BAB I
PENDAHULUAN
Dari 200 spesies, hanya 4 spesies lidah buaya yang biasa dimanfaatkan sebagai
pengobatan. Yang paling populer yaitu Aloe barbadensis yang berasal dari Pulau
Barbados, Amerika Tengah. Jenis ini mempunyai kandungan terbaik dan banyak
dimanfaatkan pula untuk kepentingan industri. Melalui kemajuan teknologi tinggi
pengeringan beku (dry freeze), lidah buaya kini bisa dikonsumsi sebagai makanan, obat,
dan minuman kesehatan, tanpa mengurangi nutrisi yang terkandung didalamnya.1
Pada tahun 1969, Dr. Eugene Zimmerman dari Rumah Sakit Gigi Universitas
Baylor, melakukan uji coba untuk melihat khasiat lidah buaya bagi msalah gigi dan
kemampuannya untuk membasmi organisme seperti Staphylococcus aureus,
Staphylococcus viridans, Candida albicans, Corinebacterium xerosis, dan 5 turunan
Staphylococcus. Kesimpulannya, lidah buaya adalah anti-inflamasi hebat yang ampuh
membunuh jenis mikro-organisme jenis apapun.2
bersifat patogen, atau dapat mengakibatkan gangguan kesehatan manusia, salah satu di
antaranya adalah bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus, atau yang biasa
di singkat S. aureus adalah bakteri gram positif. Bakteri ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Bakteri Staphylococcus
aureus dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan. Bakteri
Staphylococcus aureus ini dapat membuat enterotoksin yang dapat menyebabkan
keracunan makanan. Bakteri ini dapat di isolasi dari bahan-bahan klinik, makanan dan
dari lingkungan (Sujudi, 2011). Sifat autogenetik yang terdapat pada bakteri
Staphylococcus aureus dan kandungan anti bakteri pada daun lidah buaya.3
1.3 Hipotesis
Terbentuk hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan lidah
buaya.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya hambatan pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus oleh ekstrak lidah buaya.