Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.Hal ini
karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai
faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan
yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup
sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi
ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab
berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non
infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta
mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan
sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg(Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa
terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah
perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti
hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat
lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan
tindakan atau program pencegahan yang terarah.Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan
atau saat periksa ke dokter.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi hipertensi ?
2. Apakah etiologi/ faktor pencetus hipertensi ?
3. Apakah manifestasi klinis hipertensi ?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ?
5. Apakah penatalaksanaan klien dengan hipertensi ?
6. Apa sajakah komplikasi dari hipertensi ?
7. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi ?

1.3. Tujuan
Tujuan Umum
 Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipertensi.
Tujuan Khusus
 Mengetahui dan memahami definisi hipertensi.
 Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
 Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi.
 Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi.
 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi.
 Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi.
 Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR HIPERTENSI


2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).Penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik).Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai
"normal".Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik.Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di
kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
2.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.Namun,
berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya
umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah
hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
 Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa
untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan
banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti
umur, jenis kelamin, dan keturunan.Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat
hipertensi di dalam keluarga.Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
dugaan Hipertensi primer lebih besar.Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam.Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi
saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf
parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari.Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.

2.3 Manifestasi Klinis Hipertensi


Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah,
sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal,dan lain-lain.
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada
selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
2.4 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokomositoma
(penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi
hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal
dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/ EKG
atau takik aorta; perbesaran jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan :
Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
2.5 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.Penurunan BB dapat menurunkantekanan
darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dankadar adosteron dalam
plasma.
Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan
medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
i. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
ii. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
iii. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
iv. Tidak menimbulakn intoleransi.
v. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
vi. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.
2.6 Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan
retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya
pembuluh darah otak.

BAB III
TINJAUAN KASUS
I. BIODATA PASIEN
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 70 tahun
3. Jenis Kelamin : Wanita
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Tani
7. Golongan Darah :-
8. No Register : 02.98.01
9. Alamat : Damuli
10. Status : Kawin
11. Keluarga Terdekat : Anak
12. Diagnosa Medis : Hipertensi
II. BIODATA PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Mi’an
2. Umur : 25 tahun
3. Hubungan dengan pasien : Anak
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Tani
6. Alamat : Selorejo ampel gading
III. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama(alasan MRS)
- Keluhan saat masuk : klien mengatakan badannya lemah, kepalanya pusing, dadanya sesak dan
nafsu amkan menurun.
- Keluhan saat pengkajian : klien mengatakan dadanya sesak ketika bernafas,kepalanya pusing.
B. Riwayat penyakit sekarang
Paliatif : klien datang dengan riwayat HT dan gastritis
Quality : klien dengan keadaan pingsan
Regio : kepala pusing dan dada sesak
Saverity : skala nyeri 5
Time : ± 1 minggu yang lalu

NO Intensitas Nyeri Diskripsi


Menurut numeric = 5 - Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan
atau sedang
- Pasien nampak gelisah
- Pasien nampak sedikit berpartisipasi dalam
perawatan
C. Riwayat penyakit yang lalu
Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi ± 3 bulan dan hanya berobat di PUSKESMAS
saja.
D. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang
sama seperti klien.

IV. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

NO Pemenuhan Di rumah Di Rumah Sakit


Makan/Minum
1. Jumlah/waktu -Pagi : Klien makan porsi - Pagi : klien makan
sedang dengan nasi, sesuai dengan diet yang
sayur, lauk dan minum diberikan
air putih.
-Siang : Klien makan - Siang : Klien makan
porsi sedang dengan sesuai dengan diet yang
nasi, sayur, lauk dan diberikan.
minum air putih.
-Malam : Klien makan - Malam : Klien makan
porsi sedang dengan sesuaidengan diet yang
nasi, sayur, lauk dan diberikan.
minum air putih.
2. Jenis - Nasi : putih. - Nasi : bubur
- Lauk : Ikan, tahu, - Lauk : Ayam
tempe, daging - Sayur : Sop
- Sayur : bayam. - Minum: air putih.
- Minum : air putih.
3. Pantangan - Rendah garam
b. Pola eliminasi
NO Pemenuhan Eliminasi Di Rumah Di Rumah Sakit
BAB/BAK
1. Jumlah/Waktu - Pagi : BAB - Pagi : belum BAB,
1x/hari, BAK belum BAK
2x/hari. - Siang : Belum BAB,
- Siang : BAK sudah BAK 1x
2x/hari. - Malam : Belum BAB
- Malam : BAK dan sudah BAK 1x
2x/hari.
2. Warna - BAB : kuningan. -BAB : -
- BAK : jernih. -BAK : kuning jernih
3. Bau - BAB : khas -BAB : -
- BAK : khas -BAK : -
-
4. Konsistensi BAB : lembek -

c. Plola istirahat tidur

NO Pemenuhan Istirahat Dirumah Di Rumah Sakit


Tidur
1. Jumlah/waktu - Pagi : ± 1 jam. - Pagi : ± 2 jam.
- Siang : ± 1 jam. - Siang : ± 2 jam.
- Malam : ± 7 jam. - Malam : ± 4 jam.
2. Gangguan Tidur Tidak mengalami Klien tidak bisa tidur
gangguan tidur. karena sesak nafas,
muntah-muntah dan
pusing.

d. Pola kebersihan diri/personal Hygiene

NO Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit


Hygiene
1. Frekuensi mencuci rambut 2 x/minggu Belum pernah
2. Frekuensi mandi 2x/hari Diseka 2x/hari
3. Ftekuensi gosok gigi 2x/hari Belum pernah
4. Warna Rambut. Putih beruban Putih beruban
5. Bau - -
6. Konsistensi Kusam Kusam

V. PEMERIKSAAN KEPALA,WAJAH DAN LEHER


1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala Dolicephalus,kesimetrisan +, luka -.
Palpasi : Nyeri tekan +, pusing.
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan +.
b. Warna iris merah.
c. Kelopak mata/palpebra : oedema -, peradangan -, benjolan -.
d. Pemeriksaan Visus
Tanpa Snelen Card : kurang jelas.
e. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemis dn scera coklat.
3. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi : Pembengkokan -, sekret -, perdarahan -, kotoran -, polip -.
4. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, lesi -, peradangan -, penumpukan serumen -, perdarahan -, perforasi -.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan palpasi : Kelainan konginetal labio -, warna bibir merah muda, lesi -, caries +,
kotoran +,gigi palsu +,gingi vitis +, waarna lidah kotor, perdarahan -, abses -.
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang, kondisi klien lesu dan letih, kelumpuhan otot-otot facialis
-.
7. Pemeriksaan Leher
an palpasi:
a. Bentuk leher simetris, peradangan -, perubahan warna -, masa -.
b. Pembesaran kelenjar tiroid -.
c. Pembesaran vena jugularis +.
8. Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan kepala, wajah, leher:
klien mengeluh kepalanya terasa pusing.
VI. PEMERIKSAAN THORAKS DAN PARU
a. Inspeksi
- Bentuk thoraks: normal chest,susunan ruas tulang belakang, bentuk dada simetris.
- Retraksi otot Bantu pernapasan : retraksi intercoste +, retraksi suprasternal-, pernapasan cuping
hidung +.
- Pola nafas : Takipneu.
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal vermitus: -, getaran antara kanan dan kiri sama, cianosis -.
c. Perkusi
Area paru sonor
d. Auskultasi
1. Suara nafas: Area vesikuler bersih, area bronchial bersih,area bronchovasikuler bersih.
2. Suara ucapan : Eghophoni –.
3. Suara tambahan : Rales +.
e. Kelainan lain yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan thoraks dan paru yaitu klien
merasa dadanya sesak ketika bernafas.

VII. PEMERIKSAAN JANTUNG


a. Inspeksi
Ictus cordis -, pulsasi pada dinding thoraks lemah.
b. Palpasi
Palsasi pada dinding thoraks teraba: tidak teraba/tidak terkaji.
c. Perkusi
Tidak ada pembesaran.
- Batas atas : ICS II.
- Batas bawah : ICS V.
- Batas kiri : ICS VMid Clavikula.
- Batas kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra.
d. Auskultasi
- BJ I : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
- BJ II : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
e. Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung : tidak ada kelainan.
VIII. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen datar.
- Masa atau benjolan -, kesimetrisan +, bayangan pembuluh darah vena -.
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltik usus 15x/menit.
c. Palpasi
- Hepar : Perabaan lunak.
- Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran.
- Appendik : Nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri menjalar kontralateral -.
d. Kelainan yang dirasakan pada saat pemeriksaan abdomen : tidak ada kelainan.
IX. PEMERIKSAAN GENETALIA
Tidak Dikaji.
X. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
(EKSTREMITAS)
a. Inspeksi
Otot antara sisi kanan dan kiri simetris, Deformitas -, fraktur -, terpasang gips -.
b. Palpasi
- Oedem - -/- -/-
- Uji kekuatan otot 5/5 5/5

XI. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS


Respon membuka mata spontan, respon verbal 5, respon motorik 6.Kesimpulan compor
mentris.
Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri kepala +, kaku kuduk
-, mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran -.
Memeriksa nervus cranialis :
- Nervus III : Ocumua latorius reaksi pupil terhadap cahaya +.
- Nervus VIII : Ketajaman pendengaran +.
- Nervus XII : Gerakan lidah menjulur dan menonjolkan lidah +.
Pemeriksaan fungsi motorik :Ukuran otot simetris, atropi -.
Pemeriksaan fungsi sensorik : Kepekaan benda tumpul +.
XII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah Lengkap :
Leukosit : 6,250 / µℓ
Hemoglobin : 15,4
b. Kimia darah
Ureum : 50 mg/dl
Creatinin : 0,89 mg/dl
SGDT : 20
SGPT : 16
Gula darah : 95 mg/dl
XIII. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Tidak dilakukan pemeriksaan radiology.

XVI. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


- Acran 3 x 1
- Amino drip ½ ampul
- Cairan RL 20 tetes/menit

ANALISA DATA
No Data Etiologi Prolem
Ds
1: Medulla Peningkatan
Klien mengatakan klien Saraf simpatis tekanan darah
mempunyai riwayat hipertensi Ganglia simpatis
Do : Tekanan darah
Tekanan darah klien Kontriksi
meningkat TD : 175/100 Peningkatan tekanan
mmHg darah
2 Ds : Nyeri/Sakit
Keluarga klien mengatakan Saraf simpatis kepala
klien merasa sakit kepala yang Saraf pasca ganglion
sangat hebat Kontriksi
Do : Sakit kepala
Klien meringis menahan sakit
kepala yang dirasakan TD :
175/100 mmHg.
ADL : Klien sakit terhambat
3 Ds : Peningkatan tekanan Gangguan pola
Keluarga klien mengatakan vaskuler serabral istirahat
klien tidak tidur semalam dan Saraf simpatis
terus merasakan sakit Tidak mampu mengatasi
kepalanya. nyeri
Do : Gangguan pola istirahat
TD : 175/100 mmHg
ASL : Klien sedikit terhambat

Diagnosa keperawatan.
1. Peningkatan Tekan darah b/d penurunan curah jantung ditandai dengan karena punya riwayat
hipertensi dengan tekanan darah 175/100 mmHg.
2. Nyeri b/d peningkatan vaskuler d/d kepala sakit yang dirasakan oleh pasien.
3. Gangguan pola tidur b/dketidak tidak mampuan mengatasi nyeri d/d mata klien tampak cekung,
tekanan darah 175/100 mmHg.
Rencana Keperawatan
No Diagosa Keprawatan Tujuan Rencana Tidakan Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan Tekan - Tekanan darah - Pantau tekanan darah - Untuk melihat
darah b/d penurunan menurun. perkembangan
curah jantung - Nyeri berkurang - Berikan lingkungan penurunan
ditandai dengan tenang, nyaman, tekanan darah
karena punya kurangin aktivita. - Membantu
riwayat hipertensi menurunkan
dengan tekanan rangsangan
darah 175/100 simpatis
mmHg. meningkatkan
- Batasi jumlah kujungan relaksasi
- Mengurangin
- Lakukan tindakan yang stress dan
nyaman seperiti pijatan ketegangan yang
leher dan kepala. mempengaruhi
- Kolaborasi dalam tekanan darah.
pemberian obat : tiazid - Tiazid mungkin
mengunakan
untuk
menurunkan
tekanan darah
fungsi ginjal
relaty normal.
Nyeri b/d - Menurunkan skalah - Mempertahankan tirah - Tindakan yang
peningkatan rangsangan nyeri baring selama fase aktif. menurunkan
vaskuler d/d kepala dikepala tekanan vaskular
sakit yang dirasakan serebral dan yang
oleh pasien yang - Berikan tidakan memperlambat
begitu hebat. nonfarmakologi untuk respon simpatis
menhilangakan sakit efektif dalam
kepala seperti kompres langka
dingin dan pijat mengurangi sakit
- Kolaborasi dalam kepala dan
pemberian analgesik. komplikasi.

- Mengurangi atau
mengkontrol
nyeri dan
menurunkan
rasangan sytem
saraf simpatis
Gangguan pola tidur - Pola tidur klien - Batasi jumlah - Vasudilatasi pada
b/dketidak tidak terpenuhi. pengunjung dan sistem saraf
mampuan mengatasi - Klien tidak lamanya tinggal simpatis
nyeri d/d mata klien terbangun lagi pada - Kolaborasi dalam - Memberi
tampak cekung, malam hari pemberian obat ketenangan batin
tekanan darah - Membaca ayat suci Al klen sebagai umat
175/100 mmHg. – Quran sebelum waktu muslim
tidur

Catatan Perkembangan
No Dx dan Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Diagnosa 1 - Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
21.02.2017 TD : 175/100 mmHg. kepala klien masih dirasakan
- Mengurangi aktivitas pasien dan O : TD : 175/100 mmHg.
menghindari keributan di dalam A : Masalah belum teratasi
ruangan. P : Intervensi dilanjudkan
- Melakukan pijatan pada pungung dan
leher.
- Memberikan obat captopril 2 x 12,5 mg.
2 Diagnosa II - Mempertahankan agar klien tirah baring S : keluarga mengatakan nyeri
21.02.2017 selama nyeri masih terasa. klien masih terasa.
- Melakukan pijatan ringan pada leher O : klien tampak meringis.
- Memberikan obat analgesik asam A : masalah belum teratasi.
mefenamat 3 x 500 mg. P : intervensi dilanjudkan.
3 Diagnosa III- Menganjurkan keluarga yag berkunjungS : keluarga mengatakan klien masih
21.02.2017 agar tidak terlalu ramai dan ribut. sering terbangun.
- Membacakan ayat – ayat suci Al – O : mata klien tampak cekung
Quran sebelum klien istirahat. A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjudkan.

No Dx dan Implementasi Evaluasi


Tanggal
1 Diagnosa 1 - Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
22.02.2017 TD : 150/100 mmHg. kepala klien terkadang masih
- Mengurangi aktivitas pasien dan dirasakan
menghindari keributan di dalam O : TD : 150/100 mmHg.
ruangan. A : Masalah Sebagian teratasi
- Melakukan pijatan pada pungung danP : Intervensi dilanjudkan
leher.
- Memberikan obat captopril 2 x 12,5 mg.
2 Diagnosa II - Mempertahankan agar klien tirah baringS : keluarga mengatakan sekali –
22.02.2017 selama nyeri masih terasa. kali nyeri klien masih terasa.
- Melakukan pijatan ringan pada leher O : klien tampak meringis.
- Memberikan obat analgesik asam A : masalah sebagian teratasi.
mefenamat 3 x 500 mg. P : intervensi dilanjudkan.
3 Diagnosa III- Menganjurkan keluarga yag berkunjungS : keluarga mengatakan klien masih
22.02.2017 agar tidak terlalu ramai dan ribut. sering terbangun.
- Membacakan ayat – ayat suci Al – O : mata klien tampak cekung
Quran sebelum klien istirahat. A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjudkan.

1 Diagnosa 1 - Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri


23.02.2017 TD : 140/90 mmHg. kepala klien sudah hilang
- Mengurangi aktivitas pasien dan O : TD : 140/90 mmHg.
menghindari keributan di dalam A : Masalah teratasi
ruangan. P : Intervensi dihentikan
- Melakukan pijatan pada pungung dan
leher.
- Memberikan obat captopril 2 x 12,5 mg.
2 Diagnosa II - Mempertahankan agar klien tirah baringS : keluarga mengatakan sekali –
23.02.2017 selama nyeri masih terasa. kali nyeri klien masih terasa.
- Melakukan pijatan ringan pada leher O : wajah klien tampak rileks
- Memberikan obat analgesik asam A : masalah teratasi.
mefenamat 3 x 500 mg. P : intervensi dihentikan
3 Diagnosa III- Menganjurkan keluarga yag berkunjungS : keluarga mengatakan klien sudah
23.02.2017 agar tidak terlalu ramai dan ribut. bisa tertidur.
- Membacakan ayat – ayat suci Al – O : mata klien tidak tampak cekung
Quran sebelum klien istirahat. A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh banyak
faktor risiko.Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial)
dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90%
dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari langsung
(etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer
tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu terapi medis dan non-medis.Kontrol pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut.
1.2 Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi hendaknya
melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola gaya hidup sehat
seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai