Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adlia Dulanimo

Kelas : B/Semester 5
Nim : 841416109
MODEL SUPERVISI YANG PALING EFEKTIF

Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan suatu bentuk dari kegiatan


manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada
klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat
dalam melaksanakan tugas. Supervisi memiliki empat model yaitu terdiri dari : model
konvensional, model ilmiah, model klinis, dan model artistik. Dari ke-empat model tersebut,
model supervisi yang paling bagus/baik/efektif menurut saya yaitu Model Supervisi Klinis.
Mengapa? Karena Supervisi model klinis memiliki tujuan untuk membantu perawat
pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya
dalam pemberian asuahan keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis
melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya
dibandingkan dengan standar keperawatan.

Berdasarkan jurnal pertama yang saya baca, yaitu “Model Supervisi Klinis Yang
Dapat Meningkatkan Mutu Pelayanan Keperawatan” menyatakan bahwa Supervisi model
klinis juga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan keperawatan
sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra
institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Mutu pelayanan keperawatan memiliki
beberapa outcome yang menjadi indikator mutu pelayanan keperawatan. Indikator mutu
pelayanan keperawatan meliputi aspek pelayanan, tingkat efisiensi, kepuasan pasien, cakupan
pelayanan, dan keselamatan pasien. Oleh karena itu perlu adanya fungsi manajemen yang
dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Supervisi klinis merupakan metode yang
efektif dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Pada jurnal ke-dua yaitu “Supervisi Klinik Dalam Pelayanan Keperawatan Sebagai
Upaya Peningkatan Kompetensi Perawat Di Rumah Sakit” meyatakan bahwa Kinerja
perawat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kepatuhan
dokumentasi keperawatan dan kepatuhan cuci tangan five moment. Sedangkan faktor
eksternal meliputi penurunan burnout, peningkatan lingkungan kerja, dan penurunan risiko
jatuh. Dari berbagai jurnal menunjukkan bahwa supervisi klinik dapat memberikan dampak
positif terhadap kinerja perawat baik secara internal maupun eksternal. Banyaknya dampak
positif supervisi klinis di rumah sakit dapat menjadi acuan agar supervisi klinis terus di
lakukan dengan tepat di rumah sakit. Dengan adanya supervisi klinis yang dilakukan dengan
tepat diharapakan kegiatan asuhan ke perawatan dapat terus ditingkan agar menjadi lebih baik
lagi.

Pada jurnal ke tiga yaitu “Clinical supervision of nursing students: challenges and
alternatives” menyatakan bahwa Supervisi klinis digambarkan sebagai proses formal
dukungan pembelajaran profesional di praktek klinis. Tujuan dari praktik klinis adalah untuk
mempersiapkan siswa keperawatan mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan teoritis dan empiris yang diperlukan agar mereka dapat berlatih dengan aman
dan efektif sebagai perawat profesional. Dengan demikian, lingkungan klinis sangat penting
untuk pendidikan keperawatan untuk pencapaian hasil pembelajaran klinis, termasuk
peningkatan kompetensi siswa. Hal ini diakui bahwa profesionalisme bahkan di antara
perawat mahasiswa dapat meningkatkan penerimaan dan kepercayaan klien dan dengan
demikian memberikan lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkan kegiatan
seperti pengambilan riwayat, pemeriksaan fisik, prosedur keperawatan, dan komunikasi
dengan klien.

Pada jurnal ke empat yaitu “The influence of clinical supervision and its potential
for enhancing patient safety – Undergraduate nursing students’ views” menyatakan bahwa
Lingkungan pembelajaran klinis dan pengawasan sangat penting untuk pengembangan sikap
dan identitas profesional serta untuk memastikan keselamatan pasien. Pada supervisi model
klinis dapat memberikan pengaruh pada mahasiswa keperawatan dalam peningkatan
kesadaran dan peningkatan yang kuat terkait dengan keterampilan interpersonal, profesional
dan komunikasi. Penemuan ini menekankan potensi pengawasan klinis untuk berkontribusi
terhadap pertumbuhan pribadi dan sikap peduli terhadap pasien, sehingga memperkuat
pengembangan keterampilan penting untuk perawatan keselamatan pasien. Implikasi praktis
dari penelitian ini adalah bahwa penempatan klinis keperawatan siswa dan pengawasan klinis
dapat dimanfaatkan lebih baik untuk mencapai tujuan keseluruhan pendidikan keperawatan,
yaitu memastikan keselamatan pasien.

Pada jurnal ke lima yaitu “The Support Role in Clinical Supervision of Nursing
Students: Determinant in the Development of Emotional Skills” menyakan bahwa Situasi
bermasalah yang dihadapi oleh klien, yang terkait dengan proses kesehatan dan penyakit,
diekspresikan melalui emosi yang harus dihadapi para mahasiswa keperawatan dalam
program perawatan dan pengalaman formatif mereka dalam pengajaran klinis. Siswa
memiliki kebutuhan belajar tidak hanya untuk mengelola emosi dalam konteks pelayanan
pasien, tetapi juga dalam hal dunia internal mereka sendiri, konflik emosional, tekanan
emosional dan kelelahan. Pada penelitian ini, para peneliti bermaksud untuk mengeksplorasi
bukti yang ada mengenai cara-cara di mana dukungan perawat pengawas terhadap mahasiswa
keperawatan mempotensiasi pengembangan kompetensi mereka untuk kinerja kerja
emosional. Keterampilan ini terbukti menjadi kunci dalam kemampuan untuk mengelola
situasi praktik perawatan emosional yang intens dan fungsi dukungan dari supervisor
keperawatan berkontribusi pada pengembangan kompetensi tersebut.

Dari penjelasan diatas berdasarkan tiga jurnal internasional dan dua jurnal nasional
dapat disimpulkan bahwa pada supervisi klinis sangat efektif dalam meningkatkan kinerja
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Pada supervisi klinis juga dapat membantu
mahasiswa keperawatan dalam mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan teoritis dan empiris yang diperlukan agar mereka dapat berlatih dengan aman
dan efektif sebagai perawat profesional. Dan juga membantu mengembangkan kompetensi
mahasiswa keperawatan untuk kinerja kerja emosional.

Anda mungkin juga menyukai