Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Budaya berarti hasil cipta, karsa, rasa, dan karya manusia baik yang materiil maupun non materiil,
dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pola kehidupan dan inilah yang menyebabkan hidup
bersama dan dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak sosial.

Budaya dalam beragama merupakan suatu hal yang penting dalam menjalani kehidupan. Misalnya
budaya giat bekerja bagi orang beragama, dalam kehidupan kita selalu melaksanakan perbuatan
yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, maka bekerja artinya berkarya yang mengeluarkan
tenaga, cipta, rasa, dan karsa, sehingga makin besar kita menggunakan tenaga, cipta, rasa, dan
karsa, maka makin besar nilai karya yang dihasilkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian budaya dan kebudayaan itu ?

2. Bagaimanakah tanggung jawab umat beragama dalam budaya giat bekerja ?

3. Bagaimana juga tanggung jawab dalam berfikir kritis, bersikap dan bertindak sesuai ajaran
agama ?

C. Tujuan Masalah

1. Menjelaskan tentang pengertian budaya dan kebudayaan.

2. Menyampaikan apa saja yang menjadi tanggung jawab umat beragama dalam budaya giat
bekerja.

3. Menjabarkan pengertian berfikir kritis, bersikap dan bertindak sesuai ajaran agama.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian budaya dan kebudayaan

Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan
berasal dari bahasa arab “saqafah” bahasa belanda “cultuur” dan bahasa inggris “culture” serta dari
perkataan lain “colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
terutama mengolah tanah atau bertani. Sedangkan arti culture adalah segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan merubah alam.

Adapun menurut E.B Taylor dalam ‘primitif culture” mendefinisikan kebudayaan adalah sebagai
berikut:

“kebudayaan adalah komplikasi dan jalinan dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, morak keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan
kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat”.

Disinilah agama berfungsi dan bermanfaat untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal
budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban islami.

Mengawali tugas pertama, Nabi Muhammad meletakkan dasar-dasar kebudayaan islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban islam sehingga sampai keluar dari jazirah arab dan
tersebar sampai keseluruh dunia, dari sini terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi
budaya setempat dengan nilai islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan islam yang
berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.

Allah mengangkat seorang rosul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran dakwah dan
bimbingan adalah umat manusia, untuk itulah misi utama nabi Muhammad SAW diangkat menjadi
nabi dan rosul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam raya ini,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya’: 107 yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau
Muhammad, melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam ”.

s
B. Giat bekerja bagi orang beragama

Dalam kehidupan, kita selalu melaksanakan perbuatan yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat,
maka bekerja artinya berkarya yang mengeluarkan tenaga, rasa, dan karsa, sehinnga makin besar
kita menggunakan tenaga, rasa, dan karsa, maka makin besar nilai karya yang dihasilkan.

Di dalam bekerja kita seharusnya senantiasa mengingat Allah dengan menghindarkan diri dari
kecurangan, penyelewengan sehingga dengan demikian tercapailah kebahagiaan dan
keberuntungan didunia dan diakhirat.

Berkarya berarti berbuat sesuatu yang menggunakan tenaga jasmani dipadukan dengan cipta, rasa,
dan karsa manusia sehingga berkarya disebut juga bekerja.

Bila dilihat dari sudut bekerja, maka kehidupan manusia ini seakan-akan dipanggil untuk bekerja,
artinya siapa yang sengaja tidak bekerja tidak memenuhi panggilan Allah untuk hidup, sebagaimana
riwayat Thabrani dan Bazzar yang artinya “berpagi-pagilah kamu dalam mencari rezeki dan
kebutuhan hidup, karena pagi hari adalah saat keberkahan dan keberhasilan”.

Berdasarkan hadist diatas, panggilan dan perintah mencari rezeki dan kebutuhn hidup sangat di
wajibkan, karena kita hidup dalam dunia fana ini, sehinnga sampai ditunjukkan waktu pagi hari
adalah waktu keberkahan dan keberhasilan yang gemilang.

Praktik kerja keras itu telah dilakukan Rasulullah SAW. Dari semenjak ia kanak- kanak hingga akhir
hayatnya. Beliau tercatatat dalam sejarah sebagai orang yang gemar berniaga dengan penuh
semangat dan kejujuran. Demikian pula para sahabat dekatnya seperti : Abu bakar, Umar, Usman
dan Ali, dikenal pula pedagang atau pengusaha yang ulet dan jujur. Bahkan Umar pernah berkata :
Jangan kamu sekali-kali duduk termenung dan tidak suka bekerja keras mencari rezeki dan hanya
berdo’a saja : Ya Allah berilah hamba rezeki”.

Orang muslim harus rajin dan giat berkarya dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya,
namun ketika mendengar panggilan sholat, hendakknya meninggalkan sejenak urusan dunia, seperti
perniagaan dan segala urusan dunia lainnya serta bergegas untuk pergi kemasjid dalam rangka
melaksanakan panggilan sholat tersebut, dengan cara biasa dan wajar serta tidak berlari-lari, tetapi
berjalan dengan tenang sampai ketempat ibadah.
Dan seandainya orang islam mengetahui berapa besar pahala yang akan diperoleh, maka mereka
akan lebih mengutamakan memenuhi panggialn tersebut, dari pada tetap bertempat untuk
meneruskan urusan duniawi semata, seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW yang
artinya”kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya dan kerjakanlah
urusan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok” (HR. Ibnu Asakir).

C. Tanggungjawab umat beragama dalam budaya giat bekerja

Dalam ajaran islam, umatnya dilarang untuk hidup santai dan bermalas-malasan, sehingga dalam
bekerja maupun beribadah kepada Allah SWT harus dilandasi ibadah dan ikhlas kepadanya, sehingga
akan terjalin antara kepentingan dunia dan kepentingan akan akhirat sebagaimana firman Allah yang
artinya:”dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,
tetapi janganlah kamu lupakan didunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu.” (QS. Al-Qasas:77).

Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan setiap mukmin untuk bertanggungjawab dan
menciptakan keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, sehingga masing-masing
yang ada dialam ini baik diri sendiri, keluarga dan lainnya masing-masing mempunyi hak yang harus
dipenuhi oleh setiap muslim, untuk itulah dalam rangka mencari kehidupan didunia harus sesuai
yang dugariskan oleh Allah SWT.

Adapun dalam mengerjakan urusan dunia harus bekerja giat dan keras, sedangkan ketika saatnya
menghadap Allah yang maha kuasa tidak boleh ditunda-tunda dan ditawar lagi, serta segera
dikerjakan karena dapat diumpamakan besok sudah mati, sebagaimana yang fatwakan Umar bin
Khatab ra yang artinya:”apabila pada waktu sore, janganlah menunggu pagi, dan apabila engkau
pada waktu pagi janganlah engkau menunggu sore ”(HR. Bukhori Muslim).

Namun ketika menghadapi urusan duniawi masih ada waktu, sehingga selesai ibadah diharapkan
dengan cepat bekerja kembali untuk mencari rezeki yang telah dianugerahkan Allah SWT,
sebagaimana firman Allah yang artinya:”maka apabila engkau telah selesai dari urusan tetap bekerja
keras untuk urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap” (QS. Al-insyiroh: 7-8).
Berdasarkan ayat ini, umat islam kalau bekerjka harus sungguh-sungguh dengan giat bahkan sampai
keluar keringatnya, sehingga dalam bekerja apapun pekerjaanya selama tidak bertentangan dengan
nilai-nilai agama dan tidak melanggar ketentuan Allah, dan dapat dikerjakan dengan membawa nilai
tambah bagi kehidupan masing-masing serta dikerjakan dengan penuh rasa ikhlas lahir batin dan
disertai rasa tanggung jawab yang penuh. Sabda rosulullah yang artinya:” tidak ada makanan yang
dimakan seseorang yang tidak lebih dari hasil karyanya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud AS
selalu makan dari hasil karya tangannya” (HR. Bukhari dan Nasa’i).

Sehingga bekerja dan memakan hasil pekerjaanya terasa lebih nikmat, karena hasil jerih payah
seseorang dengan ketulusan dan rasa tanggungjawab akan terasa lebih nikmat.

Umat islam dalam bekerja ini harus dibarengi dan sering berdoa memohon kepada Allah SWT,
sebagaimana doa yang diajarkan rosulullah SAW yang artinya “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu
dari sifat lemah, malas dan penakut, dan aku berlindung kepadamu dari siksa kubur, ujian hidup dan
ujian mati” (HR.Muslim).

Berdasarkan pada doa yang sering diucapkan Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh umatnya, maka
diharapkan umat islam dapat terhindar dan dijauhkan dari sifat lemah, malas dan pengecut serta
dijauhkan dari siksa kubur, ujian hudup dan ujian mati.

Maka dari itu, kita dilarang meminta dan kemudian pasrah begitu saja, namun seharusnya kita rajin
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga tercapai kesejahteraan lahir atau batin serta
kebahagiaan dunia dan akhirat.

D. Pengertian berfikir kritis

Islam memerintahkan kepada umatnya untuk berfikir dan mencari ilmu agar mendapatkan
kebahagiaan baik didunia maupun diakhirat, sehingga dalam Al-Qur’an sendiri ilmu pengetahuan
yang pasti dan jitu serta tidak terdapat pertentangan didalamnya, maka mukjizat Al-Qur’an dan
Islam yang paling utama adalah hubungannya dengan ilmu pengetahuan.

Di dalam Al-Qu’an terdapat kurang lebih 750 rujukan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,
sementara tidak ada agama atau kebudayaan yang lain dan menegaskan dengan terang akan
kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia untuk menjamin kebahagiaan didunia dan diakhirat.
Adapun ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah ilmu yang berhubungan dengan ilmu
kemasyarakatan yang menunjukkan pada urusan halal dan haramnya suatu aktifitas, peradaban,
mu’amalat antara manusia dalam bidang ekonomi, perniagaan, sosial, budaya, peperangan dan
perhubungan antar bangsa, sebagaimana yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW : “Jadilah kamu
orang pandai, atau pelajar atau para pendengar atau menjadi pecinta, dan janganlah kamu menjadi
orang kelima sebab kamu akan binasa.” (Hr. Al- Baihaqi)

Secara jelas bahwa diatas mengisyaratkan kepada kita untuk berpikir jernih dan kritis dalam
menghadapi suatu masalah, karena apapun yang dihadapi manusia pasti akan ada solusinya.

Adapun penjelasan Adabud Dunya dan Adabud Din antara lain :

Pertama, Adabud Dunya merupakan tata cara dan aturan yang mengatur bagaimana orang dapat
mendaaptkan kebutuhan dunia dengan baik, halal, dan diridloi oleh Allah SWT.

Kedua, Adabud Din merupakan tata cara dan aturan yang mengatur bagaimana orang dapat
mendapatkan kebutuhan akhirat yang baik.

Berdasarkan Al-Qur’an dan hadits, orang untuk mendapatkan kehidupan didunia maupun kehidupan
diakhirat, seyogyanya dibarengi dengan ilmu pengetahuan dan berfikir kritis agar mendapatkan apa
yang dicita-citakan dan diinginkan.

Dengan demikian, berfikir kritis adalah suatu usaha untuk mendapatka apa yang diinginkan dengan
baik dari ilmu pengetahuan yang memadai baik dari ilmu pengetahuan umum maupun ilmu
pengetahuan Agama.

E. Pengertian bersikap dan bertindak sesuai ajaran Agama

Agama merupakan suatu tuntutan dan pedoman hidup yang didalamnya terdapat ajaran beragam
tentang pedoman dan tuntutan yang harus dilaksanakan oleh setiap pemeluknya, sehinngga dapat
diyakini adanya kekuasaan Allah dibumi yang menciptakan alam semesta dan segalanya
diperuntukkan untuk kebahagiaan manusia, untuk itu manusia dalam berfikir dan bersikap serat
bertindak harus sesuai dengan ketentuan agama, sebab apapun yang diperbuat oleh manusia akan
diketahui oleh Allah SWT, seberapapun besarnya nilai perbuatan tersebut.

Bukankah Allah telah memberi kepada manusia dua malaikat yang senantiasa selalu mengawasi
segala gerak-geriknya dengan sekaligus mencatat amal perbuatannya, sebagaimana firman Allah
SWT yang artinya :” Dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi
pekerjaanmu yang mulia disisi Allah dan yang mencatat perbuatanmu, mereka mengetahui apa yang
kamu kerjakan,” (Qs. Al- Infitar : 10-20)
Pada dasarnya manusia memiliki harkat, derajat dan martabat yang sama disisi Allah, juga
mempunyai hak dan kewajiban yang sama, namun dengan sering terjadinya penyelewengan dan
perbuatan penindasan serta pemerasan manusia atas manusia lain, bangsa atas bangsa lain,
sedangkan pikiran manusia, rasa dan karsa itu tidak dapat mewujudkan suatu tujuan yang baik yang
diinginkannya, misalnya seorang pencuri mampunyai akal, rasa dan karsa namun digunakan semata-
mata untuk memuaskan dirinya sendiri dan merugikan orang lain bahkan perbuatan tersebut
dilarang dalam ajaran agama.

Dengan demikian, bersikap dan bertindak sesuai ajaran agama adalah sebagaimana agar manusia
melakukan perbuatan yang baik dan mendapat ridlo Allah dengan selalu berpegang teguh pada
keyakinan dan keimanan kepada-Nya, agar dibimbing menuju jalan yang lurus yaitu jalan orang-
orang yang telah mendapat kenikmatan yang sempurna dari Allah SWT.

F. Tanggung jawab umat beragama daalm bersikap dan bertindak serta berfikir sesuia ajaran
Agama.

Pola berfikir dan bersikap serta bertindak yang sesuai ajaran Agamanya, antara lain sebagai berikut :

1. Ketahanan di bidang ideology yang berakar pada kepribadian bangsa yang tercermin secara
utuh dan sesuai dengan ajaran agama.

2. Ketahanan di bidang politik, daalm rangka untuk membina stabilitas politik yang merupakan
tumpukan harapan bangsa, dan ini merupakan bagian ajaran agama dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

3. Ketahanan di bidang ekonomi, yaitu usaha pembangunan ekonomi yang adil dan merata yang
harus menyentuh semua lapisan masyarakat .

4. Ketahanan di bidang sosial budaya yang memerlukan rasa senasib dan sepenanggungan serta
harmoni sosial yang dapat di capai dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan serta mengakui
eksistensi dan identitas pihak lain, ilmu agama, sains, dan filsafat pada zaman klasik islam, tidak lain
untuk membuktikan secara historis bahwa agama tidak bertentangan dan tidak menghambat
pembangunan sosial budaya.

5. Bidang ketahanan dan keamanan, peran serta ini diharapakn sebagai contoh sosial amar ma’ruf
nahi munkar. Hal ini dapat dilakukan dengan usaha sebagai berikut :

- Mempertebal dan memperkokoh iman seseorang.

- Meningkatkan tata kehidupan umat secara luas.

- Meningkatkan pembinaan akhlak.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Jadi kebudayaan adalah komplikasi dan jalinan dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, morak keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan
kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. Dan budaya juga merupakan
tanggungjawab umat beragama dalam giat bekerja, serta berfikir dan bertindak sesuia dengan ajaran
agama.

B. Saran

Kami banyak berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan makalah ini sehingga kami dapat memperbaiki dikesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

An Na’im, Durri dan Rahmat Rais. 2012. Pengembangan KEPRIBADIAN dalam Pendidikan Agama
Islam. Ikip Pgri : Semarang

Ali, zainuddin. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara : Jakarta

Aminuddin, dkk. 2004. pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai