RPJMD PDF
RPJMD PDF
Daftar Isi
Halaman
6.5 Meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan jasa .........
.................................................................................................................................... 6-6
6.6 Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih ..............................
.................................................................................................................................... 6-8
BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH.............................. 7-1
7.1 Kebijakan Umum......................................................................................................
.................................................................................................................................... 7-1
7.2 Program Prioritas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah .......................
.................................................................................................................................... 7-3
7.2.1 Urusan Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri ..............................
....................................................................................................................7-3
BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN ..............
..................................................................................................................................... 8-1
PENDANAAN .................................................................................................................
.................................................................................................................................... 8-1
BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH .............................................................
....................................................................................................................................9-1
BAB X. PENUTUP ............................................................................................... .................
.................................................................................................................................... 10-1
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Daftar Gambar
Halaman
Gambar III.4 Komposisi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Periode
2009-2011...............................................................................................
............................................................................................................ III-8
Gambar III.5 Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Pendapatan Pemerintah Kota
Tangerang Selatan Tahun 2012-2016 ....................................................
.......................................................................................................... III-19
Gambar III.6 Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Belanja Daerah Pemerintah Kota
Tangerang Selatan .................................................................................
.......................................................................................................... III-21
Gambar IV.1 Permasalahan Pokok Kota Tangerang Selatan ......................................
............................................................................................................ IV-6
Gambar IV.2 Kriteria Isu Strategis ...............................................................................
............................................................................................................ IV-7
Gambar IV.3 Isu Strategis ...........................................................................................
.......................................................................................................... IV-17
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Daftar Tabel
Halaman
Tabel II.19 Perkembangan PDRB Tahun 2007 – 2009 Atas Dasar Harga Berlaku
(HB) dan Harga Konstan (HK) Kota Tangerang Selatan ..........................
........................................................................................................... II-26
Tabel II.20 Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2007 – 2010 Kota Tangerang dan
Provinsi Banten ......................................................................................
........................................................................................................... II-26
Tabel II.21 Jumlah Rumah Tangga Hasil Pendataan Program
Perlindungan Sosial 2008 Menurut Kecamatan Kota Tangerang
Selatan Tahun 2008 ................................................................................
........................................................................................................... II-27
Tabel II.22 Indeks Pencapaian Pendidikan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2006 - 2009 (Tahun 2006 – 2007
masih Kabupaten Tangerang) ...............................................................
........................................................................................................... II-29
Tabel II.23 Jumlah Fasilitas Olahraga Dan Rekreasi Per Kecamatan
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
BAB I
PENDAHULUAN
mewajibkan pasangan calon Kepala Daerah untuk menyampaikan visi, misi, dan
program dari pasangan calon secara tertulis kepada masyarakat.
RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 – 2016 disusun melalui tahapan
perencanaan partisipatif dengan mengedepankan proses evaluasi, proyeksi dan
analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan daerah Kota Tangerang
Selatan. Berbagai tahapan analisis sektoral & tata ruang, penjaringan aspirasi
masyarakat, serta dialog yang melibatkan pemangku kepentingan strategis telah
dilakukan dalam rangka mewujudkan perencanaan yang komprehensif.
11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4663);
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
25. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun 2005-2025;
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
26. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 Propinsi Banten Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2007 – 2012;
27. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 – 2030 (Lembaran Daerah Provinsi Banten
Tahun 2011 Nomor 2);
28. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Kota Tangerang Selatan.
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Selatan yang saat ini
masih dalam proses pembahasan dengan DPRD. RPJMD ini juga memperhatikan
pada Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tangerang pada saat
wilayah Kota Tangerang Selatan masih menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang,
dan pada Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kota Tangerang Selatan 2011 – 2031
yang saat ini masih dibahas di BKPRN. Selanjutnya Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) ini akan diimplementasikan pelaksanaannya dalam
dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang
menjabarkan RPJMD dalam rencana program dan kegiatan dalam lima tahunan,
serta menjadi acuan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang berlaku satu
tahunan.
Pedoman
Diacu
RPJP Pedoman Dijabarkan Pedoman Pedoman
RPJMD RKP RAPBN APBN
NASIONAL NASIONAL
RPJMD DAERAH
DAERAH
DAERAH
Pedoman
Diacu
Pedoman Pedoman Pedoman
RENSTRA SKPD RENJA SKPD RKA SKPD RINCIAN
APBD
Gambar 1-1
Hubungan RPJM Daerah Kota Tangerang Selatan
dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, membahas visi dan misi Kota
Tangerang Selatan 2011 - 2016, sebagai dasar bagi pembangunan daerah serta
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun tersebut.
dan misi walikota dan wakil walikota 2011 – 2016, disertai kebutuhan
pendanaannya.
Bab X Penutup, membahas program transisi untuk kurun waktu satu tahun,
disiapkan untuk melayani perencanaan pembangunan paska masa kerja Kepala
Daerah terpilih. Program disusun untuk menjembatani kekosongan RPJMD pada
masa pemilihan Kepala Daerah. Program disiapkan untuk dapat dilaksanakan oleh
pejabat Kepala Daerah hingga terpilih dan ditetapkannya Kepala Daerah yang akan
menjabat untuk masa lima tahun berikutnya. Selain itu, bab ini juga membahas
kaidah-kaidah pelaksanaan RPJMD, sebagai pedoman bagi tersusunnya dokumen
perencanaan di satuan-satuan kerja pemerintah daerah, seperti Renstra dan RKPD.
Tujuan penyusunan RPJMD 2011 – 2016 Kota Tangerang Selatan tidak dapat
dilepaskan dari proses perencanaan pembangunan sebagaimana yang tercantum
dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu:
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
1. Menetapkan dan menjabarkan visi dan misi Kepala Daerah terpilih ke dalam
bentuk strategi, kebijakan, dan program
BAB II
Tabel II.1
4 Batas-batas
5 Wilayah Pemerintahan
- Kecamatan 7 Kecamatan
- Kelurahan 49 Kelurahan
- Desa 5 Desa
- Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota
Tabel II.2
Persentase
No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) terhadap luas
kota
Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan
RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Data iklim di Kota Tangerang Selatan diambil dari Stasiun Geofisika Klas I Tangerang,
yaitu berupa temperatur udara, kelembaban udara, intensitas matahari, banyaknya curah
hujan dan kecepatan angin. Pada tahun 2009, temperatur udara rata-rata berada disekitar
23,74°C – 32,68°C dengan temperatur udara maksimum di bulan September, yaitu sebesar
34,5°C dan temperatur udara minimum berada di bulan Juli sebesar 22,90°C. Rata-rata
kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 79,0 % dan 53,8 %. Keadaan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 359mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam
setahun adalah 166,7mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Januari dengan hari hujan
sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 5,3 Km/jam dan
kecepatan maksimum rata-rata 35,8 Km/jam.
Gambar II.1
1. PPK, meliputi:
1
Berdasarkan Rancangan RTRW Kota Tangerang Selatan 2011-2031 (sd. 07 Oktober 2011)
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
2. SPK, meliputi:
3. PL, meliputi:
1. Kawasan Lindung
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan
nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan Pembangunan berkelanjutan.
Kawasan lindung meliputi kawasan lindung setempat yang berupa kawasan sungai dan
sempadan sungai, kawasan situ dan sempadan situ, kawasan sempadan jalur pipa gas
dan sempadan SUTET atau SUTT, sempadan rel kereta api dan sempadan jalan.
2. Kawasan Budidaya
a. Kawasan Industri
b. Kawasan pariwisata
c. Kawasan Perumahan
e. Kawasan Perkantoran
Sebaran kawasan non hijau yang direncanakan ada di Kota Tangerang Selatan
pada tahun 2030 meliputi pelataran parkir stasiun Pondok Ranji di Kecamatan,
pelataran parkir stasiun Jurang Mangu di Kecamatan, pelataran parkir stasiun
Sudimara di Kecamatan, pelataran parkir stasiun Rawa Buntu di Kecamatan,
pelataran parkir stasiun Serpong di Kecamatan, pelataran parkir terminal
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
a. Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan peruntukan pertanian di Kota berada di
Kecamatan Setu meliputi, fungsi sebagai daerah resapan air hujan untuk
kawasan sekitarnya, pengembangan kegiatan tanaman hias,
pengembangan kegiatan tanaman buah dan holtikultura, pengembangan
kegiatan peternakan terintegrasi dengan kegiatan pertanian dan
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
b. Kawasan Pendidikan
Sebaran Kawasan Pendidikan yang direncanakan hampir di setiap
kecamatan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2030.
c. Kawasan Kesehatan
Sebaran Kawasan kesehatan yang direncanakan ada di Kota
tangerang Selatan pada tahun 2030 berada di seluruh wilayah kota.
d. Kawasan Peribadatan
Sebaran Kawasan peribadatan yang direncanakan ada di Kota
tangerang Selatan pada tahun 2030 berada di seluruh wilayah kota.
e. Kawasan Pergudangan
Sebaran Kawasan pergudangan ditetapkan di Kecamatan setu dan
Kecamatan Serpong.
Arahan pemanfaatan ruang terdiri dari indikasi program utama, indikasi sumber
pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Indikasi program utama
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
pemanfaatan ruang meliputi indikasi program utama perwujudan struktur ruang dan indikasi
program utama perwujudan pola ruang. Indikasi sumber pendanaan terdiri dari dana
Pemerintah, Pemerintah Provinsi Banten, Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Swasta Dan
atau kerjasama pendanaan. Indikasi pelaksana kegiatan terdiri dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi Banten, Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Swasta Dan Masyarakat. Indikasi
waktu pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu:
Wilayah yang rawan bencana banjir, pada umumnya terletak pada wilayah sekitar
Sungai Pesanggrahan, Sungai Ciputat dan Kali Angke yang disebabkan oleh luapan air sungai
terutama pada musim penghujan. Selain itu, banjir juga disebabkan oleh saluran air yang
tidak berfungsi dengan baik.
Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, 2010
6 Perum Pondok Hijau Luapan kali Ciputat Cempaka Putih Ciputat Timur
9 Bukit Pamulang Indah (BPI) Luapan kali BPI Pamulang Barat Pamulang
10 Perum Cipayung Mas Luapan kali Ciputat Pondok Cabe Udik Pamulang
11 Perum Jurang Mangu Timur Penyumbatan sampah, Jurang Mangu Barat Pondok Aren
karena adanya lintasan
kabel
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
12 Perum Taman Mangu Indah Penyempitan kali Ciputat, Jurang Mangu Barat & Pondok Aren
tingginya debit air Pondok Aren
13 Mekarsari RT 10, 13, 14, 15 Drainase buruk Pondok Betung Pondok Aren
15 Perum SEKNEG Luapan kali Angke Pondok Kacang Barat Pondok Aren
16 Perum Kacang Prima Jembatan terlalu rendah dan Pondok Kacang Timur Pondok Aren
menyempit
17 Perum Villa Bintaro Regensi Luapan kali Sarua Pondok Kacang Timur Pondok Aren
18 Perum Pondok Mahartha Luapan kali Sarua Pondok Kacang Timur Pondok Aren
20 Kali Ciater (jembatan 3) Aliran air terhalan jembatan Lengkong Wetan & Serpong Utara
& pendangkalan Lengkong Karya
21 Perum Duta Bintaro Penyempitan kali Pondok Paku Jaya Serpong Utara
Jagung
Sumber: Hasil Monitoring Drainase Dinas Bina Marga & Pengairan Kota Tangerang Selatan, 2010
2.1.5. Demografi
Kota Tangerang Selatan memiliki jumlah penduduk yang relatif meningkat dari tahun
ke tahun, berdasarkan hasil sensus penduduk 10 (sepuluh) tahunan yang dilakukan oleh BPS,
jumlah sementara penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2010 sebanyak 1.303.569 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 658.701 jiwa atau sebesar 50,53% dan penduduk
perempuan sejumlah 644.868 jiwa atau sebesar 49,47%. Jumlah penduduk terbanyak
terdapat di Kecamatan Pondok Aren dengan jumlah penduduk sebesar 307.154 jiwa atau
sebesar 23,56%, sedangkan Kecamatan Setu merupakan kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk terkecil, yaitu sebesar 64.985 jiwa atau 4,99%.
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Sumber: Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010)
Penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010 meningkat sebesar 10,75% dari
tahun 2009. Peningkatan pertumbuhan periode 2009-2010 merupakan pertumbuhan
tertinggi dari 3 (tiga) periode sebelumnya.
Gambar II.2
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 2 -13
Tabel II.6 Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan
Ket: *) Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010)
Dengan luas wilayah sekitar 147,19 Km2, maka kepadatan penduduk Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2010 sebesar 8.856 jiwa per kilometer persegi, hal ini berarti bahwa
setiap satu kilometer persegi dihuni sekitar 8.856 orang. Kepadatan terbesar berada pada
Kecamatan Ciputat Timur, yaitu 11.881 orang per kilometer persegi, sedangkan terkecil
terdapat di Kecamatan Setu sebesar 4.291 orang per kilometer persegi. Kepadatan tahun
2010 ini pun meningkat sebesar 12,03% dari tahun 2009.
Tabel II.7
Sumber:
*) Angka tahun 2010 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS, 2010)
**) Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
- 5.000 10.000 15.000 Sumber: BPS, hasil sementara sensus penduduk tahun 2010
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 2 -14
Gambar II.3
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010
Dari data jumlah penduduk berdasarkan usia yang didapat dari Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2010 sebagian besar penduduk
Kota Tangerang Selatan masih terpusat pada selang umur yang produktif. Jumlah penduduk
usia muda (0-14 tahun) sebanyak 225.920 orang atau sebanyak 21,77%, penduduk usia
produktif (15-64 tahun) sebanyak 777.690 orang atau 74,95%, dan penduduk usia tua (65
tahun ke atas) sebanyak 34.055 orang atau sebanyak 3,28%. Persentase besarnya penduduk
usia produktif sangat berkaitan erat dengan potensi tenaga kerja.
Persentase penduduk yang paling besar terdapat pada selang usia produktif, yaitu
pada 30-34 tahun sebesar 10,34%, kemudian disusul penduduk selang usia 25-29 tahun
sebesar 10,27% dan usia 35-39 tahun sebesar 9,64%. Sedangkan persentase penduduk yang
paling kecil terdapat pada selang usia <1 tahun sebesar 0,11%.
Tabel II.9
Jumlah Penduduk Per Usia di Kota Tangerang Selatan
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010
Keterangan:
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010
Islam
90,14% Kristen
5,25%
Lainnya
0,03%
Katholik
Penganut 3,36%
Kepercayaa Konghucu Budha
n 0,03% 0,92% Hindu
0,001% 0,26%
Gambar II.4
Penduduk Kota Tangerang Selatan 90,14% beragama Islam, 5,25%, beragama Kristen
Protestan, Katolik sebesar 3,36%, Hindu sebesar 0,26%, Budha sebesar 0,92%, Konghucu
sebesar 0,03%, penganut kepercayaan 0,001% dan selainnya 0,03%.
Sedangkan jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan belum kawin sebesar 50,69%,
kawin 46,56%, cerai hidup 0,66% dan cerai mati 2,09%.
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010
Sebanyak 32,62% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan lulus SLTA, angka
ini merupakan angka terbesar dibandingkan tingkat pendidikan yang lainnya. Sementara itu
sebesar 14,51% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan tingkat perguruan tinggi.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 2 -17
Tabel II.12 Jumlah Penduduk Per Pendidikan
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010
37 Tabib 11 0,001%
38 Paraji 17 0,002%
40 Penterjemah 31 0,003%
43 Pastor 11 0,001%
60 Akuntan 49 0,005%
65 Apoteker 67 0,01%
69 Pelaut 97 0,01%
72 Pialang 42 0,004%
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
73 Paranormal 18 0,002%
77 Biarawati 40 0,004%
80 Pengusaha 25 0,002%
TOTAL 1.037.665
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010
TOTAL 1.037.665
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
PDRB Menurut Lapangan Usaha. Secara keseluruhan, semua sektor ekonomi di Kota
Tangerang Selatan menunjukkan pertumbuhan positif meskipun terdapat perbedaan dalam
tingkat kecepatannya. Sektor yang paling tinggi laju pertumbuhannya selama tahun 2007
hingga 2009 adalah sektor bangunan dan konstruksi serta sektor bank, persewaan & jasa
perusahaan yang rata-rata per tahunnya masing-masing mencapai 13,21%, disusul sektor
pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 12,32%. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi terendah terdapat di sektor pertanian yang tumbuh sebesar 0,55 %. Fenomena ini
menggambarkan bahwa Kota Tangerang Selatan sudah bukan lagi daerah agraris. Diikuti
pertumbuhan terendah kedua adalah sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar 1,72
persen.
Tabel II.15
Tabel II.16
8 Bank, persewaan & jasa 950,475.49 12.43% 1,121,421.73 12.56% 1,284,263.73 12.68%
perusahaan
9 Jasa-jasa 1,093,763.39 14.30% 1,248,775.60 13.98% 1,427,252.42 14.09%
Jumlah 7,649,549.15 100.00% 8,931,176.87 100.00% 10,127,849.79 100.00%
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 2010
Tabel II.17
Tabel II.18
Pertumbuhan
No. Lapangan Usaha
HB HK
1 Pertanian 14.50% 1.09%
2 Pertambangan & Penggalian 22.09% 12.21%
3 Industri Pengolahan 12.63% 3.44%
4 Listrik, Gas & Air Bersih 14.21% 6.25%
5 Bangunan / Konstruksi 56.70% 26.43%
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 39.63% 23.42%
7 Pengangkutan & Komunikasi 38.80% 24.65%
8 Bank, persewaan & jasa perusahaan 35.12% 26.42%
9 Jasa-jasa 30.49% 20.03%
Jumlah 32.40% 18.69%
Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 2010 (Diolah)
Berdasarkan data PDRB adh berlaku tahun 2007 hingga 2009, empat besar sektor
pada struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan adalah perdagangan hotel dan restoran,
industri pengolahan, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi. Sektor dengan kontribusi
rata-rata di bawah 1% adalah pertanian dan pertambangan & penggalian.
Pertambangan
Pertanian & Penggalian
Jasa-jasa 0,02% Industri
0,85% Pengolahan
14,09%
15,77%
Gambar II.5
Jika dilihat dari laju pertumbuhannya selama kurun waktu tersebut, sektor dengan
laju pertumbuhan rata-rata tertinggi adalah bangunan/konstruksi, disusul oleh perdagangan
hotel dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi. Meskipun semua sektor
menunjukkan laju pertumbuhan yang positif, tingkat lajunya berbeda-beda. Ada sektor-
sektor yang mengalami percepatan dan ada sektor yang mengalami perlambatan. Sektor-
sektor yang mengalami percepatan adalah bangunan/konstruksi; perdagangan, hotel dan
restoran; pengangkutan dan komunikasi; bank, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-
jasa, yang masuk ke dalam kelompok sektor tersier, kecuali bangunan/konstruksi. Sektor-
sektor yang mengalami perlambatan adalah pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan
dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; dan listrik, gas dan air
bersih. Dua sektor pertama masuk ke dalam sektor primer dan dua sektor terakhir masuk ke
dalam sektor sekunder.
Berdasarkan data PDRB tahun 2009, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan
didominasi oleh sektor sektor tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan
hotel dan restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan
kontribusi hampir 72,68%. Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih;
dan konstruksi) memberikan kontribusi 26,45%, dan sektor primer (pertanian,
pertambangan dan penggalian) hanya memberikan kontribusi sebesar 0,87%.
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Tersier
72,68%
Gambar II.6
Gambaran kontribusi kelompok sektor (primer, sekunder dan tersier) pada tahun 2009
Jika dilihat kecenderungan tahun 2007 hingga tahun 2009, berdasarkan PDRB atas
dasar harga konstan tahun 2000, sektor primer mengecil kontribusinya sebesar
0,17% dari 1,16% menjadi 0,99%. Demikian juga dengan sekunder, yaitu mengecil sebesar
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 2 -24
2,48% dari 30,96% menjadi 28,47%. Hal yang sebaliknya terjadi pada sektor tersier yang
meningkat kontribusinya sebesar 2,65% dari 67,88% menjadi 70,54%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian Kota Tangerang Selatan semakin bergeser ke arah
sektor-sektor tersier atau berarti juga semakin bertumpu pada sektor-sektor tersier. Ini
berarti bahwa, ekonomi Kota tidak bergantung kepada eksploitasi sumber daya alam,
melainkan lebih bertumpu pada nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan informasi,
kapasitas kreatif, organisasi dan koordinasi antara berbagai pihak.
PDRB Menurut Kecamatan. Jika dilihat per kecamatan, total PDRB adh berlaku yang
cukup besar selama tahun 2007 hingga 2009 adalah di Serpong, Serpong Utara, dan Ciputat
Timur dengan angka sebesar Rp.1 – 2,6 Trilyun dan yang terkecil adalah di Setu dengan nilai
di bawah Rp.400 Milyar Rupiah. Hanya dua kecamatan, yaitu Setu dan Ciputat, yang PDRB-
nya di bawah satu trilyun rupiah pada tahun 2009.
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Jika dilihat dari PDRB per kapita, tiga kecamatan memiliki angka di atas sepuluh juta
rupiah per orang per tahun adalah Serpong, Serpong Utara dan Ciputat Timur. Empat
kecamatan lain memiliki PDRB per kapita yang berkisar antara 3 – 6 juta rupiah. Hal ini
menunjukkan masih adanya kesenjangan antar daerah, sebagaimana ditunjukkan oleh
indeks Williamson. Namun, jika dilihat dari pertumbuhannya, tiga kecamatan yang
mengalami pertumbuhan paling cepat adalah Serpong, Serpong Utara dan Pondok Aren.
Berdasarkan harga konstan, terlihat bahwa Serpong dan Serpong Utara memberikan
kontribusi paling besar terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan dan juga tumbuh paling
cepat. Hal yang sama terlihat pada angka PDRB per kapita: Serpong, Serpong Utara dan
Ciputat Timurlah yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2008 dan 2009.
Tabel II.19
Perhitungan inflasi belum dilakukan khusus untuk Kota Tangerang Selatan. Namun,
asumsi inflasi dapat menggunakan angka Kota Tangerang.
Tabel II.20
Angka indeks Williamson, salah satu indikator kesenjangan antar wilayah, juga
mengindikasian hal yang sama. Indeks tahun 2009 dan 2008 masing-masing adalah sebesar
0,79 dan 0,71 yang menunjukkan terjadinya kesenjangan yang cukup besar. Dibandingkan
angka tahun 2007 yang sebesar 0,60, angka tersebut lebih tinggi yang menjadi indikasi
peningkatan kesenjangan antar wilayah (diolah dari data BPS, 2010). Kesenjangan diduga
akibat pembangunan yang sangat cepat di wilayah Serpong, Serpong Utara dan Ciputat
Timur dibandingkan wilayah lain. Karena itu perlu adanya intervensi dari pemerintah untuk
meningkatkan nilai PDRB per kapita di kecamatan-kecamatan dengan PDRB per kapita yang
lebih kecil dibandingkan dengan kecamatan dengan PDRB per kapita yang lebih besar.
Pada tahun 2005, Pemerintah melakukan sensus sebagai dasar untuk menentukan
penerima Bantuan Tunai Langsung (BLT). Pada tahun 2008, Pemerintah melakukan verifikasi
data tersebut dengan melakukan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS08).
Berdasarkan hasil PPLS08, jumlah rumah tangga sasaran (RTS) Tangerang Selatan adalah
16.303 RT dengan jumlah kepala dan anggota rumah tangga 52.644 orang atau 4,89% jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2008. Dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain di Provinsi Banten, Tangerang Selatan menempati peringkat kedua RTS
terendah setelah Kota Cilegon.
Tabel II.21
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Jumlah Rumah Tangga Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial 2008 Menurut
Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
Kepala &
Rumah Tangga Persentase RTS
Rumah Tangga Anggota Jumlah
No Kecamatan Sasaran PPLS Terhadap Jumlah
Penerima BLT RTS PPLS Penduduk
'08 Penduduk
'08
1 Serpong 2,463 2,420 5,317 102,733 5.18%
2 Serpong Utara 1,742 1,590 5,453 79,234 6.88%
3 Setu 1,993 1,817 6,313 57,758 10.93%
4 Pamulang 5,963 5,299 18,119 254,085 7.13%
5 Ciputat 2,438 1,848 6,086 165,559 3.68%
6 Ciputat Timur 1,685 918 4,003 164,207 2.44%
7 Pondok Aren 2,820 2,411 7,353 252,726 2.91%
Kota Tangerang Selatan 19,104 16,303 52,644 1,076,302 4.89%
Sumber:
- Bappeda Kabupaten Tangerang (2008)
- Pendataan Program Perlindungan Sosial 2008, BPS Kabupaten Tangerang
Jika dilihat per kecamatan, persentase jumlah kepala dan anggota RTS tertinggi
adalah di Setu dengan 10,93% dan yang terendah adalah di Ciputat Timur dengan
2,44%. Jika dilihat sebarannya, terlihat ada ketidakmerataan antar kecamatan dan
rentang perbedaan yang cukup lebar yaitu 2,44% - 10,93%.
Kota Tangerang Selatan yang berdiri pada bulan November 2008 pada tahun 2009
masih terdapat 1,86 % penduduk (usia 15 tahun keatas) yang buta huruf, hal ini dapat dilihat
dari angka melek huruf yang mencapai 98,14 %. Angka Melek Huruf di Kota Tangerang
Selatan ini jika dibandingkan dengan seluruh Kab/Kota di Provinsi Banten menempati
peringkat ketiga setelah Kota Cilegon (98,71%) dan disusul Kota Tangerang (98,35%)
sedangkan daerah induk, yaitu Kabupaten Tangerang menempati peringkat kelima (95,66%)
setelah Kota Serang (96,27%). AMH Kota Tangerang Selatan juga berada diatas AMH Provinsi
Banten yang mencapai 95,95%. Meskipun AMH di Kota Tangerang Selatan ini tergolong
cukup baik namun sebagai daerah terbuka yang juga berbatasan langsung dengan Provinsi
DKI jakarta tentunya juga harus menjadi kewaspadaan dan perhatian Pemerintah Kota
Tangerang Selatan karena bukan tidak mungkin dengan potensi pertumbuhan yang pesat
mendorong terjadinya urbanisasi masuk ke Kota Tangerang Selatan baik dari wilayah sekitar
seperti dari daerah lain di Provinsi Banten, maupun sekitar Bogor Jawa Barat, bahkan dari
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Provinsi lain yang mungkin saja urbanisasi ini banyak terdiri dari kalangan pendidikan rendah
ataupun masih buta huruf.
98
Kota Cilegon; 98,71
97 96,3 Propinsi Banten; 95,95
Kab. Tangerang; 95,66
96 94,93
94,55
95
94
93
92
2009
Kab. Pandeglang Kab. Lebak Kab. Tangerang
Kab. Serang Kota Tangerang Kota Cilegon
Kota Serang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 2 -28
Rata-rata lama sekolah ini sangat dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan penduduk
untuk melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi namun disisi lain juga peningkatan
fasilitas serta prasarana gedung sekolah dan yang lebih penting adalah program kebijakan
dari pemerintah dalam mengurangi angka putus sekolah khusunya bagi kalangan masyarakat
kurang mampu.
Tabel II.22
Indeks Pencapaian Pendidikan Kota Tangerang Selatan Tahun 2006 - 2009
*) Angka perbaikan
Sumber : BPS
Selain menjadi hunian yang strategis dan nyaman, Kota Tangerang Selatan dari
tahun 2009 sudah memiliki fasilitas olahraga dan rekreasi per kecamatan. Beberapa
diantaranya seperti yang tampak pada Tabel II.23 berikut ini:
Lapangan
Kolam Pacuan GOR /
No Kecamatan Mall
Gedung Sepak Bulu Bola Renang Kuda GSG
Tenis Golf
Olahraga Bola Tangkis Voli
1 Serpong 1 6 7 5 4 1 3 1 3 2
2 Serpong Utara 1 7 9 5 3 1 3 - 2 2
3 Ciputat 1 7 5 3 2 - 2 - 2 2
4 Ciputat Timur 1 6 6 5 2 - 2 - 2 2
5 Pamulang 1 6 6 5 2 - 3 - 1 2
6 Pondok Aren 1 6 7 3 2 1 2 - 4 2
7 Setu 1 6 5 3 1 - 2 - 1 1
Kota Tangerang
7 44 45 29 16 3 17 1 15 13
Selatan
Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Selatan, 2010
Klub kepemudaan, olahraga dan kebudayaan di Kota Tangerang Selatan juga cukup
banyak. Masing-masing klub tersebar di 7 kecamatan. Klub renang yang tercatat paling
banyak terdapat di Kota Tangerang Selatan, selain itu klub futsal dan klub pencak silat juga
banyak tersebar.
Tabel II.24
Kota
Serpong Ciputat Pondok
No Klub Olahraga Serpong Setu Pamulang Ciputat Tangerang
Utara Timur Aren
Selatan
1 Sepak Bola 3 2 2 2 2 2 2 15
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Kota
Serpong Ciputat Pondok
No Klub Olahraga Serpong Setu Pamulang Ciputat Tangerang
Utara Timur Aren
Selatan
2 Futsal 3 3 3 3 3 3 2 20
3 Voli 2 1 1 2 1 1 2 10
4 Bulu Tangkis 2 1 1 1 1 1 1 9
5 Tenis 1 1 - - - - - 2
6 Basket 2 2 1 1 2 1 2 11
7 Atletik 1 1 - - - - 2
8 Pencak Silat 4 3 2 3 4 3 1 20
9 Karate 2 2 - 1 1 1 1 8
10 Gulat - - - - - - - -
11 Tinju - 1 - 1 - - - 2
12 Yudo 1 - - - - - - 1
13 Renang 6 4 1 4 5 2 4 26
14 Golf 1 1 - - - - 1 3
15 Hockey 1 - - - - - - 1
16 Catur 1 1 - 1 1 1 1 5
Tabel II.25
Tingkat Partisipasi Kasar Penduduk
Tingkat partisipasi murni juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari periode
2008 ke 2009, baik di tingkat SD, SLTP ataupun SLTA.
Tabel II.26
Tingkat Partisipasi Murni Penduduk
SD 80,58 81,25
SLTP 48,67 49,33
SLTA 38,08 38,76
Sumber : BPS, Susenas 2008 – 2009 (diolah)
Jumlah investasi PMA dan PMDN di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009
mencapai Rp 1,2 triliun dan US $ 2,6 milyar. Jumlah perusahaan yang menanamkan investasi
terhitung sebanyak 94 buah perusahaan.
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Tabel II.27
Jumlah Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri
Tahun 2009
Jumlah Investasi
Status
Perusahaan Rupiah Dolar AS
Penanaman Modal Asing 81 1,006,204,368,500 2,578,913,377.00
Penanaman Modal Dalam Negeri 13 210,130,276,000 -
JUMLAH 94 1,216,334,644,500 2,578,913,377.00
Semenjak dua tahun terbentuk, Kota Tangerang Selatan sudah memiliki beberapa
kawasan industri dan perdagangan. Luas yang disediakan untuk zona industri di Kota
Tangerang Selatan adalah seluas 2218,31 hektar dengan 2.386 unit industri yang
termanfaatkan. Sedangkan luas yang disediakan untuk kawasan industri adalah seluas 1284
hektar dengan 1614 unit industri yang termanfaatkan.
Tabel. II.28
Termanfaatkan
Luas yang
No. Alokasi Peruntukan Ket
disediakan
Industri Luas
- Kawasan Perindustrian
Termanfaatkan
Luas yang
No. Alokasi Peruntukan Ket
disediakan
Industri Luas
- Kawasan Perdagangan
2 Jasa 1224,79 Ha
- Kawasan Pergudangan
Termanfaatkan
Luas yang
No. Alokasi Peruntukan Ket
disediakan
Industri Luas
Berikut ini adalah sebaran industri di Kota Tangerang Selatan, yang masih banyak
ditemukan tersebar di beberapa kecamatan di Kota Tangerang Selatan di antaranya adalah
industri kerajianan anyaman, industri makanan, dan pabrik.
Tabel. II.29
1 Serpong - - - - 3 2
2 Serpong Utara - - - - - 26
3 Ciputat - - - - - 1
4 Ciputat Timur - - - - 1 4
5 Pamulang - - - - - 1
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
6 Pondok Aren - 1 - - 5 13
7 Setu - - - - 3 19
Kota Tangerang
Selatan - 1 - - 12 66
Terdaftar ada lima pasar tradisional yang berada di tanah milik pemerintah Kota
Tangerang Selatan akan tetapi masih merupakan pasar tradisional milik Pemerintah
Kabupaten.
Tabel. II.30
Pasar Tradisional Milik Pemerintah Kabupaten di Tanah Milik Pemerintah
di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009
Luas
Nama Komoditi Jumlah Jumlah Pedagang
No Kec. Kondisi Areal Ket.
Pasar Yg Dijual Kios Los Kaki Lima 2
(M )
Luas
Nama Komoditi Jumlah Jumlah Pedagang
No Kec. Kondisi Areal Ket.
Pasar Yg Dijual Kios Los Kaki Lima 2
(M )
Sumber: PD Pasar Niaga Kerta Raharja Kab. Tangerang, 2009 dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Tangsel, 2010
Jumlah jalan di Kota Tangerang Selatan tercatat sebanyak 1.174 buah, dengan total
panjang jalan sebesar 683.596,92 meter.
Tabel. II.31
3 Kecamatan Serpong
4 Kecamatan Setu
5 Kecamatan Pamulang
7 Kecamatan Ciputat
Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, 2010
Kota Tangerang Selatan memiliki jembatan sejumlah 182 buah dengan total panjang
2.273,02 meter yang tersebar di masing-masing kecamatan.
Tabel. II.32
Rekapitulasi Data Jumlah & Panjang Jembatan Kota Tangerang Selatan
3 Kecamatan Serpong
4 Kecamatan Setu
5 Kecamatan Pamulang
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
7 Kecamatan Ciputat
Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, 2010
Kota Tangerang Selatan memiliki 3 ruas jalan, yaitu jalan negara sepanjang 9,16 Km,
jalan provinsi 48,90 Km, jalan kota 625.54 Km (137,78 Km dan 487,76 Km jalan lingkungan).
Tabel. II.33
Ruas dan Panjang Jalan Kota Tangerang Selatan
A Jalan Negara
B Jalan Provinsi
C Jalan Kota
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, 2010
Tabel.II.34
Stasiun Kereta Rel Listrik di Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Stasiun
2 Rawabuntu Serpong 24+244 3x2077 34.226 150
Rawabuntu
Sumber:
- Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006, Gunther W. Holtorf
Pada tabel II.35 terlampir data ketertiban dan ketentraman masyarakat Kota
Tangerang Selatan periode tahun 2009 hingga periode bulan Mei 2010. Jumlah personel
polisi dimasing-masing Polsek tersebut dari tahun 2009 hingga bulan Mei 2010 meningkat
sebanyak 6 orang. Kasus-kasus guantibmas yang terjadi di Kota Tangerang Selatan ada yang
meningkat ada pula yang menurun. Kasus pembunuhan meningkat sebanyak 3 kasus, kasus
Penganiayaan Berat (Anirat) menurun sebanyak 28 kasus, kasus Pencurian Berat (Curat)
menurun sebanyak 26 kasus, kasus Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor) roda-2
menurun sebanyak 252 kasus, roda-3 menurun 7 kasus, roda-4 menurun 47 kasus. Kasus
perkosaan pun menurun sebanyak 38 kasus, kasus narkotika 45 kasus, kasus penipuan 97
kasus, kecelakaan lalu lintas 92 kasus. Akan tetapi kasus demontrasi dan Unjuk Rasa (Unras)
meningkat sebanyak 3 kasus. Untuk keterangan lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel
II.33 berikut ini:
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
Tabel II.35
Wilayah Hukum Polres Metro Tangerang Kabupaten & Polres Metro Jakarta Selatan
2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Pembunuhan 1 1 - 1 1 - - 2 - - - 1 2 5
2 Anirat 26 8 24 11 3 1 - - - 3 24 26 77 49
4 Curas
A. Todong 1 - 1 - 2 - - - 1 1 - - 5 1
B. Rampas 8 3 8 1 2 1 - 2 - - 1 4 19 11
C. Rampok 1 2 1 - - 1 1 - 3 1 - - 6 4
D.Bajak - - - - - - - - - - - - - -
5 Curanmor
B. Roda-3 - - - - - - - - - - 9 2 9 2
“Gambaran Umum Kondisi Daerah”
C. Roda-4 39 13 15 9 16 8 7 - 5 5 - - 82 35
6 Perkosaan - - 7 4 - - - - - - 49 14 56 18
7 Narkotika 9 2 10 4 11 1 20 9 18 11 18 14 86 41
8 Penipuan 81 35 75 31 36 29 - - - - - - 192 95
10 Perkelahian - - - - - - - - - - - - - -
11 Mabuk-Mabukan - - - - - - - - - - - - - -
12 Perijinan - - - - - - - - - - - - - -
13 Bunuh Diri - - - - - - - - - - - - - -
14 Tenggelam - - - - - - - - - - - - - -
15 Demonstrasi / Unras 8 10 2 1 2 2 - - - - 4 6 16 19
JUMLAH 658 358 607 352 305 194 186 160 113 70 301 212 2170 1346
KETERANGAN
1. Data personel polri di wilayah Tangerang Selatan terhitung pada periode bulan Desember tahun 2009 dan periode bulan Mei 2010.
2. Data Guantibmas dan aksi Unras di wilayah Tangerang Selatan di sesuaikan dengan rumus dari Polda Metro Jaya, yang diambil dari laporan Guantibmas bulanan Polres Metro Tangerang Kabupaten & Metro
Jakarta Selatan. Untuk tahun 2009 sembilan periodenya mulai bulan Januari s/d Desember
3. Untuk data narapidana tidak tersedia di polres metro Tangerang Kabupaten dan metro Jakarta Selatan
4. Polsek Serpong mencakup 2 kecamatan yaitu Kecamatan Serpong dan Serpong Utara
Sebanyak 32,62% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan lulus SLTA, angka ini
merupakan angka terbesar dibandingkan tingkat pendidikan yang lainnya. Sementara itu sebesar
14,51% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan tingkat perguruan tinggi.
Tabel II.36
Jumlah Penduduk Per Pendidikan
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010
Dari data jumlah penduduk berdasarkan usia yang didapat dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2010 sebagian besar penduduk Kota
Tangerang Selatan masih terpusat pada selang umur yang produktif. Jumlah penduduk usia
muda (0-14 tahun) sebanyak 225.920 orang atau sebanyak 21,77%, penduduk usia produktif (15-
64 tahun) sebanyak 777.690 orang atau 74,95%, dan penduduk usia tua (65 tahun ke atas)
sebanyak 34.055 orang atau sebanyak 3,28%. Persentase besarnya penduduk usia produktif
sangat berkaitan erat dengan potensi tenaga kerja, sementara besarnya angka beban
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
ketergantungan pada tahun 2010 adalah sebesar 33,43 hal ini berarti setiap 100 penduduk usia
produktif menanggung beban sekitar 34 penduduk usia muda dan usia tua.
Tabel II.37
Jumlah Penduduk Per Usia di Kota Tangerang Selatan
∑ menurut
No. Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah %
kelompok umur
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 2010
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA
KERANGKA PENDANAAN
A Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 13
merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah menurut
PP Nomor 55 Tahun 2005 dikelompokkan atas : (1) Pendapatan Asli Daerah,
yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD pada umumnya
terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang
dipisahkan serta lain-lain PAD yang sah. (2) Dana perimbangan, yaitu dana
yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
daerah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus. (3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi hibah,
dana darurat, DBH pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana
penyesuaian dan otsus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemda
lainnya.
Pada awal terbentuknya Kota Tangerang Selatan, jumlah pendapatan di
tahun 2009 ialah sebesar Rp. 191,7 milyar, yang didapat dari komposisi
pendapatan asli daerah dan lain-lain Pendapatan. Kemudian pada APBD tahun
2010 tumbuh secara drastis sebesar 314,94% atau sebesar Rp. 603,7 milyar
menjadi Rp. 795,4 milyar. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2010 Kota
Tangerang Selatan sudah mendapatkan alokasi Dana perimbangan yang pada
tahun sebelumnya tidak ada, yaitu sebesar Rp. 458,3 milyar.
Tabel III.1
191.699.005.76 1.306.697.802.8
1 PENDAPATAN 795.439.417.569
2 74
Hasil pengelolaan
1.1.3. keuangan daerah yang - - -
dipisahkan
Lain-Lain Pendapatan
1.3. 166.331.855.737 226.790.716.257 350.114.480.065 45.36%
Daerah yang Sah
Tetapi terdapat pula penurunan pendapatan, yakni pada dana bagi hasil
pajak/bagi hasil bukan pajak dan hibah. Selain itu, penurunan terjadi juga di
pos dana hibah, dikarenakan sesuai dengan peraturan pembentukan Kota
Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan mendapat bantuan dana hibah
hanya selama 2 tahun dari Kabupaten Induk.
Gambar III.1
700
Pendapatan Asli Daerah
600 Dana Perimbangan
400
Rp
300
200
100
0
2009 2010 2011
tahunnya mengalami kenaikan yang signifikan, dimana jika pada tahun 2010
hanya memberikan kontribusi pendapatan sebesar 13,9%, maka di tahun 2011
mencapai 23,5%.
Tabel III.2
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 3-4
Gambar III.2
Tahun 2011
Penapatan Pendapatan
Lain-lain yang Asli Daerah
sah 23%
27%
Dana
Perimbangan
50%
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
2
Laporan “Analisis Realisasi APBD Tahun 2009”, Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi
Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan, 2010
Gambar III.3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 3 -5
Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan
Lain-Lain Pendapatan
54,4%
Daerah yang Sah
Pendapatan Asli
178,3%
Daerah
3
Laporan “Analisis Realisasi APBD Tahun 2009”, Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan,
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan, 2010
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
B Belanja Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 3 -6
Tabel III.3
5 BELANJA DAERAH
Rata-Rata
URAIAN 2009 2010 2011 Pertumbuhan
(%)
Pemerintahan Desa
Jika pada awal terbentuknya Kota Tangerang Selatan di tahun 2009 nilai
belanja daerah sebesar Rp 191,7 milyar, maka di tahun 2010 meningkat sangat
tajam menjadi Rp 830,2 milyar atau tumbuh sebesar 333%.
Tabel III.4
Periode 2009-2011
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Rata-Rata Komposisi
URAIAN 2009 2010 2011
2009-2011
5 BELANJA DAERAH
Gambar III.4
Periode 2009-2011
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
80%
72,0% Belanja Tidak Langsung
70%
Belanja Langsung 60,1%
60%
50,6% 49,4%
50%
39,9%
40%
28,0%
30%
20%
10%
0%
2009 2010 2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 3 -8
Artinya di Kota Tangerang Selatan, relatif tersedia anggaran yang dapat
dialokasikan secara langsung untuk kegiatan di masyarakat. Pada belanja
langsung, komponen yang dominan dialokasikan ialah pada belanja barang
dan jasa, serta belanja modal.
Tabel III.5
Neraca Daerah
Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang sumber daya
ekonomik yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah, memberikan manfaat ekonomi
dan sosial bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di masa mendatang sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu, serta dapat diukur dalam uang.
Neraca Daerah Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009, yaitu jumlah aset lancar
sebesar Rp. 36.042.329.621,00. Sedangkan jumlah aset tetap sebesar Rp.
56.195.839.703,00. Selain itu, nilai aset lainnya ialah sebesar Rp 150.677.000. Total
keseluruhan Aset Daerah Kota Tangerang Selatan yang tercatat pada tahun 2009 ialah
sebesar Rp 92.388.846.324.
1. ASET
2. KEWAJIBAN
3. EKUITAS DANA
Tabel III.7
NO Uraian 2009
A. Rasio Likuiditas
B. Rasio Solvabilitas
C. Rasio Aktivitas
Rasio Total Hutang terhadap Total Aset menunjukkan tingkatan resiko keuangan
daerah. Dari Tabel di atas terlihat bahwa Rasio Total Hutang terhadap Total Aset Kota
Tangerang Selatan sangatlah kecil yang menunjukkan bahwa resiko keuangan daerah
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
sangat minim, yaitu sebesar 0,031%. Nilai yang sangat kecil ini juga berlaku pada Rasio
Hutang terhadap Modal, dimana menunjukkan bahwa daerah dapat memenuhi
kewajibannya dari kemampuan modal sendiri.
Pada tahun 2009 APBD Kota Tangerang Selatan Sebesar Rp. 191.698.355.762,00
dimana pembagian dari APBD tersebut yakni, 28.01% atau sebesar Rp.
53.700.822.666,00 untuk kebutuhan belanja Langsung dimana sebagian besarnya untuk
pemenuhan belanja Pegawai. Sebesar 71,99% atau sebesar Rp. 137.997.533.096,00
untuk kebutuhan Belanja Langsung, dimana sebagian besarnya untuk kebutuhan Belanja
Barang jasa. Pada Tahun 2010 APBD Kota Tangerang Selatan Selatan meningkat sebesar
333,10% atau sebesar Rp. 638.540.876.599,74 menjadi Rp. 830.239.232.361,74 dimana
Proporsi dari Belanja APBD 2010, yaitu 50,56% atau sebesar Rp. 419.775.348.884,74
untuk kebutuhan Belanja Tidak Langsung, dimana sebagian besarnya untuk Belanja
pegawai dan 49,44% atau sebesar Rp. 410.463.883.477,00 untuk kebutuhan belanja
langsung. Penggunaan terbesarnya untuk belanja modal, lalu pada tahun 2011 APBD
Kota Tangerang Selatan sebesar Rp. 1.257.777.227.485,00 atau terdapat kenaikan
51,50% atau sebesar Rp. 427.537.995.123,00 dari tahun 2010.
Proporsi belanja APBD tahun 2011 yaitu, 39,88% atau sebesar Rp.
501.597.047.074,99 untuk kebutuhan Belanja tidak Langsung dan 60,12% atau sebesar
Rp. 756.180.180.410,00 untuk kebutuhan belanja Langsung dan penggunaannya
terbesarnya sama seperti tahun 2010.
belanja pendidikan 9.30% atau sebesar Rp. 17.819.565.093,00. Pada tahun 2010 untuk
pemenuhan kebutuhan aparatur mencapai 49% atau sebesar Rp. 403.675.536.491,00
dan proporsi belanja pendidikan 29.29% atau sebesar Rp. 243.172.005.687,10. Kemudian
pada tahun 2011 untuk pemenuhan kebutuhan aparatur menjadi sebesar 39% atau
sebesar Rp. 493.218.869.655,00 dan proporsi belanja pendidikan menjadi sebesar
27.32% atau sebesar Rp. 343.612.783.103,10.
Tabel III.8
4
Laporan “Deskripsi dan Analisis APBD 2010”, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian
Keuangan, 2010
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Analisis Pembiayaan
Untuk kondisi pembiayaan daerah Kota Tangerang Selatan dalam kurun tahun
2009-2011, dapat digambarkan dari tabel berikut :
Tabel III.9
Pendapatan
1. 191.699.005.762 795.439.417.569 1.157.313.857.851 1,306,697,802,874
Daerah
Belanja
2. 191.698.355.762 830.239.232.362 1.257.777.227.485 NA
Daerah
Pengeluaran
3. Pembiayaan - - - NA
Daerah
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Selanjutnya untuk penutup defisit riil anggaran pada kurun tahun yang sama,
dapat digambarkan komposisinya berikut ini.
Tabel III.10
Penutup defisit anggaran Kota Tangerang Selatan ditutui oleh Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya. Untuk sisa lebih
perhitungan anggaran pemerintah daerah, dengan kurun waktu yang sama pada tahun
2009-2011, gambarannya sebagai berikut :
Tabel III.11
7. Kegiatan lanjutan - - - - - -
Isu dalam hal pembiayaan daerah Kota Tangerang Selatan adalah bahwa penutup
defisit anggaran masih bertumpu pada Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun
Anggaran sebelumnya. Sedangkan komponen lain, seperti (i) Pencairan Dana Cadangan,
(ii) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan (iii) Penerimaan Pinjaman Daerah,
(iv) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah, dan (v) Penerimaan Piutang
Daerah masih belum digunakan/belum ada dapat menutup defisit. Hal ini cukup wajar
karena Kota Tangerang Selatan masih sebagai daerah yang baru berdiri.
Pada bagian ini akan dijelaskan berkaitan dengan proyeksi keuangan dari
pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan di masa depan selama periode 2012-2016.
Proyeksi Pendapatan
ketersediaan data yang ada dan potensi pajak daerah. Karena Kota Tangerang
Selatan merupakan daerah yang baru berdiri, maka data tahun-tahun
sebelumnya belum cukup untuk dijadikan dasar analisis trend pertumbuhan
pendapatan. Selain itu, pada awal masa pendirian Kota Tangerang Selatan,
tingkat pertumbuhan komponen APBD (termasuk pendapatan) mengalami
fluktuasi yang cukup tinggi karena masih dalam proses peralihan, terutama di
tahun 2009 dan 2010. Hal ini menjadikan proyeksi berdasarkan analisis trend
tidak layak dilakukan (peningkatan pertumbuhan masih sangat belum stabil).
Relatif stabilnya komponen pendapatan Kota Tangerang Selatan dalam hal ini
diasumsikan mulai berkembang pada tahun 2011, yaitu 3 (tiga) tahun semenjak
terbentuknya Kota Tangerang Selatan di Tahun 2008.
Tabel III.12
Keterangan :
1)
Periode T.A 2009 -2011 berpedoman pada angka target penerimaan dalam APBD-P, sedangkan untuk realisasi penerimaan secara
keseluruhan melampaui target yang ditetapkan.
2)
Pada T.A 2012-2016 angka target penerimaan PAD dan pertumbuhannya menggunakan asumsi kisaran 7%.
3)
Terjadi lonjakan pertumbuhan pada T.A 2014 disebabkan PBB menjadi Pajak Daerah sesuai ketentuan UU No. 28 tahun 2009.
Hal yang perlu diperhatikan dalam estimasi proyeksi PAD ini bahwa analisis
yang dilakukan masih bersifat makro. Perlu digarisbawahi bahwa PAD terdiri dari
komponen (i) pajak daerah, (ii) retribusi daerah dan (iii) lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah, yang memiliki perilaku (behaviors) dan kecenderungan
(tendency) pertumbuhan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu, tiap komponen-komponen yang spesifik dari PAD bila dijabarkan
lebih lanjut secara mendetail (pada tataran yang lebih mikro) dapat memiliki
tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Namun secara makro, PAD Kota
Tangerang Selatan diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7%
per tahunnya.
Gambar III.5
700.000
PAD (Kondisi Eksisting)
600.000 551.000
PAD (Proyeksi)
500.000 595.000
359.000 510.000
Rp Jutaan
400.000
300.000
332.000
200.000
Proyeksi PAD Diasumsikan mengalami
100.000 pertumbuhan 7%/tahun
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Proyeksi Belanja
tahun, maka tren kenaikannya dengan skema proporsi tertentu dari belanja tidak
langsung dan belanja langsung dapat diuraikan sebagaimana Tabel di bawah ini.
Hal yang menjadi perhatian adalah besaran belanja langsung dan tidak langsung
ini tentunya tidak hanya bersumber dari PAD saja, namun bersumber juga dari
Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah (aggregatif),
sehingga dalam perjalanan waktu proyeksi ini tidak sepenuhnya menggambarkan
kondisi yang pasti akan tercapai.
Tabel III.13
Keterangan :
1)
Kondisi Belanja pada APBD-P 2011 belum ada datanya
2)
Menggunakan proporsi tetap sesuai dengan tingkat proporsi pada tahun 2011, yaitu 40% untuk belanja tidak langsung dan 60%
untuk belanja langsung.
Pada APBD murni tahun 2011, total belanja daerah Pemerintah Kota
Tangerang Selatan mencapai Rp 1,26 triliun dengan komposisi 40% untuk belanja
tidak langsung dan 60% untuk belanja langsung. Dengan asumsi pertumbuhan
belanja daerah sebesar 7 % per tahun, maka pada tahun 2016 total nilai belanja
Pemerintah Kota Tangerang Selatan diproyeksikan mencapai Rp 1,8 triliun. Untuk
belanja tidak langsung pada tahun 2016 diproyeksikan pada kisaran Rp 720,1
milyar dan belanja langsung sebesar Rp 1,09 triliun.
Proporsi belanja tidak langsung sebesar 40% dan belanja langsung 60%
hingga 5 (lima) tahun mendatang diasumsikan tetap karena ini merupakan
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
komposisi yang relatif ideal dalam alokasi belanja daerah. Pemanfaatan belanja
daerah yang lebih besar dialokasikan pada belanja langsung menunjukkan
komitmen dan keberpihakan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan dalam
melayani kebutuhan masyarakat.
Gambar III.6
Eksisting Proyeksi
1.200.000
800.000
Rp Juta
600.000
400.000
200.000
-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Hasil Analisis, 2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016 3 -21
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
BAB IV
Penentuan isu strategis pembangunan daerah tentunya tidak terlepas dari arah
kebijakan pembangunan yang secara heirarki baik dari dasar hukumnya maupun tingkat
pemerintahan berkedudukan lebih tinggi. Sesuai dengan Permendagri Nomor 54 Tahun
2010, penyusunan RPJMD selain menjabarkan visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota
terpilih, juga mengacu pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional. Dengan
demikian, arah pembangunan Kota Tangerang Selatan 5 (lima) tahun mendatang seiring
dengan kebijakan nasional dan kebijakan jangka panjang daerah.
Pada RPJMN 2010 -2014, Visi dan Misi pemerintah 2010-2014, dirumuskan dan
dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas dengan maksud agar
lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Terdapat 11
prioritas dan 3 prioritas lainnya yang menjadi dasar penyusunan kebijakan
pembangunan hingga 2014, yaitu :
(1) reformasi birokrasi dan tata kelola;
(2) pendidikan;
(3) kesehatan;
(4) penanggulangan kemiskinan;
(5) ketahanan pangan;
(6) infrastruktur;
(7) iklim investasi dan usaha;
(8) energi;
(9) lingkungan hidup dan bencana;
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Berdasarkan kondisi saat ini dan kondisi yang ingin dicapai dalam 25 (duapuluhlima)
tahun mendatang, sebagaimana yang tercantun dalam dokumen Rancangan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Selatan 2010 – 2025,
Visi Pembangunan Kota Tangerang Selatan 2010-2025 adalah:
(BERKESAN)
Misi Daerah
Upaya perwujudan visi pembangunan jangka panjang Kota Tangerang Selatan tersebut
akan dicapai melalui 5 (lima) misi pembangunan jangka panjang Tangerang Selatan
Tahun 2010- 2025 sebagai berikut:
Misi Satu :
Misi Dua:
Misi Tiga:
Menyediakan sarana dan prasarana kota dalam jumlah dan kualitas yang memadai
untuk mengimbangi pertumbuhan pembangunan kota adalah Mewujudkan penyediaan
kebutuhan terhadap sarana dan prasarana dasar yang diarahkan untuk pembangunan
sektor transportasi, pendidikan, kesehatan, perdagangan, sumber daya air, permukiman,
energi dan kelistrikan serta sarana/prasarana pemerintahan.
Misi Empat:
Mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik, bersih, professional, transparan, dan
bertanggungjawab adalah meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban,
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Tingkat
pendidikan
belum
optimal
Pertumbuhan
Pelayanan
ekonomi
publik yang
belum
belum
meningkatkan
optimal
daya beli
Permasalahan
Lingkungan Pokok Layanan
kesehatan
perkotaan
masih
belum tertata
tergolong
dengan baik
mahal
Gambar IV.1
Permasalahan Pokok Kota Tangerang Selatan
Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan dan
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi
entitas daerah/masyarakat di masa datang. Isu strategis ini perlu diantisipasi agar tidak
menimbulkan pengaruh negatif bagi pembangunan dalam jangka menengah dan jangka
panjang. Selain itu, antisipasi dan/atau pengelolaan isu strategis juga dimaksudkan
sebagai upaya untuk dapat memberdayakan peluang yang dapat dimanfaatkan secara
optimal di masa datang demi kesejahteraan masyarakat luas.
Dalam analisis isu strategis Kota Tangerang Selatan, aspek terpenting4 -6
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 2011-2016
yang
menjadi dasar proses penentuannya ialah dengan menentukan kriteria umumnya.
Kriteria isu strategis ini adalah sebagai berikut:
Kondisi atau hal yang bersifat penting dan mendasar
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Bersifat mendesak
Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat
Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran
pembangunan daerah dan nasional
Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah
Bersifat jangka menengah dan jangka panjang
Memiliki pengaruh yg
Memiliki daya ungkit yang
besar/signifikan thd pencapaian
signifikan terhadap pembangunan
sasaran pembangunan daerah &
daerah
nasional
Gambar IV.2
Kriteria Isu Strategis
Selain itu, isu strategis pembangunan Kota Tangerang Selatan tentunya juga tidak
terlepas dari kondisi dan permasalahan yang dihadapi saat ini untuk mendukung pada
perbaikan – perbaikan di masa mendatang. Oleh karena itu, Identifikasi terhadap
lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan
hambatan) merupakan suatu upaya teridentifikasinya isu strategis pembangunan daerah
di Kota Tangerang Selatan.
A. Kekuatan
Faktor internal yang merupakan kekuatan adalah sebagai berikut :
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Memiliki daya dukung wilayah yang baik untuk pengembangan berbagai kegiatan
sosial ekonomi dan pendidikan.
Terdapat sejumlah sekolah dan universitas ternama yang terletak dalam wilayah Kota
Tangerang Selatan, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta dengan berbagai
kualitas dan spesialisasi yang disediakan seperti Sekolah Al-Azhar, MAN Islam
Cendekia, Institut Teknologi Indonesia (ITI), UIN Syarif Hidayatullah, dan lain-lain. Hal
ini menjadikan Kota Tangerang Selatan berpotensi pada pengembangan sebagai
“kota berorientasi pada pendidikan”. Selain pendidikan, aktivitas ekonomi di Kota
Tangerang Selatan juga berkembang dengan pesat. Sebagian besar distribusi
perekonomian didominasi oleh sektor tersier seperti hotel dan restoran, jasa-jasa.
Jumlah penduduk yang cukup besar dengan mayoritas penduduk berusia produktif.
Dari data jumlah penduduk berdasarkan usia yang didapat dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2010
sebagian besar penduduk Kota Tangerang Selatan masih terpusat pada selang umur
yang produktif. Jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) sebanyak 225.920 orang
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
atau sebanyak 21,77%, penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 777.690
orang atau 74,95%, dan penduduk usia tua (65 tahun ke atas) sebanyak 34.055 orang
atau sebanyak 3,28%. Prosentase besarnya penduduk usia produktif sangat berkaitan
erat dengan potensi tenaga kerja.
B. Kelemahan
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Disamping faktor kekuatan, Kota Tangerang Selatan juga memiliki faktor kelemahan.
Faktor internal yang merupakan kelemahan adalah sebagai berikut :
Pemerintah Kota Tangerang Selatan sebagai kota otonom yang baru berusia 3 tahun
belum sepenuhnya didukung oleh sarana dan prasarana pemerintahan yang
memadai. Hal ini berpengaruh pada belum optimalnya pelayanan publik
pemerintahan.
Perkembangan Kota Tangerang Selatan yang pesat belum diimbangi oleh kesadaran
masyarakat untuk memelihara lingkungannya. Misalnya pada permasalahan sampah,
sebagian besar masyarakat masih mengandalkan pengangkutan dan pengelolaan
sampah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan, padahal jika
pengelolaan sampah sudah dimulai sejak skala rumah tangga, volume sampah yang
akan ditimbulkan akan jauh berkurang.
Kawasan bisnis yang dikelola oleh pengembang memberikan dampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi, namun hal tersebut belum memberikan dampak langsung
terhadap perluasan lapangan kerja dan peluang usaha berbasis kerakyatan.
C. Peluang
Faktor eksternal yang merupakan peluang adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan dan penerapan IPTEK
Perkembangan teknologi di Kota Tangerang Selatan sangat pesat dan bervariasi. Hal
tersebut didukung dengan keberadaan Puspiptek di wilayah Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan. Kerjasama yang dijalin antara Puspiptek dan Pemerintah Kota
Tangerang Selatan tentunya akan menjadi batu loncatan yang sangat penting bagi
perkembangan dan penerapan IPTEK yang lebih maju di masa yang akan datang.
2. Adanya kerjasama antar daerah
Peluang pengembangan sektor perdagangan dan jasa masih sangat besar mengingat
hal ini didukung oleh prasarana dan sarana yang sudah ada maupun yang akan
dikembangkan di waktu yang akan datang. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Tangerang dan RTRW Nasional juga menempatkan wilayah Kota Tangerang Selatan
sebagai wilayah yang strategis sebagai kawasan pengembangan perdagangan dan
jasa.
Tingginya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan capaian Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kota Tangerang Selatan yang dominasi oleh sektor tersier tentunya
menjadi faktor penarik bagi investor untuk menanamkan investasinya baik itu di
bidang hotel dan restoran maupun di bidang properti.
D. Hambatan/Ancaman
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Wilayah Kota Tangerang Selatan menjadi sasaran penduduk di luar wilayah untuk
datang. Jika tidak dikelola dengan baik tentunya akan berakibat meningkatnya
jumlah pencari kerja luar daerah dan penyandang masalah sosial.
perkembangan penetrasi. Kondisi ini di satu sisi memberikan indikasi positif adanya
peningkatan aktifitas ekonomi yang cukup besar, namun disisi lain juga berpengaruh
terhadap tampilan fisik Kota Tangerang Selatan.
(4) Infrastruktur dasar dan kawasan perkotaan, isu ini terkait dengan penataan
jaringan jalan dan infrastruktur dasar lainnya, serta pelestarian lingkungan
(5) Tata kelola pemerintahan, isu ini terkait dengan peningkatan layanan publik,
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, serta peningkatan
pendapatan daerah dari pajak dan retribusi.
Tabel 4-1
Keterkaitan Arah Kebijakan Nasional, Regional dan Lokal
Energi Penanggulangan
kemiskinan,
pengangguran dan
peningkatan
kesejahteran sosial
Daerah tertinggal,
terdepan, terluar, dan
paskakonflik
KEKUATAN KELEMAHAN
Akses media komunikasi & informasi Tinggi pengangguran usia produktif dgn
tingkat pendidikan yang cukup tinggi
Ketersediaan prasarana sarana transportasi
PELUANG ANCAMAN
Kerjasama Daerah
Masyarakat miskin & pengangguran
Tuntutan pengembangan pel. publik
Rendah ketaatan RTRW
Pengembangan perdagangan & jasa
Gambar IV.3
Isu Strategis
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
BAB V
Visi daerah 2011 – 2016 sesungguhnya merupakan inti dari keinginan atau
kehendak Walikota dan Wakil Walikota terpilih 2011 – 2016 dalam membangun Kota
Tangerang Selatan 5 (lima) tahun yang akan datang, yang akan dicapai melalui beberapa
misi daerah. Visi dan misi daerah ini berorientasi pada subjek pembangunan, yaitu (i)
masyarakat, (ii) dunia usaha dan (iii) pemerintah. Bagi masyarakat, visi misi
diorientasikan kepada pemberian aksesibilitas, pencapaian hasil pembangunan,
pemerataan pendapatan, dan menciptakan rasa aman. Bagi dunia usaha, visi misi
diorientasikan pada terciptanya jaminan dan kemudahan investasi serta kenyamanan
usaha. Sedangkan bagi pemerintah sendiri, visi misi menjadi umpan balik yang dapat
meningkatkan sumberdaya pembangunan khususnya keuangan daerah, sehingga dapat
menyelenggarakan pelayanan dasar dan mampu menggali potensi sumberdaya yang
dimilikinya bagi peningkatan pendapatan daerah.
VISI
Berdasarkan kondisi saat ini dan isu-isu strategis pada 5 tahun mendatang, serta
penggalian aspirasi dan persepsi masyarakat yang telah dilakukan, maka Visi Pemerintah
Kota Tangerang Selatan pada Tahun 2011-2016 adalah :
Pada hakekatnya Visi ini menggambarkan Kota Tangerang Selatan sebagai ruang
bermukim dan berinteraksi yang dihuni oleh masyarakat heterogen menurut status
sosial, identitas etnik (genealogi, bahasa, adat istiadat, dan tradisi), agama dan mata
pencaharian. Secara harafiah, visi tersebut dapat dimaknai sebagai kota bisnis dan
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
pemukiman berkategori urban dengan kualitas ruang fisik dan sosial yang dapat
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat berstandar kota dalam dimensi ekonomi, sosial
budaya dan lingkungan hidup.
Makna dari visi tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
c. Visi Asri yang dimaksudkan adalah bahwa pada hakekatnya “keasrian” merupakan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara pengelolaan SDA, kehidupan
sosial dan daya dukung lingkungan dalam mewujudkan kesinambungan kehidupan
manusia dan ekosistemnya. Istilah keasrian dalam konteks visi ini diarahkan kepada
pengelolaan dan pengembangan sumberdaya dengan tetap memperhatikan daya
dukung lingkungan, sehingga dapat merawat, melestarikan dan mewariskannya
kepada generasi sekarang dan yang akan datang. Pencapaian visi asri dapat diukur
dengan dengan keberhasilan Kota Tangerang Selatan mewujudkan lingkungan
seperti: (1) lingkungan kota yang dapat dikelola dan dikembangkan secara
berkesinambungan; (2) kelestarian, kebersihan, keindahan, kepatutan dan
kenyamanan dalam pengelolaan berbagai sumberdaya seperti sungai dan danau, air
tanah, infrastruktur, perumahan, pusat.
MISI
Dalam rangka mewujudkan visi maka perlu disusun misi yang merupakan
rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
keinginan kondisi tentang masa depan. Sesuai dengan visi di atas maka dirumuskan misi
Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk periode 2011 – 2016, sebagai berikut:
5) Meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan jasa
Misi pertama, ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan interaksi sosial
masyarakat Kota Tangerang Selatan dengan menjunjung nilai keagamaan, nilai sosial dan
budaya, serta norma dan aturan hukum untuk mewujudkan ketertiban dan kenyamanan,
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sosial, serta meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Misi kedua, ditujukan untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang nyaman dan
pembangunan kota yang berkelanjutan (sustainable development) dengan
memperhatikan aspek keserasian, keselarasan dan keseimbangan intra dan antarsektor
serta daya dukung dan kelestarian lingkungan.
Misi kelima, ditujukan untuk meningkatkan fungsi kota sebagai sentra perdagangan
dan jasa yang diorientasikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya saing
daerah melalui perluasan kesempatan kerja dan berusaha, pemberdayaan koperasi dan
usaha kecil dan menengah, pengembangan iklim investasi, serta peningkatan
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian kota yang potensial.
Tabel 5.1.
Capaian Indikator Makro Pembangunan Kota Tangerang Selatan
Dalam rangka merealisasikan keenam misi dan indikator makro tersebut di atas,
akan dicapai melalui tujuan dan sasaran yang ditetapkan sebagai berikut :
Tujuan :
Tujuan :
Tujuan :
Tujuan :
Sasaran :
Meningkatkan minat baca masyarakat.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan peningkatan layanan
kesehatan masyarakat, dengan fokus sasaran sebagai berikut :
Sasaran :
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
MISI 5 : Meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan jasa
Tujuan :
Tujuan :
Sasaran :
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Transparansi dan akuntabilitas kebijakan pemerintah daerah
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
BAB VI
Strategi pokok dalam menata sistem sarana dan prasarana dasar perkotaan ini
adalah menata sistem pelayanan sarana dan prasarana perkotaan dalam rangka
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
6.5 Meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan
jasa.
Strategi pokok dalam meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra
perdagangan dan jasa ini adalah pengembangan ekonomi berbasis masyarakat
(community based economy) dalam rangka untuk mengembangan produk
unggulan daerah yang diarahkan pada peningkatan peran dan fungsi UMKM-K
sebagai upaya perluasan lapangan kerja dan peluang usaha masyarakat. Adapun
strategi dan arah kebijakan pembangunan Kota Tangerang Selatan yang lebih rinci
dalam meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan jasa
ini meliputi:
BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Kebijakan umum RPJMD Kota Tangerang Selatan tahun 2011-2016 adalah sebagai
berikut:
Tahap pertama dari pembangunan Kota Tangsel dimulai dari tahapan inisiasidan
restrukturisasi dilaksanakan selama satu tahun sejak ditetapkannya Walikota dan
Wakil Walikota terpilih (2011-2012) yang diprioritaskan pada: (1) Pemenuhan
pelayanan dasar masyarakat, (2) Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan
daerah, (3) Penguatan sarana dan prasarana dasar perkotaan, (4) Membangun link-
match dunia usaha dan dunia pendidikan, (5) Kebijakan tata ruang, dan (6)
Pembangunan Pusat Pemerintahan.
Tahap kedua merupakan kelanjutan dari tahap pertama sebagai tahapan akselerasi dan
penguatan fondasi yang sudah ada. Tahap kedua ini diprioritaskan pada: (1)
Perkuatan kualitas pelayanan dasar masyarakat (pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan), (2) Pemenuhan layanan dasar perkotaan berbasis paritispasi dunia
usaha/pengembang, serta (3) Konsolidasi ruang dan iklim usaha.
C. Tahap Pengembangan
Tahap terakhir dari perencanaan pembangunan Kota Tangsel adalah merupakan tahap
pengembangan. Pada tahap ini fokus pembangunan diarahkan pada: (1)
Mempertahankan kualitas layanan dasar perkotaan, (2) Memelihara stabilitas
ekonomi, keamanan, sosial politik dan iklim usaha, (3) Terwujudnya daya saing kota
yang handal, dan (4) Meningkatkan kualitas dan memperluas jangkauan layanan
perkotaan.
Kebijakan pada urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri secara umum
diarahkan pada upaya meningkatkan keamanan, ketertiban dan ketentraman umum.
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dijabarkan dalam beberapa program prioritas
yang bersifat strategis yang akan dilaksanakan, adalah sebagai berikut :
Kebijakan pada urusan kepemudaan dan olahraga secara umum diarahkan pada
upaya peningkatan kapasitas organisasi kepemudaan dan budaya; dan peningkatan
fasilitas sarana olahraga. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dijabarkan dalam
beberapa program prioritas yang bersifat strategis yang akan dilaksanakan, adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan peran serta kepemudaan
2. Peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda
3. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
4. Pembinaan dan pemasyarakatan olahraga
5. Peningkatan sarana dan prasarana olahraga
Kebijakan pada urusan penataan ruang secara umum diarahkan pada upaya
penataan pelayanan kota melalui perencanaan yang informatif, meningkatkan ketaatan
terhadap rencana tata ruang dan penyelenggaraan pengendaian ruang melalui perijinan.
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dijabarkan dalam beberapa program prioritas
yang bersifat strategis yang akan dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
2. Perencanaan tata ruang
3. Kebijakan pemanfaatan ruang
4. Pengendalian pemanfaatan ruang
Kebijakan pada urusan lingkungan hidup secara umum diarahkan pada upaya
mengembangkan kawasan berwawasan lingkungan. Untuk melaksanakan kebijakan
tersebut, dijabarkan dalam beberapa program prioritas yang bersifat strategis yang akan
dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
2. Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
3. Pengendalian dan Pengawasan Pemanfaatan Sumber Daya Alam
4. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
5. Peningkatan Peran serta masyarakat dalam perlindungan konservasi SDA
Kebijakan pada urusan pekerjaan umum secara umum diarahkan pada upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan jalan kota; pengembangan, pengelolaan
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
dan konversi sungai dan sumberdaya air lainnya; penngkatan aksesibilitas masyarakat
pada air bersih/minum. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dijabarkan dalam
beberapa program prioritas yang bersifat strategis yang akan dilaksanakan, adalah
sebagai berikut:
1. Pembangunan dan pengembangan jaringan Jalan dan Jembatan
2. Rehabilitasi / pemeliharaan Jalan dan Jembatan
3. Pengembangan, Pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air
lainnya
4. Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong
5. Pengendalian banjir
6. Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah
Kebijakan pada urusan komunikasi dan informatika secara umum diarahkan pada
upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana telekomunikasi yang terintegrasi.
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dijabarkan dalam beberapa program prioritas
yang bersifat strategis yang akan dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
MISI 5. Meningkatkan Fungsi dan Peran Kota sebagai Sentra Perdagangan dan Jasa
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
Kebijakan pada urusan koperasi dan usaha kecil menengah secara umum
diarahkan pada upaya peningkatan nilai tambah produksi industri kecil, mikro dan
menengah; penguatan UMKM dalam hal pembiayaan dan permodalan; serta pembinaan
dan pemberdayaan pelaku usaha. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dijabarkan
dalam beberapa program prioritas yang bersifat strategis yang akan dilaksanakan, adalah
sebagai berikut:
Kebijakan pada urusan pertanian secara umum diarahkan pada upaya fasilitasi
pengembangan kapasitas usaha agrobisnis. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut,
dijabarkan dalam beberapa program prioritas yang bersifat strategis yang akan
dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
Kebijakan pada urusan kelautan dan perikanan secara umum diarahkan pada
upaya meningkatkan kapasitas pelaku usaha bidang perikanan, dijabarkan dalam
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
beberapa program prioritas yang bersifat strategis yang akan dilaksanakan, adalah
sebagai berikut:
Kebijakan pada urusan ketahanan pangan secara umum diarahkan pada upaya
meningkatkan penyuluhan sumber pangan alternatf dan meningkatkan mutu dan
keamanan pangan, dijabarkan dalam program prioritas yang bersifat strategis yang akan
dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
Kebijakan pada urusan penanaman modal secara umum diarahkan pada upaya
peningkatan kapasitas kelembagaan dalam bentuk pelatihan investasi dan tata cara
ekspor, dan penyusunan regulasi investasi daerah. Untuk melaksanakan kebijakan
tersebut, dijabarkan dalam beberapa program prioritas yang bersifat strategis yang akan
dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
Kebijakan pada urusan industri secara umum diarahkan pada upaya pembinaan
dan pemberdayaan para pelaku usaha. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut,
dijabarkan dalam program prioritas yang bersifat strategis yang akan dilaksanakan,
adalah sebagai berikut:
Kebijakan pada urusan kependudukan dan catatan sipil secara umum diarahkan
pada upaya peningkatan mutu dan jumlah sarana dan prasarana pelayanan publik. Untuk
melaksanakan kebijakan tersebut, dijabarkan dalam program prioritas yang bersifat
strategis yang akan dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
Kebijakan pada urusan urusan kearsipan secara umum diarahkan pada upaya
peningkatan kualitas pelayanan informasi dengan pengembangan sistem kearsipan.
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dijabarkan dalam program prioritas yang
bersifat strategis yang akan dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan sistem administrasi kearsipan
2. Penyelamatan dan pelestarian dokumen/ arsip daerah
3. Peningkatan kualitas pelayanan informasi
tersebut, dijabarkan dalam beberapa program prioritas yang bersifat strategis yang akan
dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan data/ informasi
2. Penelitian dan pengembangan Pembangunan Daerah
3. Kerjasama pembangunan
4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah
5. Perencanaan pembangunan daerah
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
BAB VIII
Berikut ini diuraikan matriks rencana program prioritas yang disertai kebutuhan
pendanaan RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2016 yang bersifat indikatif.
Adapun target pencapaian pada akhir masa kinerja RPJMD merupakan target pada akhir
tahun 2015, sedangkan target pada tahun 2016 merupakan target yang bersifat transisi.
Artinya target tersebut merupakan acuan perencanaan pembangunan pada masa
perpindahan kewenangan dari Walikota lama ke Walikota baru yang terpilih pada tahun
2016, mengingat Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan 2011-2016 mengakhiri
masa jabatan pada bulan April 2016.
“Penetapan Indikator Kinerja Daerah”
BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG
kinerja pada
No URUSAN/INDIKATOR KINERJA Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
awal periode
PEMBANGUNAN DAERAH pada akhir
RPJMD
periode RPJMD
Indeks Pembangunan Manusia 75,38 75,74 75,94 76,14 76,33 76,52 76,52
ASPEK KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
1.1 Pertumbuhan PDRB (LPE) 8,7% 7,5-8,5% 7,5-8,5% 7,5-8,5% 7,5-8,5% 7,5-8,5% 7,5-8,5%
1.2 PDRB per kapita 9,06 Juta 9,75-9,93 Juta 10,50-10,69 Juta 11,25-11,46 Juta 12,01-12,22 Juta 12,75-12,78 Juta 13,49-13,73 Juta
1.3 Tingkat Kemiskinan 1,67 % 1,65-1,66 % 1,64-1,65% 1,63-1,64% 1,61-1,63% 1,61-1,62% 1,60-1,61%
Kesejahteraan Sosial
1 Pendidikan
1.1 Angka Melek Huruf 98,15 98,16 98,17 98,18 98,19 98,20 98,21
Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG
kinerja pada
No URUSAN/INDIKATOR KINERJA Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
awal periode
PEMBANGUNAN DAERAH pada akhir
RPJMD
periode RPJMD
1.2 Angka rata-rata lama sekolah 10,15 10,17 10,18 10,20 10,21 10,23 10,24
1 Pendidikan
1.1.1 Angka Partisipasi Sekolah Dasar 97,67% 97,69% 97,71% 97,73% 97,75% 97,77% 97,79%
1.1.2 Angka Partisipasi Sekolah Menengah 88,89% 88,91% 88,93% 88,94% 88,96% 88,98% 89,00%
Pertama
1.2.1 Angka Partisipasi Sekolah Menengah 39,78 40,80 41,82 42,84 43,86 44,88 44,88
1.3.1 Penduduk > 15 th buta aksara yang 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
memiliki pendidikan non
formal/penduduk > 15 th buta
aksara
2 Kesehatan
2.1 Angka Harapan Hidup (Tahun) 68,54 68,57 68,60 68,63 68,66 68,69 68,69
2.2 Angka kelangsungan hidup bayi (Per 997,2 997,3 997,5 997,6 997,8 998,0 998,0
1.000 kelahiran hidup)
2.3 Rasio puskesmas, poliklinik, pustu 1:52000 1:52000 1:50000 1: 50000 1: 50000 1: 50000 1: 50000
per satuan penduduk
2.4 Rasio dokter per 10.000 penduduk 12.62 12.62 17 23.77 31 41.85 41.85
2.5 Rasio tenaga medis per 10.000 99.08 99.08 133.69 180.54 243.69 329 444.15
penduduk
Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG
kinerja pada
No URUSAN/INDIKATOR KINERJA Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
awal periode
PEMBANGUNAN DAERAH pada akhir
RPJMD
periode RPJMD
2.6 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
perawatan
2.7 Cakupan pelayanan kesehatan 113% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
rujukan pasien masyarakat miskin
3 Sosial
3.1 Sarana sosial seperti panti asuhan, - 30% 30% 30% 30% 10% 100%
panti jompo dan panti rehabilitasi
4 Kebudayaan
seluruh klub
olahraga
1 Pertanian
1.1 Kontribusi sektor pertanian 0,91% 0,86-0,87% 0,82-0,83% 0,80-0,81% 0,78-0,79% 0,76-0,78% 0,76-0,78%
terhadap PDRB
2 Perdagangan
2.1 Kontribusi sektor Perdagangan 33,0% 33,4% 33,8% 34,4% 34,6% 34,8% 35%
Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG
kinerja pada
No URUSAN/INDIKATOR KINERJA Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
awal periode
PEMBANGUNAN DAERAH pada akhir
RPJMD
periode RPJMD
terhadap PDRB
3 Perindustrian
3.1 Kontribusi sektor Industri terhadap 15,5% 15,1% 14,5% 14,0% 13,5% 13,0% 13,0%
PDRB
Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
1 Pekerjaan Umum
1.1 Rasio panjang Jalan yang dapat 44,0% 52,5% 61,0% 69,5% 78,0% 86,5% 86,5%
berfungsi baik
1.2 Rasio tempat pembuangan sampah 80% 81% 83% 85% 87% 90%
(TPS) per satuan penduduk
Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG
kinerja pada
No URUSAN/INDIKATOR KINERJA Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
awal periode
PEMBANGUNAN DAERAH pada akhir
RPJMD
periode RPJMD
2 Penataan Ruang
2.2 Rasio Ruang Terbuka Hijau per 1:0,3 1:0,4 1:0,5 1:0,7 1:0,9 1:1
Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
Iklim Berinvestasi
1.2 Rasio jumlah polisi pamong praja 161 170 200 200 200 200 200
Kondisi
ASPEK/FOKUS/BIDANG
kinerja pada
No URUSAN/INDIKATOR KINERJA Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
awal periode
PEMBANGUNAN DAERAH pada akhir
RPJMD
periode RPJMD
1. Ketenagakerjaan
1.1. Rasio lulusan S1/S2/S3 (Per 10.000 937,06 940,64 944,24 947,85 951,47 955,11 955,11
penduduk)
1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka 8,22% 7,89-8,14% 7,58-8,06% 7,27-7,98% 6,98-7,90% 6,70-7,82% 6,70-7,82%
1.3 Rasio penyerapan kerja 91.78% 91,86-92,11% 91,94-92,42% 92,02-92,73% 92,10-93,02% 92,18-93,30% 92,26-93,57%
“Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan”
BAB X
PENUTUP
Sesuai dengan Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (poin J)
bahwa untuk menghindari kekosongan pada masa transisi, seperti peralihan periode
kepemimpinan dari kepemimpinan 2011 – 2016 kepada 2016 – 2021, RPJMD 2011 - 2016 yang
akan berakhir pada tahun 2016 masih menjadi pedoman sementara bagi proses perencanaan
pembangunan pada pemerintahan kepala daerah baru terpilih (2016 – 2021) selama belum ada
RPJMD baru yang ditetapkan. Namun demikian, Kepala Daerah baru terpilih tetap memiliki
ruang untuk melakukan penyempurnaan perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan
pada periode sebelumnya agar hasilnya lebih baik.
2. Seluruh SKPD Kota Tangerang Selatan berkewajiban untuk menyusun Renstra yang
memuat visi, misi, strategi, kebijakan, program dan indikasi kegiatan pembangunan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang berpedoman pada dokumen RPJMD
Kota Tangerang Selatan periode 2011 – 2016 secara transparan, responsif, efisien,
“Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan”
3. Untuk menjalankan RPJMD Kota Tangerang Selatan periode 2011 - 2016, maka
dalam periode tahunan dilakukan tahapan sebagai berikut:
iv. RKPD Kota Tangerang Selatan harus menjadi acuan bagi setiap SKPD dalam
menyusun Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD) yang disusun dengan pendekatan
berbasis kinerja
4. Dokumen RPJMD, Renstra SKPD dan RKPD merupakan dokumen yang dijadikan
acuan dalam penyusunan RAPBD terutama sebagai rujukan dalam penyusunan
Kebijakan Umum APBD serta penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
5. Renja SKPD yang disusun dengan pendekatan berbasis kinerja harus menjadi
pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD).
7. Program terkait kebijakan yang belum diatur dalam RPJMD ini, untuk diselaraskan
dan disesuaikan dengan target kinerja yang telah tercantum dalam dokumen ini.