Dirikan Sekolah Gratis, Dapatkan Anugerah Gantari 2017
Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan memetik hasilnya. Kesungguhan Miftahul Khoiriyah mendirikan sekolah gratis meski memiliki keterbatasan fisik, akhirnya membuahkan hasil. Bukan saja siswanya bertambah banyak, ia juga mendapatkan penghargaan Anugerah Gantari 2017. Menjadi guru adalah impian Miftahul Khoiriyah. Perempuan kelahiran Desa Beloh, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto ini pun melakukan segala usaha dengan sungguh-sungguh untuk bisa meraihnya. Usai menamatkan pendidikan di Madrasah Aliya Negeri (MAN) Sooko, ia melanjutkan study ke Universitas Wisnu Whardana hingga lulus sebagai sarjana pendidikan di tahun 2011. Berbekal ijasah tersebut, hampir setiap hari ia keluar-masuk sekolah untuk mengirimkan lamaran. Namun, tak juga kunjung ada yang memanggilnya. Tak satu pun sekolah di Mojokerto mau menerimanya sebagai guru. Alasannya, ia memiliki tubuh yang kurang sempurna. Kaki kirinya diamputasi setelah mengalami kecelakaan di tahun 2005, atau ketika berada di bangku kelas XII. Meski mengalami kekurangan fisik, semangatnya untuk meraih impian sebagai guru tidak pernah padam. Berawal dari rasa sakit hati dan kecewa tersebut, ia akhirnya bertekad untuk mendirikan sekolahnya sendiri. Sekolah gratis untuk anak-anak yatim dan miskin. Keputusan tersebut adalah hasil diskusi bersama suaminya, Djit Thendra yang tidak tega melihat istrinya terus meminta dicarikan sekolah. Tentu saja, banyak orang yang mencemooh dan meragukan niat anak pertama adari tiga saudara ini. Sebab, bukan saja karena memiliki keterbatasan fisik, anak dari pasangan Rukan (56) dan Sriyani (47) ini juga tidak berasal dari keluarga berpunya. “Mental kami diuji. Banyak yang menghina. Tapi karena banyak yang meragukan dan mencemooh, saya malah lebih terpacu untuk bisa membuktikan diri,” Tegas wanita lulusan jurusan pendidikan matematika ini. Bersama suaminya, ia kemudian merintis sekolah dengan menggunakan gedung Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) milik ayahnya. Sekolah tersebut kemudian dinamakan SMP Islam Miftahul Khoir. Sesuai dengan namanya. Para siswa yang bersekolah di sana diberikan seragam, buku, sepatu, dasi, kaus kaki dan segala perlengkapan sekolah secara gratis. Guru-gurunya yang kini berjumlah 15 orang pun hanya mendapatkan uang ganti bensin untuk jasa mengajarnya sebesar Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu perbulan. “Karena memang tidak punya uang, kami membangun sekolah ini dengan apa yang kami punya, tenaga dan semangat. Menggadaikan ijazah Bu Miftah kepada Tuhan. Mengamalkan ilmu untuk masyarakat,” terang Djit, yang juga kepala sekolah SMP I Miftahul Khoir ini. Sedangkan dana untuk membangun gedung dua tingkat yang kini digunakan untuk kegiatan belajar mengajar tersebut, mereka menapat bantuan dari donator. Kebutuhan operasional sekolah juga dipenuhi menggunakan dana BOS. Kerja keras dan ketekunan Miftahul khoiriyah itu pun akhirnya mendapatkan apresiasi. Pertengahan Februari lalu, ia mendapatkan penghargaan Anugerah Gantari dari PT Telkom Indonesia bekerja sama dengan Kick Andy Foundation. Penghargaan untuk para penyandang disabilitas yang tetap mampu berkarya dan berdaya ditengah keterbatasan. (fat)
Terus Dampingi Alumni Hingga Mandiri
Pertama kali mendirikan sekolah di tahun 2013, Miftah, sapaan akrabnya, mencari murid dengan cara door to door. Ia mencari anak-anak yatim-piatu dan mereka yang tidak mampu melanjutkan sekolah karena keterbatasan ekonomi keluarga. Meski banyak yang meragukan, tetapi akhirnya ia mendapatkan siswa pertama sebanyak 25 siswa. 25 siswa yang telah berhasil menjadi lulusan pertama SMP Islam Miftahul Khoir tahun 2016 lalu. Mereka sekarang sudah melanjutkan pendidikan ke SMA juga tanpa biaya. Berkat kerja keras Miftah dan Djit yang telah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah, seluruh alumni SMP I Miftahul Khoir sekarang bisa sekolah di SMA manapun di Mojokerto dengan gratis. Mereka memang berkomitmen untuk terus mendampingi siswa dan alumninya. Sebab menurutnya, akan sangat tidak bertanggung jawab kalau anak-anak dilepaskan begitu saja setelah lulus. “Mereka mau sekolah dimana pun, akan kami bantu. Lulus sekolah mau kuliah, mau kerja, juga akan kami bantu sesuai dengan kemauan dan kemampuan mereka. Kalau sudah bisa hidup (mandiri, red) kami baru merasa tenang,” terang Miftah. Para siswa juga disediakan fasilitas antar-jemput. Terutama mereka yang rumahnya jauh dari sekolah, atau mengalami kendala untuk berangkat sekolah. Sedangkan yang berasal dari luar mojokerto atau tinggal sendirian di rumahnya, telah disediakan kamar-kamar untuk menginap dan tinggal. Untuk kenyamanan para siswa dan santri, mereka juga sedang melakukan pembangunan gedung beru yang akan digunakan sebagai mushola, ruang aula sekaligus pondok. Kini, SMP I Miftahul Khoir telah memiliki 78 siswa yang terbagi dalam tiga rombongan belajar. 40 siswa kelas VII, 23 siswa kelas VIII dan 15 siswa kelas IX. “Kelas tiga paling sedikit. Sebab, dulu waktu mendaftar sekolahnya masih di gedung TPQ. Jadi banyak yang putar balik dan tidak jadi daftar,” kenang Djit sambal terkekeh. (fat) Biodata Nama : Miftahul Khoiriyah, S Pd Ttl : Mojokerto, 29 Januari 1989 Alamat: Dsn Beloh Rt 04/Rw 01 Ds Beloh Kec Trowulan Kab Mojokerto Suami : Djit Thendra Anak : Alexandria Az-zahra Pekerjaan : Guru dan Pendiri SMP Islam Miftahul Khoir Prestasi : Peraih Anugerah Gantari 2017