Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Mikropaleontologi adalah cabang ilmu paleontologi (paleobotani/
paleozoologi) yang khusus membahas semua sistem organisma yang berukuran
kecil, mikroskopik sehingga pelaksanaannya harus menggunakan alat bantu
mikroskop. Mikrofosil adalah setiap fosil (biasanya kecil) yang untuk
mempelajari sifat-sifat dan strukturnya paling baik,dilakukan dibawah mikroskop
(JONES, 1963). Mikrofosil dapat terdiri dari sisa-sisa mikroorganisme uniseluler /
multiseluler ataupun fragmen-fragmen dari kegiatan mikroorganisme tersebut.
Sebagai contoh yang termasuk mikrofosil adalah :
1. Golongan binatang : skelet radiolaria, test foraminifera, cangkang
ostracoda, conodonta, byrozoa dan sebagainya.
2. Golongan tumbuh-tumbuhan : test diatomea, flagellata, polen,
dinoflagellata dan sebagainya.
Dari istilah-istilah tersebut diatas, maka yang termasuk dalam mikrofosil
bukan saja golongan binatang/tumbuhan yang berukuran kecil saja, tetap saja
fosil-fosil besar/fragmen-fragmen binatang invertabrata/vertebrata yang untuk
mempelajari susunan rangka strukturnya dibutuhkan pengamatan di bawah
mikroskop. Dengan demikian, mikropaleontologi bukan hanya ilmu yang
mempelajari foraminifera, ostracoda, cocolith, dinoflagellata ataupun codonta
saja, tetapi juga mempelajari fosil golongan organisme lain asalkan pada
pengamatan dibutuhkan alat bantu mikroskop.
Cara hidup mikrofosil dapat dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu sebagai
berikut :
1. Pellagic, yaitu cara hidup organisme dengan mengambangkan diri atau
mengapung. Cara pellagic ini meliputi:
a. Nektonik, yaitu organisme yang hidupnya mengambang sehingga dapat
bergerak bebas atau bergerak secara aktif.
b. Planktonik, yaitu organisme yang hidupnya mengambangkan diri dan
bergerak bergantung pada arah arus atau bergerak secara pasif.

Mikropaleontologi 1
2. Benthonic, merupakan cara hidup organisme yang berada pada dasar laut.
Berdasarkan cara hidupnya maka benthonik dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
a. Sessile yaitu organisme yang hidupnya di dasar laut dengan cara
menambatkan diri terhadap benda-benda disekitarnya.
b. Vagille yaitu organisme yang hidupnya di dasar laut dengan cara merayap.

Ilmu mikropaleontologi mulai berkembang sejak awal abad 20, perkembangan


ilmu mikropaleontologi menjadi semakin pesat, ditandai dengan :
 1911 : Prof. J.A. Udden dari Augustana College, mempergunakan
mikrostratigrafi dan mikrofosil untuk menentukan umur lapisan dan
melakukan korelasi umur-umur pemboran air di Illinois.
 1916 : awal dari pengajaran mikropaleontologi sebagai bidang
spesialisasi khusus pada universitas-universitas di Amerika.
 1919 : pembentukan laboratorium mikropaleontologi pertama di Humble
and Rio Bravo Oil Co.
 1923 : didirikan oleh J.A. Cushman (1881-1949) Laboratory for
foraminiferal research di Massachussetts, USA, yang pada dekade-dekade
selanjutnya berkembang menjadi pusat penelitian mikropaleontologi.
 1925 : awal terbitnya publikasi periodik yang membahas tentang
mikrofosil.
Sejak 1945, didorong oleh kebutuhan akan minyak bumi, perkembangan
mikropaleontologi semakin cepat, dan hingga sekarang mikropaleontologi
merupakan ilmu pengetahuan yang praktis diajarkan hampir di seluruh dunia.
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai
cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan
melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang
foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambung-
menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling
sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu
lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau
partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit

2
atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa
mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian
tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang
sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera
bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi
minyak dan gas bumi.

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari diadakannya praktikum mikropaleontologidi semester
keempat jurusan teknik Geologi STTNAS Yogyakarta adalah mendidik
mahasiswa agar mempunyai kemampuan dalam menguasai materi praktikum dan
mempunyai keterampilan dalan menggunakan atau meninditifikasi fosil secara
mikrosekopis. Penguasaan materi praktikum dapat diperoleh dari kuliah
mikropalentologi. Tujuan dari diadakannya praktikum mikropalentologi di
semester keempat jurusan teknik Geologi STTNAS Yogyakarta adalah membantu
mahasiswa dalam praktikum di laboratorium palentologiataupun di lapangan
geologi sehingga mempunyai cukup bekal dalam menentukan kandungan suatu
fosil dalam sebuah singkapan atau batuan contohnya. Selain itu,dengan
mempunyai kemampuan penguasaan materi praktikum dapat digunakan di
kehidupan / lingkungan kerja nantinya sebagai seorang geologist yang handal
tentunya dan tentunya dapat mengentahui suatu umur batuan

I.3. Metode
Dalam acara praktikum metode yang dilakukan adalah mendeskripsi fosil
foraminifera baik foraminifera kecil maupun besar melalui mikeoskop binokuler
dan melakukan pengamatan dan menjelaskan ciri bentuk maupun struktur untuk
didapatkn taksonomi fosil tersebut.

3
BAB II
DASAR TEORI

II.1. Mikropaleontologi
Istilah Mikropaleontologi tidak lepas dari pengertian paleontologi.
Paleontologi adalah salah satu cabang geologi yang mempelajari tentang sisa-sisa
organisme purba, baik dari fosil-fosilnya maupun jejak-jejak kehidupan yang telah
mengalami proses pembatuan. Fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau
atau segala sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang telah membantu dan yang
paling muda berumur plistosein. Pada umumnya fosil ini terjadi di lingkungan
sedimen, dalam hal ini didalam batuan beku sama sekali tidak dijumpai fosil.
Mikropaleontologi adalah cabang ilmu paleontologi (paleobotani/
paleozoologi) yang khusus membahas semua sistem organisma yang berukuran
kecil, mikroskopik sehingga pelaksanaannya harus menggunakan alat bantu
mikroskop. Mikrofosil adalah setiap fosil (biasanya kecil) yang untuk
mempelajari sifat-sifat dan strukturnya paling baik,dilakukan dibawah mikroskop
(JONES, 1963). Mikrofosil dapat terdiri dari sisa-sisa mikroorganisme uniseluler /
multiseluler ataupun fragmen-fragmen dari kegiatan mikroorganisme tersebut.

4
II.2. Foraminifera

Secara umum tubuh tersusun oleh


protoplasma yang terdiri dari endoplasma
dan ectoplasma. Alat gerak berupa
Pseudopodia (kaki semu) yang berfungsi
juga untuk menangkap makanan.
Berdasarkan cara hidup dan Ukuran
foraminifera dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: Foraminifera Besar dan Foraminifera
Kecil.
Gambar 1. Bentuk foraminifera

Siklus Perkembangbiakan
Foraminifera dapat berkembangbiak
dengan dua cara, yaitu seksual dan
aseksual dan terjadi saling bergantian.
Hasil dari dua cara perkembangbiakan
tersebut menghasilkan dua bentuk tubuh
(dimorphisme), yaitu: Megalosfeer dan
Mikrosfeer. Megalosfeer dicirikan
proloculus besar. Mikrosfeer proloculus
kecil.

Gambar 2. Siklus perkembangbiakan

5
Cangkang Foraminifera

Gambar 3. Susunan Cangkang

Cangkang Foraminifera tersusun oleh: dinding, kamar, proloculum, septa,


sutura, dan aperture.
- Dinding: lapisan terluar dari cangkang, dapat tersusun dari zat-zat
oraganik maupun material asing.
- Kamar: bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada.
- Proloculum: kamar pertama pada cangkang foraminifera
- Septa: Sekat-sekat yang memisahkan antar kamar
- Aperture: Lobang utama pada cangkang foraminifera yang berfungsi
sebagai mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma.
Komposisi dinding test :
- Hyalin : sifat dinding relatif jernih.
- Agglutinated (arenaceous) : kenampakan dinding kasar dan berbintil-
bintil dari butiran mineral atau pecahan cangkang.
- Porselin : Kenampakan halus, putih, dan mengkilat seperti porselin.
Dinding cangkang foraminifera berdasarkan pada resen fauna adalah:
Dinding Chitin/tektin: Bentuk dinding paling primitip. Berupa zat organik
menyerupai zat tanduk, fleksibel dan transparan, berwarna kuning dan tidak
berpori. Contoh: Miliolidae.

6
Dinding aglutin/Arenaceous: dinding disusun oleh material asing. Jika
penyusunnya hanya butir-butir pasir disebut arnaceous, jika material mika dsb.,
disebut aglutin.
Dinding Gampingan: Terdiri dari empat tipe dinding, yaitu:
1. Dinding porselen, tidak berpori, berwarna opak dan putih, Contoh:
Quinqueloculina.
2. Dinding hyalin, bersifat bening dan transparan serta berpori. Contoh:
Globigerinidae dan Nodosaridae.
3. Dinding Granular, terdiri kristal-kristal kalsit yang granular, dalam sayatan tipis
tampak gelap.
4. Dinding yang kompleks, terdapat pada golongan Fusulinidae.
Susunan dan Bentuk Cangkang
Berdasarkan jumlah kamar, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Monothalamus, hanya terdiri dari satu kamar
2. Polythalamus, tersusun oleh jumlah kamar yang banyak.

Monothalamus:
Berdasarkan bentuknya dibagi menjadi beberapa: bulat, botol, tabung, kombinasi
botol dan tabung, planispiral, dsb.
Polythalamus:
Berdasarkan susunan kamar terdapat 3 jenis susunan kamar, yaitu:
1. Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh: Nodosaria,
dan Siphonogenerina.
2. Biserial, berupa dua baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Bolivina dan Textularia.
3. Triserial, berupa tiga baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Uvigerina dan Bulimina.
Berdasarkan keseragaman susunan kamar dikelompokkan menjadi:

7
1. Uniformed test: jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal uniserial saja
atau biserial saja.
2. Biformed test: jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda,
misal diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh: Heterostomella.
3. Triformed test: terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh:
Valvulina.

Gambar 4. Susunan dan jenis cangkang

Aperture
Merupakan lobang utama pada cangkang yang biasanya terdapat pada bagian
kamar terakhir. Aperture berfungsi untuk keluarnya protoplasma dan memasukkan
makanan. Tidak semua foraminifera mempunyai aperture terutama foraminifera
besar. Aperture merupakan salah satu kunci untuk mengenali genus dari
foraminifera. Dapat dibedakan berdasarkan:
1. Bentuk
2. Posisi
3. Sifat
Bentuk Aperture

8
1. Bulat sederhana, terletak diujung kamar terakhir. Contoh: Lagena, Bathysiphon,
dan Cornuspira.
2. Memancar (radiate), berupa lobang bulat dengan kanal-kanal yang memancar
dari pusat lobang. Contoh: Nodosaria, Dentalina, Saracenaria, dan Planularia.
3. Phialine, berupa lobang bulat dengan bibir dan leher. Contoh: Uvigerina,
Amphicoryna dan Marginulina.
4. Crescentic, berbentuk tapal kuda atau busur panah. Contoh: Nodosarella,
Pleurostomella, dan Turrilina.
5. Virguline/bulimine, Berbentuk seperti koma (,) yang melengkung. Contoh:
Virgulina, Bulimina, dan Cassidulina.
6. Slit like, berbentuk sempit memanjang. Contoh: Sphaerodinella,
Sphaerodinellopsis, Pulleniatina.
7. Ectosolenia, aperture yang mempunyai leher pendek. Contoh Ectosolenia dan
Oolina.
8. Entosolenia, aperture yang mempunyai leher dalam (internal neck). Contoh:
Fissurina, Entosolenia.
9. Multiple, beberapa lobang bulat, kadang berbentuk saringan (cribrate) atau
terdiri dari satu lobang dengan beberapa lobang kecil (accessory). Contoh:
Elphidium, Globigerinoides, Cribrohantkenina.
10. Dendritik, berbentuk seperti ranting pohon, terletak pada septal- face. Contoh:
Dendritina.
11. Bergigi, berbentuk lobang melengkung dimana pada bagian dalamnya terdapat
sebuah tonjolan (single tooth). Contoh: Quinqueloculina dan Pyrgo.
12. Berhubungan dengan umbilicus, berbentuk busur, ceruk ataupun persegi,
kadang dilengkapi dengan bibir, gigi-gigi, atau ditutupi selaput tipis (bula).
Contoh: Globigerina, Globoquadrina, dan Globigerinita.
Posisi Aperture
1. Aperture terminal, yaitu aperture yang terletak pada ujung kamar yang terakhir.
Contoh: Cornuspira, Nodosaria, Uvigerina.
2. Aperture on apertural face, yaitu aperture yang terdapat pada bagian kamar
yang terakhir. Contoh: Cribohantkenina, Dendritina.

9
3. Aperture peripheral, yaitu aperture yang memanjang pada bagian tepi (peri-
peri). Contoh: Cibicides.
4. Aperture umbilical, aperture yang terletak pada umbilikus (sumbu perputaran).
Sebagian besar plangtonik memiliki aperture ini.
Sifat Aperture
1. Aperture primer, yaitu aperture utama, biasanya terdapat di kamar akhir.
2. Aperture sekunder, yaitu aperture lain yang dijumpai juga di kamar terakhir.
3. Aperture asesori, yaitu aperture yang merupakan hiasan saja, terletak di luar
kamar terakhir.

Gambar 5. Bentuk Aperture

Hiasan atau Ornamentasi


Ornamentasi adalah struktur-struktur mikro yang menghiasi bentuk fisik dari
cangkang foraminifera. Ornamentasi ini kadang-kadang sangat khas untuk
cangkang foraminifera tertentu, sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu
criteria dalam klasifikasi.
1. Keel, selaput tipis yang mengelilingi bagian periphery. Contoh: Globorotalia,
Siphonina.
2. Costae, galengan vertikal yang dihubungkan oleh garis- garis sutura yang halus.
Contoh: Bulimina, Uvigerina.
3. Spine, duri-duri yang menonjol pada bagian tepi kamar. Contoh: Hantkenina,
Asterorotalia.
4. Retral processes, merupakan garis sutura yang berkelok- kelok, biasa dijumpai
pada Amphistegina.
5. Bridged sutures, garis-garis sutura yang terbentuk dari septa yang terputus-
putus. Biasa dijumpai pada Elphidium.

10
6. Reticulate, dinding cangkang yang terbuat dari tempelan material asing
(arenaceous).
7. Punctate, bagian permukaan luar cangkang yang berpori bulat dan kasar.
8. Smooth, permukaan cangkang yang halus tanpa hiasan.

Gambar 6. Contoh hiasan

II.3. Foraminifera Plangtonik


Jumlah spesies foraminifera plangtonik sangat kecil jika dibandingkan dengan
ribuan spesies dari golongan bentonik. Meskipun jumlah spesiesnya sangat
sedikit, golongan ini mempunyai arti penting, terutama dalam penentuan umur
batuan. Golongan ini tidak peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus
untuk korelasi stratigrafi. Sifat hidupnya adalah mengambang pada air laut,
dengan kedalaman terbaik 6–30 meter. Foraminifera plangtonik resen
diketemukan hidup melimpah pada daerah tropis sampai subtropis. Memiliki dua
jenis perputaran yaitu sinistral dan dektral.
Untuk dapat mengelompokkan foraminifera perlu memperhatikan beberapa ciri
fisik, seperti:
• Jenis dinding

11
• Bentuk cangkang
• Aperture
• Hiasan pada cangkang
Ciri fisik secara umum dari foraminifera plangtonik adalah:
• Bentuk test biasanya adalah bulat.
• Susunan kamar pada umumnya adalah trochospiral, beberapa planispiral.
• Komposisi test berupa gampingan dan hyalin.
Ekologi
1. Air dingin (Zona Kutub): Globigerina pachyderma, Globorotalia dutertrei.
2. Zona temperat: Globigerina bulloides, Globorotalia inflata, Globorotalia
canariensis.
3. Zona tropis – subtropis: Globigerinoides rubber, Globigerinoides sacculiferus,
Globigerinoides conglobata.
4. Air hangat (Zona tropis): Orbulina universa, Globigerina eggeri,
Globigerinella aequilateralis, Globorotalia menardii, Globorotalia tumida,
Pulleniatina obliqueloculata.
Bandy (1960) membuat suatu kesimpulan:
1. Di daerah perairan tropis golongan plangton banyak dan jenisnya sangat
berbeda.
2. Di daerah perairan yang beriklim sedang, populasi plangton secara relatif
adalah jarang, dengan spesies yang berbeda-beda.
3. Di daerah sub kutub, spesiesnya sangat sedikit, tetapi jumlah individu sangat
banyak.
4. Globorotalia yang besar-besar dengan kell, sangat khas bagi temperatur di atas
17oC, sebaliknya yang tidak mempunyai kell banyak diketemukan pada suhu 9oC.
Susunan kamar
- Planispiral, terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat, pandangan dan
jumlah kamar ventral dan dorsal sama.
- Trochospiral, terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat,
pandangan ventral dan dorsal berbeda.
Pada pandangan ventral jumlah kamar yang terlihat adalah putaran kamar
terakhir, terlihat adanya aperture utama, terlihat adanya umbilicus. Sedangkan

12
pada pandangan dorsal biasanya seluruh kamar bisa terlihat, terlihat adanya
putaran, kamar awal terlihat.
Bentuk
Dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kamar dan bentuk test. Bentuk kamar
dapat globular, rhomboid menyudut, atau kerucut menyudut. Bentuk test dapat
membulat atau ellips.
Suture
Dalam penentuan genus foraminifera, suture sangat berguna. Suture dapat
tertekan atau tidak. Pendeskripsian meliputi pandangan dorsal maupun ventral.
Jumlah Kamar dan Putaran
Jumlah kamar sangat mempengaruhi penamaan, untuk itu perlu dilakukan,
terutama pada kamar terakhir. Selain itu perlu diperhatikan pula pertambahan
ukuran kamar, apakah berangsur atau berubah mendadak. Perlu diperhatikan pula
arah putaran apakah searah jarum jam (dekstral) atau berlawanan arah jarum jam
(sinistral).
Aperture
a. Aperture Primer:
1. Interiomarginal umbilical: aperture yang terdapat pada bagian umbilical
atau pusat putaran.
2. Interiomarginal umbilical ekstra umbilical: aperture yang memanjang dari
umbilical sampai peri-peri (tepi).
3. Interiomarginal ekuatorial: aperture yang terletak di daerah ekuator,
biasanya pada putaran yang planispiral. Biasanya terlihat pada pandangan
samping.
b. Aperture Sekunder
Adalah lubang yang lain dari aperture primer dan lebih kecil, atau lubang
tambahan dari aperture primer.
Dari 50 famili yang ada pada Foraminifera, hanya 3 famili yang hidup sebagai
Foraminifera kecil plangtonik, yaitu: famili Globigerinidae, Hantkeninidae, dan
Globorotaliidae.

13
II.3.1. Morfologi Foraminifera Plangtonik
Morfologi foraminifera plangtonik umumnya ukurannya kecil-kecil, berada
didasar batuan di laut. Foraminifera plangtonik mempunyai bentuk dasar test yang
globuler, subglobuler, dan bulat. Susunan kamarnya trocospiral dengan dinding
test berupa hialin.

II.4. Foraminifera Benthonik


Jumlah spesies foraminfera bentonik sangat besar. Golongan ini mempunyai
arti penting, terutama dalam penentuan lingkungan pengendapan. Golongan ini
sangat peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus untuk analisa
lingkungan pengendapan.
Secara umum cukup mudah untuk membedakan antara foraminifera bentonik
dengan foraminifera plangtonik. Foraminifera bentonik memiliki cirri umum
sebagai berikut:
a. Test/cangkang berbentuk bulat, beberapa agak prismatik.
b. Susunan kamar sangat bervariasi.
c. Komposisi test gamping hyaline, arenaceous, silikaan.
d. Hidup di laut pada dasar substratum.
Susunan Kamar
Berdasarkan jumlah kamar, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Monothalamus, hanya terdiri dari satu kamar
2. Polythalamus, tersusun oleh jumlah kamar yang banyak.
Monothalamus
Tersusun oleh satu kamar, dapat dibedakan atas bentuknya:
Bulat: contoh Saccamina
Botol: Lagena
Tabung: Bathysiphon
Terputar planispiral: Ammodiscus
Polythalamus
Berdasarkan susunan kamar terdapat 3 jenis susunan kamar, yaitu:
1.Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh: Nodosaria,
dan Siphonogenerina.

14
2.Biserial, berupa dua baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Bolivina dan Textularia.
3.Triserial, berupa tiga baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Uvigerina dan Bulimina.
Berdasarkan keseragaman susunan kamar dikelompokkan menjadi:
1.Uniformed test: jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal uniserial saja
atau biserial saja.
2.Biformed test: jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda, misal
diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh: Heterostomella.
3.Triformed test: terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh: Valvulina.
Bentuk
Dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kamar dan bentuk test. Bentuk kamar
dapat globular, rhomboid menyudut, atau kerucut menyudut. Bentuk test dapat
membulat atau ellips.

II.4.1. Morfologi Foraminifera Benthonik


Morfologi foraminifera benthonik bisa dilihat dari mikroskop untuk dapat
mengenali atau mendeskripsinya. Beberapa hal yang diperlukan dalam
pengamatan foraminifera benthonik adalah kamar, bentuk test, jenis putaran, dan
susunan kamar.

II.5. Foraminifera Besar


Secara fisik dapat dipisahkan dengan foraminifera kecil, karena berukuran
lebih besar. Memiliki struktur kamar bagian dalamnya lebih rumit dan kompleks.
Harus diamati dengan sayatan tipis. Pembentuk batugamping. Umurnya pendek,
sehingga dapat digunakan untuk penentuan umur batuan. Hidup secara benthik
pada zona neritik dalam (30 – 80 m).

15
Jenis-Jenis Sayatan Tipis

Gambar 7. Sayatan Foraminifera besar


1. Sayatan median (ekuatorial), merupakan sayatan pada bagian tengah diambil
pada posisi tegak lurus sumbu putaran. Bentuk yang terlihat merupakan lingkaran.
2. Sayatan sumbu (axial section), merupakan sayatan yang sejajar sumbu
putaran melalui bagian tengah. Bentuk yang terlihat berupa ellips yang cembung
pada bagian tengahnya.
3. Sayatan Oblique, merupakan sayatan sembarang tidak melelui bagian tengah.
Berbentuk ellips asimetri.
4. Sayatan tengensial, merupakan sayatan yang sejajar dengan sayatan median,
tetapi tidak melalui bagian tengahnya. Berbentuk lingkaran yang lebih kecil dari
sayatan median.
Morfologi Foraminifera Besar
Morfologi foraminifera besar sangat rumit, sehingga diperlukan sayatan tipis
untuk dapat mengenali atau untuk dapat mengenali atau mengidentifikasi
taksanya. Beberapa hal yang diperlukan dalam pengamatan foraminifera besar
adalah: Kamar, bentuk test, jenis putaran, dan ornamentasi struktur dalam.

a. Kamar
Jumlah kamar dari foraminifera besar sangat banyak dan terputar, serta
tumbuh secara bergradasi. Jenis kamar dapat dibedakan atas kamar embrional,
ekuatorial dan lateral. Pengenalan yang baik terhadap jenis kamar sangat
membantu dalam taksonomi.

16
Gambar 8. Bentuk kamar
- Kamar Embrional
Merupakan kamar yang tumbuh pertama kali atau dikenal sebagai
proloculus. Pada umumnya proloculus dijumpai di bagian tengah, namun
beberapa genus terdapat di bagian tepi seperti Miogypsina. Kamar
embrional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu protoconh dan deutroconh.
Terkadang diantara kamar embrionik dengan kamar ekuatorial terdapat
kamar nepionik, namun dalam pengamatan sulit untuk dikenali.

Gambar 9. Susunan Kamar foraminifera besar

17
- Kamar Ekuatorial
Kamar ini terdapat pada bidang ekuatorial. Jumlah kamar ekuatorial sangat
membantu untuk mengetahui jumlah putaran dari test foraminifera besar.
Jumlah putaran pada beberapa golongan menjadi pembeda diantara
beberapa genus.
- Kamar Lateral
Kamar lateral terdapat di atas dan di bawah dari kamar-kamar ekuatorial.
Identifikasi pada kamar ini ada pada tebal-tipisnya dinding kamar (septa
filament), selain itu pada beberapa genus sering dijumpai adanya stolon
yang menghubungkan rongga antar kamar. Jumlah kamar terkadang
memberikan pengaruh namun tidak terlalu signifikan.

b. Bentuk Test
Bentuk test adalah identifikasi awal yang dapat dikenali. Bentuk dasar test
dibedakan menjadi beberapa: diskoid, fusiform (cerutu), bintang, dan trigonal.
- Bentuk diskoid dicirikan dengan sumbu perputaran pendek dan sumbu
ekuatorial panjang. Mudah dikenali dengan bentuk relatif cembung atau
bikonvek. Contoh genus: Nummulites, Discocyclina, Lepidocyclina dan
Camerina.
- Bentuk fusiform (cerutu) memiliki sumbu putaran yang lebih panjang
dari sumbu ekuatorial. Contoh genus adalah Fussulina, Alveolina, dan
Schwagerina.
- Bentuk bintang dicirikan bertumbuhnya kamar ke berbagai arah dengan
tidak teratur. Sangat sedikit genus yang mempunyai bentuk test seperti
ini, contohnya Asterocyclina.
- Bentuk trigonal dicirikan dengan pertumbuhan kamar annular
membentuk segitiga. Kamar embrional biasanya terdapat di bagian tepi.
Contoh: Miogypsina.

18
Gambar 10. Jenis Foraminifera besar

Taksonomi Foraminifera Besar


1. Famili Orbitoidea
Merupakan kelompok Lepidorbitoides, Orbitocyclina, dan Lepidocyclina.
Ciri Fisik:
- test besar, lenticular/discoidal, biconcave.
- berkamar banyak, dihubungkan dengan stolon (pori- pori berbentuk
tabung).
- dinding lateralnya mempunyai pori-pori dan tebal, dimana terdapat
kamar-kamar lateral dan pilar-pilar.

19
Gambar 11. Macam bentuk kamar embrionik

2. Famili Camerinidea
- Subfamili Camerininae
Merupakan kelompok dari Nummulites, Pellatispira, Operculina,
Operculinoides, dan Assilina. Bentuk test umumnya besar, lenticular,
discoidal, planispiral dan bilateral simetris. Test tersusun oleh zat-zat
gampingan.

Gambar 12. Genus Operculina

20
- Subfamili Heterostegininae
Merupakan kelompok dari Heterostegina, Spiroclypeus, dan Cycloclypeus.
Bentuk test umumnya lenticular, discoidal, planispiral. Dinding licin,
kadang-kadang granulated. Genus tertentu tidak mempunyai kamar-kamar
lateral.

Gambar 13. Heterostegina

3. Golongan Miogypsinidae
Kelompok dari Miogypsina dan Miogypsinoides. Bentuk test
pipih, segitiga atau asimetris. Kmar embrionik terletak dipinggir atau
dipuncak, dengan protoconch dan deutroconch yang hamper sama besar.
Memiliki pilar – pilar yang jelas.

Gambar 14. Genus Miogypsina

21
4. Famili Discocyclinidae
Merupakan kelompok dari Discocyclina. Golongan ini
dicirikan dengan bentuk test discoid atau lenticular. Pada jenis yang
megalosfer kamar embrionik biasanya biloculer terdiri atas protoconch dan
deutroconch. Sedangkan pada jenis mikrosfeer kamar embrionik terputar
secara planispiral. Pada kamar-kamar lateral dibatasi oleh septa-septa.

Gambar 15. Discocyclina

5. Golongan Fusulinidae
Golongan ini umumnya punah, muncul pada Paleozoik Atas dan
Mesozoik. Golongan ini dicirkan dengan bentuk putaran yang fusiform.

Gambar 16. Genus Fusulinidae

22
II.5.1. Morfologi Foraminifera Besar
Morfologi Foraminifera besar sangat rumit, sehingga diperlukan sayatan tipis
untuk dapat mengenali atau mengidentifikasi taksanya. Beberapa hal yang
diperlukan dalam pengamatan foraminifera besar adalah kamar, bentuk test, jenis
putaran, dan ornamentasi struktur dalam.

II.6. Aplikasi Mikropaleontologi


Mikropaleontologi adalah ilmu yang mempelajari fosil-fosil yang berukuran
relatif lebih kecil sehingga dalam pengamatan kita mesti memakai alat bantu
seperti mikroskop binokuler ataupun mikroskop elektron untuk dapat mengamati
fosil tersebut.
Makropaleontologi adalah ilmu yang mempelajari fosil-fosil dengan ukuran
yang relatif besar sehingga untuk mempelajarinya tidak terlalu rumit. Karena fosil
yang kita amati bisa secara langsung tanpa bantuan loupe.
Mikrofosil khususnya foraminifera memiliki nilai kegunaan dibidang geologi
yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh sifat keterdapatannya yang dapat
dijumpai dihampir semua batuan sedimen yang mengandung karbonat.
Penggunaan data yang sering digunakan adalah untuk penentua umur termasuk
penyusun biostratigrafi dan penentuan lingkungan pengendapan.

II.6.1. Penentuan Umur


Penentuan umur batuan dengan foraminifera dan mikrofosil yang lain memliki
beberapa keuntungan, yaitu :
- Mudah, murah, dan cepat
- Didukung oleh publikasi yang banyak
- Banyak digunakan di berbagai eksplorasi minyak bumi
- Keterdapatannya pada hampir semua batuan sedimen yang
mengandung unsur karbonat.

23
a. Biozonasi
Terdapat beberapa satuan biostratigarfi seperti :
- Zona Kumpulan ( Assemblage )
Yaitu penentuan biozonasi yang berdasarkan atas sekumpulan beberapa
takson yang muncul bersamaan. Pada penarikan ini tidak memperhatikan
umur dari masiing – masing takson. Kegunaan zona kumpulan ini untuk
penentuan lingkungan pengendapan. Penamaan zona diambil dari satu atau
lebih takson yang menjadi penciri utamanya. Misal : Zona Amphistegina
Lesonii.
- Zona Interval
Yaitu penentuan biozonasi berdasarkan kisaran stratigrafi dari takson – takson
tertentu. Penarikan batas dilakukan dengan meliahat kemunculan awal dan
kemunculan akhir dari suaru atau lebih takson yang ada. Pada batas bawah
ditarik berdasarkankemunculan awal dari suatu takson yang muncul paling
akhir, sedangkan batas atas ditarik berdasarkan kemunculan akhir dari suatu
takson yang paling dahulu punah.
- Zona Kelimpahan ( Abudance atau Acme )
Yaitu penentuan biozonasi yang didasarkan atas perkembangan jumlah
maksimum dari suatu takson yang terdpat pada lapisan batuan. Zona
kelimpahan dapat digunakan untuk petunjuk kronostratigrafi dari tubuh
lapisan batuan
- Zona Selang ( barren Interval )
Yaitu penentuan biozonasi yang didasarkan pada selang antara dua
biohorison. Batas bawah atau atas suatu Zona Selang ditentukan oleh horizon
pemunculan awal atau akhr takson- takson penciri.

24
Gambar 17. Berbagai macam bizonasi ( Amstrong dan Brasier, 2005 )

a. Biozonasi Foraminifera Besar


Biozonasi ini mempunyai kelemahan berupa keberlakuannya yang
beesifat local. Hal ini disebabkan distribusi foraminifera besar yang tidak
cosmopolitan. Biozonasi ini membagi Zaman Tersier dalam beberapa zona yang
dinotasikan dalam huruf Ta ( Tersier awal ) sampai Th ( tersier Akhir ).
b. Biozonasi Foraminifera Kecil Plangtonik
Banyak digunakan, karena sifat foraminifera kecil plangtonik yang
cosmopolitan. Dapat untuk korelasi regional jarak jauh. Seluruh biozonasi
foraminifera plangtonik menggunakan datum pemunculan awal atau akhir.

II.6.2. Penentuan Lingkungan Pengendapan


Salah satu kegunaan dari mikrofosil khususnya foraminifera adalah untuk
penentuan lingkungan pengendapan purba. Yang dimaksud dengan lingkungan
pengendapan adalah tempat dimana batuan sedimen tersebut terendapkan, dapat
diketahui dari aspek fisik, kimiawi dan biologis. Aspek biologis inilah yang
disebut denagn fosil.
Untuk dapat megetahui lingkungan pengedapannya dapat dapat
menggunakan fosil foraminifera kecil benthic. Beberapa fosil penciri lngkunagn
pengendapan adalah :

25
1. Habitat air Payau : mengandung foraminifera arenaceous seperti :
Ammotium, Trochammina dan Miliammia.
2. Habitat Laguna : fauna air payau masih dijumpai ditambah dengan
Ammonia dan Elphildium.
3. Habitat Pantai Terbuka : Lingkunagn dengan energy yang kuat.
Didominasi oleh fauna berukuran besar seperti : Elphidium spp, Ammonia
becarii dan Amphistegina.
4. Zona Neritik Dalam (0 – 30 m) : Elphildium, Eggerella avena dan
Textularia.
5. Zona Neritik Tengah (30 – 100 m) : Eponides, Cibicides, Robulus dan
Cassidulina.
6. Zona Neritik Luar (100 – 200 m) : Bolivina, Marginulina, Siphonina dan
Uvigerina.
7. Zona Bathyal Atas (200 – 500 m) : Uvigerina spp, Bulimina, Valvulineria,
Bolivia, dan Gyroidina soldanii.
8. Zona Bathyal Tengah (500 – 1000 m) : Cyclammia, Chilostomelia,
Cibicides wuellerstrofi dan Cibicides regosus.
9. Zona Bathyal Bawah (1000 – 2000 m) : Melonis barleeanus, Uvigerina
hispida, Uvigerina prergrina dan Oridorsalis umbonatus.
10. Zona Abyssal (2000 – 5000 m) : Melonis pompiloides, Uvigerina
ampulacea, Bullimina rostrata, Cibicides mexicanus, dan Eponides
tumidulus.
11. Zona Hadal ( > 5000 m) : Bathysiphon, Recurvoides turbinatus.

26
BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Foraminifera Plangtonik


Jumlah spesies foraminfera bentonik sangat besar. Golongan ini mempunyai
arti penting, terutama dalam penentuan lingkungan pengendapan. Golongan ini
sangat peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus untuk analisa
lingkungan pengendapan.
Secara umum cukup mudah untuk membedakan antara foraminifera bentonik
dengan foraminifera plangtonik. Foraminifera bentonik memiliki cirri umum
sebagai berikut:
a. Test/cangkang berbentuk bulat, beberapa agak prismatik.
b. Susunan kamar sangat bervariasi.
c. Komposisi test gamping hyaline, arenaceous, silikaan.
d. Hidup di laut pada dasar substratum.

III.1.1. Famili Globigerinidae


Trochoid, aperture umbilikal, pada kamar terakhir cenderung planispiral, test
tersusun zat gampingan, permukaan test kasar berstruktur cancellate, sebagian
besar memiliki duri-duri halus, aperture biasanya besar. Muncul sejak Kapur
Awal sampai sekarang. Genus yang masuk dalam famili ini adalah: Globigerina,
Globigerinoides, Globigerinatella, Globigerinella, Globogerinelloides,
Hastigerina, Hastigerinella, Orbulina, Pulleniatina, Sphaeroidinella, Candeina,
dan Candorbulina.
Genus: Globigerina d’Orbigny 1826
Test terputar trochoid, kamar globular, komposisi gampingan, aperture pada
bagian ventral membuka ke umbilical dan berbentuk koma. Muncul: Kapur –
Resen.
Genus: Globigerinoides Cushman, 1927
Secara fisik hampir menyerupai globigerina, namun memiliki aperture
sekunder/tambahan pada bagian dorsal. Muncul: Tersier – Resen.
Genus: Hastigerina Thomson, 1876

27
Pada awal putaran trochoid, pada kamar akhir planispiral-involute, gampingan
kuat, memiliki ornamen duri yang kasar dan pipih serta memusat pada kamarnya.
Muncul: Miosen – Resen.
Genus: Orbulina d’Orbigny, 1839
Test pada awalnya menyerupai Globigerina, namun dalam perkembangan kamar
terakhir menutupi hampir semua kamar-kamar sebelumnya. Tidak mempunyai
aperture yang nyata. Muncul: Miosen – Resen.
Genus: Pulleniatina, Cushman, 1927
Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dengan dinding cancellate serta spine
halus, involute, aperture lonjong – busur pada dasar kamar Muncul: Tersier Akhir
– Resen.
Genus: Sphaeroidinella Cushman, 1927
Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dinding cancellate kasar dengan
spine halus. Dua atau Tiga kamar terakhir terpisahkan dengan jelas. Muncul:
Miosen – Resen.

Gambar 18. Foraminifera plangtonik

28
Gambar 19. Jenis Foraminifera

29
III.1.2. Famili Globorotalidae
Trochoid rendah, bentuk test ellips bikonvek – planokonvek, dengan bentuk
kamar beberapa bulat sebagian rhomboid. Aperture umbilical ekstra umbilikal
(dari umbilikal sampai peri-peri), berbentuk busur. Test tersusun zat gampingan,
permukaan test halus, sebagian besar memiliki duri-duri halus. Jumlah kamar
akhir (pandangan ventral) lebih dari 4.
Susunan Kamar
Planispiral : terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat, pandangan dan
jumlah kamar ventral dan dorsal sama.
Trochospiral : terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat.
Pandangan ventral dan dorsal berbeda.
Muncul sejak Kapur Awal sampai sekarang. Merupakan perkembangan dari
Globotruncana. Genus yang masuk dalam famili ini adalah: Globorotalia,
Globotruncana, Globorotalites, Globorotalia, Globotruncana, Globorotalites,
Rotalipora, Cribrogloborotalia, Cycloloculina, dan Sherbonina.

Gambar 20. Globorotalia

30
Hiasan atau Ornamentasi
1. Keel, selaput tipis yang mengelilingi bagian periphery. Contoh: Globorotalia,
Siphonina.
2. Costae, galengan vertikal yang dihubungkan oleh garis- garis sutura yang
halus. Contoh: Bulimina, Uvigerina.
3. Spine, duri-duri yang menonjol pada bagian tepi kamar. Contoh: Hantkenina,
Asterorotalia.
4. Retral processes, merupakan garis sutura yang berkelok- kelok, biasa dijumpai
pada Amphistegina.
5. Bridged sutures, garis-garis sutura yang terbentuk dari septa yang terputus-
putus. Biasa dijumpai pada Elphidium.
6. Reticulate, dinding cangkang yang terbuat dari tempelan material asing
(arenaceous).
7. Punctate, bagian permukaan luar cangkang yang berpori bulat dan kasar.
8. Smooth, permukaan cangkang yang halus tanpa hiasan.

III.1.3. Famili Hantkeninidae


Test pada awalnya trochoid atau planispiral, pada tahapan akhir planispiral
involute. Dinding cangkang tersusun oleh gampingan, dengan permukaan kasar.
Aperture pada bagian bawah kamar terakhir berbentuk busur. Hiasan berupa
tanduk berukuran sama atau lebih besar dari kamarnya.
Muncul sejak Kapur Awal sampai Oligosen. Berdasarkan bentuk perputaran
kamarnya memiliki kedekatan dengan Globigerinella. Genus yang masuk dalam
famili ini adalah: Shackoina, Hantkenina, dan Cribrohantkenina.

Gambar 21. hankenina

31
III.1.4. Lampiran Form Pratikum Foraminifera Plangtonik
1.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

32
2.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

33
3.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

34
4.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

35
III.2. Foraminifera Benthonik
Jumlah spesies foraminfera bentonik sangat besar. Golongan ini mempunyai
arti penting, terutama dalam penentuan lingkungan pengendapan. Golongan ini
sangat peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus untuk analisa
lingkungan pengendapan.
Secara umum cukup mudah untuk membedakan antara foraminifera bentonik
dengan foraminifera plangtonik. Foraminifera bentonik memiliki cirri umum
sebagai berikut:
a. Test/cangkang berbentuk bulat, beberapa agak prismatik.
b. Susunan kamar sangat bervariasi.
c. Komposisi test gamping hyaline, arenaceous, silikaan.
d. Hidup di laut pada dasar substratum.
Susunan Kamar
Berdasarkan jumlah kamar, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Monothalamus, hanya terdiri dari satu kamar
2. Polythalamus, tersusun oleh jumlah kamar yang banyak.
Monothalamus
Tersusun oleh satu kamar, dapat dibedakan atas bentuknya:
Bulat: contoh Saccamina
Botol: Lagena
Tabung: Bathysiphon
Terputar planispiral: Ammodiscus
Polythalamus
Berdasarkan susunan kamar terdapat 3 jenis susunan kamar, yaitu:
1.Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh: Nodosaria,
dan Siphonogenerina.
2.Biserial, berupa dua baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Bolivina dan Textularia.
3.Triserial, berupa tiga baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Uvigerina dan Bulimina.
Berdasarkan keseragaman susunan kamar dikelompokkan menjadi:

36
1.Uniformed test: jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal uniserial saja
atau biserial saja.
2.Biformed test: jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda, misal
diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh: Heterostomella.
3.Triformed test: terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh: Valvulina.
Bentuk
Dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kamar dan bentuk test. Bentuk kamar
dapat globular, rhomboid menyudut, atau kerucut menyudut. Bentuk test dapat
membulat atau ellips.

III.2.1. Genus Dentalina


Bentuk Cangkang melengkung, susunan kamar triserial terdiri atas
beberapa kamar, dinding cangkang berpori halus, letak aperture interiomarginal.

III.2.2. Genus Amphistegina


Cangkang relatif besar, lebih dari 10 kamar pada setiap putaran, aperture
tipis (slit) permukaan cangkung tidak beraturan, cangkan trochospiral, dinding
cangkang berpori.

III.2.3. Genus Bathysipon


Berbentuk tabung (tabular), terdapat pada kebanyakan subfamily
hyperminidaer.

III.2.4. Genus Bolivina


Cangkang sagitate-lanccolate dan gepeng, hyalin, susunan kamar biserial,
aperture memanjang, dan memiliki gigi.

III.2.5. Genus Nodogerina


Rectilinear ( linear punya leher ) test uniserial terdiri atas kamar-kamar
bulat yang dipisahkan dengan stolonxy atau neck.

37
III.2.6. Lampiran Form Pratikum Foraminifera Bhentonik
1.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

38
2.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

39
3.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

40
4.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

41
III.3. Foraminifera Besar

Secara fisik dapat dipisahkan dengan foraminifera kecil, karena berukuran


lebih besar. Memiliki struktur kamar bagian dalamnya lebih rumit dan kompleks.
Harus diamati dengan sayatan tipis. Pembentuk batugamping. Umurnya pendek,
sehingga dapat digunakan untuk penentuan umur batuan. Hidup secara benthik
pada zona neritik dalam (30 – 80 m).
Jenis-Jenis Sayatan Tipis :
1. Sayatan median (ekuatorial), merupakan sayatan pada bagian tengah
diambil pada posisi tegak lurus sumbu putaran. Bentuk yang terlihat
merupakan lingkaran.
2. Sayatan sumbu (axial section), merupakan sayatan yang sejajar sumbu
putaran melalui bagian tengah. Bentuk yang terlihat berupa ellips yang
cembung pada bagian tengahnya.
3. Sayatan Oblique, merupakan sayatan sembarang tidak melelui bagian
tengah. Berbentuk ellips asimetri.
4. Sayatan tengensial, merupakan sayatan yang sejajar dengan sayatan
median, tetapi tidak melalui bagian tengahnya. Berbentuk lingkaran yang
lebih kecil dari sayatan median.

Morfologi Foraminifera Besar


Morfologi foraminifera besar sangat rumit, sehingga diperlukan sayatan tipis
untuk dapat mengenali atau untuk dapat mengenali atau mengidentifikasi
taksanya. Beberapa hal yang diperlukan dalam pengamatan foraminifera besar
adalah: Kamar, bentuk test, jenis putaran, dan ornamentasi struktur dalam.
a. Kamar
Jumlah kamar dari foraminifera besar sangat banyak dan terputar, serta
tumbuh secara bergradasi. Jenis kamar dapat dibedakan atas kamar embrional,
ekuatorial dan lateral. Pengenalan yang baik terhadap jenis kamar sangat
membantu dalam taksonomi.

42
- Kamar Embrional
Merupakan kamar yang tumbuh pertama kali atau dikenal sebagai
proloculus. Pada umumnya proloculus dijumpai di bagian tengah, namun
beberapa genus terdapat di bagian tepi seperti Miogypsina. Kamar
embrional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu protoconh dan deutroconh.
Terkadang diantara kamar embrionik dengan kamar ekuatorial terdapat
kamar nepionik, namun dalam pengamatan sulit untuk dikenali.
- Kamar Ekuatorial
Kamar ini terdapat pada bidang ekuatorial. Jumlah kamar ekuatorial sangat
membantu untuk mengetahui jumlah putaran dari test foraminifera besar.
Jumlah putaran pada beberapa golongan menjadi pembeda diantara
beberapa genus.
- Kamar Lateral
Kamar lateral terdapat di atas dan di bawah dari kamar-kamar ekuatorial.
Identifikasi pada kamar ini ada pada tebal-tipisnya dinding kamar (septa
filament), selain itu pada beberapa genus sering dijumpai adanya stolon
yang menghubungkan rongga antar kamar. Jumlah kamar terkadang
memberikan pengaruh namun tidak terlalu signifikan.

b. Bentuk Test
Bentuk test adalah identifikasi awal yang dapat dikenali. Bentuk dasar test
dibedakan menjadi beberapa: diskoid, fusiform (cerutu), bintang, dan trigonal.
- Bentuk diskoid dicirikan dengan sumbu perputaran pendek dan sumbu
ekuatorial panjang. Mudah dikenali dengan bentuk relatif cembung atau
bikonvek. Contoh genus: Nummulites, Discocyclina, Lepidocyclina dan
Camerina.
- Bentuk fusiform (cerutu) memiliki sumbu putaran yang lebih panjang
dari sumbu ekuatorial. Contoh genus adalah Fussulina, Alveolina, dan
Schwagerina.
- Bentuk bintang dicirikan bertumbuhnya kamar ke berbagai arah dengan
tidak teratur. Sangat sedikit genus yang mempunyai bentuk test seperti
ini, contohnya Asterocyclina.

43
- Bentuk trigonal dicirikan dengan pertumbuhan kamar annular
membentuk segitiga. Kamar embrional biasanya terdapat di bagian tepi.
Contoh: Miogypsina.

III.3.1. Genus Nummulites


Bentuk test umumnya besar, lenticular, discoidal, planispiral dan bilateral
simetris. Test tersusun oleh zat-zat gampingan.

III.3.2. Genus Discocylina


Golongan ini dicirikan dengan bentuk test discoid atau lenticular. Pada jenis
yang megalosfer kamar embrionik biasanya biloculer terdiri atas protoconch dan
deutroconch. Sedangkan pada jenis mikrosfeer kamar embrionik terputar secara
planispiral. Pada kamar-kamar lateral dibatasi oleh septa-septa.

III.3.3. Genus Lepidocyclina


Ciri Fisik:
- test besar, lenticular/discoidal, biconcave.
- berkamar banyak, dihubungkan dengan stolon (pori- pori berbentuk
tabung).
- dinding lateralnya mempunyai pori-pori dan tebal, dimana terdapat
kamar-kamar lateral dan pilar-pilar.

44
III.3.4. Lampiran Form Pratikum Foraminifera Besar
1.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

45
2.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

46
3.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

47
4.
Pendang Ventral Pandangan Dorsal Pandangan samping

Nomor Peraga : Keterangan Gambar :


 Filum : 1.
 Klas : 2.
 Ordo : 3.
 Sub. Family : 4.
 Family : 5.
 Genus :
 Spesies :

Deskripsi :
 Dinding :
 Bentuk Test :
 Bentuk kamar :
 Susunan kamar :
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :

Jenis :

Lingkungan Hidup :

48
BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Mikropaleontologi adalah cabang ilmu paleontologi (paleobotani/
paleozoologi) yang khusus membahas semua sistem organisma yang berukuran
kecil, mikroskopik sehingga pelaksanaannya harus menggunakan alat bantu
mikroskop. Mikrofosil adalah setiap fosil (biasanya kecil) yang untuk
mempelajari sifat-sifat dan strukturnya paling baik,dilakukan dibawah mikroskop
(JONES, 1963).
Taksonomi adalah pengelompokan organism berdasarkan kesamaan ciri
fisik tertentu. Dalam penyebutan organisme sering dipergunakan istilah taksa
apabila tingkatan taksonominya belum diketahui. Unit terkecil dalam taksonomi
adalah spesies, sedangkan unit tertinggi adalah kingdom.
Protozoa adalah hewan uniseluler (satu sel) dan termasuk sebagai organisme
eukariota. Metabolisme tubuhnya yang terjadi di dalam protoplasma sel itu sendiri
menyebabkan hewan protozoa juga sering disebut sebagai hewan organisasi
tingkat protoplasma.Dalam taksonomi protozoa terletak di bawah kingdom
protista dengan kedudukan sebagai filum protozoa. Banyak hewan protozoa yang
hidup di perairan dan di dalam tanah bahkan hidup di dalam tubuh hewan sebagai
fauna normal. Beberapa spesies dari filum protozoa adalah parasit.
Secara umum tubuh tersusun oleh protoplasma yang terdiri dari endoplasma
dan ectoplasma. Alat gerak berupa Pseudopodia (kaki semu) yang berfungsi juga
untuk menangkap makanan. Berdasarkan cara hidup dan Ukuran foraminifera
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Foraminifera Besar dan Foraminifera Kecil.
Jumlah spesies foraminifera plangtonik sangat kecil jika dibandingkan
dengan ribuan spesies dari golongan bentonik. Meskipun jumlah spesiesnya
sangat sedikit, golongan ini mempunyai arti penting, terutama dalam penentuan
umur batuan. Golongan ini tidak peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga
bagus untuk korelasi stratigrafi. Sifat hidupnya adalah mengambang pada air laut,
dengan kedalaman terbaik 6–30 meter. Foraminifera plangtonik resen

49
diketemukan hidup melimpah pada daerah tropis sampai subtropis. Memiliki dua
jenis perputaran yaitu sinistral dan dektral.
Jumlah spesies foraminfera bentonik sangat besar. Golongan ini mempunyai
arti penting, terutama dalam penentuan lingkungan pengendapan. Golongan ini
sangat peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus untuk analisa
lingkungan pengendapan.
Secara fisik dapat dipisahkan dengan foraminifera kecil, karena berukuran
lebih besar. Memiliki struktur kamar bagian dalamnya lebih rumit dan kompleks.
Harus diamati dengan sayatan tipis. Pembentuk batugamping. Umurnya pendek,
sehingga dapat digunakan untuk penentuan umur batuan. Hidup secara benthik
pada zona neritik dalam (30 – 80 m).

IV.2. Kritik dan Saran


Menurut Penulis, dalam pelaksanaan praktikum Mikropaleontologi
itu harus di lakukan secara teliti dalam mendeskripsi segala sesuatu yang
berhubungan dengan fosil di mikroskop. Untuk itu kita perlu menerapkan sikap
disiplin dalam melakukan praktikum tersebut demi mencapai hasil yang kita
inginkan.Untuk mengidentifikasinya perlu panduan dan petunjuk yang jelas,
namun yang lebih penting adalah kemampuan dari diri kita untuk
mengembangkannya. Semoga laboratorium untuk kedepannya lebih baik dari
laboratorium yang sekarang agar praktikan nyaman didalam ruangan dan bisa
lebih mengerti tentang apa yang dijelaskan.
Adapun saran dari penulis yaitu sebaiknya susunan materi yang dicatat di
papan tulis berurutan dari yang pertama sampai yang terakhir supaya praktikan
bisa mendeskripsi mana yang lebih duluan dan biar efektif dan untuk asdos lebih
membimbing praktikan untuk kedepannya lagi.
Hanya itu kritik dan saran saya semoga apa yang saya sampaikan bisa
menjadi doa untuk kemajuan kampus kita, yaitu STTNAS Yogyakarta dan saya
ucapkan terima kasih banyak untuk Para Asdos Mikropaleontologi

50
DAFTAR PUSTAKA

 Pandita Hita, 2017.Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi.Jurusan


Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.Yogyakarta.
 Adama, C. G, 1970. A Reconsideration of The East Indian Letter
Clasification of The Tertiary. Br. Mus. Nat. Hist. Bull. (Geo), ln 87 – 137
 Blow, W.H., 1969. Late Middle Eocene to Recent Planktonic Foraminifera
Biostratigraph Cont. Planktonic Microfossil, Geneva, 1967, Pro Leiden, E.J
Bull v.1
 Cushman, J.A., 1969 Foraminifera Their Clasification and Economic Use,
Cambridge, Massachusets, USA Harvard University Press
 Kennett, J.P Srinivasan, M.S 1983, Neogene Planktonic Foraminifera.
Hucthison Ross Publishing Company, h.265
 Maha, M., 1995. Biozonasi, Paleobatimetri dan Pemerian Siaternatis
Foraminifera Kecil Sumur TO-04, Sumur TO-08 dan Sumur -95, Daerah
Cepu dan sekitarnya, Cekungan Jawa Timur Utara, Thesis, ITB, Bandung
 Phleger, F.B., 1951. Ecology of Foraminifera, Northwest Guff of Mexico,
The Geological Society of America, Memorial 46
 Postuma, J.A., 1971. Manual of Planktonic Foraminifera, Amsterdam,
London, New York, Elsevier Publishing Company
 Pringgopawiro. H., 1984. DiklatMikropaleontologi Lanjut, Laboratorium
Mikropaleontologi Jur. T. Geologi, ITB, Bandung
 Subandrio. A., 1994, Study Paleobathymetry Cekungan Sumatera Utara
Subbcekungan Jambi dan Cekungan Barito, Thesis, ITB, Bandung

51
LAMPIRAN

52

Anda mungkin juga menyukai