Anda di halaman 1dari 3

ALIRAN JABARIYAH

1. Pengertian Jabariyah. S
ecara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabbara yang mengandung arti memaksa dan
mengharuskannya melakukan sesuatu. Salah satu sifat dari Allah Swt adalah al-Jabbar yang
berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya
perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah Swt. Dengan kata lain
adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).

Aliran Jabariyah lahir di Khurasan, Iran pada paruh pertama abad ke-2 H/ ke-8 M, yang
dipelopori oleh Ja’ad bin Dirham ( wafat 124 H/ 724 M).

Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan
manusia telah ditentukan dari semula oleh qaḍa dan qadar Allah Swt. Maksudnya adalah bahwa
setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan
oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam
berbuat, karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah adalah
aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.

MENGENAL TOKOH JABARIYAH


1. Jahm bin Syofwan
Nama lengkapnya adalah Abu mahrus jahm bin shafwan (golongan jabariyah extrim).
Ia berasal dari khurasan, bertempat tinggal di kufah. Ia seorang dai yang fasih dan
lincah(orator). Ia menjabat sebagai sekertaris haris bin surais, seorang mawali yang
menentang pemerintahan bani umayah di khurasan. Ia ditahan kemudian dibunuh secara
politis tanpa ada kaitannya dengan agama.
Sebagai seorang penganut dan penyebar faham jabariyah, banyak usaha yang dilakukan
jahm yang terbesar ke berbagai tempat seperti ke tirmidz dan balk. Pendapat jahm yang
berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut:
a. manusia tidak mampu berbuat apa – apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai
kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat jahm tentang keterpaksaan ini
lebih dikenal dibanding dengan pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam
Allah SWT, meniadakan sifat Allah SWT, dan melihat allah SWT di akherat.
b. surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain allah SWT.
c. iman adalah ma'rifat atau membenarkannya dalam hati. Dalam hal ini, pendapatnya sama
dengan konsep iman yang diajukan oleh kaum murji'ah.
d. kalam allah adalah makhluk. Allah Maha Suci dari segala sifat dan keserupaan dengan
manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat. Begitu pula dengan Allah SWT, Dia
tidak dapat dilihat dengan indera mata di akherat kelak.

Dengan demikian ,dalam beberapa hal pendapat jahm hampir sama dengan murji'ah,
mu'taziah, dan asy'ariyah.

2. Ja'd bin Dirham


Ja'd ( golongan Jabariyah extrim) adalah seorang Maulana Bani Hakim, ia tinggal di
Damaskus. Ia dibesarkan didalam lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan
teologi. Semula ia dipercaya untuk mengajarkan dilingkungan pemerintah Bani Umayah,
tetapi setelah tampak pemikiran – pemikirannya yang kontroversial, Bani Umayah
kemudian memberhentikannya. Kemudian Ja'd lari ke Kufah dan disana ia bertemu dengan
Jahm serta menstransfer pemikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan
disebarluaskan.
Doktrin pokok Ja'd secara umum sama dengan pemikiran Jahm. Al-ghuraby
menjelaskannya sebagai berikut:
a. Al – Quran itu adalah makhluk. Oleh karena itu ia baru. Sesuatu yang baru tidak bisa
disifatkan kepada Allah.
b. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk seperti berbicara,melihat,dan
mendengar.
c. manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

3. An – Najjar
nama lengkapnya adalah Husain Bin Muhammad An – Najjar (wafat 230 H). Ia adalah
tokoh Jabariyah moderat. Jabariyah moderat mengatakan bahwa Allah SWT memang
menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan baik maupun perbuatan jahat, tetapi
manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia
mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilh yang dimaksud dengan kasab
(acquisition). Menurut faham kasab manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Allah
SWT),tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta
perbuatan , tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan oleh Alah SWT.
Sedangkan menurut An – Najjar, Allah SWT tidak dapat dilihat di akherat. Akan tetapi, An
– Najjar menyatakan bahwa Allah SWT dapat saja memindahkan potensi hati (ma'rifat)
pada mata sehingga manusia dapat melihat Allah SWT.
4. Adh – Dhirar
nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama
dengan An – Najjar sehingga ia tergolong kaum Jabariyah moderat. Menurutnya manusia
tidak hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang. Manusia mempunyai bagian dalam
mewujudkan perbuatannya dan tidak semata – mata dipaksa dalam melakukan
perbuatannya. Secara tegas Adh – Dhirar mengatakan bahwa satu perbuatan dapat
ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersama – sama. Artinya, perbuatan manusia tidak
hanya ditimbulkan oleh Allah SWT, tetapi juga oleh manusia itu sendiri. Manusia turut
berperan dalam mewujudkan perbuatan – perbuatannya.
Mengenai melihat Allah SWT di akherat kelak, Adh-Dhirar mengatakan bahwa Allah
SWT dapat dilihat di akherat melalui indera keenam. Ia juga berpendapat bahwa hujjah
yang dapat diterima setelah nabi adalah ijtihad. Hadist Ahad tidak dapat dijadikan sumber
dalam menetapkan hukum.

Anda mungkin juga menyukai