Anda di halaman 1dari 6

Dasar-dasar Pengujian Tegangan Tinggi

Pengujian pada peralatan tegangan tinggi dapat bersifat merusak (destructive)


maupun tidak merusak (non destructive). Pengujian yang sifatnya merusak umumnya terdiri
dari tiga tahap yang bergantung kepada tingkat tegangan, seperti :

1) Pengujian Ketahanan pada tegangan VW selama t menit

2) Pengujian Lompatan dengan tegangan lompatan VF

3) Pengujian Kegagalan dengan tegangan gagal VB

Pengujian non destruktif adalah pengujian yang tidak merusak bahan. Contohnya Uji
tahanan isolasi, faktor rugi-rugi dielektrik, korona, konduktivitas, medan elektrik, dan lain-lain.

 Pengujian ketahanan (withstand test) : tegangan tertentu diterapkan selama waktu yang
ditentukan, bila tidak terjadi lompatan (spark over), maka pengujian memuaskan.

 Pengujian pelepasan (discharge test) : tegangan dinaikkan sehingga terjadi pelepasan pada
benda yang diuji. Pengujian dilakukan dalam suasana kering dan suasana basah.

 Pengujian kegagalan (breakdown test) : tegangan dinaikkan sampai terjadi kegagalan pada
benda uji.

Berdasarkan jenis tegangannya, pengujian tegangan tinggi dibagi menjadi dua jenis,
pengujian tegangan tinggi AC dan pengujian tegangan tinggi DC.

4.1 Pengujian dengan Tegangan TinggiAC

source : careerthesaurus.com

Untuk tegangan AC, dibedakan berdasarkan frekuensi tinggi atau rendah.Pengujian


tegangan tinggi AC frekuensi rendah dilakukan untuk menyelidiki apakah peralatan listrik yang
terpasang pada jaringan tegangan tinggi dapat menahan tegangan yang melebihi tegangan
operasinya untuk waktu yang terbatas. Hal ini dilakukan karena tidak selamanya tegangan
yang diberikan ke peralatan tersebut stabil. Ada kalanya tegangan yang diberikan melebihi
batas nominalnya karena putusnya kawat saluran atau hal lainnya.

Sedangkan, pengujian tegangan tinggi AC frekuensi tinggi dilakukan untuk berbagai


menguji adanya kerusakan-kerusakan mekanis (keretakan, kantong udara, dan lain-lain) pada
isolator, terutama isolator porselen. Tegangan tinggi ini memungkinkan adanya lompatan api
pada isolator tersebut. Frekuensi tinggi memungkinkan terjadinya rambatan pada kulit isolator
yang diuji. Apabila isolator yang diuji tidak terdapat kerusakan mekanis, maka arus akan
merambat melalui permukaan isolator. Apabila isolator yang diuji mengalami kerusakan
mekanis, tidak akan terlihat percikan api pada bagian kulit karena arus merambat melalui
bagian dalam isolator yang mengalami keretakan (adanya rongga udara).

Dalam hal penerapan tegangan AC pada suatu isolasi, arus yang besar akan mengalir
yang tinggal konstan sebagai arus bolak-balik mengisi dan membuang pada isolasi. Pengaruh
dari arus absorpsi dielektrik tetap tinggi karena medan dielektrik tidak pernah menjadi penuh
sehubungan dengan polaritas dari arus yang terbalik pada setiap setengah siklus. Bilaman
suatu tegangan AC diterapkan ke suatu isolasi, arus yang ditarik oleh isolasi adalah
berhubungan dengan pengisian kapasitansi, absorpsi dielektrik, arus bocor kontinyu, dan
korona.

A. Arus Pengisian Kapasitansi

Di dalam hal tegangan AC, arus ini adalah konstan dan merupakan fungsi tegangan,
konstanta dielektrik dari bahan isolasi, dan geometri dari isolasi.

B. Arus Absorpsi Dielektrik

Bilamana medan listrik ditempatkan memotong suatu isolasi, molekul – molekul dipole
berusaha untuk membuat segaris sesuai medan. Karena molekul – molekul pada medan AC
secara kontinyu berbalik dan tidak pernah benar – benar segaris, energi yang diperlukan
merupakan fungsi dari bahan, kontaminasi, dan frekwensi listrik, dan tidak tergantung waktu.

C. Arus Bocor (Konduktivitas)

Semua bahan – bahan isolasi akan menghantar arus. Jika tegangan dinaikkan di atas
tingkat tertentu, elektron akan memukul elektron yang menyebabkan arus lewat melalui
isolasi. Kondisi ini merupakan fungsi dari bahan, kontaminasi, dan temperatur. Kelebihan
konduktivitas akan membangkitkan panas yang menyebabkan isolasi gagal secara bertahap.

D. Korona (Arus Ionisasi)


Korona adalah proses dimana molekul – molekul netral udara terlepas membentuk
muatan ion – ion positif dan negatif. Hal ini terjadi sehubungan dengan adanya stress yang
berlebihan dari void udara di dalam isolasi. Udara kosong pada isolasi minyak atau isolasi
padat kemungkinan karena kerusakan akibat panas atau stress fisik, proses pembuatan yang
kurang baik, kesalahan instalasi, atau pengoperasian yang tidak benar.

Adapun pokok-pokok pengujian tegangan tinggi ac pada peralatan tegangan tinggi


meliputi:

1) Pengujian Ketahanan dalam udara

Pengujian ketahanan dalam udara diterapkan selama dua menit, dan spesimen
diperiksa apakah terjadi kerusakan atau hal yang abnormal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil pengujian yang benar-benar perlu diperhatikan adalah :

a. Tekanan udara

b. Suhu (udara kering atau basah)

c. Kelembaban udara

2) Pengujian Ketahanan dalam minyak atau air

Untuk pengujian ketahanan dalam minyak harus dipastikan bahwa minyak yang
dipakai mempunyai ketahanan lebih dari 20 kV bila dipakai sela standar. tegangan
dinaikkan secara bebas sampai kira-kira 75 % dari tegangan yang ditentukan, lalu
dinaikkan sampai tegangan 100 % dari tegangan ketahanan tersebut dengan kecepatan 1
kV/detik bila tegangan tersebut besarnya 100 kV atau kurang, atau kira-kira 1 % dari
tegangan ketahanan perdetik untuk tegangan lebih dari 100 kV. tegangan tesebut
diterapkan selama satu menit, dan spesimen diperiksa kembali.

Pengujian suasana basah dimaksudkan untuk menirukan keadaan udara pada waktu
hujan, salju dan sebagainya. Oleh karena air hujan menghantarkan listrik maka tegangan
pelepasan dari alat-alat listrik yang dipasang di luar menjadi berkurang pada waktu alat-
alat tersebut basah karena hujan. Alat pengujian basah mempunyai kontruksi khusus
dengan pipa-pipa mendatar yang diberi lubang-lubang (nozzles) guna memancarkan air
yang digerakkan oleh sebuah pompa. Lubang-lubang itu dapat diatur besarnya sehingga
kwantitas air yang disiramkan pada benda yang akan diuji tertentu. Rangkaian pipa
mendatar dapat digerakkan menurut sebuah busur sehingga sudut penyiramannya ()
dapat diatur pula. Tegangan lompatan api basah dipengaruhi oleh sejumlah penyiraman
permenit, resistivitas air dan sudut penyiraman.

3) Pengujian ketahanan untuk tiap isolator

Cara pengujian tiap lapisan adalah, pada tiap lapisan diterapkan 90% tegangan
lompatan api yang berupa tegangan AC selama dua menit. Hasil Pengujian adalah bila
tegangan yang diterapkan melampaui ketahanan isolasi maka akan terjadi kerusakan pada
isolasi.

4) Pengujian lompatan (bunga api) dalam suasana kering


Tegangan lompatan api dari sebuah isolator sangat dipengaruhi oleh bentuk elektroda
dan benda yang ada disekelilingnya. Oleh sebab itu pada waktu pengujian elektroda dan
benda yang mengelilinginya harus diatur sedemikian rupa sehingga keadaan yang
sebenarnya ditirukan.

Tegangan pengujian dinaikkan secara bebas sampai harga 75% dari tegangan
lompatan api yang diharapkan, sesudah itu tegangan dinaikkan sampai lompatan api
terjadi dengan kecepatan 1000 volt perdetik Tegangan lompatan didefinisikan sebagai
harga rata-rata dari lima harga lompatan yang diukur dengan batas antara 15detik sampai
5 menit.

5) Pengujian lompatan (bunga api) dalam suasana basah (humidity tinggi)

Tujuan dari pengujian lompatan api basah adalah untuk mengetahui tegangan tembus
isolator dalam keadaan hujan. Sedangkan cara pengujian adalah isolator diberi tegangan
uji yang berupa tegangan AC. Tegangan pengujian dapat dinaikkan secara bebas sampai
mencapai harga 75% dari tegangan lompatan api yang diharapkan;sesudah itu tegangan
dinaikkan sampai lompatan api terjadi dengan kecepatan 1000 volt per detik. Pada waktu
dilakukan pengujian dilakukan penyiraman pada isolator secara standar sehingga mewakili
kondisi hujan.Hasil Pengujian adalah terjadinya lompatan listrik pada saat tegangan
tertentu.

6) Pengujian tembus atau breakdown

Tegangan dinaikkan sampai tegangan lompatan standar dalam keadaan kering


secara bebas, lalu dinaikkan sampai terjadi penembusan (puncture) dengan kecepatan
4 kV/detik. Tegangan tembus sangat dipengaruhi oleh kecepatan menaikkan
tegangan.

Untuk menentukan tipe Circuit Breaker yang akan di pasang di dalam

sebuah titik instalasi listrik, kita wajib mengetahui dua parameter utama

yang mendasar yaitu:

1. Arus beban (load current) I B;


2. Nilai arus hubung singkat tiga fasa (three-phase short-circuit) atau dikenal dengan
istilah Prospective ISC pada posisi asal mula instalasi pengawatan.

Circuit Breaker terpilih akan selalu membandingkan arus setting Ir dengan

arus beban IB, serta breaking capacity-nya ICU dengan prospective ISC (lihat

gb. dibawah). Ini adalah aturan dasar yang terdapat pada standar
instalasi Circuit Breaker dan kemungkinan tidak akan berubah atau

diamandum ulang.

dalam IEC 947-2 telah didefinisikan karakteristik Service Breaking Capacity

yang baru, ICS, yang mana menggambarkan kemampuan dari peralatan

(CB) untuk kembali beroperasi secara normal setelah short-circuit breaking

(pemutusan arus hubung-singkat) pada nilai tertentu yang mungkin terjadi.

Meskipun disana tidak ada aturan dalam standar instalasi (IEC 364 atau NF

C 15-100) yang sesuai pada kegunaan dari nilai I CS, disarankan untuk

memilih peralatan yang memiliki nilai service breaking capacity I CS ≥ nilai

kemungkinan hubung singkat ISC. Hal ini cukup penting dan jauh lebih bijak

dalam rangka untuk meyakinkan kelangsungan kerja serta kehandalan

sistem yang lebih optimal.


Mesin-mesin dengan rancangan terbaru pada umumnya jarang sekali mengalami gangguan, hal
ini disebabkan karena adanya penggunaan bahan-bahan bermutu tinggi, teknis pengerjaan dan
pengendalian mutu yang lebih baik, jika dibanding dengan mesin-mesin buatan terdahulu.
Walaupun demikian kemungkinan terjadinya gangguan tidak dapat dihindarkan. Gangguan dapat
menyebabkan kerusakan pada mesin yang sedang dioperasikan dan biasanya akan diikuti
dengan pemutusan suplai. Mengingat generator merupakan peralatan yang penting dan nilainya
juga cukup mahal (biaya penggantian maupun perbaikan mesin lama) maka diusahakan
pengaruh gangguan dibatasi sampai sekecil mungkin. Antara lain dengan menditeksi keadaan
gangguan secara tepat dan mengisolasikan mesin terhadap sistem yang sehat secara cepat.

Gangguan pada generator antara lain dapat disebabkan oleh:

a. Hubung singkat (short-circuit) pada lilitan stator.

b. Beban lebih (overload).

c. Panas lebih (overheating) pada lilitan dan bearing.

d. Tegangan lebih (overvoltage) dan kecepatan lebih.

e. Kehilangan medan penguat (loss of field).

f. Daya balik (motoring).

g. Arus tidak seimbang (unbalance current) pada stator.


h. Out of step.

Sebagian besar gangguan di atas perlu dihilangkan dengan cara melepaskan generator terhadap
sistem melalui pemutus tenaga utama (main circuit breaker) dan bila memungkinkan melepas
pemutus tenaga medan penguat. Untuk jenis gangguan tertentu selain cara di atas, mesin
penggerak dihentikan beroperasi. Bila terjadi gangguan yang masih pada batas yang diizinkan
biasanya sistem hanya memberikan peringatan saja.

Menentukan tindakan seperti yang disebutkan di atas harus dilakukan secara cermat dan hati-
hati, karena kesalahan dalam menentukan dapat mempengaruhi tingkat pelayanan yang baik.
Keadaan tersebut dapat dicapai dengan :

a. Memilih jenis rele yang sesuai dengan jenis gangguan yang mungkin timbul.

b. Mengkoordinasi penyetelan rele yang satu dengan yang lainnya.

c. Mempertimbangkan segi produksi, pemeliharaan generator dan pemeliharaan peralatan


pengamannya.

d. Mengadakan tenaga-tenaga operator dan teknisi pemeliharaan yang memadai.

Apabila keempat faktor di atas dapat dipenuhi maka diharapkan kelangsungan pengoperasian
dapat berjalan dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai