Hermiyanty
ABSTRAK
ISK menempati urutan kedua setelah infeksi saluran nafas atas (ISPA) dan sebanyak 8,3 juta kasus
dilaporkan per tahun. ISK dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang
tua. Di negara maju diperkirakan biaya yang harus dihabiskan untuk penanganan ISK ini berkisar antara
2-6 milyar dolar setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko Infeksi Saluran Kemih.
Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi observasional analitik dengan menggunakan metode
case control study. Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh
variabel jenis kelamin (OR = 3,755, CI=1,714-8,227), batu saluran kemih (OR = 10,706, CI=3,439-
33,329), dan diabetes melitus (OR = 2,667, CI=1,178-6,034), Jenis kelamin, batu saluran kemih, dan
diabetes melitus merupakan faktor risiko terhadap kejadian Infeksi Saluran Kemih.Pemerintah diharapkan
dapat mensosialisasikan kepada masyarakat betapa pentingnya menerapkan perilaku hidup yang bersih
dan sehat dengan kebersihan diri dan lingkungan, menjaga asupan dan pola makan, dan aktifitas fisik.
ABSTRACT
UTI ranks second only to upper respiratory tract infections and as much as 8.3 million cases reported
annually. UTI can attack patients of all ages started the newborn to the elderly. In developed countries it
is estimated the cost of that must be spent on handling this UTI ranges between 2-6 billion dollars
annually. This research aims to know the risk factors of urinary tract infections. This type of research is
research observational epidemiology analytic method using case-control study. The results of the
analysis of the Odds Ratio (OR) with a Confidence Interval (CI) 95% obtained sex variable (OR = 3.755,
CI = 1,714-8,227), urinary tract stones (OR = 10.706, CI = 3,439-33,329) and diabetes mellitus (OR =
2.667, CI = 1,178-6,034), gender, urinary tract stones, and diabetes mellitus a risk factor against the
incidence of urinary tract infections. The Government is expected to be disseminating to the public how
important it is to apply the behavior of living a clean and healthy environment and hygiene , keep the
intake and diet, and physical activity.
responden tidak menderita batu saluran banyak yang menderita ISK yaitu 24
kemih (risiko rendah) lebih banyak orang (66,7%), dibanding yang tidak
yang tidak menderita ISK yaitu 34 menderita ISK yaitu 12 orang (42,9%).
orang (13,3%), dibanding yang Sedangkan responden tidak DM (risiko
menderita ISK yaitu 56 orang (62,2%). rendah) lebih banyak yang tidak
Hasil analisis Odds Ratio (OR) menderita ISK yaitu 36 orang (33,3%),
dengan Confidence Interval (CI) 95% dibanding yang menderita ISK yaitu 48
diperoleh nilai OR = 10,706 (3,439- orang (57,1%).
33,329), hal ini berarti responden yang Hasil analisis Odds Ratio (OR)
menderita Batu Saluran Kemih berisiko dengan Confidence Interval (CI) 95%
10,706 kali lebih besar untuk menderita diperoleh nilai OR = 2,667 (1,178-
ISK dibandingkan responden yang tidak 6,034), hal ini berarti responden yang
menderita Batu SaluranKemih. Karena DM berisiko 2,667 kali lebih besar
OR > 1, maka batu saluran kemih untuk menderita ISK dibandingkan
merupakan faktor risiko terhadap responden yang tidak DM. Karena OR
kejadian ISK. > 1, maka DM merupakan faktor risiko
Faktor Risiko Diabetes Melitus terhadap kejadian ISK.
Terhadap Infeksi Saluran Kemih
Hasil analisis menunjukkan bahwa
responden yang DM (risiko tinggi) lebih
Tabel 1. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus Terhadap Infeksi Saluran Kemih di
Bagian Rawat Inap RSU Mokopido Tolitoli Tahun 2012
Kejadian ISK
Variabel OR
Kasus Kontrol Total
Independen (CI 95%)
n % n %
Faktor Jenis Kelamin
Risiko Tinggi 32 69,6 14 37,8 46
Risiko Rendah 28 30,4 46 62,2 74 3,755
Jumlah 60 100 60 100 120 (1,714-8,227)
Batu Saluran Kemih
Risiko Tinggi 26 86,7 4 37,8 30
10,706
Risiko Rendah 34 13,3 56 62,2 90
(3,439-33,329)
Jumlah 60 100 60 100 120
Faktor DM
Risiko Tinggi 24 66,7 12 42,9 36
2,667
Risiko Rendah 36 33,3 48 57,1 84
(1,178-6,034)
Jumlah 60 100 60 100 120
Sumber: Data Primer 2013
lebih pendek dari uretra laki-laki [3]. C dosis tinggi, namun belum ada
Sebagian besar penyebab terjadinya ISK penelitian BSK secara khusus pada laki-
pada perempuan adalah faktor anatomi laki yang mencakup semua faktor di
saluran kemih, kemudian faktor atas. Di Indonesia, penelitian-penelitian
selanjutnya yang paling berpengaruh yang mempelajari faktor risiko BSK
adalah faktor kurangnya pengetahuan masih sangat terbatas [9].
mengenai pemicu ISK serta gejala awal BSK juga sama halnya dengan ISK,
dari ISK. Pada wanita dengan sangat dipengaruhi oleh kondisi
seksualitias yang aktif, terdapat faktor lingkungan, pengetahuan dan perilaku
predisposisi lainnnya untuk berkembang hidup seseorang. Dari jumlah 120 kasus
menjadi ISK. Seperti, Penggunakan ISK di Kabupaten Tolitoli didapatkan
kontrasepsi diafragma (kondom wanita), bahwa 21 responden ISK yang berobat
Pemakaian suatu alat diafragma (alat ke RSU Mokopido Tolitoli Tahun 2012
kontrasepsi pencegah kehamilan) dapat menderita BSK. Di kabupaten Tolitoli,
berperan penting timbulnya infeksi BSK kemungkinan besar diakibatkan
karena diafragma mendorong urethra karena perilaku hidup yang kurang
secara berlawanan dan membuat uretra mengkonsumsi air minum setiap
lebih sulit untuk mengosongkan harinya ataupun kebiasaan menahan
kandung kemih dengan sempurna. Pada kemih, sehingga bahan-bahan organik
wanita hamil, akan lebih sering maupun anorganik yang terlarut dalam
ditemukan terkena ISK karena adanya urin dapat mengkristal dan membentuk
perubahan hormonal dan perubahan dari batu yang dapat menyumbat kemih.
posisi saluran kencing selama Pada penelitian ini dari 120 kasus
kehamilan. ISK didapatkan bahwa 21 responden
ISK merupakan masalah kesehatan ISK di Tolitoli yang berobat ke RSU
masyarakat di Indonesia yang salah Mokopido Tahun 2012 mederita DM.
satunya disebabkan karena sering Kasus DM di Kabupaten Tolitoli terjadi
menahan buang air kecil. Diperkirakan karena faktor pemicu DM pada
10% pada laki-laki dan 20% untuk umumnya, tidak ada ke khususan,
wanita pernah mengalami ISK. ISK karena pada dasarnya DM terjadi karena
dapat menimbulkan komplikasi, dan perilaku hidup yang tidak sehat, ataupun
memicu timbulnya BSK. BSK pada hereditas. Seperti penyebab DM pada
laki-laki 3-4 kali lebih banyak terjadi umumnya di Indonesia, DM di
dibanding pada wanita. Secara garis Kabupaten Tolitoli juga di akibatkan
besar pembentukan BSK dipengaruhi karena malas memeriksakan diri ke
oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik yaitu dokter, sehingga banyak yang tidak
genetik, umur, jenis kelamin, kondisi menyadari dirinya telah mengidap DM
geografi daerah, iklim, jumlah air dan baru memeriksakan diri ke dokter
minum, diet, lama duduk saat bekerja, ketika penyakit sudah berat. Penyebab
hipertensi, kolesterol, kebiasaan olah utama terjadinya hal ini karena
raga, obesitas dan kebiasaan menahan kurangnya informasi di masyarakat
buang air kemih dan konsumsi vitamin tentang penyakit DM.