Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Fenomena menunda aktivitas akademis mendekati deadline pengumpulan tugas
sudah menjadi hal yang biasa di kalangan mahasiswa psikologi UI 2010. Salah satu
contohnya adalah tugas analisis film “My sisters Keeper” dalam mata kuliah etika.
Tenggat waktu yang diberikan sampai pengumpulan tugas adalah dua minggu, namun
banyak mahasiswa psikologi UI 2010 yang baru mengerjakan 3 hari sebelum hari
pengumpulan tugas. Hal tersebut diketahui berdasarkan wawancara informal. Ada pula
contoh lain yang berdasarkan observasi. Banyak mahasiswa yang terlihat sibuk
membaca buku mata kuliah terkait, bertanya pada teman-teman, dan berusaha
menghafal materi beberapa jam, bahkan menit, sebelum kuis, Ujian Tengah dan Akhir
Semester. Hal tersebut tidak terlihat jauh hari sebelum hari pelaksanaan kuis atau ujian.
Fenomena penundaan di kalangan mahasiswa Psikologi UI 2010 tidak hanya terjadi
dalam hal pengerjaan tugas, tetapi juga pada perilaku mereka saat menghadiri kuliah.
Sering terjadi mahasiswa masuk tidak tepat waktu. Hanya sebagian kecil mahasiswa
yang sudah hadir di kelas untuk mata kuliah Metode Penelitian dan Statistika 1 tepat
pukul 8.00 WIB.
Sebagian mahasiswa menganggap penundaan tersebut membuat masalah
mereka. Fenomena menunda tugas yang sering terjadi disebut sebagai prokrastinasi.
Prokrastinasi memiliki pengertian kecenderungan menunda tanggung jawab, keputusan,
atau tugas yang perlu diselesaikan (Haycock & Tuckman dalam LaForge 2003 dalam
Delta, 2007). Pengertian prokrastinasi yang mempunyai pengertian menunda pekerjaan
dipersempit menjadi prokrastinasi akademis karena fenomena perilaku menunda yang
terlihat adalah fenomena di bidang akademis. Fenomena prokrastinasi akademis
mempunyai dampak buruk, yaitu nilai yang rendah (Tice & Baumeister, 1997).
Solomon dan Rothblum (1984) dalam Tice dan Baumeister (1997) menemukan bahwa
prokrastinasi berhubungan dengan depresi, keyakinan yang tidak logis, harga diri yang
rendah, kekhawatiran, dan kebiasaan belajar yang buruk. Meski begitu, masih banyak
yang melakukan prokrastinasi akademis. Untuk itu, kami sebagai tim peneliti ingin

1
melakukan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran perilaku prokrastinasi
akademis pada mahasiswa psikologi UI 2010.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran perilaku prokrastinasi akademis pada mahasiswa
Psikologi UI 2010 ?

C. Tujuan
Mengetahui gambaran perilaku prokrastinasi akademis pada mahasiswa
Psikologi 2010.

D. Manfaat
Dapat diketahui gambaran perilaku prokrastinasi akademis pada mahasiswa
Psikologi UI 2010, sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai evaluasi bagi
mahasiswa dalam mengerjakan aktivitas akademis.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Prokrastinasi
Kata prokrastinasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yaitu
procastination yang terdiri dari dua kata yaitu pro—yang berarti mendorong maju atau
bergerak maju, dan castinus—yang berarti keputusan hari esok sehingga apabila kedua
kata itu digabungkan maknanya menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari
berikutnya (Pangestuti, 2009.)
Prokrastinasi juga memiliki beberapa definisi yang dinyatakan oleh orxang-
orang yang berbeda. Schouwenburg (1995) dalam Schraw, Olafson, Wadkins (2007)

2
sekedar mendefinisikan prokrastinasi sebagai perilaku menunda tugas. Solomon dan
Rothblum (1984) dalam Schraw, Olafson, Wadkins (2007) menyatakan dengan lebih
spesifik bahwa prokrastinasi merupakan tindakan menunda yang tidak perlu dilakukan,
namun dilakukan karena pelaku mengalami rasa tidak nyaman.

Salah satu bentuk prokrastinasi adalah prokrastinasi akademis yang mempunyai


definisi kegiatan sangat sering atau selalu menunda aktivitas akademis dan merasa
bermasalah karena penundaan tersebut (Solomon, Rothblum, dan Murakami, 1986
dalam Binder, 2000.) Hal-hal yang ditunda dalam prokrastinasi akademis adalah
mengerjakan pekerjaan rumah, mempersiapkan ujian, atau mengerjakan tugas
semesteran yang dikumpulkan di akhir waktu atau menit-menit terakhir (Solomon dan
Rothblum, 1984 dalam Balkis dan Duru, 2009.) Ada 3 komponen dari prokrastinasi:
takut terhadap kegagalan, rasa enggan terhadap tugas, dan rasa malas (Blunt & Pychyl,
2000; Ferrari & Tice, 2000; Wolters, 2003).

Kami menyimpulkan dari beberapa definisi tersebut bahwa prokrastinasi


akademis adalah perilaku menunda pekerjaan akademis yang disertai oleh perasaan
bahwa penundaan tersebut bermasalah.

B. Aspek-aspek dalam Prokrastinasi Akademik


Millgram (dalam Fibrianti, 2009) menyebutkan bahwa prokrastinasi meliputi
empat aspek, yaitu
1. melibatkan unsur penundaan, baik dalam memulai maupun menyelesaikan tugas,
2. menghasilkan akibat-akibat lain yang jauh lebih merugikan, misalnya
keterlambatan penyelesaian atau bahkan kegagalan dalam menyelesaikan tugas,
3. melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai
suatu tugas yang penting untuk dikerjakan,
4. menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan misalnya rasa
cemas, perasaan bersalah, marah, dan panik. Seseorang yang melakukan
prokrastinasi saat menunda pekerjaan akan menganggap bahwa penundaan
tersebut menjadi masalah baginya.
Schouwenburg (Ferrari et a.l, 1995 dalam Fibrianti, 2009) telah mengupas
aspek-aspek prokrastinasi akademik yang meliputi
1. Penundaan, baik dalam memulai maupun dalam menyelesaikan tugas
Mahasiswa yang diberikan tugas menganalisis film mengetahui bahwa
tugas yang diberikan harus diselesaikan dan akan berguna untuk dirinya, akan

3
tetapi mereka cenderung menunda pekerjaannya, baik ketika akan mulai
mengerjakan maupun saat tugas sudah dikerjakan dan tinggal diselesaikan.
2. Keterlambatan atau kelambanan dalam menyelesaikan tugas
Mahasiswa yang mendapatkan tugas tapi melakukan prokrastinasi
cenderung menggunakan waktunya untuk persiapan yang berlebihan padahal dia
mengetahui waktu yang dimilikinya terbatas sehingga pada akhirnya mahasiswa
tidak berhasil menyelesaikan tugas atau mampu menyelesaikan tugas tapi tidak
secara memadai.
3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
Akibat dari prokrastinasi yang dilakukan mahasiswa biasanya berujung
kepada tidak sesuainya hasil pekerjaan dengan waktu yang diberikan dalam
mengerjakan tugas atau bahkan tugas yang diberikan tidak selesai sesuai dengan
deadline, baik deadline pengumpulan tugas maupun deadline yang dibuat oleh
diri sendiri dalam mnegerjakan tugas.
4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas

Selain untuk melakukan persiapan yang berlebihan di awal pengerjaan tugas,


seorang mahasiswa prokrastinator juga cenderung menggunakan waktu yang dimiliki
untuk mengerjakan aktivitas lain yang lebih menyenangkan seperti membaca
buku/komik, mengobrol, mendengarkan musik, bermain video game, atau bermain
jejaring sosial sehingga menyita waktu yang dimiliki untuk mengerjakan tugas.
Berdasarkan pada keempat hal di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
dari prokrastinasi akademik dalam mengerjakan tugas yaitu penundaan pengerjaan
tugas, akibat yang merugikan seperti keterlambatan dalam penyelesaian tugas,
kesenjangan antara waktu yang direncanakan dan kinerja aktual, adanya rasa emosi
yang tidak menyenangkan serta melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.
Kami lebih menekankan pada aspek penundaan perngerjaan aktivitas akademik
dan perasaan bersalah terhadap perilaku prokrastinasi tersebut. Kedua aspek tersebut
ada dalam instrumen penelitian.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik


Banyak faktor yang bisa mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi
akademik, namun dari beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab
prokrastinasi akademik dikategorikan menjadi dua, yaitu
1. Faktor internal
Faktor internal ini misalnya, kondisi fisik individu, seorang yang
kelelahan cenderung menunda pekerjaannya karena merasa fisiknya tidak

4
sanggup. Faktor lainnya adalah kondisi psikologis individu, misalnya persepsi
seseorang terhadap tugas yang diberikan—apakah tugas itu menyenangkan atau
membebani, dan lain sebagainya, atau bisa juga karena kurangnya motivasi,
efikasi serta kontrol diri yang rendah, Locus of Control (LOC) eksternal, juga
regulasi diri yang kurang baik (Fibrianti, 2009:37)

2. Faktor eksternal
Selain dari faktor internal, faktor-faktor dari luar pribadi individu juga
mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi akademik dalam mengerjakan
tugas. Faktor-faktor itu antara lain adalah gaya pengasuhan orang tua,
tingkat/level pendidikan yang dijalani, adanya reward dan punishment, tugas
yang terlalu banyak, kondisi lingkungan (Fibrianti, 2009).

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi


akademik dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal tidak hanya dari dalam diri
individu saja tapi juga dari pihak luar yang terhubung dengan individu itu sendiri.

D. Cara Pengukuran
Cara pengukuran tingkat prokrastinasi akademik berdasarkan alat ukur
Procrastination Assessment Scale Student (PASS) yang terlampir dalam skripsi dan
sudah diujikan oleh Prima E. Delta (2007).

5
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Permasalahan
Terdapat banyak mahasiswa Fakultas Psikologi UI S1 angkatan 2010 yang
menunda aktivitas akademis dan sebagian dari mereka menganggap penundaan tersebut
sebagai sesuatu yang bermasalah.

B. Jenis Penelitian Berdasarkan Aplikasi, Tujuan, dan Cara Memperoleh


Data
Berdasarkan dari tujuan penelitian, penelitian kami digolongkan menjadi
descriptive research karena penelitian kami bertujuan memberikan gambaran mengenai
seberapa tinggi prokrastinasi yang terjadi di kalangan mahasiswa psikologi UI angkatan
2010.
Berdasarkan dari aplikasi penelitian, penelitian kami digolongkan menjadi
applied research karena hasil dari penelitian kami ini dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari- hari.
Berdasarkan dari cara pengumpulan data, penelitian kami digolongkan menjadi
quantitative research karena penelitian kami menggunakan kuesioner sebagai metode
pengumpulan data dan data yang diperoleh berupa nilai-nilai yang akan diolah menjadi
diagram.

C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Prokrastinasi Akademis


Definisi konseptual prokrastinasi akademis adalah perilaku menunda pekerjaan
akademis pada mahasiswa yang disertai oleh anggapan bahwa penundaan tersebut
bermasalah.

Definisi operasional prokrastinasi akademis diketahui melalui pengukuran


aspek-asspek sebagai berikut: menulis makalah individual, menulis makalah kelompok,
belajar untuk menghadapi ujian, mengerjakan tugas membaca mingguan, melakukan
tugas-tugas administratif, menghadiri perkuliahan, mendapatkan tugas yang
memerlukan kehadiran, mengerjakan tugas-tugas akademis secara umum, dan
melaksanakan praktikum.

6
Seseorang dikatakan mempunyai tingkat prokrastinasi yang tinggi jika total nilai
aspek-aspek tersebut lebih tinggi daripada nilai penjumlahan nilai rata-rata dengan
standar deviasi, prokrastinasi tingkat rendah jika total nilai semua aspek lebih rendah
daripada pengurangan nilai rata-rata dengan standar deviasi, sedangkan prokrastinasi
tingkat sedang jika total nilai seluruh aspek berada di antara daerah nilai prokrastinasi
tingkat tinggi dan rendah (Delta, 2007.)

D. Karakteristik, Jumlah, dan Teknik Pengambilan Sampel


Sampel meliputi mahasiswa atau mahasiswi psikologi UI S1 2010 baik dari jalur
masuk regular ataupun non-reguler. Jumlah partisipan yang diharapkan mengikuti
penelitian ini adalah sekitar 20% dari jumlah populasi yaitu, sekitar 20% dari angkatan
2010 yang berjumlah 243 orang, sehingga kami mengambil sampel sebanyak 53 orang.
Jumlah responden mahasiswi sebanyak 37 orang dan mahasiswa sebanyak 16 orang
supaya data sampel lebih representatif. Teknik pengambilan sampel akan dilakukan
secara accidental agar dapat dilakukan dengan lebih mudah.

E. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode kuesioner.
Kuesioner akan sangat efisien untuk penelitian deskriptif kuantitatif semacam ini karena
sangat memungkinkan untuk memperoleh data dalam jumlah banyak sekaligus.

F. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data yang kami gunakan adalah Procrastination
Assessment Scale Student (PASS) yang dibuat Solomon dan Rothblum tahun 1984.
Intrumen tersebut telah diadaptasi oleh Delta, P. E. (2007) dalam skripsinya yang
berjudul “Hubungan Antara Prokrastinasi Akademis dengan Motivasi Berprestasi Pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia”. Reliabilitas sebesar 0.6 – 0.8
(Ferarri et al., 1989 dalam Delta, 2007). PASS mempunyai dua bagian, namun kami
hanya mengambil bagian pertama. Bagian pertama adalah frekuensi prokrastinasi
akademis dan seberapa jauh prokrastinasi yang dilakukan menjadi masalah. Bagian
kedua adalah alasan dari tingkah laku prokrastinasi akademis dalam satu kondisi yang
ditentukan.

7
Bagian pertama PASS dengan skala Thurstone 1 hingga 6, menanyakan
penundaan dalam hal menulis makalah individual, menulis makalah kelompok, belajar
untuk menghadapi ujian, mengerjakan tugas membaca mingguan, melakukan tugas-
tugas administratif, menghadiri perkuliahan, mendapatkan tugas yang memerlukan
kehadiran, mengerjakan tugas-tugas akademis secara umum, dan melaksanakan
praktikum.

G. Prosedur Penelitian
Tim peneliti akan menyebarkan dan memberikan kuesioner ke beberapa orang
yang ditemui secara insidental. Bila orang tersebut berkenan untuk mengisi kuesioner
maka kuesioner tersebut akan diserahkan untuk dijawab sampai selesai, namun bila
tidak maka tidak diberikan.

H. Cara Pengolahan Data


Data akan diolah dengan SPSS dan Microsoft Excel untuk memudahkan
peneliti. Proses dimulai dengan entri data menggunakan Microsoft Excel untuk
mendapatkan data murni. Nilai pada aspek pertama dan kedua dijumlah. Aspek ketiga
tidak ikut dijumlahkan, lalu dicari jangkauan, interval, dan jumlah kelas untuk membuat
tabel distribusi frekuensi secara manual. Kami kemudian menggunakan SPSS untuk
mendapatkan rata-rata, standar deviasi dari semua data, serta kurva normal sebagai
tampilan dari data kelompok. Rata-rata dan standar deviasi diperlukan untuk
pengelompokan tingkat prokrastinasi.
Pengkategorian tingkat prokrastinasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
responden dengan tingkat prokrastinasi yang tinggi memiliki nilai lebih tinggi daripada
penjumlahan rata-rata seluruh nilai dan standar deviasi, tingkat prokrastinasi rendah
memiliki nilai dibawah nilai rata-rata yang dikurangi standar deviasi, sedangkan
prokrastinasi tingkat sedang memiliki nilai di antara prokrastinasi tingkat tinggi dan
rendah. Prokrastinasi tingkat sedang memiliki jangkauan antara kategori prokrastinasi
tingkat rendah dan prokrastinasi tingkat tinggi. Frekuensi pada tiap tingkat prokrastinasi
didapatkan melalui penghitungan dengan cara interpolasi.
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Subyek Penelitian

8
Subjek berjumlah 53, yang meliputi 16 mahasiswa dan 37 mahasiswi Psikologi UI
angkatan 2010. Sebagian besar dari subjek cenderung melakukan prokrastinasi tingkat
sedang.

B. Hasil Penelitian
Berikut kami tampilkan histogram dengan kurva normal. Pembuatan kurva normal
dilakukan dengan SPSS setelah kami membuat tabel distribusi frekuensi yang terdapat
dalam lampiran.

Dapat dilihat bahwa bentuk histogram cenderung mengikuti kurva normal. Hal
tersebut menunjukkan ada banyak responden dengan nilai total yang mendekati rata-
rata. Itu berarti sebagian besar responden melakukan prokrastinasi tingkat sedang.

C. Analisis Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil perhitungan kami, kami menemukan bahwa responden dengan
prokrastinasi tinggi memiliki nilai lebih dari 78,722. Nilai tersebut didapatkan dari
penjumlahan nilai mean (62,15) dan standar deviasi (16,572). Kami menghitung
percentile rank dari nilai tersebut, kemudian mendapatkan 5 orang yang melakukan
prokrastinasi tingkat tinggi, dengan proporsi sebesar 9.43 %. Sedangkan prokrastinasi

9
tingkat rendah mempunyai nilai kurang dari 45,578. Nilai tersebut didapatkan dari
pengurangan mean (62,15) dengan standar deviasi (16,572). Perhitungan percentile
rank dari nilai tersebut menunjukkan proporsi responden pelaku prokrastinasi tingkat
rendah sebesar 16.98%, yaitu sebanyak 9 orang. Kategori terakhir adalah prokrastinasi
tingkat sedang. Jangkauan nilai adalah 45,578- 78,722 dengan proporsi sebesar 73,59%,
sebanyak 39 orang.

BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kami mendapatkan gambaran umum perilaku prokrastinasi akademis pada
responden berdasarkan hasil penelitian deskriptif ini. Sebagian besar mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia angkatan 2010 melakukan prokrastinasi
tingkat sedang. Intensitas prokrastinasi dan seberapa jauh mereka merasa bahwa
penundaan aktivitas akademis bermasalah, berada di tingkat sedang.

B. Diskusi
Penelitian ini bertujuan menggambarkan perilaku menunda aktivitas akademis
yang dilakukan oleh mahasiswa. Kami menggunakan Procrastination Assessment Scale
Student (PASS) sebagai alat ukur. Aspek yang diukur adalah frekuensi prokrastinasi
akademis yang dilakukan dan seberapa jauh prokrastinasi tersebut menjadi masalah bagi

10
responden dalam hal menulis makalah individual, menulis makalah kelompok, belajar
untuk menghadapi ujian, mengerjakan tugas membaca mingguan, melakukan tugas-
tugas administratif, menghadiri perkuliahan, mendapatkan tugas yang memerlukan
kehadiran, mengerjakan tugas-tugas akademis secara umum, dan melaksanakan
praktikum.
Pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan kedua aspek tersebut pada
sembilan hal tersebut. Hasil yang didapatkan adalah sebagian besar responden
melakukan prokrastinasi akademis tingkat sedang. Hal tersebut ditunjukkan oleh
histogram yang terkonsentrasi di tengah. Meskipun terlihat merata, penelitian ini masih
mempunyai kekurangan, yaitu ketidaktelitian peneliti dalam membaca alat ukur. PASS
sebenarnya terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama adalah frekuensi prokrastinasi
akademis dan seberapa jauh prokrastinasi yang dilakukan menjadi masalah, sedangkan
bagian kedua adalah alasan dari tingkah laku prokrastinasi akademis dalam satu kondisi
yang ditentukan. Kami hanya menggunakan bagian pertama, padahal kedua bagian
tersebut sama pentingnya untuk menggambarkan perilaku prokrastinasi.

C. Saran
Ada beberapa saran bagi kami sebagai peneliti:
1. Lebih teliti dalam membaca alat ukur.
Ketidaktelitian akan menyebabkan tidak lengkapnya aspek-aspek yang akan
diukur. Jika kami lebih teliti dalam membaca alat ukur, kami akan menggunakan
semua bagian PASS.
2. Memperluas sampel.
Sampel kami sudah representatif, yaitu sekitar 20% dari jumlah populasi
mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2010. Akan lebih baik jika sampel
diperluas, hingga melibatkan angkatan-angkatan lain sebagai responden.
3. Menyediakan waktu yang lebih untuk membaca referensi dan mengambil data
penelitian.
Waktu yang lebih untuk membaca referensi diperlukan supaya peneliti lebih
teliti dalam membaca referensi dan paham dengan terori-teori yang akan
digunakan. Waktu untuk mengambil data yang lebih juga diperlukan untuk
mendapatkan sampel yang lebih luas dan lebih banyak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Delta, P. E. (2007). Hubungan antara prokrastinasi akademis dengan motivasi


berprestasi pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia. Skripsi, Depok:
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Fibrianti, I. D. (2009). Hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan


prokrasrinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa fakultas
psikologi universitas diponegoro. Skripsi, Semarang: Fakultas Psikologi Universitas
Dipenogoro. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2011 dari
http://eprints.undip.ac.id/10517/1/SKRIPSI.pdf

Pangestuti, D. A. D. (2009). Tinjauan ilmiah kebiasaan siswa menunda tugas


(Prokrastinasi) di SMP Negeri 126 Jakarta. Tinjauan Ilmiah. Diunduh tanggal 8 Mei
2011 pada pukul 23:22 dari http://deean126.blogspot.com/

Tice, D. M. & Baumeister, R. F. (1997). Longitudinal study of procrastination,


performance, stress, and health: The cost and benefits of dawdling. Psychological
Science, 8(6), 454-458. Diunduh dari
http://www.jstor.org/stable/40063233.

Schraw, G., Olafson, L., Wadkins, T. (2007). Doing the things we do:
A grounded theory of academic procrastination. Journal of Educational Psychology,
99(1), 12-25. Diunduh pada tanggal 15 April 2011, dari
http://psycnet.apa.org/journals/edu/99/1/12.pdf.

12
Balkis, M., & Duru, E. (2009). Prevalence of academic procrastination behavior among
pre-service teachers, and its relationship with demographics and individual preference.
Journal of Theory and Practice in Education. 5(1), 18-32. Diunduh pada tanggal 23
Mei 2011, dari http://eku.comu.edu.tr/index/5/1/mbalkis_eduru.pdf

Binder, K. (2000). The Effects of an Academic Procrastination Treatment


on Student Procrastination and Subjective Well-Being. Ontario: Carleton University.
Diunduh pada tanggal 23 Mei 2011, dari
http://www.collectionscanada.gc.ca/obj/s4/f2/dsk2/ftp01/MQ57652.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai