Iling Makalah Geokimia
Iling Makalah Geokimia
II
II
a. Stopwatch
b. Kertas hisap
c. Kapas
d. Vaccinostyle steril
1. Menusuk ujung jari, mencatat dengan tepat waktu saat darah pertama keluar
2. Mengisap tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi.
II
b. Stopwatch
c. Kapas
d. Darah
1. Menusukkan ujung jari, tetes darah yang keluar dihisap ke dalam mikro kapiler yang tidak
berheparin (pipet warna biru). Mencatat dengan tepat saat tetes darah masuk ke dalam
kapiler.
2. Menggemgam pipet mikrokapiler tadi dalam tangan selama 5 menit. Setelah itu
mematahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap 1 menit sampai terbentuk benang
3. Mencatat waktu pada saat terjadi benang fibrin. Waktu antara pengisapan darah ke dalam
kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.
MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT
II
a. 1 set haemocytemeter
b. Mikroskop
c. Darah Manusia
1. Ambil darah dengan Cara menusuk bagian yang dipilih (darah dapat diambil dari ujung
jari manusia, dapat juga dari sayap ayam, telinga kelinci, domba, dll.). Jangan lupa
sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai darah membeku didalam pipet.
3. Encerkan darah dalam pipet dengan menggunakan larutan Hayem sampai tanda 101,
4. Kocoklah pipet tersebut secara horizontal (lihat yang dicontohkan oleh asisten). Hal ini
8. Lihat dibawah mikroskop, Hitinglah butir-butir eritrosit yang berada di dalam kotak-kotak
II
a. 1 set haemocytemeter
b. Mikroskop
c. Darah Manusia
1. Darah dihisap sampai tanda 1. kemudian diencerkan dengan larutan TURK sampai danda
11. Berarti pengenceran 10 kali. Lakukan pengocokan (sama seperti pada eritrosit)
2. Setelah dilakukan pengocokan dan dibiarkan elama 15 menit, teteskan kedalam kamar
hitung.
3. Lihatlah dibawah mikroskop dan hitunglah butir-butir dara putih yang terdapat di dalam
Pada tabung 2 yang berisi darah dengan ditambahkan 2cc NaCl 0,5% setengah lisis setengah tidak
karena cairan di luar sel dengan intraseluler hampir seimbang.
Pada tabung 3 yang berisi darah dengan ditambahnya NaCl 0,9%. Dengan ditambahnya larutan
tersebut tidak terjadi perubahan bentuk atau bisa dibilang normal, karena NaCl adalah larutan
isotonis jadi cairan isotonis konsentrasinya sama dengan sel-sel darah, jadi sel-sel darah tetap tidak
mengalama hemolisis ataupun krenasi.
4. Tabung 4 NaCl 1%
Pada tabung 4 yang berisi darah dengan ditambahnya NaCl 1%. Dengan ditambahnya larutan
tersebut menyebabkan sel darah merah menjadi mengkerut atau krenasi. Terdapat cairan bening
dan sel darah merah tembus cahaya atau tembus huruf.
5. Tabung 5 NaCl 3%
Pada tabung 5 yang berisi darah dengan ditambahkannya NaCl 3%. Dengan ditambahkannya
larutan tersebut, sel darah merah mengalami perubahan bentuk menjadi mengkerut atau disebut
juga krenasi. Hal ini dikarenakan larutan NaCl 3% adalah cairan hipertonis.
Pada praktikum kali ini yaitu menentukan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah manusia.
Metode yang pertama digunakan adalah dengan metode Hematin Asam dengan Hemometer Sahli.
Metode Hematin Asam dengan Hemometer Sahli, pada praktikum ini menggunakan sampel darah
manusia. Hasil yang didapat adalah 8,2 gram%. Hasil ini menunjukan bahwa darah yang diuji
mengalami kekurangan Hemoglobin atau bisa disebut hampir anemia. Agus (2012) menyebutkan
bahwa kadar Hb sahli manusia adalah gram 12gram%. Jadi, kadar hemoglobin sampel darah tidak
sesuai dengan kadar hemoglobin normal.
Metode yang kedua adalah metode tallquist. Metode ini dilakukan dengan membandingkan
intensitas warna merah darah. Intensitas warna merah darah tersebut dibandingkan dengan
konsentrasi Hb yang terdapat dalam darah. Percobaan ini menggunakan darah manusia mahasiswi
yang melakukan praktikum berumur 18 tahun dengan berat badan 78 kg. Hasil yang didapat kadar
HB tallquistnya adalah 50% 7,8 gms. Menurut Duncan & Prasse (1986), kadar HB tallquist pada
wanita normal adalah 80% 12,5gms. Dari praktikum kali ini kita dapat membandingkan hasil
praktikum dengan literature. Hasil praktikum menandakan bahwa kadar HB tallquist masih kurang
dengan kadar yang ada pada literature. Ini bisa terjadi dikarenakan pola hidup sang pendonor
kurang baik, tetapi mungkin data ini bisa saja belum tepat karena adanya kesalahan pada saat
melakukan prosedur praktikum.
Nilai hematokrit adalah panjangnya endapan sel darah merah yang dinyatakan dalam
persentase volume darah di dalam tabung hematokrit, nilai ini berbanding lurus dengan jumlah sel
darah, maka semakin tinggi nilai hematokrit semakin tinggi pula perbandingan komponen-
komponen dan plasma Nilai hematokrit adalah persentase volume endapan eritrosit setelah sampel
darah dipisahkan dalam waktu dan kecepatan tertentu (Pearce, 2002).
Pemeriksaan hematokrit dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah
vena. Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan jarum suntik. Darah yang sudah
terambil akan dimasukan ke dalam wadah khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran
hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan.
Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, hingga
mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar
bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit normal pada laki-laki (♂) adalah 40-50%,
sedangkan pada wanita adalah 35-45% (Frandson, 1992).
Darah dengan anti koagulan isotonic dalam tabung dipusing selama 15 menit dengan kecepatan
3000 rpm, sehingga eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung tingginya
kolom mencerminkan nilai hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge supaya eritrosit mengendap.
Penetapan nilai hematokrit cara manual dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit
atau metode mikrohetokrit. Namun pada praktikum kali ini, metode penentuan nilai hematokrit
menggunakan metode mikromematokrit. Metode mikrohematokrit mempunyai keunggulan lebih
cepat dan sederhana. Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung
antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau pecahan
desimal. Metode mikrohematokrit proporsi plasma dan eritrosit (nilai hematokrit) dengan alat
pembaca skala hematokrit. Metode ini menggunakan tabung kapiler warna merah dengan
antikoagulan.
Perobaan ini menggunakan darah manusia, didapatkan hasil dari praktikum nilai hematokrit
dari darah wanita adalah sebanyak 49%, menurut literature hematokrit normal wanita adalah 35-
45%, jadi hasil praktikum dengan literature sudah sesuai.
Praktikum kali ini menguji berapa lama waktu yang dibutuhkan dari saat darah pertama kali
keluar sampai tidak keluar lagi. Dari hasil praktikum, waktu yang dibutuhkan mulai dari darah
pertama keluar sampai tidak keluar lagi membutuhkan waktu 26,33 detik. Menurut Guyton (1983)
kisaran waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik. Jadi, hasil
praktikum dengan literature sesuai.
Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar sampai terbentuk
benang fibrin pada proses pembekuan darah.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh waktu pembekuan darah seorang wanita berumur 18
tahun selama 5 menit 52 detik. Menurut Frandson (1992), waktu koagulasi normal pada manusia
yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Jadi, hasil praktikum dengan
literature sesuai.
Menghitung jumlah eritrosit yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang
mudah karena sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah berukuran sangat kecil sehingga
dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan Haemocytometer dengan bantuan
mikroskop. Dalam proses penghitungan sel-sel darah merah dibutuhkan juga ketelitian dan
konsisten dalam cara menghitung. Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di dalam kamar
hitung yang bersakala atau berukuran kecil dengan jumlah 40 buah.
Pada praktikum kali ini, sampel darah yang digunakan adalah darah domba. Setelah
melakukan praktikum dan dilakukan perhitungan, diperoleh jumlah eritrosit sebanyak 6.400.000
sel/mm3. Menurut Soeharsono (2010), jumlah eritrosit normal pada domba berkisar antara 9-13
juta/mm³. Artinya, sampel yang diamati memiliki jumlah eritrosit yang tidak normal. Karena
antara hasil dan literature terdapat perbedaan yang cukup jauh. Namun, bisa jadi sampel darah
tersebut didapatkan dari domba karena jumlah eritrosit dipengaruhi genetik (spesies, ras,
individual) dan lingkungan (pakan, iklim, penyakit, managerial). Dalam perhitungan maupun
dalam menjalankan prosedur yang keliru (human error) dapat menjadi faktor yang menyebabkan
perbedaan hasil.
Menghitung jumlah leukosit pada prinsipnya sama saja dengan cara menghitung jumlah sel
darah merah (eritrosit) hanya saja yang digunakan pipet dan kamar hitung yang berbeda, jika tadi
pada saat menghitung sel-sel darah merah dengan kamar hitung yang memiliki skala yang kecil
dengan jumlah 40 kamar akan tetapi sekarang menghitung dalam kamar hitung yang berukuran
besar dengan jumlah 25 kamar.
Dalam praktikum jumlah leukosit kelompok kami adalah 13.500 mm3. Menurut literature,
praktikum yang kami lakukan berlebih daripada kisaran yang normal. Hal ini dikarenakan
kemungkinan adanya kesalahan yaitu melakukan double accounting. Yang dimaksud disini adalah
menghitung kembali butir darah yang sudah dihitung sebelumnya, jadi jumlah yang didapatkan
tidak berada dalam kisaran normal.
Daftar Pustaka
Duncan JR and Prasse KW. 1986. Veterinary Laboratory Medicine. 2nd Ed. Lowa State
University. USA
Agus. 2012. Hemoglobin darah. http: // digilib. unimus. ac.id /files /disk1/ 107/
jtptunimus- gdl- fajarmardh- 5335-1 -bab1. pdf. Diakses pada Sabtu, 13 Desember 2014.
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT:Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi 4. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC
Penerbit Buku kedokteran. Jakarta.
Soeharsono, A. Mushawwir, E. Hernawan, L. Adriani, K. A. Kamil. 2010. Fisiologi
Ternak: Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada Hewan. Widya
Padjadjaran, Bandung.