Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS CARSINOMA SERVIX DI RUANG RAJAWALI 4A
RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Disusun oleh :

ALFIAN MUSA
G3A017217

STASE MATERNITAS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel
yang tidak dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara
satu dengan yang lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada
sifat sel kanker yang tidak pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu
kegagalan morfogenesis normal dan kegagalan difrensiasi normal, artinya
pertumbuhan kanker tidak dapat dikendalikan dan tidak pernah memperoleh
struktur normal serta fungsi khas jaringan tempat sel kanker tumbuh.
Menurut Guyton, Arthur C. Kanker merupakan suatu penyakit yang
menyerang proses dasar kehidupan sel, yang hampir semuanya menambah genom
sel (komplemen genetik total sel) serta mengakibatkan pertumbuhan liar dan
penyebaran sel kanker.
Penyebab perubahan genom ini adalah mutasi (perubahan) salah satu gen atau
lebih; atau mutasi sebagian besar segmen utas DNA yang mengandung banyak gen;
atau pada beberapa keadaan penambahan atau pengurangan sebagian besar segmen
kromosom. Setiap kanker mulai dengan sebuah sel. Kejadian apapun yang
mengalihkan sebuah sel normal menjadi sebuah sebuah sel kanker. Sel kanker tidak
menyerang massa sel, maskipun pada stadium akhir kanker, badan dapat
mengandung berbiliun sel kanker dan semuanya itu adalah keturunan sebuah sel
pendahulunya. Jadi semua sel kanker metastis maupun pada tumor merupakan
sebuah klon.
Pada makalah ini kami akan membahas tentang Kanker Serviks. Kanker
serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian
bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tahun 2003, WHO
menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena
jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker serviks (mulut
rahim) adalah penyakit pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh dunia,
kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari
Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun
penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-
tahun. Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan
perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian
akibat kanker serviks yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut,
keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan
sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat
pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaporkan asuhan keperawatan pada pasien Ca cervix
di Ruang Rajawali 4A RSUP Dr. Kariadi Semarang.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui anatomi dan sistem reproduksi pada wanita
b. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kanker Serviks
c. Untuk mengetahui tanda–tanda terkena Kanker Serviks
d. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Kanker Serviks
e. Untuk mengetahui stadium dari Kanker Serviks dan perkembangannya
f. Untuk mengetahui diagnosis dari Kanker Serviks
g. Untuk mengetahui cara mencegah kanker serviks
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien kangker serviks
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 2013; FKKP, 2013).

II. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual


Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

III. KLASIFIKASI PERTUMBUHAN SEL AKAN KANKERS SERVIKS


Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh
didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
3. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan
sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada
stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini
asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar
dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior
atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior
atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif
meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun
lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

Markroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

IV. GEJALA KLINIS


1. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat.
2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada
perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih
banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal
akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak
terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan
dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
VI. KLASIFIKASI KLINIS
 Stage 0: Ca.Pre invasif
 Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
 Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara
histopatologis
 Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
 Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
 Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
 Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

VII. TERAPI
1. Irradiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi
d. Kerentanan kandungan kencing
e. Diarrhea
f. Perdarahan rectal
g. Fistula vesico atau rectovaginalis
4. Operasi
h. Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
i. Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi
j. Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
6. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5
% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila
8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.
VIII. PATHWAY

Jika diperhatikan secara keseluruhan maka proses terjadinya Ca. Serviks dan masalah
keperawatan yang muncul dapat diperhatikan pada bagan berikut :
Faktor :

Prilaku Lingkungan
Sex aktif, paritas, personal higiene Polusi, onkonenik agent, virus, radiasi

Genetika
Keluarga yang menderita Ca,
keluarga dengan ambang

KANKER SERVIK

Kelemahan jaringan/ Peningkatan kadar Gangguan peran Gejala tidak nyata


dinding menjadi rapuh leukosit / kerusakan sebagai istri dan
nosiseptor / penekanan gangguan gambaran
pada dinding serviks diri Adanya berbagai
Perdarahan masif macam tindakan untuk
menegakkan diagnosa
Nyeri Gangguan gambaran
Anemia diri
Kecemasan
Gangguan perfusi Gangguan konsep diri
jaringan
IX. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
b. Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama,
alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
c. Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal
dan disertai keputihan menyerupai air.
d. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
e. Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat
ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang
menderita kanker.
f. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah,
berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama
kebersihan dari saluran urogenital.
g. Data khusus:
1. Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan
warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah
darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
2. Pemeriksaan penunjang
3. Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu
makan
c. Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan
intra servikal
d. Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya
pengetahuan tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
e. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam
penampilan terhadap pemberian sitostatika.

3. Perencanaan
Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervikal
Tujuan :
Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan
membaik :
Kriteria hasil :
a. Perdarahan intra servikal sudah berkurang
b. Konjunctiva tidak pucat
c. Mukosa bibir basah dan kemerahan
d. Ektremitas hangat
e. Hb 11-15 gr %
d. Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C,
RR : 18 - 24 X/mnt.
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
- Cek Hb
- Cek golongan darah
- Beri O2 jika diperlukan
- Pemasangan vaginal tampon.
- Therapi IV

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan.


Tujuan :
- Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan berat badan
- Porsi makan yang disediakan habis.
- Keluhan mual dan muntah kurang

Intervensi :
- Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
- Berika makan TKTP

- Anjurkan makan sedikit tapi sering


- Jaga lingkungan pada saat makan
- Pasang NGT jika perlu
- Beri Nutrisi parenteral jika perlu.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
Tujuan
- Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi
nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
- Intensitas nyeri berkurangnya
- Ekpresi muka dan tubuh rileks
Intervensi :
- Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
- Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
- Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
- Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri

Cemas yang b.d terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan te


Tujuan :
Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang
penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.
Kriteria hasil :
- Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
- Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
- Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.
- Sumber-sumber koping teridentifikasi
- Ansietas berkurang
- Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.
Tindakan :
- Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.
- Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara
mengentrol dirinya.
- Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego
yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi,
kurangnya sistem pendukung yang positif).
- Tunjukkan adanya harapan
- Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik
Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
Kriteria hasil :
- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
Intervensi :
- Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
- Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang
kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
- Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang
penyakitnya.
- Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati
hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan,
kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
- Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan,
penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk
mendiskusikan masa depan.
- Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara
profesional.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Fokus
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : C702866
Alamat : Purwosari Perbalan, Semarang Selatan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 03 Desember 2018
Tgl. pengkajian : 04 desember 2018
Diagnosa Medis : Ca Epidermoid Cervix Uteri Stadium II B

2. Biodata Penanggung Jawab


Nama : Tn. A
Umur : 46 th
Alamat : Purwosari Perbalan, Semarang Selatan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan : Suami

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Kurang napsu makan dan tidak bisa mengontrol BAK.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan ± 5 bulan lalu mengeluh nyeri pada bagian perut lalu
klien pergi ke RS panti Wiloso dan di diagnosis Ca Cervix untuk pertama
kalinya, klien kemudian di Rujuk Ke RSUP Dr.Kariadi Semarang. Klien
masuk di poliklinik Rawat jalan dan mengikuti program pengobatan
kanker. dari poli klien akan direncanakan program AL(after loading) II
pada tanggal 03 desember 2018 tetapi karena Hb dan leukositnya rendah
maka klien disuruh rawat inap untuk perbaikan kondisi.
Pada saat pengkajian pada tanggal 04 desember 2018 jam 09.00 didapatkan
klien mengeluh napsu makan berkurang, makan sehari 2 kali hanya bisa
menghabiskan ¼ saja dari porsi yang diberikan, klien mengatakan saat
melihat makanan langsung terasa kenyang, bila abis makan terasa mual (+),
muntah (-), klien mengatakan saat BAK tidak bisa dikontrol, klien sering
ngompol tanpa disadari, klien tdk mampu menahan BAK, karena sering
mengompol klien menggunakan popok.
c. Riwayat kesehatan dahulu
o klien mengatakan ± 4 tahun pernah dirawat di RS Ibu dan Anak
dikarenakan mengalami pendarahan pervaginaan diserta flek-flek
merah kehitaman, pusing dan badan lemas.
o Klien pasca ER 25 kali (28-09-18), pasca kemoterapi 2 kali, pasca Pro
AL 1 kali (19-11-18), klien pasca nefrotomi (24-10-18)
o Klien pernah dirawat di RS Panti Wiloso 5 bulan yang lalu, setelah
diperiksa ternyata klien didiagnosis Ca Cervix oleh dokter.
o Klien punya riwayat penggunaan alat kontrasepsi IUD (10 tahun
normal penggunaan) tetapi klien memakainya selama 13 tahun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang memilik riwayat
penyakit DM (-), Jantung (-), HT (-), Asma (-), TBC (-) dll.
e. Riwayat menstruasi
o Menarche : 14 tahun
o Siklus : 28 hari
o lama : 6 hari
o Keluhan : tidak ada
o Banyaknya : 2x ganti pembalut/hari
f. Riwayat perkawinan
o Usia menikah pertama kali : 21 tahun
o Berapa kali menikah : 1 kali
o Lama pernikahan : 24 tahun
g. Riwayat obstetri dan KB
No Tahun lahir Jenis KB Lama Keluhan saat KB
penggunaan
1 1995 Tidak KB - -
2 1998 Tidak KB - -
3 2002 IUD 13 tahun Perdarahan
h. Riwayat pengobatan
No Diagnosa medis Tahun Terapi
1 Perdarahan pervagina 2014 -
2 Ca Cerviks 2018 o Pasca ER 25x
o Pasca kemoterapi 2x
o Pasca nefrotomi
o Pasca simulator
o Pasca pro AL I (sekali)

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik, composmentis
b. Tanda-tanda vital
o Suhu : 36,4 °C
o TD : 110/70 mmHg
o RR : 20 x/m
o Nadi : 85 x/m
c. Pengukuran antropometri
Sebelum sakit : setelah dirawat :
o BB : 56 kg BB : 48 kg
o TB : 148 cm
o Lila : 27 cm
5. Pemeriksaan Penunjang (03 desember 2018)
Nama : Ny. S
No.Lab : 181202104
No.spesimen : E105
Pemeriksaa
Hasil Satuan Nilai Normal Ket.
n
Hematologi
Hemoglobin 11 g/dL 12.00 – 15.00 L
Leukosit 3.5 10^3/uL 3.6-11 L
Hematokrit 33.3 % 35-47 L
Eritrosit 3.71 10^6/uL 4.4 – 5.9
MCH 29.9 pg 27.00-32.00
MCV 89.7 fL 76.00-96.00
MCHC 33.3 g/dL 29.00-36.00
Trombosit 177 10^3/uL 150-400
RDW 14.1 % 11,60-14,80
MPV 9.8 fL 4.00 – 11.00
Kimia Klinik
Glukosa 73 mg/dL 80 – 160 L
Sewaktu
SGOT 27 u/l 15-34
SGPT 48 u/l 15-60
Kreatinin 1.0 Mg/dl 0.60-1.30
ureum 28 Mg/dl 15-39
Elektrolit
Natrium 140 mmoL/L 136-145
Kalium 3.7 mmoL/L 3.5-5.1
Klorida 107 mmoL/L 98-107
6. Diit yang diperoleh (TKTP)
a. Diet lunak 2100 kalori,
b. 70gr protein extra

7. Therapy
a. Dexametazone 3x2 tab/hari

i. Analisa Data
Hari/Tgl Data (DS dan DO) Problem Etiologi

Selasa, 04 DS : Resiko Faktor


desember  Klien mengatakan napsu makan Ketidakseimban psikologis
2018 berkurang gan nutrisi (keenganan
 Jika melihat makanan terasa kurang dari untuk makan
kenyang kebutuhan tubuh banyak)
 Klien mengatakan sedikit mual tapi
tidak muntah
 Klien mengatakan makan sehari
hanya 2x porsi tidak dihabiskan.
 Klien mengatakan terjadi penurunan
BB sebelum sakit/ setelah dirawat
(56kg/48 kg).

DO :
 klien tampak lemas
 Suhu : 36,4 °C
 TD : 110/70 mmHg
 RR : 20 x/m
 Nadi : 85 x/m
 hematokrit : 33.3 % (lower)
 Hb : 11 g/dl (lower)

DS : Inkontinensia Kerusakan
 Klien mengatakan tidak bisa urine berlanjut kontraksi
menahan kencing otot detrusor
 Klien mengatakan pada malam hari
sering ngompol tanpa disadari
 Klien mengatakan saat ingin
berkemih sudah tidak sanggup pergi
ke toilet
DO :
 Saat pengkajian klien tidak bisa
menghitung berapa kali miksi dan
hanya mengatakan sehari 2 kali
ganti popok
 Klien tampak menggunakan popok
 TTV :
o Suhu : 36,4 °C
o TD : 110/70 mmHg
o RR : 20 x/m
o Nadi : 85 x/m

j. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Faktor
psikologis (keenganan untuk makan banyak)
2. Inkontinensia urine berlanjut b/d kerusakan refleks kontraksi otot detrusor

k. Intervensi dan Rasional


N Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
o Keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Agar
ketidakseimban tindakan selama alergi makanan meningkatkan
gan nutrisi 3x7 jam diharapkan 2. Kolaborasi kewapadaan
kurang dari resiko dengan ahli gizi terhadap makanan
kebutuhan tubuh ketidakseimbanagn tentang jumlah tsbt
b/d Faktor nutrisi dapat teratasi kalori dan nutrisi 2. Agar gizi pasien
psikologis dengan kriteria hasil yang dibutuhkan dapat terpenuhi
(keenganan : 3. Monitor intake 3. Intake menentukan
untuk makan 1. Hematokrit, Hb, nutrisi dan jumlah kalori dan
banyak) albumin serum penurunan BB nutrisi yang
dalam batas 4. Anjurkan banyak diterima
normal minum 4. Banyak minum
2. Napsu makan 5. Monitor TTV memudahkan
kembali normal mencerna makanan
3. Tidak ada 5. Agar mengetahui
penurunan berat perkembanagan
badan pasien
2 Inkontinensia Setelah dilakukan 1. Monitor BAK 1. Agar mengetahui
urine berlanjut tindakan selama klien pengeluaran urine
b/d kerusakan 3x7 jam diharapkan 2. Lakukan terapi 2. Untuk melatih otot
refleks kontraksi masalah non farmakologi kandung kemih
otot detrusor Inkontinensia urine bladder trainning 3. Agar fungsi otot
dapat teratasi 3. Anjurkan klien detrusor kembali
dengan kriteria hasil latihan untuk normal
: menahan 4. Dapat menunjukan
1. Klien mampu dorongan perkembangaa
menahan BAK berkemih. klien
2. Klien mampu 4. Monitor TTV
BAK di toilet

l. Tindakan Keperawatan
No
Tgl Tindakan Keperawatan Respon Pasien Ttd
Dx
04/11/ 1 1. mengkaji adanya alergi DS : Alfian
2018 makanan Klien mengatakan alergi udang
DO : -

2. melakukan Kolaborasi DS : -
dengan ahli gizi tentang DO : diet klien TKTP
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan

3. memonitor intake nutrisi DS :


dan penurunan BB Klien mengatakan sebelumsakit
BB 56 kg dan setelah sakit 48 kg
DO :-

4. menganjurkan banyak DS : klien mengatakan minum


minum sehari 3 botol air mineral (600
ml/botol)
DO : -

DS :-
5. memonitor TTV DO :
o Suhu : 36,4 °C
o TD : 110/70 mmHg
o RR : 20 x/m
o Nadi : 85 x/m

04/11/ 2 1. memonitor BAK klien DS : klien mengatakan tidak tahu Alfian


2018 BAK berapa kali, dan hanya
mengatakan ganti popok 2 kali
DO :-

2. melakukan terapi non DS :


farmakologi bladder Klien mengatakan sebelumnya
trainning belum tahu terapi ini
DO: klien tampak mengikuti

DS : -
3. meganjurkan klien latihan DO :
untuk menahan dorongan Klien tampak mengikuti
berkemih. instruksi

DS : -
4. memonitor TTV
DO :
o Suhu : 36,4 °C
o TD : 110/70 mmHg
o RR : 20 x/m
o Nadi : 85 x/m

m. Catatan Perkembangan

Tanggal No. Dx Catatan Perkembangan TTD

04/11/ 2018 1 S: Alfian


Jam 14.00 o Klien mengatakan napsu makan berkurang
o Jika melihat makanan terasa kenyang
WIB o Klien mengatakan sedikit mual tapi tidak muntah
o Klien mengatakan makan sehari hanya 2x porsi
tidak dihabiskan.
o Klien mengatakan terjadi penurunan BB sebelum
sakit/ setelah dirawat (56kg/48 kg)

O:
o klien tampak lemas
o Suhu : 36,4 °C
o TD : 110/70 mmHg
o RR : 20 x/m
o Nadi : 85 x/m

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
3. Monitor intake nutrisi dan penurunan BB
4. Anjurkan banyak minum
5. Monitor TTV

04/11/ 2018 2 S: Alfian


Jam 14.00  Klien mengatakan tidak bisa menahan kencing
 Klien mengatakan pada malam hari sering
WIB ngompol tanpa disadari
 Klien mengatakan saat ingin berkemih sudah tidak
sanggup pergi ke toilet

O:
 Saat pengkajian klien tidak bisa menghitung
berapa kali miksi dan hanya mengatakan sehari 2
kali ganti popok
 Klien tampak menggunakan popok
 TTV :
o Suhu : 36,4 °C
o TD : 110/70 mmHg
o RR : 20 x/m
o Nadi : 85 x/m

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
o Monitor BAK klien
o Lakukan terapi non farmakologi bladder trainning
o Anjurkan klien latihan untuk menahan dorongan
berkemih.
o Monitor TTV
Evaluasi H-2
Tanggal No. Dx Catatan Perkembangan TTD

05/11/ 2018 1 S: Alfian


Jam 14.00 o Klien mengatakan napsu makan berkurang
o Jika melihat makanan terasa kenyang
WIB o Klien mengatakan sedikit mual tapi tidak muntah
o Klien mengatakan makan sehari hanya 2x porsi
tidak dihabiskan.
o Klien mengatakan terjadi penurunan BB sebelum
sakit/ setelah dirawat (56kg/48 kg)

O:
o Lemas sudah berkurang
o Suhu : 37 °C
o TD : 120/70 mmHg
o RR : 21 x/m
o Nadi : 85 x/m

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
o Kaji adanya alergi makanan
o Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
o Monitor intake nutrisi dan penurunan BB
o Anjurkan banyak minum
o Monitor TTV

05/11/ 2018 2 S: Alfian


Jam 14.00  Klien mengatakan tidak bisa menahan kencing
 Klien mengatakan pada malam hari sering
WIB ngompol tanpa disadari
 Klien mengatakan saat ingin berkemih sudah tidak
sanggup pergi ke toilet

O:
 Saat pengkajian klien tidak bisa menghitung
berapa kali miksi dan hanya mengatakan sehari 2
kali ganti popok
 Klien tampak menggunakan popok
 TTV :
o Suhu : 37 °C
o TD : 120/70 mmHg
o RR : 21 x/m
o Nadi : 85 x/m

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
o Monitor BAK klien
o Lakukan terapi non farmakologi bladder trainning
o Anjurkan klien latihan untuk menahan dorongan
berkemih.
o Monitor TTV

Evaluasi H-3
Tanggal No. Dx Catatan Perkembangan TTD

06/11/ 2018 1 S: Alfian


Jam 14.00 o Klien mengatakan napsu makan agak membaik
o Jika melihat makanan rasa ingin makan
WIB o Klien mengatakan mual sudah tidak ada
o Klien mengatakan makan sehari hanya 3x porsi
dihabiskan.
o Klien mengatakan terjadi penurunan BB sebelum
sakit/ setelah dirawat (56kg/48 kg)

O:
o Sudah tidak lemas
o Suhu : 36,3 °C
o TD : 120/80 mmHg
o RR : 20 x/m
o Nadi : 80 x/m

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
o Kaji adanya alergi makanan
o Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
o Monitor intake nutrisi dan penurunan BB
o Anjurkan banyak minum
o Monitor TTV

06/11/ 2018 2 S: Alfian


Jam 14.00  Klien mengatakan tidak bisa menahan kencing
 Klien mengatakan pada malam hari sering
WIB ngompol tanpa disadari
 Klien mengatakan saat ingin berkemih sudah tidak
sanggup pergi ke toilet

O:
 Saat pengkajian klien tidak bisa menghitung
berapa kali miksi dan hanya mengatakan sehari 2
kali ganti popok
 Klien tampak menggunakan popok
 TTV :
o Suhu : 36,3 °C
o TD : 120/80 mmHg
o RR : 20 x/m
o Nadi : 80 x/m

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
o Monitor BAK klien
o Lakukan terapi non farmakologi bladder trainning
o Anjurkan klien latihan untuk menahan dorongan
berkemih.
o Monitor TTV
BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan dilakukan mulai tanggal 04 desember 2018 di Ruang


Rajawali 4A (kanker wanita) RSUP. Dr karyadi Kota Semarang pada Ny. S, usia 44
tahun dengan diagnosa medis Ca Servix stadium II B. pada saat pengkajian jam 09.00
WIB didapatkan Keluhan utama klien mengatakan tidak napsu makan dan BAK tidak
bisa dikontrol. Di dalam keluarga klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama.
Klien mengatakan badanya lemas tidak bisa makan dan hanya menghabiskan ¼ porsi
makanan. Klien mengatakan tiap kali makan tiba-tiba rasa mual, muntah (-), klien bila
melihat makanan terasa kenyang dan enggan mau makan kalau tidak dipaksa, klien
mengatakan disaat mau miksi tak dapat menahannya, klien sering ngompol pada
malam hari, saat ditanya berapa kali BAK klien tidak mengetahuinya dan mengatakan
ngompol tanpa disadari, klien memakai popok, seharinya klien mengganti popok 2
kali.TTV saat dikaji : TD ;110/70, RR : 20x/m, HR : 85x/m, suhu : 36,4°C. Dari
keluhan klien dapat diambil diagnosa, yakni:

1. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor


psikologis (keenganan untuk makan)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 7 jam, diharapkan masalah
dapat teratasi/berkurang dengan KH:
- Napsu makan kembali normal
- Tidak ada penurunan berat badan
- Hb, Ht, albumin serum dalam batas normal
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan gizi tentang jumlah kalori yang diperlukan untuk kebutuhan
pasien
3. Monitor intake pasien
4. Anjurkan banyak minum
5. Monitor TTV

2. Inkontinensia urine berlanjut b/d kerusakan refleks kontraksi otot detrusor


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 7 jam diharapkan
inkontinensia urine dapat teratasi, dengan KH:
- Klien mampu menahan BAK
- Klien mampu BAK di toilet
Intervensi
1. Monitor BAK klien
2. Lakukan terapi nonfarmakologik blader training
3. Anjurkan klien untuk latihan menahan dorngan berkemih
4. Monitor TTV
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kanker rahim adalah penyakit yang menyerang rahim dengan sel yang
tidak terkendali serta kemampuan sel tersebut untuk menyerang jaringan yang
bersebelahan atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastatis).
Kanker ini merupakan tumor ganas yang berada pada mulut rahim akibat
pertumbuhan jaringan yang abnormal menyebabkan rasa nyeri dan perdarahan
pervaginaan (Padila, 2012).

B. SARAN

1. Diharapkan perawat dan tenaga kesehatan yang lain dapat mendalami dan
memberikan pelayanan yang baik.
2. Institusi kesehatan terkait dapat mendukung dengan menyediakan dan
memfasilitasi penelitian tentang kanker
3. Diharapkan setiap wanita yang sudah pernah menstruasi dapat
memeriksakan organ reproduksinya sedini mungkin, dan apabila ada
keluhan keputihan yang berlebihan untuk dapat pergi ke fasilitas kesehatan
terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz M. Farid Juli 1996, Kemoterapi Pada Ca Cervix Obstetri Ginekologi Vol 2 No. 3

Thambunan W. Ghani 1995, Diagnosa dan Tatalaksanan Sepuluh Jenis Kanker


terbanyak di Indonesia. EGC.

Patologi, Ginekologi, Jakarta. Hipokrates.

Kapita Selekta Kedokteran, FKUI, 1991, Jakarta.

Padila 2012. Buku ajar; keperawatan medikal bedah. Yogyakarta ; nuha media

Anda mungkin juga menyukai