Anda di halaman 1dari 1

Kembangkan Pemasaran Berebasis Teknologi

Jawa Timur memang kaya akan budaya dan kerajinan. Termasuk batik dan bordir yang
merupakan salah satu warisan budaya bangsa. Jumlah perajin batik dan bordir juga terus
bertambah. Pameran Batik Bordir dan aksesoris yang digelar setiap tahun pun menjadi ajang
pengembangan kreatifitas.
Rasa syukur dan terima kasih diungkapkan Ketua Dekranasda Jatim, Hj Nina Soekarwo ketika
menghadiri pembukaan Pameran Batik Bordir dan Aksesoris ke-12 di Grand City (10/4). Sebab,
pertumbuhan ekonomi Jatim yang mencapai 43% atau sebesar 45 Trilyun di triwulan pertama
tahun 2017, tidak lepas dari kontribusi para perajin batik, bordir dan aksesoris.
Ia berharap, dengan adanya pameran ini, para perajin bisa semakin terlecut untuk bisa bersaing
bukan hanya di pasar nasional tetapi juga di pasar global. Terlebih lagi Dekranasda Jatim dan
pemerintah Provinsi berencana untuk membuka perwakilan dagang khusus untu kerajinan di
beberapa negara seperti Singapura, Jepang, serta Cina.
Untuk itu, kualitas produksi kerajinan batik dan border, utamanya harus terus dikembangkan.
Selain juga perlu perbaikan dalam hal pengemasan atau packaging. Pemerintah pun akan
memberikan bantuan bagi para perajin dalam urusan pemodalan dan biaya produksi sebagai
penunjang pengembangan industri batik dan bordir.
Selanjutnya, wanita yang kerap disapa Budhe Karwo ini juga menghimbau, agar para perajin
mulai melakukan promosi dan pemasaran berbasis teknologi. “Kalau tidak menggunakan
teknologi, kita akan kalah. Masyarakat akan lebih memilih yang mudah. Ada layanan internet,
Go-jek, itu harus kita manfaatkan,” paparnya ketika memberikan sambutan.
Senada dengan hal tersebut, H Soekarwo, Gubernur Jatim, juga menegaskan bahwa sudah
waktunya para perajin dan pengusaha UMKM beralih dari mindset konvensional ke teknologi.
Selain itu, ia juga menegaskan kepada para pengusaha dan perajin untuk memperbaiki
packaging.
Sebab, menurutnya, packaging atau pengemasan ini menjadi salah satu kelemahan para perajin
dan pelaku UMKM. “Packaging kita ini lemah sekali. Gak, jelas buka kemasannya dari mana.
Kalau digigit kan gak efektif. Apalagi yang sudah tua-tua. Bisa-bisa malah giginya yang copot,”
ungkapnya disambut tawa para hadiri.
Bahkan, untuk mengembangkan konsep dan praktisi dalam bidang pengemasan produk, Pakde
Karwo berencana membuat pendidikan vokasi khusus mempelajari masalah packaging tesebut.
Ia mengaku telah bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dengan
membuat Fakultas Vokasi yang rencananya berlokasi di Sedati, Sidoarjo. (tur,ren,nom)

Anda mungkin juga menyukai