7.1.1 Arus
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan
perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari
beberapa gaya yang bekerja dan beberapa faktor yang memengaruhinya. Arus laut (sea
current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal
lokal adalah air pasang.Sirkulasi air pada lapisanpermukaan sangat dipengeruhi oleh angin
muson, sehingga pola sirkulasi mengalami perubahan sesuai dengan pola angin. Selama
muson barat arus permukaan di Indonesia bergerak dengan arah utama dari barat ke timur dan
Makasar. Pada daerah pertemuan antara massa air Laut Jawa, laut Flores dan Selat Makasar
bagian selatan terjadi perubahan arus permukaan yang sesuai dengan pergerakan angin
Dari pola arus yang berhasil dipetakan terlihat bahwa Samudera Pasifik
menyumbang lebih banyak massa air ke perairan Selat Makasar dibanding Samudera Hindia.
Di Selat Makasar arus mengalir secara tetap sepanjang tahun menuju ke selatan dan dengan
kecepatan yang cukup. Kecepatan terendah terjadi pada bulan Desember , Januari dan Mei.
Sedangkan kecepatan tertinggi terjadi pada bulan Februari, Maret dan dari Juli sampai
Selama muson timur massa air dari Laut Flores bertemu dengan massa air yang
keluar dari Selat Makasar dan mengalir bersama ke Laut Jawa. Dalam kondisi demikian,
banyak massa air pada lapisan paras akan terangkat dan bergerak ke barat. Akibatnya timbul
ruang kosong di permukaan yang memungkinkan massa air lapisan bawah muncul untuk
cm/detik, maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa penaikan massa air (Up wlling) di daerah
ini tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem sirkulasi air (Illahude, 1970).
pasang dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia (Schiller, A., 2004). Jadi, pasang surut di
Pasang surut semi-diurnal (S-2), dengan jangka waktu 12,4 jam dan pasang diurnal
dengan jangka waktu 24,8 jam menyebabkan amplitudo terbesar. Berdasarkan data penelitian
Susanto et al. (2000) dan Ffield et al. (2000), pasang surut semidiurnal (S-2) dan diurdinal (S-
1) menguat selama kurun waktu dua minggu dengan amplitudo sekitar 0,50 m/s.
7.1.3 Gelombang
Berdasarkan data gelombang BMKG diketahui bahwa tinggi gelombang harian Selat
Sungai adalah tempat air mengalir secara alamiah membentuk suatu pola dan jalur
meliputi pembahasan tentang klasifikasi sungai yang didasarkan pada kandungan air yang
mengalir pada tubuh sungai sepanjang waktu. Pola aliran sungai dikontrol oleh beberapa
faktor seperti kemiringan lereng, kontrol struktur, vegetasi dan kondisi iklim.Tipe genetik
menjelaskan tentang hubungan arah aliran sungai dan kedudukan batuan. Dari hasil
pembahasan di atas maka pada akhirnya dapat dilakukan penentuan stadia sungai lokasi
survey.
pembagiannya. Berdasarkan sifat alirannya sungai dikelompokkan menjadi dua yaitu sungai
internal dan sungai eksternal. Sungai internal adalah sungai yang alirannya berasal dari
bawah permukaan seperti terdapat pada daerah karst, endapan eolian, atau gurun pasir;
sedangkan sungai eksternal adalah sungai yang alirannya berasal dari aliran air permukaan
yang membentuk sungai, danau, dan rawa. Berdasarkan kandungan air pada tubuh sungai,
debit airnya tetap/normal sepanjang tahun; sungai periodik adalah sungai yang kandungan
airnya tergantung pada musim, dimana pada musim hujan debit airnya menjadi besar dan
pada musim kemarau debit airnya menjadi kecil; sedangkan sungai episodik adalah sungai
yang hanya dialiri air pada musim hujan, pada musim kemarau sunganya menjadi kering
(Thornbury, 1969).
Berdasarkan klasifikasi tersebut sungai yang terdapat pada lokasi survey termasuk
dalam sungai eksternal dan berdasarkan kandungan airnya pada tubuh sungai termasuk dalam
sungai permanen. Pada umumnya, sungai pada lokasi survey bersifat permanen seperti pada
sungai Sesayap dengan lebar sungai 130 m sampai dengan 200 m, dimana sungai Sesayap
merupakan muara dari sungai-sungai kecil di pegunungan bagian Barat. Sungai-sungai ini
dialiri air sepanjang tahun dengan debit air yang mengikuti musim. Sungai-sungai ini
mengalir dari arah Barat lokasi survey ke arah Timur hingga bermuara di Laut Sulawesi.
Pola aliran sungai pada lokasi survey menyerupai cabang pohon yang dikenal dengan istilah
pola aliran dendritik. Pola aliran sungai pada lokasi survey menyerupai cabang pohon yang
dikenal dengan istilah pola aliran dendritik. Aliran sungai ini terdiri atas sungai Sesayap
sebagai sungai induk, dengan tiga cabang utama (sungai Sesayap Utara, Tengah dan Selatan).
Erosi yang terjadi pada sungai ini berupa erosi lateral yang membentuk penampang sungai
menyerupai huruf “U”. Tingkat sedimentasi tinggi, dengan ketebalan material sedimen
sekitar 50 – 100 cm berupa lumpur yang bercampur pasir. Berdasarkan data tersebut, stadia
terhadap aktifitas di sungai, salah satu contohnya adalah perencanaan bangunan di tepi
sungai. Selain itu, kedalaman menggambarkan bentuk relief /profil dasar sungai.
sounding, merupakan suatu kegiatan mengukur dan mengamati bentuk dasar perairan
sehingga tergambar dengan jelas elevasi atau topografi dasar sungai. Setelah dilakukan
sounding, data kedalaman perairan yang terekam oleh alat pengukur kedalaman sungai atau
echosounder, data tersebut selanjutnya ditransfer kekomputer untuk diolah. Hasil pengolahan
data kedalaman sungai ditunjukandalam bentuk peta batimetri atau peta kedalaman sungai.
keselamatan alur pelayaran. Selain itu, peta batimetri dapat juga digunakan untuk monitoring
pendangkalan (sedimentasi) khususnya di sekitar lokasi yang disounding untuk kurun waktu
tertentu dengan membandingkan hasil sounding berikutnya. Dengan adanya dua data
sounding pada waktu yang berbeda maka dapat dievaluasi tingkat sedimentasi relatif dan ini
penting mengingat pendagkalan sungai selain dapat menggangu kegiatan pelayaran, juga
Terkait dengan kegiatan survei batimetri (sounding) sungai di sekitar lokasi rencana
pembangunan terminal khusus pada lokasi terminal khusus kayu hutan tanaman industri PT.
Adindo Hutani Lestari, tepatnya berada yang di Desa Sepala Dalung, Kecamatan Sesayap
Hilir, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara maka selain diperlukan persiapan
Untuk memperoleh data hasil sounding yang akurat dan selama proses kegiatan
lancar, maka dalam kegiatan persiapan perlu dilakukan antara lain kalibrasi alat di lapangan
dengan membandingkan antara hasil pengukuran awal menggunakan papan duga (test) dan
alat yang akan dipakai, dimana jika terdapat selisih antar pengukuran manual dan alat
(echosounder) maka perlu dilakukan kalibrasi (koreksi). Selain itu, hal lain yang perlu
diperhatikan adalah melakukan setting alat dengan benar di dalam kapal motor dan
menentukan pola lintasan (alur) sounding. Pola lintasan kapal motor selama kegiatan
sounding umumnya kapal bergerak dari tepi ke tepi lokasi yang diukur, dimulai dari batas
bagian hilir ke batas bagian hulu atau sebaliknya. Agar data jauh lebih lengkap dan rapat,
lintasan kegiatan sounding selain kapal diarahkan dari tipe ke tepi, juga kapal di arahkan
untuk bergerak secara horizontal atau sejajar dengan garis (transek) atau jumlah transek
kapal saat sounding dilakukan seperti dapat dilihat pada skema berikut.
Gambar 3. Pola alur pengambilan data sounding yang di lakukan dalam rangka pembangunan
Terminal Khusus Kayu Hutan Tanaman Industri PT. Adindo Hutani Lestari yang
pembangunan terminal khusus PT. Adindo Hutani Lestari di Desa Sepala Dalung, Kecamatan
Sesayap Hilir, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara berikut ini disajikan beberapa
1. 1 unit Echosounder
5. 1 unit Compass
6. 1 unit Kalkulator
8. 3 jaket pelampung
Semua data peralatan sebelum dibawa ke lapangan terlebih dulu dilakukan preparasi
Selain peralatan tersebut di atas, unit-unit pelengkap alat ukur kedalaman sungai
yang lainnya seperti alat bantu transducer (sensor echosounder). Alat ini umumnya di pasang
di samping kapal dengan posisi berada di dalam air. Namun demikian alat tersebut
dimungkinkan dipasang tepat di atas permukaan air dengan di dalam kapal dengan bantuan
alat tambahan.
Dalam kegiatan ini, pemakaian kapal yang digunakan memiliki ruang yang cukup
luas agar peralatan lainnya (echosounder), power Accu dan alat lainnya dapat diatur dan
ditempatkan sedemikian rupa sehingga opeerator dapat bekerja dengan baik. Kapal yang
digunakan untuk kegiatan sounding memiliki mesin yang dapat memperthankan kecepepatan
konstan selama pengukuran berlangsung supaya sensor echosounder dapat berfungsi dengan
Selama pelaksanaan pengukuran, waktu (tanggal dan jam), kedalam sungai (m) dan
posisi bumi (koordinat) setiap titik kedalam perairan dicatat secara otomatis oleh alat yang
digunakan. Namun demikian, interval titik-titik pengukuran kedalam perairan itu sendiri
umumnya dilakukan secara manual dengan menekan tombol “mark” yang sekaligus pada saat
itu merekam kedalam perairan. Selain itu, dicatat kedalam letak posisi transducer di dalam
air.
kedalaman. Hal ini untuk mengetahui perubahan tinggi permukaan sungai dari waktu ke
waktu selama sounding dengan melakukan pemasangan dan pengamatan palem pusat (papan
duga/tidal scale). Data hasil pengukuran yang direkam oleh alat pengukur kedalaman perairan
selanjutnya diplotkan menjadi peta batimetri. Selain terlihat titik-titik kedalam perairan, pada
Tanaman Industri PT. Adindo Hutani Lestari yang berada di Desa Sepaladalung,
Gambar 5 Kapal dan perlatan sounding saat survey hidrografi sehubungan dengan rencana
Ruang kapal sounding yang cukup luas dapat mengakomodasi kegiatan sounding
dengan baik seperti terlihat pada gambar di atas. Namun demikian, kapal yang terlalu besar
memiliki kesulitan manuveur ketika kapal diperlukan untuk melakukan zig-zag. Selain itu
Gambar 6 Lokasi Pinggiran/Tepi dan Wilayah Perairan Yang Di Sounding Sekitar Rencana
Pembangunan Terminal Khusus Kayu Hutan Tanaman Industri PT. Adindo
Hutani Lestari yang berada di Desa Sepaladalung, Kecamatan Sesayap Hilir,
Kabupaten Tanah Tidung, Provinsi Kalimantan Utara.
Gambar 7 Echosounder dan GPS (Global Positioning System) serta Accu yang Dipergunakan
Khusus Kayu Hutan Tanaman Industri PT. Adindo Hutani Lestari yang
terhadap aktifitas di sungai, salah satu contohnya adalah perencanaan bangunan di tepi
sungai. Selain itu, kedalaman menggambarkan bentuk relief /profil dasar sungai.
Bentuk alur sungai yang melewati Sepaladalung merupakan alur sungai yang
menikung dan letak lokasi studi yakni Sepaladalung berada di sisi tepi sungai bagian selatan.
Kedalaman alur sungai adalah bervariasi dari tepi sungai hingga ke tepi sungai sebelahnya
yakni berkisar antara 1 – 16 meter pada kondisi muka air rata-rata. Kedalaman akan
berkurang seiring dengan turunnya permukaan pada posisi air surut terendah yakni mencapai
13,9 meter.
mencapai 16 meter pada kondisi muka air rata – rata atau 13,9 meter LLWL (pada kondisi air
surut terendah) yang membentuk sebuah lubang cekungan menyerupai mangkok di dasar
sungai. Jarak kedalaman tersebut dari tepi sungai adalah sekitar 76 meter dari tepi sungai.
Sedangkan kedalaman 7,5 meter MSL atau sekitar 5,2 meter LLWL berada pada jarak yang
Kondisi kedalaman pada alur sungai umumnya membentuk alur cekungan dasar
sungai dengan profil yang curam dan landai. Rata – rata kedalaman yang lebih besar berada
dekat dengan sisi tepi bagian selatan dan memperlihatkan karakteristik relief dasar laut
curam. Relief dasar sungai yang curam ditunjukkan dengan kontur kedalaman yang rapat.
Sementara keadaan kedalaman dasar sungai ke utara (ke arah seberang tepi sungai di utara)
menunjukkan kedalaman semakin berkurang dari 11 meter ke 5 meter dengan relief dasar
sungai yang datar hingga landai. Relief dasar sungai yang datar hingga landai tersebut
Bentuk relief dasar laut daerah rencana diperlihatkan pada salah satu keadaan profil
Gambar 14 Profil dan Dasar Alur Sungai Sesayap Lokasi Terminal Khusus Kayu Hutan
Tanaman Industri PT. Adindo Hutani Lestari yang berada di Desa Sepala
Dalung, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tanah Tidung, Provinsi
Kalimantan Utara
7.4 Pasang Surut
Pasang surut merupakan gerak naik-turun permukaan laut secara teratur (periodik)
sebagai akibat gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Dibandingkan dengan bulan,
matahari memiliki ukuran (massa) jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran bulan, jarak
matahari terhadap bumi pun lebih jauh dibandingkan dengan jarak bulan terhadap bumi.
Namun demikian, naik-turunnya permukaan laut dipengaruhi oleh jarak antara planet
dibandingkan dengan ukurannya. Oleh karena itu, bulan yang jaraknya terhadap bumi jauh
lebih dekat memiliki peranan yang lebih penting dibandingkan matahari dalam
Pola dan tipe pasang surut di indonesia berbeda-beda, umumnya tipe pasang surutb
𝐾1+𝑂 1
dapat dilihat dengan nilai formzal, F= , dimana (tidal constants) sebagai berikut:
𝑀2+𝑆2
K1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya
O1 : ampitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya
tarik bulan
M2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya
tarik bulan
S2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya
tarik matahari
Penentuan tipe pasang-surut dapat dilihat dari nilai F dengan rentang nilai
0 < F ≤ 0,25 Semidiurnal Ditemukan 2 kali surut dan 2 kali pasang dalam
0,25 < F ≤ Mixed semidiurnal Ditemukan 2 kali surut dan 2 kali pasang dalam
, tidak sama
1,5 < F ≤ 3,0 Mixed diurnal Ditemukan satu kali surut dan satu kali pasang dalam
F > 3,0 Diurnal Ditemukan satu kali surut dan satu kali pasang dalam
sehari
dalam satu hari permukaan laut naik dua kali (pasang) dan turun dua kali (surut).
Secara sederhana, durasi pasang sarut (dua kali pasang dan dua kali surut) sekitar 24
jam, karena setiap periode pasang atau surut kurang lebih enam jam sekali. Oleh karena itu,
jam, tetapi dapat dilakukan kurang dari jumlah jam tersebut namun tergantung pada posisi air
saat pengamatan. Jumlah jam tersebut di atas dapat memberi gambaran rentang pasang-surut
correction untuk penyesuaian kedalaman perairan dalam kegiatan pemetaan kedalam laut
dan penetuan metode (teknik) atau cara pengukuran. Untuk keperluan tersebut, persiapan dan
metode pengamatan serta pengukuran pasang-surut diatas dapat diuraikan sebagai berikut.
b. Lokasi pengamatan yang dipilih merupakan tempat yang aman dan tempat yang
c. Usahakan lokasi pengamatan bukan lokasi yang cepat berubah sehingga lokasi
tersebut dapat dipergunakan sebagai referensi untuk pengukuran hal yang sama pada
d. Pada saat dilakukan pengamatan dan pengukuran naik-turun permukaan air, skala
e. Pemasangan papan duga/palem pasang surut di tempat yang telah ditentukan harus di
pasang dengan baik dan benar, karena papan duga tidak boleh berada di bawah
permukaan air/tenggelam saat pasang tinggi dan tidak berada di atas permukaan air
f. Catatlah angak skala pada papan duga tepat berada pada posisi yang sejajar dengan
tanda di tempat tersebut kedalam 0 (nol) meter, sehingga tempat dan kedalaman
tersebut dapat dijadikan sebagai Bench Mark (patokan pengamatan dan pengukuran
pasang surut pada waktu yang akan datang) yang diperlukan oleh pengguna.
Berikut ini disajikan beberapa gambar hasil kegiatan survei selama di lapangan saat
sounding perairan sekitar lokasi rencana pembangunan terminal khusus pada lokasi termina
Khusus kayu hutan tanaman khusus PT. Adindo Hutani Lestari yang berada di Desa Sepala
Dalung, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tanah Tidung, Provinsi Kalimantan Utara.
Perairan sungai sesayap di wilayah ini cenderung dipengaruhi oleh pasang-surut laut,
karena jarak dari laut cukup dekat yaitu sekitar ± 85,0 km.. Dengan demikian, fluktansi
permukaan sungai sesayap disekitar lokasi rencana pembangunan terminal khusus lebih
Gambar 9. Papan Duga (Tidal Scale) yang dipakai dalam pengamatan dan pengukuran
pasang surut sungai Sesayap dan kondisi papan duga pada malam hari saat
pada lokasi terminal khusus kayu hutan tanaman industry PT. Adindo Hutani
Lestari.
Perairan sungai sesayap di wilayah ini cenderung dipengaruhi oleh pasang-surut
laut, karena jarak dari laut cukup dekat yaitu sekitar ± 85 km.. Dengan demikian, fluktansi
permukaan sungai sesayap di sekitar lokasi rencana pembangunan terminal khusus lebih
Desa Sepala Dalung, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tanah Tidung, Provinsi
Kalimantan Utara. dalam rangka rencana pembangunan terminal khusus khusus PT. Adindo
Hutani Lestari maka telah dilakukan pengamatan dan pengukuran pasang-surut di lokasi
tersebut.
dilakukan pada hari sabtu, tanggal 07 February 2017 (14.30-23.00 Wita), hari minggu tanggal
08 February 2017 (00.00-23.30 Wita) hari senin, 09 February 2017 (00.00-23.30 Wita) dan
hari selasa, tanggal 10 February 2017 (00.00-10.00 Wita) pengamatan dilakukan setiap 1 jam
sekali dimulai pada pukul 14.30 Wita pada hari pertama hingga pukul 15.00 Wita pada hari
terakhir. Dengan demikian pasang-surut permukaan sungai diamati selama 72 jam dengan
Pengamatan pasang-surut dimulai pada level muka air 1,9 m papan duga, sedangkan
batas surut (permukaan sungai terendah) dan batas pasang (permukaan sungai tertinggi)
selama pengamatan yaitu pada level papan duga -50 cm dan 342 cm. Dengan demikian
rentang pasang-surut selama pengamatan 72,0 jam sebesar 392 cm, suatu rentang pasang
surut yang termasuk besar. Oleh karena itu, hal ini dapat dismpulkan bahwa perairan sungai
Data pasang surut merupakan salah satu parameter yang penting dalam menentukan
alur pelayaran dan perairan pelabuhan, dan sebagainya. Elevasi puncak bangunan didasarkan
pada elevasi muka air pasang, sedang kedalaman alur dan perairan pelabuhan berdasar muka
air surut. Elevasi muka air rencana ditetapkan berdasar pengukuran pasang surut dalam
periode waktu yang panjang. Informasi pasang surut yang diperoleh mengacu pada hasil
pengukuran pasang surut selama 3 hari di lokasi rencana Sepaladalung berupa kondisi tipe
pasang surut, dan keadaan muka air rata – rata harian. Selain itu, keadaan pasang surut untuk
perairan laut yakni di perairan Tarakan yang diperoleh dari Badan informasi Geospasial pada
Keadaan pasang surut di perairan Tarakan pada bulan Februari 2017 sebagaimana
pada gambar.
Berdasarkan data pasut dari BIG tersebut, selanjutnya dilakukan pengolahan data
dengan metode admiralty untuk mendapatkan 9 konstanta harmonis pasang surut untuk
So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
Amplitudo (cm) 321 104 64 19 22 13 7 6 17 7
G 201 231 208 280 267 576 243 231 280
Berdasarkan konstanta harmonik pasang surut di atas, karakteristik pasang surut baik
tipe maupun tunggang pasang surut dan elevasi muka air laut maksimum, rata-rata saat
Pada umumnya sifat pasut di suatu perairan ditentukan dengan menggunakan rumus
F = Nilai Formzahl
dimana :
Hasil analisa formzahl tersebut di atas, diperoleh nilai F dari pasang surut adalah
0,21, yang berarti tipe pasang surutnya adalah cenderung ke harian ganda (semi diurnal),
yang dicirikan dengan terjadinya air pasang dan surut dominan dua kali sehari.
Tunggang pasang surut (tidal range) terbesar adalah sekitar 3,56 meter, tunggang
pasang surut rata-rata saat pasang purnama adalah 2,84 meter, dan saat pasang perbani adalah
0,63 meter.
MHHWN (Mean Highest High Water Neap), MSL (Mean Sea Level), MLLWN
(Mean Lowest Low Water Neap), MLLWS (Mean Lowest Low Water Spring),
Hasil pengukuran pasang surut selama 3 hari di lokasi studi yakni sungai Sesayap
menunjukkan adanya persamaan tipe pasang surut namun perbedaannya adalah pada
Gambar 13 Grafik Pasang Surut Hasil Pengukuran di sungai Sesayap Lokasi Terminal khusus
Kayu Hutan Tanaman Industri PT. Adindo Hutani Lestari yang berada di Desa
sepaladalung relative tetap terhadap pasang surut tarakan seiring mendekati air pasang besar
Gambar 14 Grafik Perbandingan Tunggang Pasang Surut Harian di sungai Sesayap Lokasi
Terminal khusus Kayu Hutan Tanaman Industri PT. Adindo Hutani Lestari yang
Pengukuran aspek hidrografi arus sungai merupakan satu diantara faktor penting
yang dapat dijadikan pertimbangan di dalam perencanaan suatu kegiatan untuk suatu
pembangunan di sekitar wilayah perairan. Arus merupakan bagian aspek hidrografi yang
dapat menyebabkan erosi daratan bantaran sungai, bahkan abrasi pantai yang disebabkan oleh
gelombang, arus tetap memberikan kontribusi pengaruhnya yang cukup besar. Oleh karena
itu, agar kegiatan pelayaran kapal di suatu perairan sungai atau laut dapat berjalan dengan
baik dan lancar, maka pola dan kekuatan arus perlu diamati dan diukur dengan baik dan
benar. Terkait dengan rencana pembangunan terminal khusus, arus mempunyai pengaruh
penting dalam peletakkan posisi tiang pancang agar dapat diperhitungkan gaya yang akan di
PT. Adindo Hutani Lestari yang berada di Desa Sepala Dalung, Kecamatan Sesayap Hilir,
kedalaman perairan yang diukur. Baling-baling (Impeller) alat pengukur arus (current meter)
secara otomatis akan menghadap datangnya arus air. Tiga strata kolom perairan yang diukur
yaitu bagian permukaan sungai, bagian tengah sungai dan sekitar bagian dasar sungai. Alat
ukur arus yang dipergunakan FL03 current flow watch meter, buatan Swiss tahun 1990.
Gambar 15. Baling-baling alat pengukur arus FL03 current flow watch meter yang dipakai
Khusus Kayu Hutan Tanaman Industri PT. Adindo Hutani Lestari yang berada
Terminal Khusus Kayu Hutan Tanaman Industri PT. Adindo Hutani Lestari
yang berada di Desa Sepala Dalung, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tanah
Hasil pengamatan dan pengukuran kecepatan arus sungai yang dilakukan di sekitar
lokasi rencana pembangunan terminal khusus PT. Adindo Hutani Lestari disajikan pada tabel
berikut ini. Tabel tersebut menunjukkan data hasil pengukuran selama survei hidrografi
dilakukan, yaitu di sungai Sesayap, sekitar lokasi pembangunan terminal khusus di Desa
Sepala Dalung, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tanah Tidung,, Provinsi Kalimantan
Utara.
(lapisan) sungai yaitu bagian permukaan, bagian tengah dan bagian dasar sungai dapat
Va = (Vs + Vm + Vb)/3
Dimana:
Tabel 3. Waktu, titik pengukuran dan hasil pengukuran kecepatan arus di lapangan
(09/02/2017) sekitar lokasi terminal khusus kayu tanaman industri khusus PT.
Adindo Hutani Lestari yang berada di Desa Seludau, Kecamatan Sesayap
Keterangan
Koordinat Kolom Kecepatan Arus Kedalaman Temperatur
No (Jam)
504714 mT; 1 0.2 B 27.3
1 397474 mU 1 0.2 T (9 m) 27.2
1 0.2 A (1 m) 27.3
504257 mT; 2 0.3 B 27.2 (9:45:00)
2 398086 mU 2 0.4 T (6 m) 27.3
2 0.4 A (1 m) 27.3
503973 mT; 3 0.3 B (8 m) 27.3 (9:55:00)
3 398279 mU 3 0.4 T (4 m) 27.3
3 0.5 A (1 m) 27.5 (10:00:00)
503631 mT; 4 0.6 B (7 m) 27.2 (10:04:00)
4 398454 mU 4 0.6 T (3,5 m) 27.3 (10:06:00)
4 0.7 A (1 m) 27.4 (10:08:00)
Sumber : Hasil Analisis 2017
Secara keseluruhan, kecepatan arus sungai hasil pengukuran di lapangan mulai dari
permukaan hingga dasar sungai berkisar antara 0,2 sampai 0,7 m/det, 0,2 sampai 0,6 m/det
dan 0,2 sampai 0,6 m/det secara berturut-turut. Keadaan kecepatan arus tersebut,
menunjukkan kisaran kecepatan antara strata kedalaman dalam range yang tidak jauh
berbeda. Berdasarkan tabel kategori kekuatan arus yang disajikan di bawah ini, kecepatan
arus hasil pengukuran di sekitar lokasi studi termasuk arus yang berkekuatan ‘ Lemah hingga
sedang”.
Dilihat dari data tabel di atas dan untuk menilai di bagian sungai mana kecepatan
arus yang yang terkuat diantara strata kolom sungai yang diukur (bagian permukaan, tengah
atau dasar sungai), menurut angka kisaran tersebut di atas menunjukkan kurang lebih sama.
Begitu pun, jika dilihat dari kecepatan arus yang tinggi, ketiga bagian tersebut menunjukkan
hampir sama. Walaupun angka kecepatan arus disemua kolom sungai kurang lebih sama,
namun jika dilihat secara rinci, arus yang terendah terjadi di kolom sungai bagian tengah.
Berdasarkan tabel kategori kekuatan arus yang disajikan di bawah ini, kecepatan arus hasil
pengukuran di sekitar lokasi rencana pembangunan terminal khusus khusus PT. Adindo
Hutani Lestari yang berada di Desa Sepala Dalung, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten
Tanah Tidung, Provinsi Kalimantan Utara. termasuk arus yang berkekuatan “Lemah”.
Lokasi Studi merupakan daerah yang berada di tepi sungai Sepaladalung sehingga sangat
dipengaruhi oleh kondisi hidrologi sungai seperti arus dan debit sungai. Keadaan kecepatan
arus yang berfluktuasi dalam setiap waktu menyebabkan adanya perbedaan jumlah debit air
yang melewati sungai. Hal ini terkait dengan naik turunnya permukaan sungai oleh pengaruh
pasang surut. Dalam pengukuran arus sungai dilakukan saat air mendekati surut hingga surut
Olehnya itu, pengamatan arus di lakukan pada lokasi menurut ruang di sungai pada
satu stasiun utama dan terdiri dari 5 substasiun untuk setiap stasiun utama. Dan setiap
substasiun dilakukan pengukuran arus pada tiga tingkatan kolom air yakni di lapisan bawah,
tengah, dan atas. Hasil pengamatan dan pengukuran kecepatan arus sungai yang dilakukan di
sekitar lokasi rencana pembangunan terminal khusus disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Keadaan fluktuasi arus dan debit sungai Sesayap Lokasi Terminal khusus Kayu
Hutan Tanaman Industri PT. Adindo Hutani Lestari yang berada di Desa Sepala
surut. Kecepatan Arus Tertinggi mencapai 0,633 m/detik yang melewatkan debit sungai
sebesar 1678 m3/det. Kecepatan arus terendah mencapai 0,200 m/detik yang melewatkan
debit sungai sebesar 1486 m3/detik. Kecepatan arus rata – rata untuk sungai di lokasi studi
adalah 0,400 m/detik dengan rata-rata debit sungai yang lewat adalah 4954,8 m3/detik.
Keadaan Pasang Surut berpengaruh terhadap pembangkitan arus di sekitar pantai. Hal
ini terindikasi dengan adanya perbedaan arah dan kecepatan arus dalam setiap jamnya yang
seiring dengan naik turunnya permukaan air laut (pasang surut). Keterkaitan antara pasang
surut dengan arah dan kecepatan arus sebagaimana pada gambar 24 Dan 25
Gambar 18. Kondisi Arah Arus menurut Waktu dan Pasang Surut
Gambar 19. Kondisi Kecepatan Arus terhadap waktu dan Pasang Surut
Berdasarkan gambar 24 dan 25, memperlihatkan kondisi arah dan kecepatan arus, serta
kondisi air pasang surut. Dari gambar tersebut, menunjukkan bahwa kecepatan arus yang
melewati perairan daerah rencana berfluktuasi dengan arah arus yang bervariasi seiring
dengan naik turunnya permukaan air oleh debit sungai dan pasang surut.
Arah arus dalam pengukuran selama 25 jam menunjukkan pola aliran dalam dua arah.yang
mengikut pola pasang surut. Dalam beberapa waktu yang berurutan menunjukkan
kecendrungan arah arus yang tidak jauh berbeda. Seiring dengan perubahan pola pasang
surut, keadaan arah arus juga berubah. Sebagaimana analisis pasang surut menunjukkan tipe
pasang surut perairan Tarakan adalah tipe campuran cenderung ganda. Pada kondisi air
menuju surut yang terjadi dua kali sehari memperlihatkan kecendrungan arah arus menuju
timur laut (23 - 24o). Pada kondisi air menuju pasang terjadi arus cenderung menuju ke barat
Keadaan kecepatan arus dalam setiap waktunya menunjukkan fluktuasi sesuai dengan
keadaan pasang surut pula. Kecepatan arus meningkat saat keadaan saat air menuju pasang
dan saat menuju surut dengan kecepatan berkisar antara 0,25 – 0,64 meter/detik. Dan saat air
Berdasarkan arah dan kecepatan arus tersebut memperlihatkan kecendrungan mengikuti pola
pasang surut dengan fluktuasi kecepatan arus di setiap jamnya. Hal ini disebabkan oleh
perairan di lokasi studi merupakan sungai yang masih dipengaruhi pasang surut.
Analisis terhadap distribusi frekwensi arah dan kecepatan arus sebagaimana pada
tabel 7
Berdasarkan tabel 7, menunjukkan frekwensi kecepatan arus terbanyak pada kisaran 0,25 –
0,50 m/det sebanyak 44,0%, dan kecepatan arus tersedikit adalah 0,05 – 0,10 m/det sebesar 12%.
Arah arus umumnya dua arah yang didominasi oleh arus ke timur laut sebanyak 64%. Sebaran arus
diperlihatkan secara detail sebagaimana pada diagram current rose dalam gambar 26