Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infertilitas (ketidaksuburan) adalah pasangan suami- istri yang menjalani

hubungan seksual secara teratur (2-3 kali seminggu) tanpa kontrasepsi selama 12

bulan dan tidak terjadi kehamilan. Infertilitas dapat disebabkan 40% dari pihak

suami, 40% dari istri dan 20% dari kedua belah pihak. Infertilitas ini membutuhkan

perhatian di seluruh dunia maupun di Indonesia, karena banyaknya pasangan infertil

di Indonesia khususnya pada wanita yang pernah kawin tapi tidak mempunyai anak.

Menurut World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah pasangan

infertilitas sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada si Ayah, sedangkan 64%

berada pada si Ibu. Di negara-negara maju seperti Amerika dan Jepang ditemukan

kasus infertil baik dari laki-laki maupun perempuan sekitar 80% jumlah pasangan

infertil diperoleh ± 400 juta pasangan (Siswono, 2003).

Faktor-faktor organik/psikologi merupakan penyebab terjadinya infertilitas

karena kekakuan yang berlebihan (emotion stress) dapat juga menurunkan kesuburan

wanita. Selain itu pendapat umum mengatakan bahwa ketegangan jiwa/kecemasan

dapat menyebabkan tekanan di daerah antara uterus dan tuba (utero- tubal junction).

Di negara Jugoslavia ditemukan 678 kasus dengan keluhan tidak mempunyai

keturunan, 544 kasus (81,6%) disebabkan oleh kelainan organik. Penyebab infertilitas

pun harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu Istri dan Suami. Salah satu bukti

1
2

bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu kesatuan adalah adanya faktor

immunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu pasangan. Diketahui

bahwa 40% penyebabnya datang dari pihak istri, yaitu 30-50% karena tuba, 40%

karena ovulasi, 8% karena endometrosis, 10% karena masalah vagina, serviks,

korpus dan endometrium, 8% psikologis, dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui

(idiopatik), 16% penyebab yang multifaktorial dari suami maupun istri (Henderson,

2006).

Beberapa daerah di Indonesia, wanita seringkali disalahkan menjadi penyebab

infertilitas yang tidak bisa hamil. Padahal, masalah infertilitas dapat berasal dari

pihak laki-laki, perempuan ataupun interaksi keduanya. Secara umum, negara dan

pola global infertilitas sekunder mirip dengan infertilitas primer dengan adanya

pengumpulan data secara luas pada waktu kehamilan. Di Indonesia, angka kejadian

perempuan infertil 15% pada usia 30-34 tahun, meningkat 30% pada usia 35-39

tahun dan 64 % pada usia 40- 44 tahun.

Diperoleh data jumlah infertilitas di Indonesia sebanyak 12% pasangan, jumlah

ini sama dengan 3 juta pasangan menikah, dari jumlah tersebut 10% mengalami

infertilitas primer, atau belum terjadi kehamilan walaupun pasangan tersebut

mengalami bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan

selama 12 bulan berturut-turut. 10% lainnya akibat infertilitas primer, atau belum

berhasil lagi untuk hamil, umumnya 32,7% hamil dalam satu bulan 57% hamil dalam

3 bulan, 72,1% hamil dalam waktu 6 bulan, 85% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam

24 bulan (Robert, 2003).


3

Seringkali ketidakberhasilan memperoleh keturunan (infertilitas) pada sebagian

Pasangan Suami Istri (Pasutri) terjadi pada Pasangan Usia Subur (PUS). Infertilitas

ini diperkirakan dialami sekitar 14-17% PUS, yang sekitar 60% diantaranya

disebabkan oleh faktor Wanita, dan 20% diantaranya dikarenakan anovulasi.

Sepertinya sudah terbiasa, bila suatu pasangan infertil, maka sang perempuanlah yang

paling dicurigai, bahkan langsung divonis sebagai penyebabnya. Karena

kemungkinan ketidaksuburan bisa datang dari suami, istri, atau kedua belah pihak

bersamaan. Keengganan pasangan atau kebanyakan suami untuk ikut serta

memeriksakan diri, akan lebih menyulitkan mencari apa penyebabnya dan bagaimana

menentukan terapinya.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Rumah bersalin Bunda Natama

Medan, ada 8 orang Wanita Usia Subur, diantaranya 5 orang yang tidak mengerti

tentang infertilitas dimana 2 orang diantaranya adalah Infertilitas sekunder dan 3

Wanita Usia Subur yang mengerti tentang infertilitas. Berdasarkan latar belakang di

atas maka peneliti terdorong untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan dan Sikap

Wanita Usia Subur Tentang Infertilitas di Rumah Bersalin Bunda Natama Medan

Tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis dapat merumuskan

masalah bagaimanakah “Gambaran Pengetahuan dan Sikap WUS Tentang Infertilitas

di Rumah bersalin Bunda Natama Medan Tahun 2013 ?”.


4

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Tentang

Infertilitas di Rumah Bersalin Bunda Natama Medan Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur tentang infertilitas.

2. Untuk mengetahui sikap Wanita Usia Subur tentang infertilitas.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang

berkaitan antara lain:

1. Bagi Wanita Usia Subur

Dapat menambah wawasan tentang infertilitas meliputi pengertian, jenis

infertilitas, penyebab dan penanganan pada infertilitas.

2. Bagi peneliti

Dapat menerapkan penelitian bidang kebidanan dalam menyusun laporan

penelitian yang berkaitan tentang pengetahuan dan sikap WUS tentang

infertilitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang tecakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkatan

yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan , mendefenisikan , menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara besar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

5
6

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melekatkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap

suatu materi atau objek. Penelitian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada

(Notoatmodjo, 2003).
7

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Umur

Umur merupakan lamanya hidup dalam kandungan dihitung sejak dilahirkan

hingga saat ini. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola

kehidupan baru (Notoadmojo, 2007).

2. Pendidikan

Pendidikan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan

itu perlu dipertimbangkan umur dan hubungan dengan proses belajar. Pendidikan

adalah jenjang atau lamanya seseorang dibangku sekolah yang dibuktikan dengan

ijazah. Pendidikan penutup manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya

yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat

mendapatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang semakin mudah untuk mendapatkan informasi dan

pengetahuan yang di miliki semakin bagus sehingga penggunaan komunikasi

dapat secara efektif akan dapat dilakukannya (Hidayat, 2005).

3. Pekerjaan

Dalam sebuah pekerjaan dimana seseorang ada yang bermacam-macam sesuai

dengan aktivitasnya, aktivitas yang dilakukan seseorang dapat mempegaruhi

perkembangan lingkungan pekerjaan. Pekerjaan memberikan pengaruh besar jika

pekerjaan yang dilakukan bertanggung jawab dan efisien (Notoadmojo, 2007)


8

4. Informasi

Menurut Hary (2007), akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Memiliki pendidikan yang rendah tapi jika ia mendapatkan informasi yang baik

dari berbagai media misalnya: TV, Radio, atau surat kabar maka hal itu akan

meningkatkan pengetahuan seseorang.

2.2. Sikap

Sikap adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap lingkungan

yang dapat menilai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara deskriptif

sikap berarti keadaan jiwa (mental) dan keadaan berfikir di organisasi melalui

pengalaman, mempengaruhi secara langsung atau tidak pada perilaku.

Faktor yang mendukung sikap ini terjadi beberapa tingkat yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau memperhatikan stimulasi yang diberikan

(objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible).

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan cara langsung dan cara tidak langsung.

Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden

hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.


9

2.3. WUS (Wanita Usia Subur)

Wanita Usia Subur (WUS) berdasarkan konsep Departemen Kesehatan (2003)

adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15 – 45 tahun baik yang berstatus

kawin, janda maupun yang belum nikah. Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita

yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun.

Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan

ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95%

untuk hamil. Pada usia 30-an presentasinya menurun sehingga 90%. Sedangkan

memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil hingga menjadi 40% setelah usia

40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.

2.4. Infertil

2.4.1. Definisi

Infertilitas atau ketidaksuburan adalah kesulitan untuk memperoleh keturunan

pada pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi dan melakukan sanggama secara

teratur (Depkes RI, 2010).

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil atau menghamili setelah satu

tahun secara teratur menjalani hubungan intim tanpa penggunaan alat kontrasepsi

(MedicineNet.Infertility, 2009).

Infertilitas adalah kegagalan sepasang suami istri untuk hamil selama 12 bulan

atau lebih dengan koitus yang teratur dan tanpa menggunakan alat kontrasepsi

(Wiknjosastro, 2008). Infertilitas adalah tidak terjadi konsepsi setelah satu tahun

(Scott, 2009).
10

Infertilitas adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak

menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup (Hermawanto, 2010).

Infertilitas adalah keadaan di mana tidak terjadi kehamilan setidaknya 12 bulan

setelah sanggama tanpa kontrasepsi (Darsono, 2008).

2.4.2. Klasifikasi Infertil

Infertil dapat dibagi dua menurut (Wiknjosastro 2005) yaitu:

1. Infertil wanita primer adalah dimana seorang wanita belum pernah hamil sama

sekali walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan

selama 12 bulan.

2. Infertil wanita sekunder adalah dimana seorang wanita pernah hamil, akan tetapi

kemudian tidak dapat terjadi lagi kehamilan walaupun bersanggama dan

dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

2.4.3. Etiologi

1. Faktor wanita (60-70%)

a. Faktor vagina (3%-5%)

Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian air mani ini ialah

adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan jenis pertama adalah sumbatan

psikogen yang disebut juga vaginismus dan yang kedua adalah sumbatan

anatomis berupa vaginitis atau radang pada vagina yang biasa disebabkan oleh

candida albicans atau trikomonas sejenis kuman yang hidup di dalam vagina

ini dapat menghambat gerak spermatozoa.


11

b. Serviks (1%-10%).

Infertilitas yang berhubugan dengan faktor serviks dapat disebabkan oleh

sumbatan kanalis servikalis, lendir serviks yang abnormal, malposisi dari

serviks atau kombinasinya. Terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang

berperan dalam infertilitas, yaitu cacat bawaan (atresia), polip serviks,

peradangan (servisitis menahun), inseminasi yang tidak adekuat. Vaginitis

yang disebabkan oleh trikomonas vaginalis dan kandida albicans dapat

menghambat motilitas spermatozoa akan tetapi pHnya tidak mengahambat

motalitasnya.

c. Uterus (4%-5%)

Adanya kelainan rongga rahim karena perlengketan, mioma atau polip,

peradangan endometrium dan gangguan kontraksi rahim, dapat mengganggu

transportasi spermatozoa. Kalaupun sampai terjadi kehamilan biasanya

kehamilan tersebut akan berakhir sebelum waktunya.

d. Tuba fallopi (65%-80%)

Paling banyak ditemukan dalam masalah infertilitas. Diantara tuba yang

membesar seluruhnya ataupun yang menebal karena adanya kerusakan

dinding tuba akibat infeksi atau endometriosis, tuba yang memendek akibat

peradangan sebelumnya, fibriosis atau pembentukan jaringan ikat, serta

perlengketan tuba yang menganggu pergerakan fimbria.


12

e. Ovarium(5%-10%)

Gangguan pada ovarium (indung telur), seperti adanya tumor atau kista

endometriosis bisa mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi. Sebab bagaimana

bisa terjadi pembuahan bila tidak ada sel telur yang akan dibuahi (Manuaba,

2002).

f. Anovulasi (35%)

Menurut Inayatullah (2008) salah satu penyebab infertilitas (ketidaksuburan)

adalah anovulasi yaitu 35%. Anovulasi adalah tidak ada sel telur berarti tak

akan ada kehamilan. Ovulasi dan menstruasi adalah satu rangkain orkestrasi

kejadian hormonal didalam tubuh wanita, yang berarti mencerminkan suatu

peristiwa yang teratur dan periodik.

g. Kelainan Pada Peritoneum

Masalah peritoneum sebagai faktor penyebab infertil presentasinya sekitar 5-

10%. Endometriosis adalah penyebab yang paling sering dijumpai laparoskopi

diagnostik telah menjadi bagian integral terakhir pengelolahan infertilitas

untuk memeriksa masalah peritoneum. Pada umumnya tidak mendiagnosa

kelainan yang sama, khususnya pada istri pasangan yang berumur 30 tahun

lebih, atau yang telah mengalami infertilitas selama 3 tahun lebih.

laparoskopi diagnostik dilakukan 6-8 bulan setelah pemeriksaan infertilitas

dasar selesai dilakukan (Winkjosastro, 2005).


13

2. Faktor laki-laki (30-40%)

Meliputi kelainan sperma, penyempitan saluran mani karena infeksi bawaan,

faktor imunoglobik/antibody, antisperma, serta faktor gizi.

3. Gabungan

Yaitu biasa dari kedua-duanya (suami dan istri mengalami infertil).

4. Idiopatik

Faktor ini sekitar 10% dari kejadian infertilitas setelah semua pemikiran

dilakukan penyebab infertilitas dapat saja tidak diketahui atau terdeteksi. (Scott,

2004).

5. Gaya hidup

Gaya hidup ternyata memegang peranan penting dalam menyumbang angka

kejadian infertilitas, yakni sebesar 15-20%. Gaya hidup yang serba cepat dan

kompetitif dewasa ini rentan membuat seseorang terkena stress. Padahal kondisi

jiwa yang penuh gejolak bisa menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan

spermatogenesis, spasme tuba fallopi, dan menurunnya frekuensi hubungan

suami istri (Kurniawan, 2008).

a. Kegemukan

Timbunan lemak dapat mengganggu kinerja organ tubuh, termasuk organ-

organ reproduksi. Padahal gangguan haid berpengaruh langsung pada

perhitungan matangnya sel telur, sedangkan hubungan seks di luar masa subur

berpeluang tipis menghasilkan pembuahan. Pada pria gemuk terjadi

penumpukan lemak dimana-mana, termasuk di daerah pubis (bagian atas


14

kemaluan), sehingga penisnya tampak pendek dan kecil (Sarasvati, 2010).

Akibatnya, dapat menghambat kontak seksual. Selain itu, obesitas juga

berpengaruh pada metabolisme testosterone. Padahal hormon ini menjamin

berkembangnya organ reproduksi, timbulnya ciri-ciri seks sekunder laki-laki

sebelum pubertas dan berlangsungnya spermatogenesis (pembentukan sperma).

Serta mempertahankan fungsi seksual setelah pubertas (Kurniawan, 2008).

b. Kelewat kurus

Gangguan siklus haid pada umumnya dialami oleh wanita yang sangat kurus,

misalnya pada atlet lari jarak jauh, model, penari balet, atau pun mereka yang

mengalami pengurangan berat badan secara signifikan dan mendadak. Bisa di

mengerti karena dalam tubuh, lemak antara lain berfungsi melancarkan

metabolisme (Kurniawan, 2008).

c. Lingkungan

Salah satunya, polusi udara akibat kebiasaan merokok maupun buang timbal

dari kendaraan bermotor. Mereka yang terpapar zat-zat polutan terbukti

mengalami penurunan kualitas sperma. Begitu juga pemakaian ganja, kokain,

dan heroin disinyalir menyebabkan gangguan sekresi hormon gonadotropin

dan prolaktin yang bertujuan pada penghambatan pelepasan sel telur pada

wanita (Puspayanti, 2008)

d. Akrab dengan minuman alkohol

Konsumsi alkohol pada wanita akan menekan produksi hormon esterogen

dan progesteron namun meningkatkan prolaktin yang akan menghambat


15

proses ovulasi. Pada pria alkohol akan menurunkan ukuran testis, volume

semen (air mani), maupun konsentrasi (kepekatan), mobilitas (kecepatan

bergerak), serta morfologi normal spermatozoa.

e. Obat-obatan

Obat-obatan tertentu yang termasuk golongan narkotik maupun obat-obatan

kedokteran, seperti beberapa jenis antibiotik, obat darah tinggi, obat sakit

maag, obat anti kejang, maupun obat-abatan yang digunakan dalam terapi

melawan kanker dapat menurunkan kesuburan wanita dan mempengaruhi

kualitas sperma.

f. Olahraga berlebihan

Pada wanita, olahraga berlebihan bisa menyebabkan sulit hamil karena

mengganggu siklus haid. Diduga akibat penurunan produksi gonadotropin

serta peningkatan produksi endorphin dan kortisol.

g. Perilaku merokok

Perokok aktif maupun perokok pasif (hanya menghirup asap rokok)

cenderung mengalami penurunan gairah bercinta. Ini disebabkan karena

nikotin yang larut dalam darah menghalangi pembentukan ion besi feri

menjadi fero, Sehingga tubuh kekurangan zat besi dan haemoglobin darah.

Efeknya, tubuh pun akan kehilangan energi.


16

2.2.4. Penanganan pada Infertilitas

1. Pemeriksaan

Penanganan infertilitas dapat dibedakan penanganan pada pria dan wanita.

Penanganan pada wanita dapat dibagi dalam beberapa langkah yang digambarkan

sebagai berikut:

Langkah 1 (anamnesis) :

Cara yang terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak

faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan pada pasien.

Anamnesis meliputi hal-hal berikut:

a. Lama infertilitas.

b. Riwayat haid, ovulasi (masa subur) dan dismenorhea (nyeri saat haid).

c. Riwayat sanggama, frekuensi sanggama, adakah nyeri saat bersanggama.

d. Riwayat komplikasi pasca melahirkan keguguran, kehamilan ektopik, kehamilan

terakhir.

e. Kontrasepsi yang pernah digunakan .

f. Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.

g. Riwayat penyakit yang sistemik (TBC, DM, tiroid).

h. Pengobatan radiasi.

i. Riwayat bedah perut dan ginekologi.

j. Riwayat penyakit radang panggul, infeksi kelamin.

k. Riwayat keluar asi.

l. Pengetahuan tentang kesuburan.


17

Langkah 2 (Analisis hormonal).

Dilakukan jika dari hasil anamnesis ditemukan riwayat atau sedang

mengalami gangguan haid, atau dari pemeriksaan dengan suhu basal ditemukan

ovulasi. Terlalu banyaknya kadar hormon prolaktin dalam darah menyebabkan

gangguan sekresi yang akibatnya terjadi anovulasi. Disertai gangguan haid, perlu

dipikirkan ada tumor di hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi

informasi tentang penyebab tidak terjadinya haid.

Langkah III (Uji pasca sanggama).

Tes ini dapat memberi informasi tentang interaksi antara sperma dan getah

serviks. Untuk pelaksanaan uji pasca sanggama jika hasilnya negative, perlu

dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil uji pasca sanggama yang normal

dapat menyimpulkan penyebab infertilitas suami.

Langkah IV (Penilaian ovulasi).

Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal. SBB

dikerjakan setiap hari pada saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur,

atau sebelum makan dan minum. Jika wanita memiliki siklus haid berovulasi, grafik

akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran

grafiknya monofasik.

Langkah V (Pemeriksaan bakteriologi).

Perlu dilakukan pemeriksaan bakterologi dari vagina dan portio. Infeksi akibat

clamydia trachomatis dan gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba. Jika

ditemukan riwayat abortus berulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumya

perlu dilakukan pemeriksaan terhadap TORCH.


18

Langkah : VI (Analisis fase luteal).

Kadar ekstradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi

dan keadaan seperti ini sering ditemukan pada infertilitas yang tidak dapat di jelaskan

penyebabnya. Pengobatan kopus luteum yang tidak normal dengan pemberian

sediaan progesteron alamiah.

Langkah VII (Diagnosis tuba fallopi).

Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual pemeriksaan

tuba menjadi sangatlah penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan

anovulasi merupakan penyebab terjadinya infertilitas. Untuk mengetahui kelainan

pada tuba tersedian berbagai cara, yaitu uji insuflasi gambaran tuba fallopi secara

USG dan Laparaskopi.

Penanganan pada pria pada umumnya adalah dengan analisis sperma. Dari

hasil analisis sperma dapat terlihat kualitas dan kuantitas dari spermatozoa. Jika

ditemukan fruktosa di dalam semen, menunjukkan tidak adanya kelainan vesikula dan

vasa seminalis yang bersifat kongenital. Langkah-langkah penanganan infertilitas dari

yang paling sederhana sampai yang paling rumit sekalipun, semua dilakukan secara

bertahap dengan mengobati satu atau lebih faktor spesifik.

2. Pengobatan metode untuk infertilitas

a. Di rumah konsepsi kit

Ini dengan metode inseminasi rumah topi serviks memungkinkan semua air mani

untuk ditempatkan melawan leher rahim selama enam jam memungkinkan semua

sperma yang tersedia untuk ditempatkan langsung pada serviks. Untuk sperma
19

rendah, mortilitas sperma rendah, atau leher rahim miring menggunakan penutup

serviks akan membantu dalam pembuahan.

b. Inseminasi buatan

Proses bantuan reproduksi di mana sperma disuntikkan dengan kateter ke dalam

vagina (intracervical insemination) atau rahim (intrauterine insemination) pada

saat calon ibu mengalami ovulasi. Proses inseminasi buatan berlangsung singkat

dan terasa seperti pemeriksaan papsmear. Dalam dua minggu, keberadaan janin

sudah bisa dicek dengan tes kehamilan. Bila gagal, prosesnya bisa diulang

beberapa kali sampai berhasil. (Umumnya bila setelah 3-6 siklus tidak juga

berhasil, dokter akan merekomendasikan metode bantuan reproduksi lainnya).

2.5. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel penelitian

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia


Subur Tentang Infertilitas di Rumah bersalin
Bunda Natama Medan Tahun 2013
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penilitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif untuk mengetahui gambaran

pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur tentang infertilitas di Rumah Bersalin

Bunda Natama Medan Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk menjadi tempat penelitian adalah Rumah Bersalin

Bunda Natama Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari penelusuran pustaka melakukan survei

awal, dan pengambilan data penelitian yakni bulan Januari sampai Juni 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wanita Usia Subur yang infertil

maupun non infertil yang berkunjung ke Rumah Bersalin Bunda Natama Medan dari

bulan Januari - Juni 2013 sebanyak 87 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh jumlah populasi dengan metode tertentu (Notoadmojo, 2005)

20
21

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu

cara pengambilan dengan mengambil responden atau Wanita Usia Subur secara

kebetulan. Rumusan yang dapat digunakan untuk menentukan besar sampel menurut

Nursalam (2003) adalah :

N
n=
1  N (d ) 2

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1)

Jumlah Populasi yang digunakan N : 87 Orang dan ketetapan yang diinginkan

(d) yaitu : 0,1

N
n =
1  N (d ) 2

87
n =
1  87(0,1) 2

87
n = = 46,52 dibulatkan menjadi 46.
1,87

Jadi sampel yang digunakan sebanyak 46 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan penyebaran kuesioner

kepada responden dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada responden


22

tentang tujuan penelitian dan penjelasan singkat tentang kuesioner, menjelaskan cara

pengisian kuesioner yang telah diberikan adalah pernyataan.

3.5 Definisi Operasional

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui Wanita Usia Subur tentang

infertilitas, meliputi pengertian, penyebab, jenis dan penanganan infertilitas.

2. Sikap adalah tanggapan responden terhadap infertilitas, meliputi pengertian,

penyebab, jenis dan penanganan terhadap infertilitas .

3.6. Aspek pengukuran

3.6.1. Pengetahuan

Untuk mengukur secara umum pengetahuan WUS (Wanita Usia Subur),

peneliti memberi 10 pernyataan dengan pilihan benar atau salah.

Nilai tersebut dapat dikategoikan sebagai berikut:

a. Baik : Bila responden dapat menjawab pernyataan dengan benar 8-10

pernyataan.

b. Cukup : Bila responden dapat menjawab pernyataan 5-7 pernyataan dengan

benar.

c. Kurang : Bila responden dapat menjawab <5 pernyataan dengan benar.

3.6.2. Sikap

Aspek pengukuran sikap dilakukan berdasarkan jawaban responden dari

semua pernyataan sikap, dimana responden diminta untuk membubuhkan tanda


23

checklist pada salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Skala pengukuran

digunakan skala likert untuk kuesioner (Arikunto, 2003).

Jawaban : Sangat Setuju (SS) nilai 5

Setuju (S) nilai 4

Kurang Setuju (KS) nilai 3

Sangat Tidak Setuju (STS) nilai 1

Untuk menentukan rentangan nilai:

Jika responden memilih alternatif yang memenuhi syarat atau kriteria maka diberi

nilai tertinggi atau maksimum 5x20=100, dan nilai terendah atau minimum 1x20=20.

a. Baik : bila skor responden  50%.

b. Kurang baik : bila skor responden < 50%.

3.7. Pengolahan Data Dan Analisa Data

3.7.1. Pengolahan data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau

angka ringkasan dengan menggunakan cara pengolahan data bertujuan untuk

mengolah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang halus sehingga

memberikan arah untuk pengkajian yang lebih lanjut (Sudjana, 2001: 128).

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan

komputerisasi program SPSS (statiscal product and service solution) karena program

ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data

pada lingkungan grafis menggunakan menu deskriptif dan kotak-kotak dialog

sederhana, sehingga mudah dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007).


24

Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-langkah berikut:

a. Editing

Dilakukan pengecekan terhadap perlengkapan data dan kebenaran data yang

terkumpul dengan memeriksa dan melakukan pendataan ulang kembali kesalahan

dan kekurangan.

b. Coding

Kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan data dan analisis data

menggunakan komputer. Data yang telah diedit, diubah dalam bentuk angka atau

kode nama responden yaitu: 1,2,3,.......46, umur yaitu 1= < 25 tahun, 2 = 25-30

tahun, 3 = >30 tahun, pendidikan yaitu 1= SD, 2 = SMP, 3 = SMA, 4 =D3, 5 =

S1, pekerjaan yaitu : 1= IRT, 2 = Petani, 3 = Wiraswasta, 4 = PNS, sumber

informasi yaitu 1 = Keluarga, 2 = Media cetak, 3 = Media Elektronik, 4 = Tenaga

Kesehatan. Selanjutnya dimasukkan kedalam lembaran tabel kerja untuk

mempermudah pengolahan.

c. Scoring

Memberikan skor (skoring) pada setiap jawaban yang diberikan responden yang

kemudian diberi skor, skor pada masing-masing jawaban pada pengetahuan

responden “benar” skor 1, “salah” skor 0, dan pada sikap responden “Sangat

Setuju” skor 5, “Setuju” skor 4, “Kurang Setuju” skor 3, “Tidak Setuju” skor 1,

selanjutnya menghitung seluruh skor jawaban dari pernyataan yang diberikan.


25

d. Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan kesimpulan,

data dimasukkan dalam bentuk distribusi tabel frekuensi dengan memberikan skor

terhadap jawaban-jawaban responden pada kuesioner (Hidayat, 2007).

3.7.2. Analisa Data

Analisa data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing

responden, lalu ditampilkan dengan table distribusi frekuensi, apabila datanya sudah

terkumpul, lalu diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: data kuantitatif berupa

angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol, analisa

dilanjutkan dengan mengunakan teori pustaka yang ada. Teknik analisa data yang

digunakan untuk melihat bagaimana pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur

tentang infertilitas.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Tempat Penelitian

Rumah Bersalin Bunda Natama atau klinik spesialis Ibu dan Anak terletak di

Jalan Kapten Muslim no 86 A-B Medan. Rumah Bersalin Bunda Natama Medan yang

didirikan oleh dr. Mangatas Silaen Sp.OG yang mempunyai tugas pokok yaitu

melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna, dengan

mengutamakan upaya kesehatan ibu dan anak yang dilaksanakan secara terpadu

dengan melalui konsultasi, pengobatan, pencegahan dan upaya rujukan. Selain

konsultasi kebidanan Klinik Bunda Natama Medan juga menyediakan ruang

konsultasi bagian anak dan dr. Nelly Rosdiana, Sp.Ak sebagai dokter penanggung

jawab spesialis penyakit anak. Dari hasil observasi melalui pengamatan dari daftar

pasien jumlah pengunjung atau yang konsultasi bagian kebidanan terutama tentang

infertilitas dari Januari – Juni tahun 2013 sebanyak 39 pasangan suami istri yakni

infertil primer maupun yang sekunder, kemudian setelah dilakukan pemeriksaan pada

pasangan, akan dilanjutkan untuk menentukan terapinya. Pada kasus ini dr Mangatas

akan berkolaborasi dengan dokter lainya untuk melakukan penanganan/terapi sesuai

dengan hasil pemeriksaan. Klinik ini mempunyai 2 orang dokter, 11 orang Staf

Pegawai Bidan dan 2 orang Staf bagian administrasi.

26
27

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan judul “Gambaran Pengetahuan

Dan Sikap Wanita Usia Subur Tentang Infertilitas Di Rumah Bersalin Bunda Natama

Medan Tahun 2013, dengan jumlah responden sebanyak 46 orang, maka hasil

penelitiannya adalah sebagai berikut:

4.2.1. Karakteristik Responden


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
di Rumah Bersalin Bunda Natama Medan
Tahun 2013
No Karakteristik Responden Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Umur
< 25 Tahun 15 32,6
25-30 Tahun 17 37
> 30 Tahun 14 30,4
Jumlah 46 100,0
2 Pendidikan
SD 7 15,2
SMP 13 28,3
SMA 16 34,8
D3 6 13
S1 4 8,7
Jumlah 46 100,0
3 Pekerjaan
IRT 20 43,5
PETANI 3 6,5
SWASTA 18 39,1
PNS 5 10,9
Jumlah 46 100,0
4 Sumber Informasi
Keluarga 15 32,6
Media Cetak 16 34,8
Media Elektronik 11 23,9
Tenaga Kesehatan 4 8,7
Jumlah 46 100,0
28

Dari tabel 4.1. dapat dilihat bahwa responden mayoritas berusia antara 25-30

yaitu 17 orang (37,0%), berpendidikan SMA yaitu 16 orang (34,8%), memiliki status

pekerjaan mayoritas sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu 20 orang (43,5%). Sumber

informasi yang terbanyak berasal dari media cetak yaitu 16 orang (34,8%)

4.2.2. Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Infertilitas

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Wanita Usia Subur
Tentang Infertilitas di Rumah Bersalin Bunda Natama Medan Tahun 2013.

NO Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)


1 Baik 7 15,2
2 Cukup 19 41,3
3 Kurang 20 43,5
Total 46 100,0

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang infertilitas,

mayoritas berpengetahuan kurang yaitu 20 orang (43,5%), dan minoritas

berpengetahuan baik yaitu 7 orang (15,2%).

4.2.3. Sikap Wanita Usia Subur Tentang Infertilitas

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap Wanita Usia Subur Tentang Infertilitas
di Rumah Bersalin Bunda Natama Medan Tahun 2013.

No Sikap Frekuensi (F) Persentase (%)


1 Baik 44 95,6
2 Kurang baik 2 4,4
Total 46 100,0
29

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sikap responden tentang infertilitas yaitu:

mayoritas bersikap baik yaitu 44 orang (95,6%), dan minoritas kurang baik yaitu 2

orang (4,4%).

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Infertilitas di Rumah Bersalin

Bunda Natama Medan

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang infertilitas,

mayoritas berpengetahuan kurang yaitu 20 orang (43,5%), dan minoritas

berpengetahuan baik yaitu 7 orang (15,2%), sumber informasi terbanyak dari media

cetak yaitu 16 orang (34,8%).

Kurangnya pengetahuan Wanita Usia Subur tentang infertilitas, dapat

diasumsikan oleh peneliti disebabkan karena adanya latar belakang yang mayoritas

pendidikan responden terakhir SMA. Pendidikan sangat berpengaruh pada

pengetahuan, dimana pendidikan responden yang mayoritas SMA. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan Hurlock (2009), yang mengatakan bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan dan keterampilan akan

semakin baik juga. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan

tanggapan yang lebih rasional dibandingkan orang yang berpendidikan rendah.

Secara umum Wanita Usia Subur yang berkunjung ke Rumah Bersalin Bunda

Natama Medan, mengakui bahwa infertilitas itu adalah kemandulan atau mutlak tidak

bisa mempunyai keturunan, ada juga berpendapat bahwa infertilitas itu hanya dapat

disebabkan oleh wanita dan bersifat keturunan. Responden juga mengetahui salah
30

satu penyebab dari infertilitas atau ketidaksuburan adalah gaya hidup yang tidak sehat

seperti merokok dan akrab dengan minuman alkohol tapi masih banyak responden

infertil berperilaku merokok.

Pengetahuan mampu mengubah suatu kondisi yang biasa menjadi sangat

bermanfaat. Selain umur, pendidikan juga berpengaruh pada proses belajar seseorang.

Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah untuk memperoleh informasi serta

dapat menentukan mudah tidaknya seseorang untuk menyerap dan memahami sesuatu

yang diperoleh. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang cenderung akan

memperoleh informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Selain itu, sumber

informasi juga sangat penting untuk menunjang pengetahuan seseorang, mengingat

banyak sumber media, baik itu dari keluarga, media cetak, media elektronik, dan

tenaga kesehatan, dari tabel 4.2 dapat dilihat sumber informasi terbanyak dari media

cetak. Demikian juga dilihat dari pekerjaan, pekerjaan seseorang erat kaitannya

dengan keinginan untuk memperluas pengetahuan, dimana pengetahuan itu dapat

mempengaruhi pandangan seseorang terhadap suatu objek.

4.3.2. Sikap Wanita Usia Subur tentang infertilitas

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sikap responden tentang infertilitas yaitu:

mayoritas bersikap baik yaitu 44 orang (95,6%), dan minoritas kurang baik yaitu 2

orang (4,4%). Baiknya sikap responden terhadap pengertian, jenis, penyebab dan

penaganan pada infertilitas.

Menurut Azwar (2008), sikap akan terwujud dalam respon dan tindakan

tergantung pada situasi yang terjadi saat itu, dan biasanya sikap akan diikuti/tidak
31

diikuti oleh tindakan yang mengacu pada pengalaman orang lain ataupun respon yang

berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang, sikap dapat

membatasi dan memudahkan serta menerapkan pengetahuan dan tindakan terhadap

infertilitas bagi Wanita Usia Subur yang infertil. Saat dilakukannya penelitian,

penulis melakukan wawacara apakah salah satu penyebab dari infertilitas, sebagian

dari responden mengatakan penyebab dari infertilitas yaitu dari gaya hidup yang tidak

sehat seperti merokok dan akrab dengan minuman alkohol, sebagian berpendapat

infertilitas hanya terjadi pada wanita saja. Penulis beramsumsi bahwa, sikap yang

baik tentang infertilitas dapat menurunkan resiko terjadinya infertil pada Wanita Usia

Subur. Apabila WUS sudah tahu informasi tentang infertilitas salah satu penyebabnya

maka WUS dapat menghindari kebiasaan buruk seperti gaya hidup yang tidak sehat,

sehingga menurunkan resiko terjadi infertil.

Asumsi penulis, bahwa seorang WUS yang memiliki sikap yang tidak baik

tentang infertilitas akan berpengaruh terhadap tingkat kejadian infertil, begitu juga

sebaliknya apabila WUS memiliki sikap yang baik terhadap infertilitas akan

menurunkan terjadinya infertil.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan responden tentang infertilitas di Rumah Bersalin Bunda Natama,

mayoritas berpengetahuan kurang.

2. Sikap responden terhadap infertilitas di Rumah Bersalin Bunda Natama Medan,

mayoritas baik.

3. Sumber informasi terbanyak yaitu berasal dari media cetak.

5.2. Saran

1. Bagi Wanita Usia Subur

Hasil penelitian ini diharapkan agar Wanita Usia subur mencari informasi dan

menambah wawasan tentang infertilitas baik dari petugas kesehatan,

masyarakat maupun media. Sehingga bagi Wanita Usia Subur yang infertil

primer maupun sekunder dan juga yang non infertil lebih mengetahui tentang

pengertian, penyebab, jenis, dan penanganan pada infertilitas.

2. Bagi Bidan dan Dokter di Klinik Bunda Natama

Hasil penelitian ini diharapkan agar Bidan maupun Dokter di Rumah Bersalin

Bunda natama dapat meningkatkan pelayanan dalam memberikan informasi

berupa penyuluhan tentang infertilitas, baik pengertian, penyebab, jenis, dan

penanganan pada infertil.

32
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran (2006). Kesehatan Reproduksi, Obstetri dan Ginekologi FKUI,


Jakarta.

Ambarawa, Puspa, 2005, Kapan Suatu Pasangan Dikatakan Infertil. (5 Oktober


2008)

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian, edisi 4, Rineka Cipta, Jakarta.

Ayu Ida, Bagus Gde (2006). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.

Daniel, 2008. Benarkah Infertilitas Disebabkan Gaya Hidup, (7 Februari 2008)

Densmore Jessica (2012). Rujukan Cepat Kebidanan. Jakarta: EGC

Depkes RI (2011).Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan Tentang Kesehatan


Reproduksi. Jakarta.

Ellya Eva (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Penerbit Buku
Kesehatan.

Manuaba, I.B.G (2002). Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Dalam


Upaya Meningkatkan Kualitas Kehidupan, FK Universitas Udayana,
Denpasar.

Manuaba, I.B.G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta, 2007

Notoatmodjo, Sukidjo, 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Nugroho Taufan, Ari Setiawan (2010). Kesehatan Wanita, Gender dan


Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Paath, Erna Francin, dkk. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta, EGC

Sarasvati (2010). Gangguan Kesuburan. Jakarta. Gramedia

Sarwono (2007), Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Yayasan Bina Pustaka,


Jakarta.

Sudjana, 2009, Metode Penelitian, Tarsito. Bandung

32
33

Sumapraja S (2006). Pemeriksaan Pasangan Infertil, Solo: Pustaka Arafah.


KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR
TENTANG INFERTILITAS DI RUMAH BERSALIN
BUNDA NATAMA MEDAN 2013

A. Identitas Responden

No.Responden :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Petunjuk:

1. Sebelum mengisi jawaban dibawah ini terlebih dahulu isilah identitas diatas.

2. Berilah tanda check list () pada jawaban yang menurut anda benar atau salah.

3. Setelah selesai, kembalikalah lembar kuesioner pada petugas yang memberikan

kuesioner ini.

B. SUMBER INFORMASI

1. Apakah anda pernah mendegar tentang infertilitas ?

a. Pernah

b. Ragu-ragu

c. Tidak pernah

2. Apabila pernah, dari mana anda mendapat informasi tersebut ?

a. Keluarga

b. Media cetak

c. Media elektronik

d. Tenaga Kesehatan
34

Kuesioner 1: Pengetahuan

No Pernyataan Benar Salah


1 Infertilitas atau ketidaksuburan adalah pasangan suami
istri yang menjalani hubungan seksual secara teratur tanpa
pelindung selama 1 tahun dan tidak terjadi kehamilan.
2 Penyebab infertilitas atau ketidaksuburan hanya terjadi
pada wanita saja.
3 Infertilitas sekunder adalah wanita pernah hamil, akan
tetapi tidak dapat hamil lagi walaupun melakukan
hubungan seksual dan dihadapkan pada kemungkinan
hamil selama 1 tahun.
4 Merokok bukan salah satu faktor penyebab dari infertilitas
atau ketidaksuburan.
5 Faktor usia salah satu penyebab ketidaksuburan.
6 Olahraga yang berlebihan adalah salah faktor penyebab
dari infertilitas atau ketidaksuburan.
7 Pemeriksaan terlebih dahulu akan memudahkan untuk
menentukan terapi pada ketidaksuburan.
8 Berat badan yang terlalu gemuk dan terlalu kurus akan
mempengaruhi kesuburan wanita.
9 Bayi tabung solusi untuk mendapatkan anak pada
pasangan tidak subur.
10 Stres dapat mempengaruhi ketidaksuburan.
35

Kuesioner 2 : Sikap

Sangat
Sangat Kurang
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Infertilitas atau ketidaksuburan
dapat disebabkan baik wanita
maupun pria.
2 Gangguan haid pada wanita
berpengaruh pada kesuburan.
3 Menjaga kebugaran tubuh sangatlah
penting untuk kesuburan.
4 Bila pasangan sulit memiliki anak,
maka pemeriksaan dilakukan pada
kedua belah pihak.
5 Makanan yang bergizi dan vitamin
sangat penting untuk kesuburan.
6 Stres perlu dihindari untuk
mendapatkan kesuburan.
7 Merokok salah satu perilaku yang
harus dihindari demi menjaga
kesuburan.
8 Frekuensi hubungan seksual
mempengaruhi kemungkinan
kehamilan.
9 Infertilitas atau ketidaksuburan
dapat diobati atau ditangani.
10 Inseminasi buatan atau bayi tabung
salah satu cara penanganan pada
pasangan inferillitas atau
ketidaksuburan.
36

JAWABAN KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN


DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR TENTANG INFERTILITAS DI
RUMAH BERSALIN BUNDA NATAMA MEDAN TAHUN 2013

Pengetahuan Wanita Usia Subur

1. Benar
2. Salah
3. Benar
4. Salah
5. Benar
6. Benar
7. Benar
8. Benar
9. Benar
10. Benar

Sikap Wanita Usia Subur tentang Infertilitas


1. Sangat Setuju
2. Sangat Setuju
3. Sangat Setuju
4. Sangat Setuju
5. Sangat Setuju
6. Sangat Setuju
7. Sangat Setuju
8. Sangat Setuju
9. Sangat Setuju
10. Sangat Setuju
37

Frequencies table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 25 tahun 15 32,6 32,6 32,6
25-30 tahun 17 37,0 37,0 69,6
>30 tahun 14 30,4 30,4 100,0
Total 46 100,0 100,0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 7 15,2 15,2 15,2
SMP 13 28,3 28,3 43,5
SMA 16 34,8 34,8 78,3
D3 6 13,0 13,0 91,3
S1 4 8,7 8,7 100,0
Total 46 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 20 43,5 43,5 43,5
PETANI 3 6,5 6,5 50,0
WIRASWASTA 18 39,1 39,1 89,1
PNS 5 10,9 10,9 100,0
Total 46 100,0 100,0

Sumber informasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kelurga 15 32,6 32,6 32,6
Media cetak 16 34,8 34,8 67,4
Media
11 23,9 23,9 91,3
elektonik
Tenaga
4 8,7 8,7 100,0
kesehatan
Total 46 100,0 100,0
38

Anda mungkin juga menyukai