Hubungan
Gaya hidup zaman sekarang terutama generasi muda lebih banyak makan di luar rumah terutama
dibandingkan makan di rumah. Makanan yang mudah didapatkan di luar rumah adalah fast food.
Definisi fast food atau makanan cepat saji adalah makanan yang cara penyajiannya cepat karena sudah
dilakukan proses pengolahan tahap awal dan sedikit atau tidak memiliki zat gizi, tetapi memiliki jumlah
kalori dan lemak yang berlebihan. Fast food biasanya dijual di restoran atau toko dan dibungkus untuk
dibawa pergi oleh konsumen. Apa perbedaan fast food dengan junk food? Junk food sering diistilahkan
dengan makanan sampah yang memiliki hanya sedikit zat gizi dan tidak sehat. Tidak semua fast
food adalah junk food, begitu juga sebaliknya.
Fast food terbagi dua yaitu yang berasal dari luar negeri dan lokal atau tradisional. Fast food yang
berasal dari luar yaitu burger, pizza, kentang goreng, ayam goreng, hot dog, fish and chips, sushi, pie,
donat dan sandwich. Sedangkan makanan fast food tradisional adalah mi goreng, gorengan, pecal, dan
mi instant.
Konsumsi fast food dalam kehidupan sehari-hari mungkin dapat menghemat waktu, tetapi bukan
merupakan makanan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi karena tinggi lemak (lemak jenuh,
lemak trans, kolesterol), gula tambahan, karbohidrat, garam (natrium), dan kalori. Konsumsi fast
food yang berlebihan menyebabkan efek negatif pada status gizi dan kesehatan. Penelitian menunjukkan
bahwa anak-anak dan remaja yang sering mengonsumsi fast food akan memberikan ekstra 160-310
kalori per hari dan mengakibatkan obesitas.
1. Obesitas
Fast food yang tinggi kalori dan gula dapat meningkatkan berat badan meskipun hanya dimakan dalam
jumlah yang sedikit. Orang yang suka mengonsumsi fast food biasanya tidak menyukai buah dan sayur
dan pola makan tidak sehat tersebutlah yang menyebabkan obesitas. Obesitas juga menyebabkan
sesak, mengi, asma, dan gangguan tidur dengan kesulitan bernapas.
5. Aterosklerosis
Tinggi kolesterol dan lemak jenuh dapat membuat dinding pembuluh darah menjadi sempit dan
mengganggu aliran darah dan oksigen yang disebut aterosklerosis, lalu menyebabkan serangan jantung
dan stroke.
7. Kanker
Fast food yang dapat menaikkan berat badan dapat memicu kanker. Peningatan risiko kanker juga akibat
kurangnya konsumsi serat dan zat gizi lain yang berperan bagi kesehatan.
9. Membuat ketagihan
Fast food mengandung zat aditif yang membuat ketagihan dan merangsang untuk terus dimakan
sesering mungkin.
Tips untuk Membuat Fast Food Menjadi Makanan yang Lebih Sehat
Fast food masih dapat dikonsumsi sesekali dan kuncinya tidak boleh dimakan secara berlebihan dan
bukan merupakan pilihan utama dalam diet sehari-hari. Kuncinya adalah seberapa sering kita
mengonsumsi dan jenis fast food yang kita pesan. Satu hal yang harus diingat, meskipun jenis fast
food yang dipilih merupakan yang paling sehat, namun tetap mengandung zat yang tidak sehat bagi
tubuh.
1. Konsumsi hanya 500 kalori atau kurang; Beberapa restoran fast food mencantumkan jumlah
kalori di website atau lokasi restoran.
2. Pilihlah makanan yang rendah lemak dan tinggi protein dan serat
3. Membawa makanan tambahan sendiri yang sehat jika ingin mengonsumsi fast food, seperti
buah, kacang, dan sayur.
5. Pilih yang dimasak dengan dibakar atau dibakar, hindari yang digoreng. Pilih dada ayam tanpa
kulit atau daging tanpa lemak.
7. Pilih minuman air putih, soda diet, dan teh tanpa gula
8. Hindari side dish seperti kentang goreng, onion rings, makaroni dan keju, dan mashed potatoes
Kita juga bisa memilih fast food yang tergolong sehat seperti salad, wrap, sandwich, burger vegetarian,
ketoprak, atau gado-gado.
We are what we eat. Orang bijak mengatakan “jika anda tidak memiliki waktu untuk menjaga kesehatan
saat ini, maka anda tidak akan sehat untuk waktu yang akan datang”.
Sumber :
Perempuan mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mengalami gizi lebih (IMT tinggi). Remaja
perempuan lebih banyak menyimpan kelebihan energinya sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki
menggunakan kelebihan energinya untuk mensintesis protein. Pada saat kematangan fisik terjadi,
biasanya jumlah lemak tubuh remaja perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki. Penimbunan
lemak ini terjadi di daerah sekitar panggul, payudara, dan lengan atas. Pada penelitian Amaliah dalam
Nelly menyebutkan bahwa akumulasi lemak seringkali dihubungkan dengan mulainya menarche yang
terjadi ketika remaja perempuan memiliki lemak tubuh minimal 17% dari berat badannya.(12)
Kecenderungan tersebut tidak didukung dengan hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian gizi lebih pada remaja. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Mardatillah dan Meilinasari serta Karnaeni yang menemukan bahwa tidak terdapat
hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian gizi lebih (IMT tinggi).
Menurut hasil penelitian Hadi tahun 2005, kejadian obesitas (IMT tinggi) terdapat pada keluarga yang
mempunyai pendapatan yang tinggi atau golongan dengan status sosial ekonomi menengah ke atas.(13)
Pendapatan keluarga yang tinggi berarti kemudahan dalam membeli dan mengkonsumsi makanan enak
dan mahal. Orang tua dengan pendapatan tinggi mempunyai kecenderungan untuk memberikan uang
saku yang cukup besar kepada anaknya. Dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja sering
mengkonsumsi makanan-makanan modern (fast food) dengan pertimbangan prestise dan juga dengan
harapan akan diterima di kalangan peer group mereka. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian ini
yang tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara pendapatan orang tua dan uang saku
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Frekuensi remaja yang tinggi dalam mengkonsumsi fast food dapat meningkatkan timbunan kalori
dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan nilai IMT (gizi lebih). Badjeber dkk dalam menemukan
bahwa siswa sekolah dasar yang mengkonsumsi fast food > 3 kali/minggu mempunyai risiko 3,28 kali
lebih besar menjadi gizi lebih dibandingkan dengan yang jarang atau 1-2 kali/minggu.(
Fast food dipandang negatif karena kandungan gizi di dalamnya yang tidak seimbang yaitu lebih banyak
mengandung karbohidrat, lemak, kolesterol, dan garam. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh
industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat adiktif untuk
mengawetkan serta memberikan cita rasa. Jika makanan ini sering dikonsumsi secara terus menerus dan
berlebihan, dikhawatirkan akan berakibat pada terjadinya peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (gizi
lebih).
Aktivitas fisik (olahraga) yang dilakukan 3 sampai 5 kali setiap minggu dengan waktu minimal 15 menit
setiap pelaksanaannya, akan dapat mengurangi risiko terjadinya overweight.(17) Kebiasaan olahraga
merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang dapat menurunkan berat badan. Olahraga jika
dilakukan secara teratur dengan takaran yang cukup akan dapat mencegah munculnya kegemukan dan
menjaga kesehatan. Olahraga semestinya dibiasakan sejak dini agar menjadi sebuah kebiasaan yang
terus dapat dilakukan hingga usia dewasa dan lanjut. Hal ini juga dapat terjadi karena kontribusi protein
dalam total konsumsi energi tidak terlalu besar dibandingkan lemak dan karbohidrat. Protein menjadi
penghasil energi dalam keadaan energi yang kurang tercukupi oleh karbohidrat dan lemak. Fungsi utama
protein adalah sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh yang tidak
dapat digantikan oleh zat gizi lain.(18) Kelebihan karbohidrat akan disimpan sebagai cadangan energi
dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen (glikogen hati dan otot) yang sewaktu-waktu diperlukan
karena adanya kegiatan-kegiatan yang lebih berat dapat segera digunakan. Bila kelebihan karbohidrat
itu meningkat terus menerus, maka akan terjadi pembentukan lemak sebagai akibat penyimpanan pada
jaringan adiposa di bawah kulit.