Penyusun,
Mengetahui,
_________________________ __________________________
LAPORAN PENDAHULUAN
MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial
Keterangan :
• Menyendiri (solitude) : respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenung apa
yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk menentukan
langkahnya.
• Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
• Bekerja sama (mutualisme) : perilaku saling ketergantungan dalam membina
hubungan interpersonal.
• Saling bergantung (interdependence) : suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
• Merasa sendiri (loneliness) : kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi,
tidak adanya perhatian dari orang lain maupun lingkungannya.
• Menarik diri (withdrawal) : menemukan kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
• Tergantung (dependent) : sangat bergantung pada orang lain sehingga individu
mengalami kegagalan dalam mengembangkan rasa percaya diri.
• Manipulasi : individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang hendak
dicapainya tanpa memperdulikan orang lain dan lingkungan, dan cenderung
menjadikan orang lain sebagai objek.
• Impulsif : keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu,
mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
• Narsisme : secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,
individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
• Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang seorang individu ada perkembangan tugas yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
• Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.
• Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan faktor
pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial.
• Faktor biologis
Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial.
D. FAKTOR PRESIPITASI
• Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya seperti keluarga yang labil, berpisah dengan orang yang
terdekat atau berarti.
• Faktor hormonal
Ganggan dari fungsi kelenjer pituitari
• Hipotesa virus
Virus HIV dapat menyebabkan tingkah laku psikotik
• Hipotesa biological lingkungan sosial
Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress pada
saat terjadinya interaksi dengan stresor di lingkungan sosial.
E. TANDA DAN GEJALA
a. Karakteristik Mayor
• Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan.
• Keinginan untuk kontak lebih banyak dengan orang lain tetapi tidak mampu.
• Melaporkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial.
• Menggambarkan kurang hubungan yang berarti.
b. Karakteristik Minor
• Merasakan waktu berjalan lambat.
• Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
• Perasaan tidak berguna.
• Perasaan penolakan.
• Kurang aktivitas secara verbal maupun fisik.
• Tampak depresif, cemas, atau marah.
• Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya.
• Sedih, afek dangkal.
• Tidak komunikatif.
• Menarik diri.
• Kontak mata buruk.
• Larut dalam pikiran dan ingatan sendiri.
POHON MASALAH
Objektif
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari orang lain.
3. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan orang
lain.
4. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan pembicaraan, atau pergi saat
diajak bercakap-cakap.
7. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri kurang, dan kegiatan
rumah tangga tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
RENCANA TINDAKAN
1) Tindakan Keperawatan untuk Klien
a. Tujuan
• Pasien mampu mengenal penyebab isolasi sosial, keuntungan memiliki teman,
dan kerugian tidak memiliki teman.
• Pasien mampu berkenalan dengan perawat atau pasien lain.
• Pasien mampu bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian.
• Pasien mampu berbicara sosial: meminta sesuatu, berbelanja, dan sebagainya.
b. Tindakan
• SP 1 Pasien : Kaji penyebab isolasi sosial, keuntungan mempunyai teman dan
kerugian tidak mempunyai teman.
• SP 2 Pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2
orang lain), latih bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan
harian.
• SP 3 Pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5
orang), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian
baru.
• SP 4 Pasien : Mengevaluasi kemampuan berinteraksi dan melatih cara bicara
saat melakukan kegiatan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Suliswati, dkk. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.