Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIK

KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI

SEMESTER 5

Disusun Oleh :

Duvadilant Luthfansyah (3.39.16.0.06)

LT - 3D

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Praktikum Instalasi Listrik Industri semester empat yang dilaksanakan pada tanggal 5
November 2018 - 23 November 2018.
Penyusunan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Praktikum Konstruksi Jaringan Distribusi di Politeknik Negeri Semarang.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan praktikum konstruksi jaringan
distribusi yang dilaksanakan selama tiga minggu di Bengkel Elektrical Politeknik
Negeri Semarang. Mata kuliah Praktikum Konstruksi Jaringan Distribusi pada
semester lima ini melatih mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui nama
komponen-komponen pada konstruksi jaringan distribusi, fungsi, serta cara
penggunaannya.
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Eko Widiarto, S.T., M. Eng., selaku Dosen Praktek Konstruksi Jaringan
Distribusi.
2. Teman – teman LT 3D yang telah mendukung hingga praktek semester V
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penyusun harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Semarang, 19 Desember 2018

Penyusun

1
BAB I
TRAFO DISTRIBUSI

I. Waktu Pelaksanaan
19 November – 21 November 2018
II. Tujuan
Setelah melaksanakan praktik mahasiswa diharapkan dapat :
a. Mengetahui dan memahami bagian-baguan jaringan ditribusi.
b. Meningkatkan pengetahuan dan mempelajari sistem kerja jaringan distribusi.
c. Mengamati secara langsung rancangan alat-alat yang digunakan, cara kerja,
dan proteksi pada jaringan distribusi.
III. Dasar Teori
Jaringan distribusi tenaga listrik adalah suatu saluran/ jaringan yang
menghubungkan dari sumber daya listrik besar (gardu induk) dengan para
konsumen/pemakai listrik baik itu pabrik,industri,atau rumah tangga. Dimana
rangkaian trafo distribusi berfungsi mengubah tegangan 20kV menjadi 380V.

3.1 Kabel AAAC

Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon campuran logam,


keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicide, untuk memberi
sifat yang lebih baik. Kabel ini biasanya dibuat dari paduan aluminium 6201.
AAAC mempunyai suatu anti karat dan kekuatan yang baik, sehingga daya
hantarnya lebih baik

Gambar 3.1 Kabel AAAC

2
3.2 Lighting Arrester
Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan dan
peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena sambaran
petir (flash over) dan karena surja hubung(switching surge) di suatu jaringan.
Lightning arrester ini memberi kesempatan yang lebih besar terhadap tegangan
lebih abnormal untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat pengaman ini merusak
peralatan jaringan seperti tansformator dan isolator. Oleh karena itu lightning
arrester merupakan alat yang peka terhadap tegangan, maka pemakaiannya
harus disesuaikan dengan tegangan sistem.
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi peralatan
system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan
surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik dengan cara
membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ketanah.
Disebabkan oleh fungsinya, arrester harus dapat menahan tegangan system 50
Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah
tanpa mengalami kerusakan. Arrester berlaku sebagai jalan pintas sekitar
isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau
petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.
Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan
oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga
merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system tenaga listrik. Bila surja
datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu
induk.

Gambar 3.2 Lighting Arrester


3
3.3 Fuse Cut Off (FCO)
Fuse (Pelebur) merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian
dari komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya
untuk itu, membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang dan
memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam waktu
yang cukup.
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan
terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi dari batas
maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau beban
lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila
dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu
Induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang
sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan
satu saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus
saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah.

Gambar 3.3 Fuse Cut Out 20kV

i. Prinsip Kerja FCO


Pada sistem distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip
kerja melebur, apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus
nominalnya. Biasanya Fuse Cut Out dipasang setelah PTS maupun LBS
untuk memproteksi feeder dari gangguan hubung singkat dan dipasang seri

4
dengan jaringan yang dilindunginya, Fuse Cut Out juga sering ditemukan
pada setiap transformator.
Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam
jaringan distribusi. Karena fuse cut out boleh dikatakan hanya berupa
sehelai kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus
maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut.
Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada
faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity)
yang tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut.
Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat
perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari
bahan – bahan tersebut. Pada umumnya diantara kawat diatas, yang sering
digunakan adalah kawat logam perak, hal ini karena logam perak memiliki
Resistansi Spesifik (µΩ/cm) yang paling rendah dan Titik Lebur (oC) yang
rendah. Kawat ini dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan
pasir putih sebagai pemadam busur api, dan menghubungkan kawat
tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya.

Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat
perak di dalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan
dapat dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera
dipadamkan oleh pasir yang berada di dalam tabung porselin. Karena udara
yang berada di dalam porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya
ledakan akan berkurang karena diredam oleh pasir putih. Panas yang
ditimbulkan sebagian besar akan diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila

5
kawat perak menjadi lumer karena tenaga arus yang melebihi maksimum,
maka waktu itu kawat akan hancur. Karena adanya gaya hentakan, maka
tabung porselin akan terlempar keluar dari kontaknya. Dengan terlepasnya
tabung porselin ini yang berfungsi sebagai saklar pemisah, maka
terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus beban lebih
atau arus hubung singkat.
Umur dari fuse cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus
yang melalui fuse cut out tersebut melebihi batas maksimum, maka umur
fuse cut out lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada
jaringan distribusi hendaknya yang memiliki kemampuan lebih besar dari
kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal
yang diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai
pengaman tansformator distribusi, dan pengaman pada cabang – cabang
saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.
ii. Konstruksi FCO

1.Isolator Porselin
2.Kontak Tembaga (disepuh perak)
3.Alat Pemadam/Pemutus Busur
4.Tutup yang dapat dilepas (dari
kuningan)
5.Mata kait (dari brons)
6.Tabung pelebur (dari resin)
7.Penggantung (dari kuningan)
8.Klem pemegang (dari baja)
9.Klem terminal (dari kuningan)

Gambar 3.4 Konstruksi FCO

6
3.4 Trafo Distribusi

Gambar 3.5 Trafo Distribusi 20 kV


Trafo Distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam
penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Kerusakan pada
trafo distribusi menyebabkan kontiniutas pelayanan terhadap konsumen akan
terganggu (terjadi pemutusan aliran listrik atau pemadaman). Pemadaman
merupakan suatu kerugian yang menyebabkan biaya-biaya pembangkitan akan
meningkat tergantung harga KWH yang tidak terjual. Pemilihan rating Trafo
Distribusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan beban akan menyebabkan
efisiensi menjadi kecil, begitu juga penempatan lokasi Trafo Distribusi yang
tidak cocok mempengaruhi drop tegangan ujung pada konsumen atau
jatuhnya/turunnya tegangan ujung saluran/konsumen.
Transformator atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat merubah
tegangan tinggi ke rendah atau sebaliknya dalam frekuensi sama. Trafo
merupakan jantung dari distribusi dan transmisi yang diharapkan beroperasi
maksimal (kerja terus menerus tanpa henti). Agar dapat berfungsi dengan baik,
makan trafo harus dipelihara dan dirawat dengan baik menggunakan sistem dan
peralatan yang tepat. Trafo dapat dibedakan berdasarkan tenaganya, trafo
500/150 kV dan 150/70 kV biasa disebut trafo Interbus Transformator (IBT)
dan trafo 150/20 kV dan 70/20 kV disebut trafo distribusi. Trafo pada umumnya
ditanahkan pada titik netral sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan
atau proteksi. Sebagai contoh trafo 150/20 kV ditanahkan secara langsung di

7
sisi netral 150 kV dan trafo 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan rendah atau
tahanan tinggi atau langsung di sisi netral 20 kV.
a. Bagian-bagian Trafo Distribusi
1) Kumparan Tersier :
Selain kedua kumparan ( primer dan sekunder ) ada beberapa trafo yang
dilengkapi dengan kumparan ketiga atau kumparan tersier ( tertiary
winding ).
Kumparan tersier diperlukan untuk memperoleh tegangan tersier atau
untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tersier
selalu dihubungkan delta.
Kumparan tersier sering dipergunakan juga untuk penyambungan
peralatan bantu seperti kondensator synchrone, kapasitor shunt dan
reactor shunt, namun demikian tidak semua trafo daya mempunyai
kumparan tersier.
2) Media Pendingin :
Khusus jenis trafo tenaga tipe basah, kumparan-kumparan dan intinya
direndam dalam minyak-trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang
berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media
pemindah panas dan bersifat pula sebagai isolasi ( tegangan tembus
tinggi ) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Untuk
itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Ketahanan isolasi harus tinggi ( >10kV/mm )
b. Berat jenis harus kecil, sehingga partikel-partikel inert di dalam
minyak dapat mengendap dengan cepat.
c. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik.
d. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yg dapat
membahayakan
e. Tidak merusak bahan isolasi padat ( sifat kimia ‘y’ )

8
3) Bushing
Merupakan penghubung antara kumparan trafo ke jaringan luar.
Bushing adalah sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang
sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan
tangki trafo.

Gambar 3.6 Bushing


4) Tangki dan konservator (khusus pada trafo tipe basah)
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo
yang ditempatkan di dalam tangki baja. Tangki trafo-trafo distribusi
umumnya dilengkapi dengan sirip-sirip pendingin ( cooling fin ) yang
berfungsi memperluas permukaan dinding tangki, sehingga penyaluran
panas minyak pada saat konveksi menjadi semakin baik dan efektif
untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan
konservator.
5) Tap Changer
Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder sesuai yang diinginkan dari
tegangan jaringan / primer yang berubah-ubah. Tap changer dapat
dioperasikan baik dalam keadaan berbeban ( on-load ) atau dalam
keadaan tak berbeban ( off load ), tergantung jenisnya.
6) Breather
Karena pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar,
maka suhu minyakpun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut.
Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di

9
atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu
minyak turun dan volumenya menyusut maka udara luar akan masuk ke
dalam tangki.
Proses di atas disebut pernapasan trafo. Hal tersebut menyebabkan
permukaan minyak trafo akan selalu bersinggungan dengan udara luar
yg menurunkan nilai tegangan tembus minyak trafo. Untuk mencegah
hal tersebut maka pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi
tabung khusus yg berisi kristal yg bersifat hygroskopis.
7) Perlatan Pengaman
Setiap unit trafo distribusi selalu dilengkapi dengan peralatan
pengaman, yg mengamankan trafo khususnya fisis, elektris maupun
kimiawi.
Beberapa peralatan pengaman yg umum dikenal, antara lain :
a. Bucholz Relai
Rele ini berfungsi mendeteksi dan mengamankan trafo terhadap
gangguan di dalam tangki yang menimbulkan gas. Gas dapat timbul
diakibatkan oleh :
 Hubung singkat antar lilitan pada/dalam phasa
 Hubung singkat antar phasa atau phasa ke tanah
 Busur api listrik antar laminasi atau karena kontak yang kurang
baik.
b. Over Pressure Relai
Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni
mengamankan terhadap gangguan di dalam trafo. Bedanya rele ini
hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung
mentripkan CB pada sisi upstream-nya.
c. Differential Relai
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara
lain flash over antara kumparan dengan kumparan, kumparan dengan

10
tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun antar
kumparan.
d. Thermal Relai
Berfungsi untuk mengamankan trafo dari kerusakan isolasi
kumparan, akibat adanya panas berlebih yang ditimbulkan oleh arus
lebih ( over current ). Parameter yang diukur oleh rele ini adalah
kenaikan temperatur.
Saat ini keempat jenis rele tersebut diintegrasikan pada satu jenis rele
yang dikenal dengan DGPT2. Notasi DGPT2 berarti :
 D = Differential rele
 G = Gas rele
 P = Pressure rele
 T2 = Temperature ( thermal ) rele dengan 2 thermostat,
masing masing digunakan untuk men-triger alarm dan yang lainnya
untuk mengoperasikan kumparan shunt pada CB di sisi upstream,
untuk memutuskan / men-trip pasokan daya ke trafo.
e. OCR ( Over Current Rele)
Berfungsi mengamankan trafo arus yang melebihi nilai yang
diperkenankan lewat pada trafo tersebut. Arus lebih dapat terjadi oleh
karena beban lebih atau gangguan hubung singkat.
f. Rele Tangki Tanah
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila terjadi hubung singkat
antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak
bertegangan pada trafo.
g. Restricted Earth Fault Relai
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung
singkat 1 phasa ke tanah.
h. Indikator-indikator
Untuk mengawasi kondisi trafo selama beroperasi, maka setiap unit
trafo umumnya dilengkapi dengan indikator-indikator berikut :

11
 Indikator suhu minyak
 Indikator permukaan minyak
 Indikator sistem pendingin
 Indikator kedudukan tap
3.5 Isolator
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar
yang disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik
yang berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan
akibat temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan
untuk menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan
terhadap tanah berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan
batang besi pengikat isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa
maka jarak antara penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi
jarak antara isolator satu dengn lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai
batas maksimum dan angin yang meniup sekencang apapun dua penghantar
tidak akan saling bersentuhan.
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur dan
gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,
dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di
Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun.
Warna isolator pada umumnya coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening
untuk bahan gelas.
Konstruksi Isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-lekukan
yang bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan
maka ada bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air hujan.
Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

12
 Isolator Tumpu ( Pin Insulator )

Gambar 3.7 Isolator Pin


Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika
penghantar dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan
sudut maksimal 2 ° dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di
bagian sisi ( leher ) isolator untuk tarikan dengan sudut maksimal 18 ° .
Isolator dipasang tegak-lurus dii atas travers.
 Isolator tarik ( Strain Insulator )
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar ditambah
dengan beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar, seperti pada
konstruksi tiang awal / akhir, tiang sudut , tiang percabangan dan tiang
penegang. Isolator dipasang di bagian sisi Travers atau searah dengan tarikan
penghantar. Penghantar diikat dengan Strain Clamp dengan pengencangan
mur - bautnya. Isolator jenis ini pada sebagian konstruksi SUTM di Jawa
Barat dipakai juga untuk tarikan lurus atau sudut kecil yang dipasang
menggantung di bawah travers dan sebagai pengikat penghantarnya
digunakan suspension clamp seperti pada konstruksi SUTT.
a. Fungsi Isolator
Fungsi isolator dapat ditinjau dari 2 (segi), yaitu :
 Fungsi dari segi listrik:
- Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan tagangan.
- Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan kawat
phasa.

13
 Fungsi dari segi mekanik :
- Menahan berat dari penghantar / kawat.
- Mengatur jarak dan sudut antar penghantar / kawat dan kawat.
- Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperatur dan
angin.
b. Bahan Isolator
Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak
digunakan pada system distribusi antara lain :
1) Isolator Gelas
Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran antara pasir
silikat, dolomit, dan phospat. Komposisi dari bahan-bahan tersebut dan
cara pengolahannya dapat menentukan sifat dari siolator gelas ini.
Isolator gelas memiliki sifat mengkondensir (mengembun) kelembaban
udara, sehingga lebih mudah debu melekat dipermukaan isolator
tersebut. Makin tinggi tegangan sistem makin mudah pula terjadi
peristiwa kebocoran arus listrik (leakage current) lewat isolator
tersebut,yang berarti mengurangi fungsi isolasinya. Oleh karena itu
isolator gelas ini lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan
distribusi sekunder. Kelemahan isolator gelas ini adalah memiliki
kualitas tegangan tembus yang rendah, dan kekuatannya berubah
dengan cepat sesuai dengan perubahan temperatur. Oleh sebab itu
bila terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-tiba, maka
isolator gelas ini akan mudah retak pada permukaannya. Berarti
isolator gelas ini bersifat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu
disekeli-lingnya. Tetapi bila isolator gelas ini mengandung campuran
dari bahan lain, maka suhunya akan turun. Selain dari pada itu,
isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan dengan
isolator porselin.

14
Keuntungannya :
a. Terbuat dari bahan campuran antara pasir silikat, dolomit, dan
phospat. Komposisi bahan tersebut dan cara pengolahannya dapat
menentukan sifat dari isolator gelas ini.
b. Lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan distribusi
sekunder.
c. Isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan dengan
isolator porselin.
Kelemahannya :
a. Memiliki sifat mengkondensir (mengembun) kelembaban udara,
sehingga lebih mudah debu melekat dipermukaan isolator tersebut.
b. Makin tinggi tegangan sistem makin mudah pula terjadi peristiwa
kebocoran arus listrik (leakage current) lewat isolator tersebut,
yang berarti mengurangi fungsi isolasinya.
c. Memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan kekuatannya
berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan temperatur.
d. Saat terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-tiba, maka
isolator gelas ini akan mudah retak pada permukaannya. Berarti
isolator gelas ini bersifat mudah dipengaruhi oleh perubahan
suhu disekelilingnya. Tetapi bila isolator gelas ini mengandung
campuran dari bahan lain, maka suhunya akan turun.
2) Isolator Porselin
Isolator porselin dibuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts,
dan veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar
bahan isolator tersebut tidak berpori-pori. Dengan lapisan glazuur ini
permukaan isolator menjadi licin dan berkilat, sehingga tidak dapat
mengisap air. Oleh sebab itu isolator porselin ini dapat dipakai dalam
ruangan yang lembab maupun di udara terbuka. Isolator porselin
memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik yang tinggi,
dan memiliki kekuatan mekanis yang besar. Ia dapat menahan beban

15
yang menekan serta tahan akan perubahan-perubahan suhu. Akan tetapi
isolator porselin ini tidak tahan akan ke-kuatan yang menumbuk atau
memukul.Ukuran isolator porselin ini tidak dapat dibuat lebih besar,
karena pada saat pembuatannya terjadi penyusutan bahan. Walaupun
ada yang berukuran lebih besar namun tidak seluruhnya dari bahan
porselin, akan tetapi dibuat rongga di dalamnya, yang kemudian
akan di isi dengan bahan besi atau baja tempaan sehingga kekuatan
isolator porselin bertambah. Cara yang demikian ini akan menghemat
bahan yang digunakan. Karena kualitas isolator porselin ini lebih
tinggi dan tegangan tembusnya (voltage gradient) lebih besar maka
banyak disukai pemakaiannya untuk jaringan distribusi primer.
Walaupun harganya lebih mahal tetapi lebih memenuhi persyaratan
yang diinginkan. Kadang-kadang kita jumpai juga isolator porselin
ini pada jaringan distribusi sekunder, tetapi ukurannya lebih kecil.
Keuntungannya :
a. Terbuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan
veld spat.
b. Bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator
tersebut tidak berpori-pori.Dengan lapisan glazuur ini permukaan
isolator menjadi licin dan berkilat, sehingga tidak dapat mengisap
air.
c. Dapat dipakai dalam ruangan yang lembab maupun di
udara terbuka.
d. Memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik yang
tinggi, dan memiliki kekuatan mekanis yang besar.
e. Dapat menahan beban yang menekan serta tahan akan perubahan-
perubahan suhu.
f. Memiliki kualitas yang lebih tinggi dan tegangan tembusnya
(voltage gradient) lebih besar, sehingga banyak disukai
pemakaiannya untuk jaringan distribusi primer. Kadang-kadang

16
kita jumpai isolator porselin ini pada jaringan distribusi
sekunder, tetapi ukurannya lebih kecil.
Kelemahannya :
a. Tidak tahan akan kekuatan yang menumbuk atau memukul.
b. Ukuran isolator porselin ini tidak dapat dibuat lebih besar, karena
pada saat pembuatannya terjadi penyusutan bahan. Walaupun ada
yang berukuran lebih besar namun tidak seluruhnya dari bahan
porselin, akan tetapi dibuat rongga di dalamnya, yang
kemudian akan di isi dengan bahan besi atau baja tempaan
sehingga kekuatan isolator porselin bertambah. Cara yang
demikian ini akan menghemat bahan yang digunakan.
c. Harganya lebih mahal tetapi lebih memenuhi persyaratan yang
diinginkan.
3.6 Gambar Rangkaian Jaringan Trafo Distribusi

17
IV. Kesimpulan
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk
Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1)
pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2)
merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusatpusat beban (pelanggan) dilayani langsung
melalui jaringan distribusi. Dimana trafo distribusi berfungsi sebagai pengubah
tegangan dari 20kV ke 380V dimana pada rangkaian trafo distribusi dilengkapi
dengan berbagai macam alat proteksi seperti arrester dan FCO, yg berfungsi
sebagai pengaman trafo dari tegangan surja dan arus hubung singkat. Di dalam
panel juga terdapat swiching guna memutus dan menyambungkan jaringan
tegangan rendah ke beban serta dilengkapi pengaman berupa fuse untuk
melindungi beban dari gangguan.

18
BAB II
PEMELIHARAAN PERALATAN HUBUNG BAGI (KUBIKEL)

I. Waktu Pelaksanaan
22 November 2018
II. Tujuan
Setelah melaksanakan praktik mahasiswa diharapkan dapat :
d. Mengetahui dan memahami cara pemeliharaan pada peralatan listrik, terutama
pada kubikel.
e. Meningkatkan pengetahuan dan mempelajari sistem kerja kubikel.
f. Mengamati secara langsung rancangan alat-alat yang digunakan, cara kerja,
dan proteksi pada kubikel
III. Dasar Teori

3.1 Pengertian Kubikel 20 kV

Kubikel 20 kV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada gardu


distribusi yang mempunyai fungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung,
pengontrol, dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan 20 kV.
Kubikel biasa terpasang pada gardu distribusi atau gardu hubung.

3.2 Fungsi Kubikel 20 kV


a) Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama
b) Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur
c) Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok (busbar)
3.3 Jenis Kubikel
Berdasarkan fungsi/penempatannya, kubikel 20 kV di Gardu Induk antara lain :
a) Kubikel Incoming : berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo
daya ke busbar 20 Kv
b) Kubikel Outgoing : sebagai penghubung / penyalur dari busbar ke beban
c) Kubikel Pemakaian sendiri (Trafo PS) : sebagai penghubung dari busbar
ke beban pemakaian sendiri GI

19
d) Kubikel Kopel (bus kopling) : sebagai penghubung antara rel 1 dan rel 2
e) Kubikel PT / LA : sebagai sarana pengukuran dan proteksi pengaman
terhadap surja.
f) Kubikel Bus Riser / Bus Tie (Interface) : sebagai penghubung antar sel.
3.4 Bagian – Bagian dari Konstruksi Kubikel

Gambar 3.8 Kubikel 20 kV


a. Kompartemen
Merupakan rumah dari terminal penghubung, LBS, PMT, PMS, Fuse, Trafo
ukur, (CT, PT) peralatan mekanis dan instalasi tegangan rendah, sehingga
tidak membahayakan operator terhadap adanya sentuhan langsung ke bagian
- bagian yang bertegangan Berupa lemari / kotak terbuat pelat baja, terbagi
menjadi 2 (dua) bagian, bagian atas untuk busbar dan bagian bawah untuk
penyambungan dengan terminasi kabel Komponen bagian bawah, pada
bagian depan berupa pintu yang dapat dibuka tetapi bisa dilakukan apabila
tegangan sudah dibebaskan dan terminasi kabel sudah ditanahkan
 Kompartemen busbar
 Kompartemen tegangan rendah
 Pemutus beban dan saklar pentanahan

20
 Kompartemen mekanik operasi
 Kompartemen kabel
b. Rel / Busbar 20 kV Isolator Tonggak
Sebagai rel penghubung antara kubikel yang satu dengan lainnya, posisi rel
umumnya terletak pada bagian atas kubikel, pada kubikel type RMU (Ring
Main Unit) rel 20 kVterdapat dalam tabung SF 6 vacum bentuk rel ada yang
bulat ada yang pipih. Busbar harus dari bahan tembaga atau aluminium.
Busbar aluinium harus dilapisi timah pada titik sambungan busbar. Busbar
dapat dilapis karet silikon atau bahan EPDM (heat shrink insulation material)
untuk memenuhi ketahanan tingkat isolasinya. Bahan pelapis tersebut yang
dipakai tidak bisa terbakar dan bila dari bahan yang dapat terbakar tetapi api
dapat cepat mati dengan sendirinya (self extinguishing). Isolator tonggak
dapat dibuat dari bahan porselin atau isolasi lain yang tidak mudah terbakar.
Isolator porselin berdasarkan rekomendasi IEC 168.
Jarak rambat tidak boleh kurang dari 320 mm. Isolator sintetis harus bebas
dari cacat permukaan seperti rongga-rongga (fold blow holes) dan
sebagainya, yang dapat mengganggu operasi isolator selanjutnya ( sesuai
rekomendasi IEC 660 ).
c. Kontak Pemutus
Sebagai pemutus / penghubung aliran listrik kontak pemutus terdiri dari dua
bagian yaitu kontak gerak (moving contact) dan kontak tetap (fixed contact)
sebagai peredam busur api pada kubikel jenis LBS atau PMT digunakan
media minyak, gas SF6, vacum atau dengan hembusan udara, selain itu
memperkecil terjadinya busur api dilakukan dengan pembukaan dan
penutupan kontak pemutus secara cepat secara mekanis.
d. Sirkuit Pembumian
Semua bagian logam PHB yang bukan merupakan bagian sirkuit utama atau
sirkuit bantu dan yang dapat bermuatan sehingga membahayakan harus
dihubungkan ke penghantar pembumian .

21
Penghantar tersebut terbuat dari tembaga dan mampu mengalirkan arus
sebesar 12,5 kA selama 1 detik tanpa menjadi rusak. Kepadatan arus di
sirkuit pembumian tidak boleh melampaui 200 A/mm2 dengan luas
penampang penghantar tidak kurang dari 30 mm2 Pada setiap ujung
penghantar disambung dengan instalasi sistem pembumian pembumian
melalui baut berukuran M12. Penghantar pembumian ditempatkan
sedemikian sehingga tidak merintangi tangan untuk mencapai terminal
kabel. Selungkup kompartemen sekurang-kurangnya harus terselubung di
satu titik dengan penghantar bumi. Kontinuitas pembumian antara badan
kompartemen dan sekat atau tutup diyakinkan melalui pemasangan baut dan
mur atau cara lain yang dapat diandalkan. Kontinuitas pembumian antara
bagian bergerak yang berengsel dengan luas penampang tidak kurang dari
30 mm2 suatu penguat ditambahkan pada pita tersebut untuk melindungi
anyaman pita terhadap tegangan mekanis yang tidak semestinya. Bagian
sakelar pembumian harus terhubung ke penghantar utama pembumian
melalui penghantar tembaga yang kaku dan fleksibel dengan luas
penampangnya tidak kurang dari 30 mm2 . Setiap kubikel yang dilengkapi
sakelar pembumian harus dipasang terminal tembaga untuk pembumian
yang dihubungkan ke penghantar pembumian dengan penjepit pembumian
sementara.
e. Pemisah Hubung Tanah (Pemisah Tanah)
Untuk mengamankan kubikel pada saat tidak bertegangan dengan
menghubungkan terminal kabel ketanah (grounding), sehingga bila ada
personil yang bekerja pada kubikel tersebut terhindar terhadap adanya
kesalahan operasi yang menyebabkan kabel terisi tegangan. PMS tanah ini
biasanya mempunyai sistem interlock dengan pintu kubikel dan mekanik
LBS pintu tidak bisa dibuka jika PMS tanah belum masuk, LBS tidak bisa
masuk sebelum PMS tanah dibuka.
Posisi buka atau tutup ke tiga pisau sakelar pembumian harus dapat diperiksa
melalui lubang pengamatan terdapat pada PHB. Sebagai alternatif pisau-

22
pisau sakelar pembumian dapat dipasang indikator untuk menentukan posisi
buka atau tutup.I ndikator tersebut harus sesuai dengan posisi sebenarnya
dari pisau-pisau sakelar pembumian tersebut. Sakelar pembumian dan
penghubung singkat harus mempunyai kapasitas penyambungan 31,5 kA
(puncak), nilai ini dapat dikurangi sehingga 2,5 kA jika rangkaian
diamankan dengan pengaman beban jenis HRC. Sakelar pembumian
umumnya memeiliki kapasitas penyambungan 5,8 kA. Sakelar pembumian
harus dioperasikan manual secara terpisah.
f. Terminal Penghubung
Untuk menghubungkan bagian-bagian kubikel yang bertegangan satu
dengan yang lainnya, ada beberapa terminal antara lain :
 Terminal busbar, tempat dudukan busbarT
 Terminal kabel, tempat menghubungkan kabel incoming dan out going
 Terminal PT, tempat menyambung transformator tegangan untuk
pengukuran
 Terminal CT, tempat menyambungkan transformator arus untuk
pengukuran
g. Fuse Holder
Untuk menempatkan fuse pengaman trafo pada kubikel PB atau kubikel PT
h. Mekanik Kubikel
Berfungsi untuk menggerakkan dan merubah posisi membuka / menutup
kontak LBS PMT dan PMS maupun pemisah hubung tanah dibuat
sedemikian rupa, sehingga pada waktu membuka dan menutup kontak
pemutus berlangsung dengan cepat
i. Lampu Indikator
Untuk menandai adanya tegangan (20 kV) pada sisi kabel, baik berasal dari
sisi lain kabel tersebut atau berasal dari busbar sebagai akibat alat hubung
dimasukkan, lampu indikator menyala dikarenakan adanya arus kapasitip
yang dihasilkan oleh kapasitor pembagi tegangan. Kubikel jenis PMT lampu
indikator digunakan nuntuk menandai posisi alat-hubungnya dengan 2

23
( dua ) warna yang berbeda untuk posisi masuk atau keluar. Sumber listrik
untuk lampu indikator berasal daris sumber arus searah ( DC ) yang
dihubungkan dengan kontak bantu yang bekerja serempak dengan kerja
poros penggerak alat-hubung utama.
j. Indikator Hubung Singkat Dan Indikator Gangguan Ke Bumi (jika
diperlukan)
Perlengkapan ini harus dipasang pada setiap penyulang keluar dan terdiri
dari :

 Transformator arus jenis resin yang dipasang melingkari kabel.

 Satu kotak untuk rele, batere yang dapat dimuati kembali (rechargeable)
dan alat pemberi muatan (changer) yang dipasang pada dinding di dalam
gardu.

 Catu daya sebesar 200 V 50 Hz.

 Satu indikator luminious yang tahan cuaca yang dapat ditempatkan di


bagian luar bangunan pada dinding

 Spesifikasi indikator hubung singkat dan indikator gangguan ke bumi.

 Current sensing 3 core type CT or 3 single core

 Fault current threshold : 40, 80, 160 A

 Resetting automatic with LV supply restoration

 Accuracy : 10 %

Gambar 3.9 Name Plate Transformator CT pada Kubikel

24
k. Pemanas (Heater)
Untuk memanaskan ruang terminal kabel agar kelembabannya terjaga.
keadaan ini diharapkan dapat mengurangi efek corona pada terminal kubikel
tersebut, besarnya tegangan heater 220 V sumber tegangan berasal dari trafo
distribusi
l. Handle Kubikel
Untuk menggerakkan mekanik kubikel, yaitu membuka atau menutup posisi
kontak hubung : PMT, PMS, LBS, pemisah tanah (grounding) atau pengisian
pegas untuk energi membuka / menutup kontak hubung, pada satu kubikel,
jumlah handle yang tersedia bisa satu macam atau lebih
m. Sistem Interlock (Interlock) Dan Pengunci
Sistem interlock harus dilengkapi untuk mencegah kemungkinan kesalahan
atau kelainan operasi dari peralatan dan untuk menjamin keamanan operasi.
Gawai interlock harus dari jenis mekanis dengan standar pembuatan yang
paling tinggi, tak dapat diganggu gugat dan mempunyai kekuatan mekanis
lebih tinggi dari kontrol mekanisnya. Pada kubikel jenis PMT yang
dilengkapi dengan motor listrik sebagai penggerak alat hubung dan dikontrol
dengan sistem kontrol listrik arus searah, maka sistem interlockpun juga
diberlakukan pada sistem kontrol listriknya. Yaitu bila posisi komponen
kubikel belum pada posisi siap dioperasikan, maka sistem kontrol tidak
dapat dioperasikan .
Macam- macam sistem interlock pada kubikel :
 Interlock pintu
Pintu Kubikel harus tidak dapat dibuka jika :
 Sakelar utama (sakelar tegangan menengah) dalam keadaan
tertutup
 Sakelar pembumian dalam keadaan terbuka.
 Pintu Kubikel harus tidak dapat ditutup jika sakelar pembumian
dalam keadaan terbuka.

25
 Interlock sakelar utama
Sakelar utama (sakelar tegangan menengah) harus tidak dapat
dioperasikan jika:
 Pintu Kubikel dalam keadaan terbuka.
 Sakelar pembumian dalam keadaan tertutup.
 Interlock sakelar pembumian
Sakelar pembumian harus tidak dapat ditutup jika sakelar utama
dalam keadaan tertutup
 Penguncian
Perlengkapan penguncian harus disediakan untuk :
 Sakelar pembumian pada posisi terbuka atau tertutup
 Sakelar utama atau pemutusan tenaga pada posisi terbuka
 Pintu Kubikel
3.5 Pemeliharaan Kubikel
 Pemeliharaan Rutin
a. Harian (inpeksi)
Faktor berikut ini yang akan mempengaruhi keputusan kapan untuk
inspeksi:
1) Skedul shutdown (turn around).
2) Emergency Shutdown.
3) Kondisi tidak normal atau tidak biasa.
4) Terjadi gangguan pada penyulang atau bus.
5) Kondisi atmosfir yang ekstrim seperti: panas, dingin, heavy cold,
rain, snow high wind, fog, smog, salt spray, high humidity,
perubahan temperatur yang tidak biasa dan lain-lain.
6) Persyaratan dan jadwal pemeliharaan.
7) Inspeksi sebagian mungkin saja dilakukan jika bagian lain tidak
diperbolehkan untuk tidak beroperasi. Pemeliharaan harian
dilakukan dengan cara visual karena kondisi kubikel dalam kondisi
beroperasi.

26
b. Mingguan
Pemeliharaan berupa monitoring keadaan panel ataupun switch gear
yang dilakukan oleh petugas patroli setiap Mingguan serta
dilaksanakan dalam keadaan operasi.
c. Bulanan
Pemeliharaan dilakukan pada saat kondisi operasi.
d. Enam bulanan /semesteran
Pemeliharan dilakukan pada saat kondisi padam.
Pemeliharaan tersebut antara lain :
 Pemeriksaan PMS / LBS (20 kV)
 Pemeriksaan / pembersihan sambungan – sambungan.
 Pembersihan isolator.
 Pemeriksaan kekencangan baut – baut.
 Pengukuran nilai tahanan isolasi.
 Untuk PMT, pemeliharaan lainya sama dengan PMT penyulang.
 Pemeriksaan Rel / Busbar 20 kV.
 Pemeriksaan suhu operasi dengan Infra Red thermo vision.
 Pembersihan fisik rel / busbar.
 Pemeriksaan kekencangan baut – baut.
 Pembersihan isolator tumpu.
 Pengukuran nilai tahanan isolasi.
 Pengukuran nilai tahanan kontak antar sambungan.
 Pembersihan lingkungan instalasi.
 Pemeriksaan Batere Set
 Pemberihan fisik batere berikut terminal – terminal dan
lingkunganya.
 Pembersihan lingkungan dan system ventilasi.
 Pembersihan peralatan pemutus arus : Pelebur, ohm saklar berikut
pelapisan zat anti oksida (missal : gemuk, vet ).

27
 Pemeriksaan BD elektrolit.
 Pengisian batere dengan metode boost charge.
 Pemeriksaan kekencangan baut terminal.
 Pelapisan terminal batere dengan zan anti oksida.
e. Tahunan
Pemeliharaan yang berupa Pengukuran dan pengujian untuk Kompnen
panel dan switch gear dan dilakukan oleh petugas Pemeliharaan setiap
tahun dan dilaksanakan dalam keadaan padam.
Pemelihaaran tersebut antara lain :
 Pemeriksaan PMT (kopel, seksi penyulang) 20 kV Media Vacum.
 Pembersihan fisik PMT.
 Pembersihan isolator-isolator tumpu.
 Pemeriksaan terminal out going.
 Pemeriksaan celah (gap) kontak.
 Pemeriksaan mekanik penggerak dan pemberian pelumas.
 Pengukuran nilai tahanan isolasi.
 Pengukuran nilai tahanan kontak.
 Pemeriksaan kabel-kabel control.
 Pengukuran tegangan pick-up/drop-off triping dan closing coil.
 Percobaan operasi secara manual.
 Pengukuran arus bocor.
 Pemeriksaan Trafo Arus (CT) 20 kV.
 Pembersihan fisik CT.
 Pemeriksaan terhadap kelainan fisik.
 Pembersihan bidang kontak.
 Pemeriksaan kekencangan baut-baut.
 Pengukuran nilai tahanan isolasi.

28
 Pemeriksaan terminal-terminal sekunder.
 Pengujian rasio (bila perlu).
 Pemeriksaan system pentanahan.
 Pemeriksaan Trafo Tegangan (PT) 20 kV.
 Pembersihan fisik PT.
 Pemeriksaan terhadap kelainan fisik.
 Pemeriksaan terminal-terminal kabel sekunder.
 Pengukuran nilai tahanan isolasi.
 Pemeriksaan Kabel 20 kV
 Pemeriksaan terminal kabel.
 Pembersihan terminal kabel.
 Pemeriksaan kekencangan baut – baut sambungan.
 Pengukuran tahanan isolasi.
 Pemeriksaan pentanahan kabel .
 Pemeriksaan Proteksi 20 kV
 Relai Proteksi Elektronik.

 Pemeriksaan instalasi & Peralatan catu daya berikut system alarm


nya.

 Pembersihan PCB dari karbon, deposit dan sebagainya (bila perlu).

 Pengukuran tegangan output DC converter (bila perlu).

 Pembersihan kontak – kontak relai utama dan bantu (bila


memungkinkan).

 Pemeriksaan kabel pengawatan.

 Pengujian individu.

 Pengujian arus kerja pada tap seting.

 Pengujian karakteristik waktu kerja pada tap seting.

29
 Pengujian arus kerja instantaneous.

 Pengujian fungsi (mengukur terhadap opening time).

 Pengujian fungsi relai rekloser (bila ada).

 Relai Proteksi Mekanik

 Pemeriksaan instalasi & Peralatan catu daya berikut system alarm


nya.

 Pembersihan mekanik relai dari karbon, deposit dan (bila perlu).

 Pembersihan kontak – kontak relai utama dan bantu (bila


memungkinkan).

 Pemeriksaan kabel pengawatan .

 Pengujian individu.

 Pengujian arus kerja pada tap seting.

 Pengujian karakteristik waktu kerja pada tap seting.

 Pengujian arus kerja instantaneous.

 Pengujian fungsi (mengukur terhadap opening time).

 Pengujian fungsi relai rekloser (bila ada).


 Function test
 Injeksi arus sekunder.
 Pemeriksaan Peralatan Pengukuran (Ampere,Volt,kWH Meter) .
 Pembersihan fisik peralatan.
 Kalibrasi terhadap standard.
 Pemeriksaan kabel pengawatan.

 Pemeliharaan Korektif
Adalah pemeliharaan yang bertujuan untuk meningkatkan keandalan
peralatan.
Pemeliharaan korektif yang dilaksanakan antara lain:

30
a. Pemeliharaan terminal.
b. Mengatasi suara getaran akibat korona.
c. Pengecekan partial discharge kabel daya.
d. Mengganti minyak PMT.
e. Penggantian/menambah gas SF6.
f. Pengukuran keserempakan kontak PMT.

 Pemeliharaan Prediktif
Adalah pemeliharaan yang berupa peningkatan frekwensi pemantauan
terhadap peralatan instalasi. Hasil dari pemantauan ini merupakan input
untuk memprediksi kelainan-kelainan kinerja peralatan dan rencana
permbaikanya.
Pemeliharaan prediktif yang dilaksanakan antara lain:
a. Pengukuran partal discharge yaitu pengukuran tingkat kebocoran
isolasi pada permukaan terminasi pada kabel daya jika terlalu tinggi
dapat mengakibatkan kerusakan isolasi.
b. Pengukuran titik panas dengan infra red thermovision , dimaksudkan
untuk memonitor suhu pada sambungan atau klem – klem peralatan
jika terlalu tinggi (overheathing) akan merudak peralatan.
 Pemeliharaan Darurat (emergency)
Pemeliharaan ini hanya dilakukan pada saat terjadi suatu
problem/masalah tertentu dan bersifat mendadak saja dan mengakibatkan
hal yang fatal pada pabel tersebut.
3.6 Teknik Pengoperasian Kubikel 20 kV Penyaluran Daya

Sumber tegangan menengah yang mensuplai kubikel 20 KV di laboratorium


mekanik teknik listrik diperoleh dari transformator step-up (380 V/20 KV).
Daya listrik yang disalurkan dari panel hubung bagi sentral politeknik sebesar
380 V masuk ke box panel PMS (pemisah). Dari panel PMS ini keluarannya

31
masuk ke ...(380 V) dari transformator step-up, yang sekundernya (tegangan
20 KV) dimasukkan ke incoming pada kubikel.
Keluaran kubikel (outgoing) dihubungkan ke transformator step-down (20
KV/380 V), yang selanjutnya akan digunakan ke beban-beban melalui
keluaran tegangan rendah transformator step-down atau tegangan menengah
langsung dari keluaran kubikel.

IV. Kesimpulan

Bagian-bagian utama alat ini terbagi 3 yaitu:


Incoming, Metering dan Outgoing. Masing-masing bagian memiliki kontak DS
(Disconecting switch) da bagian kontak pentanahan (grounding).
Incoming
Incoming adalah tempat masuknya tegangan dari sumber sebesar 20 KV yang
mana pada incoming trsebut terdapat 3 buah lampu indikator neon (R,S,T) yang
akan menyala apabila tegangan dari luar masuk ke incoming.
Pada incoming juga terdapat 3 buah trafo arus yangkan digunakan oleh KWH
meter pada incoming dengan kode P7 untuk mengukur daya yang dikeluarkan .
Pada beberapa kubikel terdapat jenis pemasangan transformator arus (CT) yaitu:
1. Current Transformator Double Secondary
2. Current Transformator Single Secondary
Selain itu pada incoming juga terdapat heater (pemanas) yang berfungsi untuk
memanaskan ruang atau kompartemen pada kubikel sehingga tidak lembab dan
dapat menghindari terjadinya percikan bunga api.
Metering
Metering adalah suatu bagian dari kubikel yang memiliki kemampuan pengukuran
besarn-besarn listrik. Pada metering terdapat alat-alat ukur pengukuran seperti
voltmeter,amperemeter,dan KV meter. Pada metering terdapat fuse-fuse
pengaman sebanyak 3 buah buatan merlin gerin dengan data fuse HV 20 KV;6,3
A; W/O Striker. Tepat di bawah fuse-fuse ini terdapat 3 buah transformator
tegangan yang menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi 100 V AC yang akan

32
digunakan oleh alat-alat ukur seperti kv meter dan amperemeter serta voltmeter.
Selain fuse-fuse juaga terdapat MCB 3 fasa yang akan mengamankan hubungan
ke material-material pengukuran.
Outgoing
Outgoing berfungsi sebagai tempat keluarnya tegangan menengah setelah melalui
incoming dan metering. Ougoing memiliki kompartemen yang paling besar
dimana pada kompartemen bagian atas terdapat kontak grounding dan juga
terdapat kontak disconecting switch DS. Pada bagian atas juga terdapat 2 buah
kunci dan satu kunci lagi pada bagian bawah kompartemen.
Kunci-kunci bekerja secara interlock dangan tipe kunci 50. Keterangan mengenai
ketiga kunci itu antara lain:
1. Missing key
2. Free key
3. Described key

33

Anda mungkin juga menyukai