipun ANA dapat ditemukan tanpa
penyakit atau dapat dikaitkan dengan kondisi rematik dan lainnya. Tingkat anti-DNA
rantai ganda, yang lebih spesifik untuk lupus, mencerminkan tingkat aktivitas
penyakit. Tingkat serum dari total hemolitik komplemen (CH50), C3, dan C4 akan
menurun pada penyakit aktif dan memberikan ukuran kedua aktivitas penyakit. 4
Artritis Reumatika. Otot dan kekakuan sendi biasanya paling sering di pagi
hari. Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah mulai pada
bilateral, dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi
24
Dermatomiositis. Penyakit mulai dengan perubahan khas pada muka (terutama
pada palpebra) yakni terdapat eritema dan edema berwarna merah ungu kadang-
kadang juga livid. Pada palpebra terdapat telangiektasis, disertai paralisi otot-
leher, toraks, lengan bawah, dan lutut. Manifestasi patognomonik ialah papul
susunan saraf pusat. Gejala yang timbul adalah demam, purpura berupa
2.10 Penatalaksanaan
berkesinambungan serta ditekankan pada beberapa hal yang penting agar tujuan di atas
tercapai, yaitu:
- Obat anti inflamasi non steroidal (OAINS), sesuai panduan diagnosis dan
ringan)
25
- Klorokuin basa 3,5-4,0 mg/kg BB/hari (150-300 mg/hari) (1 tablet klorokuin 250
mg mengandung 150 mg klorokuin basa) catatan periksa mata pada saat awal akan
mg/kg BB/ hari (200-400 mg/hari) dan periksa mata setiap 6-12 bulan.
- Kortikortikosteroid dosis rendah seperti prednison < 10 mg / hari atau yang setara
- Tabir surya: Gunakan tabir surya topikal dengan sun protection faktor sekurang-
Pilar penatalaksanaan LES sedang sama seperti pada LES ringan kecuali pada
pengobatan. Pada LES sedang diperlukan beberapa rejimen obat-obatan tertentu serta
mengikuti protokol pengobatan yang telah ada. Misal pada serosistis yang refrakter: 20
Pilar pengobatan sama seperti pada LES ringan kecuali pada penggunaan obat-
obatannya. Pada LES berat atau yang mengancam nyawa diperlukan obat-obatan
kortikosteroid tetap merupakan obat yang banyak dipakai sebagai anti inflamasi dan
dalam menatalaksana kasus rematik. Dosis rendah sampai sedang digunakan pada
SLE yang relatif tenang. Dosis sedang sampai tinggi berguna untuk SLE yang aktif.
Dosis sangat tinggi dan terapi pulse diberikan untuk krisis akut yang berat seperti pada
26
tergantung kepada dosis dan waktu, dengan meminimalkan jumlah kortikortikosteroid,
seperti lupus nefritis, lupus serebritis, perdarahan paru atau sitopenia, seringkali
Pencegahan17
sangat dingin dan stress emosional. Antara pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
Memakai krim (sunscreen) apabila keluar dari rumah
Memakai pakaian yang menutup ekstremitas
Mengelakkan pemberhentian penggunaan kortikosteroid secara tiba-tiba.
Istirahat
Jika penderita menderita demam atau ada tanda-tanda infeksi maka harus diobati
dengan segera.
Mengkonsumsi vitamin antioksidan untuk mengurangkan efek daripada stress
oksidatif
Perubahan gaya hidup untuk meningkatnya daya imun.
Kelelahan bisa karena sakitnya atau penyakit lain, seperti anemi, demam infeksi,
27
Hindari perubahan cuaca karena mempengaruhi proses inflamasi
Hindari stres dan trauma fisik
Diet sesuai kelainan, misalnya hyperkolestrolemia
Hindari pajanan sinar matahari, khususnya UV pada pukul 10.00 sampai 15.00
Hindari pemakaian kontrasespsi atau obat lain yang mengandung hormon estrogen.
2.11 Komplikasi
Hipertensi (41%)
2.12 Prognosis
kemajuan dalam diagnosis dan perawatan, 5-yr survival rate lebih besar dari 90%..
Penyebab utama kematian pada pasien dengan lupus saat ini termasuk infeksi, nefritis,
penyakit SSP, perdarahan paru-paru, dan infark miokard; yang terakhir mungkin
penyakit kompleks. 1
28
BAB III
KESIMPULAN
penyakit LES merupakan interaksi antara faktor genetik, faktor imunologis, faktor
lingkungan, dan faktor hormonal. Pada LES interaksi antar keempat faktor tersebut
imun yang terdeposisi pada jaringan atau organ yang akhirnya menimbulkan gejala
Gejala klinis dan perjalanan penyakit LES sangat bervariasi. Penyakit dapat
terdapat paling sedikit 4 dari 11 kriteria ACR tersebut, meliputi : butterfly rash, bercak
diskoid, fotosensitf, ulkus mulut, arthritis, serositif, gangguan ginjal, gangguan saraf,
mentosa dan medika mentosa. Tujuan dari terapi LES yaitu untuk meningkatkan
kesintasan dan kualitas hidup pasien LES melalui pengenalan dini dan pengobatan
yang paripurna.
29
30
31
32
33
34
34