Anda di halaman 1dari 43

BAB I

LATAR BELAKANG

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang


dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna dan dapat berupa
trauma tidak langsung, mislanya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah.
Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal-hal yang perlu dideskripsikan
adalah komplit atau tidak komplit, bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma, jumlah garis patah, bergeser atau tidak bergeser, terbuka atau
tertutup serta kompliksi atau tanpa komplikasi. Fraktur komplit, bila garis fraktur
melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua koretks tulang, sedangkan
fraktur tidak komplit bila garis patah tidak melalui seluruhpenampang tulang,
seperti hairline fracture (patah retak rambut), buckle fracture atau torus fracture
bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa
dibawahnya, biasanya pada distal radius anak-anak. Serta juga greenstick fracture
yang mengenai satu korteksdenganangulasi korteks lainnya yang terjadi pada
tulang panjang anak.bentuk garis fraktur dan hubungannya dengan mekanisme
trauma yang meliputi garis patah melintang (trauma angulasi atau langsung), garis
patah oblik (trauma angulasi), garis patah spiral (trauma rotasi), fraktur kompresi
(trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa) dan fraktur avulsi (trauma
tarikan/traksi otot pada insersinya ditulang, mislanya fraktur patela. Jumlah garis
patah meliputi fraktur kominutif bila garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan, fraktur segmental bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifokal. Faktur mmultiple
bila garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya,
misalnya fraktur femur, fraktur kruris dan faktur tulang belakang. Deskripsi
fraktur berikutnya adalah bergeser atau tidak. Fraktur undisplaced, periosteumnya
masih utuh, sedangkan fraktur displaced (bergeser) bila terjadi pergeseran
fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen. (Vinda Astri
Permatasari, 2014)
BAB II
KONSEP MEDIS

1. Definisi
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks;
biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya
masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tetutup (atau sederhana) kalau kulit atau
salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau
compound) yang cendrung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi
(A,Graham,A & Loius s, 2000. Dalam Ns. Andra Saferi Wijaya, S.kep & Ns.
Yessie Mariza Putri, S.kep 2013)
Menurut Sjamsuhidajat, fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau tekana eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang.
Fraktur atau patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap. (Price, A dan L. Wilson, 2006. Dalam Ns. Andra Saferi
Wijaya, S.kep & Ns. Yessie Mariza Putri, S.kep 2013).

2. Etiologi
Menurut Oswari E, (2000) Dalam Dalam Ns. Andra Saferi Wijaya, S.kep &
Ns. Yessie Mariza Putri, S.kep (2013), penyebab fraktur adalah :
a. Trauma Langsung
Kekerasan lanngsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasaan. Fraktur demikiann sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring.
b. Trauma Tidak Langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan
c. Trauma Akibat Tarikan Otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.

Menurut (Brunner & Suddarth, 2005 Dalam Ns. Andra Saferi Wijaya, S.kep
& Ns. Yessie Mariza Putri, S.kep 2013) fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, bahkan kontraksi otot
ekstermitas, organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan
oleh fraktur akibat fragmen tulang.

3. Prognnosis
Prognosis pada kasus fraktur bergantung tingkat keparahan serta tata laksana
dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat,
maka ppronogsisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari
tingkat keparahan, jika fraktur yang dialami ringan, maka proses penyembuhan
akan berlangsung dengan cepat dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada
kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk. Bahkan jikalau parah, tindakan
yang dapat diambil adalah cacat fisik hingga amputasi. Selain itu penderita
dengan usia yang lebihh mudah akan lebih bagus prognosisnya dibanding
penderita dengan usia lanjut.

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi fraktur, menurut Brunner & Suddarth (2005) Dalam Ns. Andra
Saferi Wijaya, S.kep & Ns. Yasseie Mariza Putri, S.kep (2013) adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan
lokal, dan perubahan warna.
a) Deformitas, yaitu fragmen tulang berpindah dari tempatnya.
b) Bengkak, yaitu edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah
terjadi dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
c) Ekimosis
d) Spasme otot, yaitu spasme involunter dekat fraktur
e) Nyeri tekan
f) Nyeri
g) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi akibat kerusakan
saraf/perdarahan)
h) Pergerakan abnormal
i) Hilangnya darah
j) Krepitasi

5. Klasifikasi / Stage
Klasifikasi fraktur dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain sebagai
berikut:
a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit
masih utuh) tanpa komplikasi.
2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2). Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme
trauma.
1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.

d. Berdasarkan jumlah garis patah.


1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh).
f. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal

g. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.


h. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan
ancaman sindroma kompartement.

Dalam Buku Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah

6. Patofisiologi
a. Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa
nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
neurovaskuler neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang
terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan
untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 2006 : 1183)
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan
rupturnya pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah
kompensasi tubuh, sebagai contoh vasokonstriksi progresif dari kulit,
otot dan sirkulasi viseral. Karena ada cedera, respon terhadap
berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detaak
jantung sebagai usaha untuk menjaga outputjantung, pelepasan
katekolamin-katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh
perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan
mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sediékit
membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-hormon lain yang
bersifat vasoaktif juga dilepaskan ke dalam sirkulasi sewaktu
terjadinya syok, termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan
sejumlah besar prostanoid dan sitokin-sitokin lain. Substansi ini
berdampak besar pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas pembuluh
darah. Pada syok perdarahan yang masih dini, mekanisme kompensasi
sedikit mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara
kontraksi volume darah didalam sistem vena sistemik. Cara yang
paling efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat seluler, sel
dengan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat
esensial yang sangat diperlukan untuk metabolisme aerobik normal
dan produksi energi. Pada keadaan awal terjadi kompensasi dengan
berpindah ke metabolisme anaerebik, hal mana mengakibatkan
pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis metabolik.
Bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk
pembentukan ATP (adennsin triphosphat) tidak rnemadai, maka
mernbran sel tidak dapat lagi mempertahankan integritasnya dan
gradientnya elektrlik nermal hilang. Pembengkakan retikulum
endoplasmik merupakan tanda ultra struktural pertama dari hipoksia
seluler setelah itu tidak lama lagi akan diikuti cedera mitokondrial.
Lisosom pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan stuktur
intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus, perjadilah pembengkakan
sel. JUga terjadi penumpukan kalsium intra-seluler. Bia proses ini
berjalan terus, terjadilah cedera seluler yang progresif, penambahan
edema jaringan dan kematian sel. Proses ini memperberat dampak
kehilangan darah dan hipoperpusi. (Purwadinata, 2000)
Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi disekitar tempat
patah dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan Reaksi peradangan
biasanya timbul hebat setelan fraktur. Sel- sel darah putih dan sel mast
berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah
ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa- sisa sel mati
dimulai. Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala- jala untuk melakukan aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin,2000).
lnsufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat
menurunkan asupan darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan
saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat
berakibat anoksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut saraf
maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom
kompartemen (Brunner Es; Suddarth, 2005).

b. WOC

7. Komplikasi
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma
yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Compartment Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain
itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu
kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius
yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk
ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah
rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi,
hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur
berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke
tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi
dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil
setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan
yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk
(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik.

Dalam Ns. Andra Saferi Wijaya, S.kep & Ns. Yasseie Mariza putri, S.kep
2013

8. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian
fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi (Brunner dan Suddarth,
2002). Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi fraktur
adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang
dipilih untuk mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya. Pada
kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan
manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan
dengan spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi
terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam
dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang solid terjadi. Tahapan selanjutnya setelah fraktur
direduksi adalah mengimobilisasi dan mempertahankan fragmen tulang
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. lmobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,traksi kontin,pin, dan tehnik gips.
Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna.
Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat dilakukan
dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler, latihan
isometrik, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi _dalam memperbaiki
kemandirian dan harga diri (Brunner & Suddarth, 2005).
Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu :
a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian
dan kemudian di rumah sakit.
b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen
tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak
asalnya.
c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang
untuk mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur
dan di bawah fraktur.
d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur (Price,
2006).
Penatalaksanaan perawat menurut Mansjoer (2003), adalah sebagai berikut :
a. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan
kesadaran, baru periksa patah tulang.
b. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman, mencega
komplikasi.
c. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini,
danpemantauan neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah :
1. Merabah lokasi apakah masih hangat
2. Observasi warna
3. Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kapiler
4. Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi
pada lokasi cedera
5. Meraba lokasi cedera apaka pasien bisa membedakan rasa sensasi
nyeri
6. Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakan.
d. Pertahankan kekuatan dan pergerakan
e. Mempertahankan kekuatan kulit
f. Meningkatkan gizi, makanan-makanan yang tinggi serat anjurkan intake
protein 150-300 gr/hari
g. Memperhatikan immobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan
untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh.
Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) :
1. Inflimasi, tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom
2. Proliferasi sel, terbentuknya barang-barang fibrin sehuingga terjadi
revaskularisasi
3. Pembentukan kalus, jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang
4. Opsifikasi, merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan‘ tulang
yang baru
5. Remodeling, perbaikan patah yang meliputih pengambilan jaringan yang
mati dan reorganisasi.

Dalam Ns. Andra Saferi Wijaya, S.kep & Ns. Yasseie Mariza putri, S.kep
2013
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pemeriksaan Subjektif Pada Pasien
Kategori Pertanyaanuntukriwayatkesehatan Rasional
Data Demografi - Berapa umur klien? Biasanya terjadi pada usia
dibawah 45 tahun.
Devi dkk, 2015
- Apa jenis kelamin klien ? Pada usia muda fraktur lebih
sering terjadi pada laki-laki
dibanding perempuan hal ini
berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau luka yang
disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor. Sedangkan
pada usia tua fraktur lebih sering
terjadi pada perempuan
dibanding laki-laki hal ini
berhubungan dengan
meningkatnya insiden
osteoporosis yang berkaitan
dengan perubahan hormon saat
menopause.
Devi dkk,2015
- Pendidikan klien ? Prevalensi
tertinggipadapendidikanyaitupada
orang dengan pendidikan SMA
Devi dkk,2015
- Pekerjaan klien ? Prevalensi
tertinggipadapekerjaanyaitupada
orang yang bekerja sebagai buruh
Devi dkk, 2015

- Tempat tinggal klien ? Faktor lingkungan yang


mempengaruhi terjadinya fraktur
dapat berupa kondisi jalan raya,
permukaan jalan yang tidak rata
atau berlubang, lantai yang licin
dapat menyebabkan kecelakaan
fraktur akibat jatuh.
Devi dkk, 2015
RiwayatKesehatan Apa Keluhan utama klien ? Biasanya klien datang dengan
keluhan utama nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik
tergantung lamanya serangan.
Arifianato, 2012
Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya dilakukan pengkajian
kronologi terjadinya trauma yang
menyebabkan patah tulang,
pertolongan apa yang di
dapatkan, apakah sudah berobat
kedukun patah tulang. Dengan
mengetahui mekanisme
terjadinya kecelakaan dapat
diketahui juga luka kecelakaan
yang lain.
Vinda, 2014
Riwayat kesehtan kelurga Menurut teori Doengoes dan
Muttaqin penyakit keluarga yang
berhubungan dengan patah tulang
cruris adalah salah satu faktor
predisposisi terjadinya fraktur.
Seperti osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan
dan kanker tulang yang
cenderung diturunkan secara
genetik.
Riwayat kesehatan dahulu Pada beberapa keadaan klien
yang pernah berobat ke dukun
patah tulang sebelumya sering
mengalami mal-union. Penyakit
tertentu seperti kanker tulang atau
menyebabkan fraktur patologia
sehingga tulang sulit
menyambung. Selain itu klien
dengan luka di kaki sangat
beresiko mengalami osteomielitis
akut dan kronik serta penyakit
diabetes menghambat
penyembuhan tulang.
Vinda,2014

Pemeriksaan Objektif Pada Pasien

Kategori TemuanPadaPengkajianFisik Temuan Abnormal


Kepala Diameter kepala dikatakan normal apabila berkisar 30 Tidak ada gangguan yaitu,
sampai 37 cm. Lingkar kepala ini akan bertambah 2 normocephalik, simetris,
cm per bulan pada usia 0-3 bulan. Selanjutnya di usia tidak ada penonjolan, tidak
4-6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan dan pada ada nyeri kepala.
usia 6-12 bulan pertambahannya 0,5 cm per bulan. (http://stikeswh.ac.id/psik/file
(https://mediskus.com/topik/bentuk-kepala-tidak-rata) s/Askep_Fraktur.pdf)

Muka wajahnya berbentuk oval memiliki kadar lemak Wajah terlihat menahan sakit,
tubuh yang rendah, indeks massa tubuh sesuai, lain-lain tidak ada perubahan
tekanan darah normal, dan mereka lebih sehat. fungsi maupun bentuk.
(https://www.cantika.com/read/1041148/ketahui- Takadalesi, simetris,
bentuk-wajah-yang-paling-sehat) takoedema.
(http://stikeswh.ac.id/psik/file
s/Askep_Fraktur.pdf)

Mata Mata dan penglihatan yang masih baik tentu saja yang Tidak ada gangguan seperti
tidak memiliki keluhan. Jadi bisa dibilang selama konjungtiva tidak anemis
mata tersebut masih dapat melihat dengan jelas, (karena tidak terjadi
berwarna tidak kemerahan, tidak gatal, tidak perdarahan)
"belekan", tidak meningkat tekanannya, pergerakan (http://stikeswh.ac.id/psik/file
bola mata dapat normal kesegala arah, air mata masih s/Askep_Fraktur.pdf)
dapat membasahi mata dengan normal, maka mata
dan penglihatan tersebut masih baik.
(https://www.alodokter.com/komunitas/topic/mata-
41)

Hidung Hidung manusia tidak hanya sekadar tonjolan Tidak ada deformitas, tidak
daging dan tulang rawan di bagian depan wajah. ada pernafasan cuping
Selain menjadi bagian sistem pernapasan tempa hidung.(http://stikeswh.ac.id/
tkeluar-masuknya udara, hidung juga berkontribusi psik/files/Askep_Fraktur.pdf)
terhadap fungsi penting tubuh lainnya, seperti
indera perasa dan pendengaran.
(https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-
unik/bentuk-hidung-dan-hubungannya-dengan-
kesehatan-anda/)

Abdomen (1) Inspeksi Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. (1) Inspeksi Bentuk datar,
(2) Palpasi Tugor baik, tidak ada defands muskuler, simetris, tidak ada hernia. (2)
hepar tidak teraba. (3) Perkusi Suara thympani, ada Palpasi Tugor baik, tidak ada
pantulan gelombang cairan. (4) Auskultasi Peristaltik defands muskuler, hepar
usus normal ± 20 kali/menit. tidak teraba. (3) Perkusi
(http://stikeswh.ac.id/psik/files/Askep_Fraktur.pdf) Suara thympani, ada pantulan
gelombang cairan. (4)
Auskultasi Peristaltik usu
snormal ± 20 kali/menit.
(http://stikeswh.ac.id/psik/file
s/Askep_Fraktur.pdf)

Sistem Tidak terdapat erytema, suhu badan normal, tidak Terdapat erytema, suhu
Integumen terjadi oedem, dan tidak ada nyeri tekan. sekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, oedema,
nyeritekan.
(http://stikeswh.ac.id/psik/file
s/Askep_Fraktur.pdf)

Pemeriksaan Laboratorium
No Tes Definisi/Nilai normal Kelainan yang ditemukan
1 Kalsium Serum dan Tes kalsium dalam darah meningkat pada tahap
Fosfor Serum memeriksa kadar kalsium pada penyembuhan tulang
tubuh yang tidak tersimpan di
tulang. Kalsium adalah mineral
paling umum dan salah satu
yang penting bagi tubuh. Tubuh
memerlukannya untuk
membangun dan memperbaiki
tulang serta gigi, membantu
kerja saraf, membantu otot,
membantu pembekuan darah,
serta membantu kerja jantung.

Nilai yang normal tingkatnya


bisa sedikit berbeda pada setiap
laboratorium. Beberapa
laboratorium menggunakan
pengukuran atau jenis tes yang
berbeda. Bicarakan dengan
dokter terkait maksud dari hasil
tes Anda.

Dewasa : 8.8–10.4 miligrams per


desiliter (mg/dL) atau 2.2–
2.6 millimoles per liter (mmol/L)
Anak-anak :6.7–10.7 miligrams
per desiliter (mg/dL) atau 1.90–
2.75 millimoles per liter
(mmol/L)
2 Alkali Fosfat Alkali fosfat adalah enzim yang meningkat pada kerusakan tulang
berperan penting untuk dan menunjukkan kegiatan
mengolah protein agar bisa lebih osteoblastik dalam membentuk
mudah dicerna tubuh. tulang.
Nilai normal :
 Dewasa = 30-120 unit/L
atau 0,5-2,0 likat/L
 Lansia = lebih tinggi
dari dewasa
 Anak-anak/remaja:
- Usia <2 tahun = 85-
235 unit/l
- Usia 2-8 tahun= 65-
210 unit/l
- Usia 9-15 tahun = 60-
300 unit/l
- Usia 16-21 tahun =
30-200 unit/l
hellosehat.com
3 Enzim otot Kadar normal kreatinin kinase seperti Kreatinin Kinase, Laktat
10-120 mikrogram per liter Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat
(mcg/L). Amino Transferase (AST),
Kadar normal laktat Aldolase yang meningkat pada
dehidrogenase 80 – 240 U/L tahap penyembuhan tulang.
Nilai normal kadar AST/SGOT
< 35 U/L dan SGPT <41 U/L

2. DiagnosaKeperawatan
3. IntervensiKeperawatan
no Dx Keperawatan NOC Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi : Observasi
Kategori : psikologis tindakan keperawatan 1. Tentukan lokasi, 1. untuk
subKategori : selama ...x24 jam, maka karakteristik, kualitas mengetahui
kenyamanan nyeri akut dapat diatasi dan keparahan nyeri lokasi,
dengan sebelum mengobati karakteristik,
Definisi : Kriteria hasil : pasien kualitas dan
Pengalaman sensori atau 1. Secara konsisten keparahan nyeri
emosional yang dapat pasien sehingga
berkaitan denagn menggunakan memudahkann
kerusakan jaringan tindakan pemberian
aktual atau fungsional pencegahan nyeri intervensi
dengan onset mendadak 2. Dapat melaporkan Mandiri : Mandiri
atau lambat dan nyeri yang 1. Tentukan analgesik 1. untuk
berintensitas ringan terkontrol sebelumnya, rute mempermudah
hingga berat yang 3. Secara konsisten pemberian dan dosis proses
berlangsung kurag dari 3 dapat mengenali untuk mencapai hasil pengurangan
bulan. nyeri terjadi pengurangan nyeri yang nyeri secara tepat
4. dapat mengenali optimal
Gejala dan tanda Mayor apa yang terkait 2. Berikan analgesik 2. untuk
Subjektif : dengan gejala tambahan dan atau mengurangi
 Mengeluh nyeri nyeri pengobatan jika nyeri yang
Objektif : tidak ada sindrom restless diperlukan untuk dirasakan dengan
 Tampak meringis legs (kondisi dimana meningkatkan efek analgesik
 Bersikap tubuh tidak merasa pengurangan nyeri tambahan
protektif nyaman baik dalam 3. Berikan kebutuhan 3. untuk
(misalnya keadaan dalam duduk kenyamanan dan mengurangi
waspada posisi maupun berdiri aktifitas lain yang dapat nyeri dengan
mennghindari membantu relaksasi memberikan
nyeri) untuk memfasilitasi kenyamanan
 Gelisah penurunan nyeri melalui aktifitas
 Frekuensi nadi
menigkat 4. Dorong pasien untuk 4. agar pasien dapat
 Sulit tidur memonitor nyeri dan mengetahui
Gejala dan tanda minor menangani nyeri tingkat nyeri
Subjektif dengan tepat yang dirasakan
 (tidak tersedia) dan dapat
Objektif mengontrol nyeri
 Tekanan darah dengan tepat
meningkat
 Pola nafas 5. Periksa tingkat 5. untuk membantu
berubah ketidaknyamanan pasien
 Nafsu makan bersama pasien mengurangi
berubah ketidaknyamana
 Proses berfikir nnya
terganggu
 Menarik diri HE : HE
 Berfokus pada 1. Berikan informasi 1. agar pasien
diri sendiri tentang nyeri seperti mengetahui nyeri
 diaforesis penyebab nyeri, berapa yang dirasakan
lama nyeri akan seta
dirasakan dan antisipasi penangannya
dari ketidaknyamanan tanpa bantuan
akibat prosedur perawat

Kolaborasi :
1. Kolaborasikan dengan Kolaborasi
dokter apakah obat, 1. untuk
dosis, rute pemberian, mengetahui
atau perubahan interval apakah ada
dibutuhkan peubahan
terhadap obat
yang diberikan
2. komunikasikan dengan 2. untuk
pasien tentang faktor- mempermudah
faktor yang dapat memberikan
menurunkan atau tindakan
memperberat nyeri keperawatan saat
nyeri dirasakan
3. kolaborasikan dengan 3. Agar pasien
pasien, orang terdekat ataupun keluarga
dan tim kesehatan dapat
lainnya untuk memilih mengetahui
dan tindakan yang
mengimplementasikan bisa dilakukan
tindakan penurunan selain tindakan
nyeri nonfarmakologi, pemberian obat
sesuai kebutuhan
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Observasi : Observasi
fisik tindakan keperawatan 1. Monitor perbaikan 1. Untuk
Kategori : Fisiologi selama ...x24 jam, maka postur tubuh pasien mengetahui
SubKategori : aktifitas gangguan mobilitas fisik bagian tubuh
atau istirahat dapat diatasi dengan yang
Kriteria hasil : mengalami
Definisi : 1. Dapat berjalan kerusakan
Keterbatasan dalam 2. Dapat berjalan Mandiri : Mandiri :
gerakan fisik dari satu dengan kecepatan 1. Bantu pasien untuk 1. Untuk melatih
atau lebih ektremitas sedang berdiri dan ambulasi pasien agar
secara mandiri. 3. Dapat berjalan dengan jarak tertentu mampu
dalam jarak yang melakukan
Tanda dan Gejala Mayor sedang (>1 blok < pergerakan
Subjektif : 5 blok) 2. Terapkan/sediakan aalat 2. Untuk membantu
 Mengeluh sulit 4. Dapat menjaga bantu pasien
menggerakkan keseimbangan (tongkat,walker,atau melakukan terapi
ektremitas Dapat bergerak dengan kursi roda) untuk yang diberikan
Objektif : mudah ambulasi jika pasien ketika konndisi
 Kekuatan otot tidak stabil pasie tidak stabil
menurun
 Rentang gerak HE :
(ROOM) HE : 1. Untuk
menurun 1. Intruksikan pasien mengurangi
Tanda dan gejala Minor untuk menggerakkan potensi cedera
Subjektif : kaki terlebih dahulu serta untuk
 Nyeri saat kemudian badan ketika mempersiapkan
bergerak memulai berjalan dari peregangan otot-
 Enggan posisi berdiri otot saat
melakukan melakukan
pergerakan ambulasi
 Merasa cemas Kolaborasi : Kolaborasi :
saat bergerak 1. Kolaborasikan dengan 1. Untuk
Objektif : fisioterapi dalam meningkatkan
 Sendi kaku mengembangkan mekanika tubuh
 Gerakan tidak peningkatan mekanika pasien
terkoordinasi tubuh sesuai indikasi
 Gerakan terbatas
 Fisik lemah

Ketidakefektifan Setelah dilakukan Observasi :


jaringan perifer (D.0009) tindakan keperawatan 1. monitor jumlah cairan 1. Untuk
Kategori : Fisiologis selama ......x24 jam yang masuk dan keluar mengetahui
Sub Kategori : Respirasi diharapkan jumlah cairan
ketidakefektifan jaringan yang masuk dan
Definisi : Penurunan perifer dapat teratasi keluar
sirkulasi darah pada dengan criteria hasil 2. monitor sensasi tumpul 2. Untuk
level kapiler yang dapat 1. Tidak ada atau tajam dan panas mengetahui
mengganggu metabolism defisiasi dari dan dingin yang di sensasi tumpul
tubuh. kisaran normal rasakan pasien atau tajam dan
pengisian kapiler panas dan dingin
Gejala dan Tanda Mayor jari yang dirasakan
Obyektif 2. Tidak ada pasien
1. Pengisian kapiler defisiasi dari
>3 detik kisaran normal 3. monitor sumber tekanan 3. Untuk
2. Nadi perifer pada suhu kulit dan gesekan mengetahui
menurun atau ujung kaki dan sumber tekanan
tidak teraba tangan dan gesekan
3. Akral teraba 3. Tidak ada
dingin defisiasi 4. monitor infeksi, 4. Untuk
4. Warna kulit pucat darikisaran terutama dari daerah mengetahui
5. Turgor kulit normal pada edema adanya infeksi
menurun pengisian kapiler terutama pada
jari kaki daerah edema
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Mandiri :
1. Parastesia 4. Menopang berat 1. Tentukan indeks ankle 1. Untuk
2. Nyeri ekstremitas badan tidak brachial (ankle brachial mengetahui
(claudikasi terganggu indekx) dengan tepat indeks ankle
intemediten) 5. Tidak terganggu brachial (ankle
saat berjalan brachial indekx)
Obyektif dengan kecepatan dengan tepat
1. Edema sedang 2. Ubah posisi pasien 2. Agar pasien
2. Penyembuhan 6. Tidak terganggu setidaknya setiap 2 jam merasa nyaman
luka lambat pada saat berjalan dengan tepat dengan posisinya
3. Indeks ankle- dengan pelan
brachial <0,90 7. Tidak edema di 3. Lakukan perawatan 3. Agar luka pasien
bruithfemoral tangan luka dengan tepat tetap terjaga
8. Tidak ada edema dengan baik dan
di pergelangan tepat
kaki 4. Letakan bantal pada
tidak terjadi malaise bagian tubuh untuk 4. Untuk
melindungi area melindungi
tersebut bagian area
tubuh yang
terluka
5. Periksa kulit dan 5. Untuk
selaput lendir terkait mengetahui
dengan adanya adanya
kemarahan, ,kehangatan kemarahan,
ekstrim,edema,atau kehangatan
drainase ekstrim,edema
atau drainase
Healt education :
1. Instruksikan pasien 6. Untuk
mengenai factor-faktor mengurangi
yang mengganggu factor-faktor
sirkulasi darah ( yang
misalnya, mengganggu
merokok,pakaian ketat, sirkulasi darah
terlalu lama didalam
suhu dingin dan
menyilangkan kaki

2. Instruksikan pada 7. Agar pasien


pasien mengenai mengetahui
perawatan kaki yang perawatan kaki
tepat dengan baik dan
tepat

3. Instruksikan pasien dan 8. Agar pasien dan


keluarga untuk menjaga keluarga
posisi tubuh ketika mengetahui cara
sedang menjaga posisi
mandi,duduk,berbaring, tubuh ketika
atau merubah posisi pasien sedang
mandi,
duduk,
berbaring, atau
merubah posisi

4. Instruksikan pasien dan 9. Agar pasien dan


keluarga untuk keluarga
memeriksa adanya mengetahui cara
kerusakan kulit setiap memeriksa
harinya adanya
kerusakan kulit
pada pasien
setiap harinya
5. Ajarkan anggota 10. Agar anggota
keluarga/pemberi keluarga
asuhan mengenai tanda- mengetahui
tanda kerusakan kulit mengenai adanya
dengan tepat tanda-tanda
kerusakan kulit
pasien dengan
tepat
Kolaborasi :
1. Berikan obat anti 11. Agar aliran darah
platelet (penurunan pasien dapat
agregasi platelet) atau berjalan lancer
anti kolagulun
(pengencer
darah,dengan tepat)

2. Diskusikan atau 12. Untuk


identifikasikan mengetahui
penyebab sensasi reaksi yang
abnormal atau ditimbulkan atau
perubahan sensasi yang dirasakan
terjadi
3. Berikan obat 13. Untuk
analgesic,kortikosteroid mengurangi
, antikonvulsan, anti resiko lain yang
depresan trisilik,atau ditimbulkan
anestesi local sesuai
kebetuhan
Gangguan integritas Kriteria Hasil : Observasi : Observasi :
kulit ( D.0129) Setelah dilakukan
intervensi keperawatan 1. monitor adanya tanda 1. Untuk
Kategori : lingkungan selama…x24jam dan gejala infeksi mengetahui
diharapkan : sistemik dan local adanya tanda dan
Sub kategori: gejala infeksi
Keamanan dan proteksi  suhu kulit klien sistemik dan
tidak terganggu local
Devinisi : kerusakan (5)
kulit ( dermis dan atau  tekstur klien tidak 2. monitor kerentanan 2. untuk
epidermis) atau jaringan terganggu terhadap infeksi mengetahui
( membrane mukosa,  integritas kulit resiko adanya
kornea, pasia, otot, klien tidak infeksi pada
pendon, tulang, terganggu (5) klien
kartilango, kapsul sendi  perfusi jaringan Mandiri :
dan / atau ligament). klien tidak 1. untuk
terganggu mengurangi
Gejala dan tanda mayor: perawatan kulit
yang mengalami
Subyektif : ( tidak ada) edema

Objektik : 2. untuk
1. Kerusakan memberikan
jaringan dan /atau asupan nutrisi
lapisan kuli. pada pasien

Gejalan dan tanda minor: Health Education :


Mandiri : 1. agar pasien
Subyektif : ( tidak ada) 1. berikan perawat kulit dan keluarga
yang tepat untuk area ( pasien dapat
Objektif: yang mengalami ) mengetahui
1. Nyeri edema. perbedaan
2. Perdarahan infeksi virus
3. Kemerahan dan bakteri .
4. hematoma 2. Tingkatkan asupan 2. agar pasien
nutrisi yang cukup dapat
mencegah
dan
mengetahui
Health Education : bagaimana
1. ajarkan pasien dan cara
keluarga pasien menghindari
mengenai perbedaan infeksi.
antara infeksi-infeksi
virus dan bakteri

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Lapor dugaan infeksi 1. untuk
pada personil mengetahui
pengendali infeksi apakah ada
perubahan
infeksi.

2. Lapor kultur positif 2. Untuk


pada pengendali infeksi. mempermudah
mengetahui
kultur posistif
pada infeksi
yang di rasakan
Resiko Hipovolemi  Keseimbangan Observasi : Observasi :
(D.0034) cairan 1. Monitor adanya 1) Agar perawat
Kategori : fisiologis sumber-sumber dapat mengatasi
Sub kategori : nutrisi dan Setelah dilakukan kehilangan cairan terjadinya
cairan perawatan 1x24 jam (misalnya.,perdarahan, kekurangan
Definisi : beresiko resiko hipovolemi dapat muntah,diare,keringat cairan pada
mengalami penurunan diatasi dengan criteria yang berlebihan, dan pasien
volume cairan hasil takipnea)
intravascular, intersisial,  Tidak
dan/atau intraselular terganggunya
turgor kulit 2. Monitor kemungkinan 2) Agar perawat
Kondisi klinis terkait :  Tidak terganggu penyebab kehilangan mampu
 Trauma / keseimbangan cairan (misalnya., meminimalisir
pendarahan intake dan output selang dada, luka, factor yang dapat
 Luka bakar dalam 24jam drainase nasogastric, menyebabkan
Berat badan tidak diare, muntah dan kekurangan
terganggu peningkatan lingkar cairan
perut dan ekstremitas,
hematemesis, atau
hematokesia)

Mandiri : Mandiri :
1. Tingkatkan integritas 1) Agar dapat
kulit (misalnya., menghindari
mencegah pencukuran, terjadinya
hindari kelembaban kerusakan kulit
yang berlebihan, dan yang
sediakan nutrisi yang mengakibatkan
cukup) Pada pasien terjadinya
yang tidak dapat pendarahan yang
bergerak dan memiliki memicu
kulit kering , dengan hipovolemi
tepat

Health Education : Health Education :


2. Anjurkan pasien dan 2) Pasien dan
keluarga mengenal keluarga mampu
langkah-langkah yang menganal
harus dilakukan langkah-langkah
terhadap ttimbulnya untuk
gejala syok meminimalisir
timbulnya syok

3. Anjurkan pasien dan 3) Pasien dan


keluarga mengenai keluarga dapat
tanda/gejala syok yang mengenal gejala-
mengancam jiwa gejala syok

4. Anjurkan pasien dan 4) Agar keluarga


keluarga mengenai mampu
factor-faktor pemicu mengetahui
syok factor pemicu
syok

ResikoInfeksi (D.0142)  Keparahan infeksi Observasi


kategori : lingkungan 1. Monitor adanya tanda 1) Agar dapat
Sub kategori : keamanan Setelah dilakukan dan gejala infeksi mengetahui
dan proteksi perawatan 1x24 jam sistemik dan local tanda dan gejala
resiko hipovolemi dapat infeksi sistemik
Definisi : beresiko diatasi dengan criteria dan lokal
mengalami peningkatan hasil Mandiri
terserang organisme  Tidak adanya 2. Posisikan untuk 2) Agar klien dapat
patogenik nyeri menghindari / menghindari
 Tidak ada cairan menempatkan ketegangan pada
Kondisi klinis terkait ; atau (luka) yang ketegangan pada luka, luka
 Luka bakar berbau busuk dengan tepat
 Tidak ada
kemerahan 3. Periksa kulit dan 3) Agar kemerahan
selaput lender untuk dapat terkontrol
adanya kemerahan, untuk
kehangatan ektrim, atau menghindari
drainase terjadinya
hipovolemi
Healt Education
1. Anjurkan pasien atau 4) Agar pasien dan
anggota keluarga pada keluarga dapat
prosedur perawatan mengetahui
luka perawatan luka

2. Anjurkan pasien dan 5) Pasien dan

keluarga untuk keluarga dapat


mengenal tanda dan mengenal tanda
gejala infeksi dan gejala
infeksi
3. Ajarkan pasien dan 6) Agar klien dan
keluarga mengenai keluarga tau cara
tanda dan gejala infeksi menghindari
dan kapan harus infeksi
melaporkannya kepada
pemberi layangan
kesehatan
4. Ajarkan pasien dan 7) Agar klien dan
anggota keluarga keluarga dapat
bagaimna cara mengenal tanda
menghindari infeksi infeksi dan tau
kapan harus
melaporkannya

Anda mungkin juga menyukai