Anda di halaman 1dari 17

LO SKEN 5

1. Anat
2. Histo
3. Fisio
4. Telinga Luar
a. Otitis eksterna
b. Serumen prop
c. Fistula preauricular
d. Keratolisis obliterans
e. Keratolisis obsturans
5. Telinga Tengah
a. Otitis Media Supuratif
- OMA
- OMK
b. Non supuratif
- Otitis Media serosa
- Otitis media adhesive
c. Mastoiditis
d. Perforasi membrane timpani
e. Meningitis gulosa
f. Tuba kataralis
6. Telinga dalam
a. Labirintis
b. Otosklerosis
c. Presbikusis
d. Tuli
- Kongenital
- Sensorineural
- Konduktif

KERATOSIS OBLITERANS
Keratosis obliterans adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan epitel liang
telingaluar. Keratosis obliterans jarang terjadi. Biasanya secara kebetulan ditemukan oleh
pemeriksadalam pemeriksaan otoskopi. Keratosis obliterans biasanya ditemukan secara
bilateral dan dapatdisertai dengan bronkiektasis dan sinusitis kronis
Etiologi :
- Tidak ada penyebab pasti
- Dapat disebabkan oleh hyperemia kronis yang meningkatkan desquamasi dari keratin
dan pembentukan epidermal debris
- Dapat disebabkan oleh broncheotracheosinusitis yg merupakan suatu reflex system
nervus simpatik pada glandula serumen yang menyebabkan hyperemia dan keratin
yang berkembang
- Dapat pula disebabkan kesalahan migrasi epitelium akibat virus
Patofisiologi
 terdapat suatu radang kronis di dalam subepithelial jaringan dan ini adalah
yang bertanggung jawab terhadap hyperplasia epithelium dan akumulasi keratin di
dalam saluran eksternal liang telinga
 Tidak ada radang dalam lapisan kulit saluran eksternal. Mungkin ada kaitan dengan
keturunan/ adanya enzim yang belum dikenali yang bertanggung jawab untuk
separasi lapisan keratin
Gambaran Klinis
 Bilateral sering pada anak; Unilateral pada orang dewasa
 Mengenai umur muda kurang dari 40 tahun
 Akut
 Kehilangan pendengaran secara konduktif
 Kadang-kedang otorrhea
 Penebalan tympani karena desakan dari keratin
 Pelebaran saluran telinga
 Pada uji histoPA keratin berbentuk lamellar seperti daun
Pmx
 Otoskopi untuk melihat adanya penumpukan keratin
 Audiogram untuk melihat conductive hearing loss
 HistoPA
 CT untuk mengevaluasi kelainan jaringan lunak dari saluran liang telinga luar
Terapi
Penyakit ini biasanya dapat di kontrol dengan melakukan pembersihan liang telinga
secara periodic, misalnya setiap 3 bulan. Pemberian obat tetes telinga dari campuran alcohol
ataugliserin dalam peroksida 3 %, 3 kali seminggu sering kali dapat menolong

OTITIS MEDIA ADHESIVE


definisi
 Otitis media adhesiva adalah keadaan terjadinya jaringan fibrosis di telinga tengah
sebagai akibat proses peradangan yang berlangsung lama sebelumnya.
 Ditandai dengan adhesi komplit maupun parsial antara bagian membrana tympani
pars tensa yang atrofi dan tertarik dengan dinding medial dari telinga tengah.
Klasifikasi
 Stadium 1: mencakup telinga tengah, mastoid, atau keduanya, tanpa gangguan fungsi
sekunder akibat perubahan adhesi (misalnya gangguan pendengaran). Telinga tengah
masih teraerasi.
 Stadium 2: mencakup telinga tengah (dengan atau tanpa keterlibatan mastoid),
disertai gangguan pendengaran ringan akibat sekunder dari proses adhesi patologis,
misalnya keterlibatan rantai osikular, keterbatasan komplians membrana tympani,
atau keduanya. Telinga tengah masih teraerasi.
 Stadium 3: Sama dengan stadium 2, namun dengan gangguan pendengaran maksimal
akibat sekunder dari proses patologis osikular. Tidak terdapat ruang di telinga tengah.
Kedua kondisi tersebut akibat perluasan dari otitis media adhesiva.
Patpfisiologi
Alergi, infeksi, pembedahan, Cedera
Kerusakan pada mukosa
trauma, disfungsi tuba endotel
telinga tengah
eustachius, dsb. vaskular

Eksudasi dari
Polimer fibrin + faktor Fibrinogen + trombin → semua komponen
koagulasi → menjadi monomer fibrin yang darah (fibrinogen,
insoluble dapat terpolimerisasi plasminogen, dan
fibronectin)

Polimer fibrin yang


insoluble + protein
berukuran besar
Fibrin
(fibronectin) → matriks olisis
gel fibrin

gejala klinis
Pendengaran berkurang dengan adanya riwayat infeksi telinga sebelumnya, terutama
diwaktu masih kecil.
•Otitis adhesiva inaktif :
timbul sebagai bentuk tenang selama bertahun-tahun
tanpa adanya kerusakan, dan sedikit ketulian jika ada, insersi pipa
ventilasi di anterior membran mampu mengendalikan situasi
tersebut.

•Otitis adhesiva aktiv :


terjadi infeksi dan osteitis lokal pada caput incus dan stapes,
dengan erosi tulang dan terbentuk jaringan granulasi. Pada kondisi
ini pasien biasanya mengeluh keluarnya otore yang sering berdarah

diagnosis
 Pemeriksaan otoskopi gambaran membran tympani dapat
bervariasi mulai dari sikatriks minimal, suram sampai retraksi
berat, disertai bagian-bagian yang atrofi atau “timpanosklerois
plaque”
 Pemeriksaan audiometri dapat dilakukan untuk menilai jenis dan derajat gangguan
pendengaran.
Tatalaksana
 Penanganan terbaik untuk otitis media adhesiva adalah pencegahan.
 Ventilasi berkala pada telinga tengah dan mastoid sebelum terjadi adhesi dapat
mengembalikan membran tympani ke kondisi normal, serta mencegah kerusakan
osikular.
 Pengobatan dengan tetes telinga antibiotik dan steroid dapat mengecikan bahkan
menghilangkan polip dan memperbaiki kondisi.
 Indikasi operasi pada otitis media adhesiva adalah kasus dengan perforasi membrane
tympani, dengan atau tanpa polip, granulasi atau otore, kasus-kasus dengan kantong
retraksi yang terinfeksi luas menyebabkan sering otore, atau kasus dengan tuli
konduktif akibat erosi rantai osikular.
prognosis
 Apapun pilihan penanganan yang diambil, ada kecenderungan untuk menetap dan
terjadi rekurensi, dengan erosi incus bagian bawah.
 Hal yang sama dapat timbul juga di pars flaksid.
 Otitis media adhesiva pada kedua lokasi tersebut dapat berkembang menjadi
kolesteatoma.

LABIRINTIS

Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan ini dapat ditemukan
sebagai bagian dari suatu proses sistemik atau merupakan suatu proses tunggal pada labirin
saja. Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intra temporal dari radang telinga
tengah. Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba vertigo, muntah dan hilangnya
pendengaran harus waspada terhadap timbulnya labirinitis supuratif.
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general),
dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis
sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja. Labirinitis terjadi
oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu
labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi
labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi
labirin, sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan
infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang juga diperlukan drainase nanah dari labirin untuk
mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan
kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.

Schuknecht (1974) membagi labirinitis bakteri atas 4 stadium:


 Labirinitis akut atau toksik (serous) yang terjadi sebagai akibat perubahan kimia di
dalam ruang perilimf yang disebabkan oleh proses toksik atau proses supuratif yang
menembus membran barier labirin seperti melalui membran rotundum tanpa invasi
bakteri.
 Labirinitis akut supuratif terjadi sebagai akibat invasi bakteri dalam ruang perilimf
disertai respon tubuh dengan adanya sel-sel radang. Pada keadaan ini kerusakan
fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan irreversible.
 Labirinitis kronik supuratif yaitu terlibatnya labirin oleh bakteri dengan respons
inflamasi jaringan sudah dalam waktu yang lama. Keadaan ini biasanya merupakan
suatu komplikasi dari penyakit telinga tengah kronis dan penyakit mastoid.
 Labirinitis fibroseus yaitu suatu respons fibroseus di mana terkontrolnya proses
inflamasi pada labirin dengan terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari
ruangan labirin dengan terbentuknya kalsifikasi dan osteogenesis. Stadium ini disebut
juga stadium penyembuhan.
TULI PERSEPTIF/SENSORINEURAL

Gangguan pendengaran berupa berkurangnya pendengaran dikarenakan kelainan pada


telinga tengah , Nervus vestibulochohlear( N. VIII) atau pada proses sentral diotak
ETIOLOGI
 Periode prenatal
1. Faktor genetik
2. Bukan faktor genetik
Terutama penyakit-penyakit yang diderita ibu pada kehamilan trimester pertama
minggu ke 6 s/d 12 yaitu pada saat pembentukan organ telinga pada fetus.
Penyakit-penyakit itu adalah rubella, morbili, diabetes mellitus,nefritis, toksemia
dan penyakit-penyakit virus yang lain
Obat-obatan yang digunakan waktu ibu mengandung seperti salisilat, kinin,
talidomid, streoptomisin.
 Periode perinatal
Penyebab ketulian disini terjadi waktu ibu sedang melahirkan, misalnya
trauma kelahiran dengan memakai forseps, vakum ekstraktor, letak-letak bayi
yang tidak normal juga pada ibu yang mengalami toksemia gravidarum.
 Periode postnatal
1. Penyebab yang berupa faktor genetik atau keturunan misalnya pada penyakit
familiar perception deafness.
2. Penyebab yang bukan berupa faktor genetik atau keturunan
a. Pada anak-anak:
- Penyakit-penyakit infeksi pada otak, misalnya meningitis dan ensefalitis
- Penyakit infeksi umum : morbili,varisela,parotitis(mumps), influenza,
demam tipoid,pneumonia,pertusis,difteri.
- Pemakaian obat-obat ototoksik pada anak-anak
b. Pada orang dewasa
- Kolesterol yang tinggi
- Gangguan pada pembuluh-pembuluh darah koklea dalam bentuk
perdarahan, spasme (iskemia), emboli dan trombosis
- Diabetes mellitus
- Penyakit-penyakit ginjal karena mengalami gangguan ekskresi obat-obat
yang dipakainya.
- Influenza oleh virus
- Obat-obat ototoksik, masalnya dihidrostreptomisin, salisilat, kinin,
neomisin, gentamisin, arsenic, antipirin, atropine, barbiturate, tibium.
- Defisiensi vitamin
- Trauma akustik
- Faktor alergi, diduga terjadi suatu gangguan pembuluh darah pada
koklea.
- Presbikusis
- Tumor, akustik neurinoma
- Penyakit meniere
- Trauma kapitis
 etiologi dapat juga dibagi berdasarkan :
 konginental
- Aplasia kokhlea
- Kelainan kromosom
- Kolesteatom conginental

 Didapat

1. Proses inflamasi ;
 Labiryinitis
 Mumps
 Meningitis
 Measles
 Syphilis
2. Obat – obatan yang bersifat ototoxic:
 Aminoglikosid ( tersering :tobramycin )
 Loop diuretic ( tersering : furosemid)
 Antimetabolik ( methotrexate)
 Salisilat ( aspirin )
3. Trauma Rudapaksa/kecelakaan yang dapat mengakibatkan rupture labirin atau
komosio labirin.
4. Operasi : karena kurang hati-hatinya operatorpemakaian alat : bor frekuensi
tinggi.
5. Noise induce ( trauma suara ): sering terpapar dengan suara yang keras dalam
waktu yang lama (>90 db) dapat menyebabkan SNHL
6. Factor usia ( presbyacusis)
7. Tuli tiba – tiba ( sudden hearing loss) bias disebabkan oleh :
- Idiopatic
- Pembuluh darah yang Iskemic di telinga dalam
- Fistula perilimfa : yang biasanya disebabkan karena rupturnya
tingkap lonjong atau bulat yang berakibat pada bocornya perilimfe.
8. Autoimun : seperti Wegener's granulomatosis
9. Tumor
 acustik neuroma (Vestibular schwannoma)
 tumor sudut "cerebellopontine"
 Meningioma
10. penyakit lain
- penyakit meniere sebabkan tuli perspektif nada rendah ((125 Hz to 1000 Hz)
- measles( jika terjadi kerusakan pada saraf pendengaran )
- fetal alkohol syndrom ( efek ototoxic)
- otitis media supurativ kronik yang berlanjut penyakit sistemik kronik yang
lain
- diabetes

PATOFISIOLOGI
mekanisme terjadinya tuli perseptif tergantung pada faktor penyebab penyakit yang
menimbulkan :(
1. presbikus
pada kasus ini terjadi perubahan struktur coklea dan Nervus akustic , berupa atrofi
dan degenerasi sel – sel penunjang organocorti , disertai perubahan vaskuler pada
stria vaskularis , dimana jumlah dan ukuran sel – sel ganglion dan saraf berkurang .
2. Tuli akibat bising ( noise induced
tuli yang terjadi diakibatkan oleh bising dengan intensitas 85db atau lebih yang
mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran corti di telinga dalam terutama
yang berfrekuensi 3000 -6000 Hz
3. Tuli mendadak
penyebab paling sering dari tuli mendadak ini adalah iskemia koklea yang berakibat
pada degenerasi yang luas pada sel – sel ganglion stria vasikularis dan ligamen spiral.
Yang kemudian diikuti dengan pembentukan jaringan ikat dan penulangan . Pada
kasus ini kerusakan sel rambut yang terjadi tidaklah luas dan membran basal jarang
terkena
4. Tuli akibat obat -obatan yang ototosik
seperti aminoglisida obat ini menyebabkan tuli yang biasanya bersifat bilateral dan
bernada tinggi dikarenakan hilangnya sel rambut pada putaran basal
koklea.sedangkan obat – obat deuretik menyebabkan tuli yang sebagian besar
bersifat sementara dengan cara menyebabkan perubahan komposisi elektrolit cairan
dalam endolimfe.
5. Penyakit Meniere
Tuli yang terjadi adalah tuli nada rendah , disebabkan karena adanya hidrops
endolimfa pada koklea dan vesbulum.hidrops ini dapat disebabkan karena :
- meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
- berkurangnya tekanan osmotik didalam kapiler , dan meningkatnya tekanan
osmotik extrakapiler
- jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat , sehingga terjadi penimbunan
cairan endolimfa
hal – hal tersebut menyebabkan pembengkakan pada skala media yang dapat
berakibat pada ruptrunya membran Reisner dan terjadilah percampuran cairan
endolimfe dan perilimfe
6. Neuroma Akustik
pada kasus ini terdapat tumor jinak yang membungkus saraf kedelapan yang
berakibat pada tuli sensorineural yang unilateral, dengan gejala mula – mula
ringan .Tumor ini menyebabkan gangguan pendengaran dengan cara menghancurkan
saraf – saraf saluran telinga dalam

PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Pemeriksaan pendengaran dapat dilakukan dengan cara :(2)
1. Tes penala
2. Tes berbisik
3. Audiometri nada murni
Secara fisiologis telinga dapat mendengar nada antara 20 – 18.000 Hz . untuk
pendengaran sehari – hari paling efektif 500 – 2000 Hz
 Tes penala (2)
Dengan menggunakan garputala frekuensi 512, 1024, 2048 Hz , pemeriksaan ini
bersifat kualitatif .

Tes Rinne Tes Weber Tes Swabach Diagnosis


Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan peeriksa Normal
Negatif Lateralisasi ke telinga yang Memanjang Tuli
sakit konduktif
positif Lateralisasi ke telinga yang Memendek Tuli saraf
sehat
Cat : pada tuli konduktif < 30 db rinne masih bisa positif

 Tes Berbisik
Bersifat semi kuantitatif. Digunakan ruangan minimal 6 meter . nilai normal tes
berbisik : 5/6 – 6/6
 Audiometri nada murni(2)
Alat yang digunakan disuebut audiometer , untuk pemeriksaan ini dipakai grafik
AC/ air conduktion /hantaran udara ( dibuat dengan garis lurus penuh , dengan
intensitas yang diperiksa : 125 – 8000 Hz ) , dan grafik BC/bone cunduktion/
hantaran tulang (dibuat dengan garis putus – putus , dengan intensitas yang
diperiksa : 250 – 4000 Hz ) untuk telinga kiri dipakai warna biru dan telinga kanan
warna merah.
 Interpretasi yang harus ditulis pada pemeriksaan audiogram :
a. Telinga mana yang mengalami kelainan
b. Apa jenis ketuliannya
c. Derajat ketulian
 Derajat ketulian ISO :
 0 – 25 dB : Normal
 26 – 40 dB : tuli ringan
 41 – 60 dB : tuli sedang
 61 – 90 dB : tuli berat
>90 : sangat berat
 Dikatakan Gap : apabila antara BC dan AC terdapat perbedaan lebih atau sama
dengan 10dB, minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan .
 Pemeriksaan masking pada pemeriksaan audiometri dilakukan jika terdapat
perbedaan hasil yang mencolok pada kedua telinga .oleh karena AC pada 45 dB
atau lebih dapat diteruskan ke tengkorak melalui telinga kontralateral ( yangtidak
diperiksa )maka pada telinga kontralateral diberi bising supaya tidak mendengar
bunyi pada telinga yang diperiksa.
 Interpretasi hasil:
- Pendengaran Normal : AC dan BC < 25 dB, dan Gap tidak ada
- Tuli sensorineural : AC dan BC > 25 dB, dan Gap tidak ada
- Tuli konduktif : BC normal , atau < 25 dB. AC > 25 db .
Ada Gap antara AC dan BC
- Tuli campur : BC > 25 dB ,
AC >BC . ada Gap
 Pemeriksan Audiologi Khusus
Digunakan untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea , terdiri dari
1. Audiometri khusus
Hal yang perlu dipahami :
- Rekrutmen : suatu fenonema , terjadinya peningkatan sensibilitas
pendengaran yang berlebihan diatas ambang dengar . Khas pada tuli koklea
Ket : pada pasien tuli koklea ,pasien ini dapat membedakan bunyi 1 dB ,
sedangkan orang normal baru dapat membedakan bunyi setelah 5 dB .pada
orangtua bila mendengar suara berlahan ia tidak dapat mendengar tapi jika
mendengar suara keras dirasikannya nyeri pada telinga.
- Kelelahan : merupakan adaptasi abnormal . Khas pada tuli retrocokhlear, saraf
pendenaran akan merasa lelah jika dirangsang terus menerus dan akan
kembali pulih jika beristirahat.
Jenis pemeriksaan :
1. TES SISI ( short increment sensitivity indek )
Untuk memeriksa tuli koklea dengan memanfaatkan fenonema
rekrutmen .
2. Tes ABLB ( alternate binaural loudness balance)
Cara : diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama
pada kedua telinga, sampai kedua telinga mencapai persepsi yang
sama, yangdisebut balance negatif , bila balans tercapai terdapat
rekuretmen positif .
3. Tes kelelahan ( tone decay )
4. Audiometri tutur
Pada pemeriksaan ini digunakan kata – kata yang telah disusun oleh
silabus .pasien diminta untuk mengulangi kata – kata yang didengar
melalui kaset tape recorder, pada tipe koklea pasien sulit membedakan
bunyi S,R,N,C,H,CH.sedangkan pada tuli retrokoklear lebih sulit lagi.
5. Audiometri bekessy
pemeriksaan adalah dengan menggunakan nada terputus – putus dan
terus menerus , bila ada suara masuk pasien memencet tombol

o Hasil :
- Tipe I : normal
Nada terputus dan terus menerus ( continue berimpit )
- Tipe II : tuli perseptif koklea
Nada terputus dan terus – menerus berimpit hanya
frekuensi 1000Hz
- Tipe III: tuli perseptif retrokohlea
Nada terputus dan terus – menerus berpisah.

2. Audiometri Objektif
Pada pemeriksaan ini pasien tidak harus bereaksi
Jenis audiometri objektif :
o Audiometri impedansi
Pada pemeriksaan ini diperiksa kelenturan membran timpani dengan
tekanan tertentu pada meatus acusticus externus .jika lesi dikoklea
ambang rangsang refleks stapedius menurun , sedanhkan pada lesi si
retrocoklear ambang itu naik.
o Elektrokokleografi
o Evoked response audiometry
Dikenal dengan BERA ( brainstem evoke pesponse audiometri) yaitu
suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi
N.VIII.
Prinsip : menilai perubahan potensial listrik diotak setelah
perangsangan sensorik berupa bunyi .
Pemeriksaan ini bermanfaat terutama pada keadaan yang tidak
mungkin dilakukan pemerikasaan pendengaran biasa seperti pada
bayi, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku , intelegensi
rendah , cacat ganda dan kesadaran menurun .

II.3.f DIAGNOSIS
Gambar 13. Algoritma SNHL
 Anamnesis
Pasien dengan ketulian sensorineural sering mengalami
- kesulitan untuk memahami pembicaraan dengan wanita dan anak-anak,
karena mereka berbicara dengan frekuensi yang lebih tinggi,
- mengalami masalah dengan kata-kata tertentu berkonsonan tinggi seperti ”f”,
”s”, atau ”th”
- sulit mengikuti pembicaraan ketika dua orang atau lebih bicara pada saat yang
sama
- sulit mendengar saat berada dalam lingkungan yang bising.
- Pada penurunan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara
percakapan biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang
tegang dibanding orang normal.
- Pada tuli sensorineural tipe koklear mempunyai sifat rekruitmen yang berarti
bahwa suara yang merangsang makin keras makin tidak tidak dimengerti arti
katanya.
- Sedangkan pada tipe retro koklear, bila dirangsang terus menerus akan cepat
menjadi lelah. Di dalam klinik dijumpai bila seseorang diajak bicara mula-mula
mendengar dengan baik tetapi lama kelamaan pendengarannya akan menurun.
- Terdapat tinitus biasanya nada tinggi sebagai suara yang mendering atau
menyiut -nyiut. Pada tinitus sensorineural, tinitus menjadi semakin berat dalam
lingkungan yang sunyi dimana tidak ada bunyi lain yang mengganggu. Pasien
sering kali mengeluhkan tinitus sangat mengganggu pada saat menjelang tidur
atau bangun tidur.(10)

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dengan otoskopi didapatkan kanal telinga luar maupun selaput
gendang telinga normal.
Tes fungsi pendengaran :

PENATALAKSAAN DAN PENCEGAHAN


tindakan pertama yang dilakukan adalah mengendalikan etiologi penyebab yang telah
diketahui,
 jika pasien berkerja pada tempat kerja yang bising maka diperlukan peralatan
pelindung dan harus membatasi paparan terhadap suara bising .alat pelindung dapat
berupa :
1. Sumbat telinga (earplugs/insert device/aural insert protector)
Dimasukkan ke dalam liang telinga sampai menutup rapat sehingga suara
tidak mencapai membran timpani. Sumbat telinga bisa mengurangi bising
s/d 30 dB lebih.
2.Tutup telinga (earmuff/protective caps/circumaural protectors)
Menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk mengurangi
bising s/d 40- 50 dB frekuensi 100 8000 Hz.
3. Helmet/ enclosure
Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi maksimum 35
dBA pada 250 Hz sampai 50 db pada frekuensi tinggi

 jika telah terjadi gangguan yang bersifat permanen maka dipertimbangkan untuk
memakai alat bantu dengar yang diimplantasi .
 Penanganan khusus pada anak – anak yang mengalami gangguan pendengaran sejak
lahir , karena ganguan pendengaran yang terjadi dapat menyebabkan ganguan
bicara..disini perlu dibedakan anak lahir tuli atau tuli sebelum dapat berbicara
.keduanya perlu belajar membaca suara (speech reading )dengan melihat gerakan
bibir .
 Pada tuli sebelum dapat berbicara perlu belajar/latihan mendengar (auditory
training). Di sini dapat pula penderita diberi alat bantu dengar bagi penderita
kekurangan pendengaran agar sisa-sisa pendengarannya dapat digunakan. Alat
bantudengar itu prinsipnya akan menaikkan intensitas (amplitudo) sehingga suara
akan lebih keras sehingga pendidikannya tidak perlu berteriak.
 Pengelolaan pendidikan penderita tuli perlu ditangani oleh ahli audiologi, speech
therapeutist, ahli psikologi dan pediatri.Karena anak tuli sering wataknya berubah
menjadi sering curiga, lekas marah (emosional). Sedang pada congenital hearing loss,
sering juga ada kelainan organ lain.
 Jika tuli disebabkan oleh obat – obatan yang bersifat ototoksi maka pemakaian obat
perlu dihentikan

Anda mungkin juga menyukai