TINJAUAN PUSTAKA
Mulai terbentuk pada kehidupan mudigah 7 somit (22 hari) sebagai akibat dari
pelipatan mudigah kearah cephalo caudal dan lateral, sehingga rongga yang dibatasi
entoderm sebagian tercakup ke dalam mudigah dan membentuk usus sederhana.
Pada bagian kepala dan ekor mudigah, usus sederhana membentuk tabung buntu
masing-masing :
a. Usus sederhana depan (fore gut) berkembang menjadi esofagus, lambung, hati,
kandung empedu dan pancreas.
b. Usus sederhana belakang (hind gut) berkembang menjadi 1/3 distal colon
transversum, colon ascendens, sigmoid, rectum dan bagian atas canalis analis.
c. Diantaranya usus sederhana tengah (mid gut) yang untuk sementara tetap
berhubungan dengan kandung kuning telur.
Pertumbuhan jerat usus primer sangat pesat terutama bagian cranialnya. Akibat
pertumbuhan yang cepat ini dan perluasan hati yang serentak, rongga perut untuk
sementara terlalu kecil untuk menampung jerat-jerat usus ini. Akibatnya jerat ini
memasuki celom extra embrional dan tali pusat (hernia umbilicalis phisiologic) yang
terjadi pada minggu ke enam.
• Perputaran usus tengah
Bersamaan dengan pertumbuhan memanjangnya, jerat usus sederhana akan berputar
disekitar poros yang dibentuk oleh A.Mesenterica superior.
• Perputaran terjadi 270o yang terdiri atas:
– 90% selama herniasi
– 180o selama jerat usus kembali ke rongga perut.
– Perputaran ini berlawanan dengan arah jam.
• Usus besar juga cukup bertambah panjang, sedangkan yeyenum dan ileum selain
bertambah panjang juga akan membentuk jerat-jerat bergelung selama perputaran.
Akhir bulan ke-3 jerat usus yang mengalami herniasi mulai kembali kedalam
rongga perut. Hal ini mungkin disebabkan:
– Menghilangnya mesonephros.
Dari sini gelembung caecum bergerak turun kedalam fosa iliaca kanan, sambil
membentuk:
– Colon ascenden
– Flexura hepatica
• Selama proses ini ujung distal gelembung caecum membentuk sebuah diverticulum
yang sempit : - Appendix sederhana
– Dibelakang caecum
– Dibelakang colon
2.2. DEFINISI
Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau
kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ. Istilah hernia berasal
dari bahasa Yunani “ERNOS” yang berarti penonjolan. Hernia Umbilikalis umumnya
pada orang dewasa, lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal.
Ini biasanya terjadi pada orang yang gemuk dan wanita multipara.
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya ditutup
peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen.
2.3. ETIOLOGI
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan intrakavitas
dan melemahnya dinding abdomen3.
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena3 :
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,
lemak tubuh.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung kongenital yang telah
terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai kelemahan dinding
abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen mengizinkan isi abdomen
memasuki kantong tersebut.
Hernia terjadi karena dinding otot yang melemah atau membran yang secara normal
menjaga organ tubuh pada tempatnya melemah atau mengendur. Hernia kebanyakan
diderita oleh orang yang berusia lanjut karena pada usia lanjut otot – otot mulai melemah
dan mengendur sehingga peluangnya sangat besar untuk terjadi hernia. Pada wanita
sebagian besar hernia diakibatkan karena obesitas ( berat badan yang berlebih ).
Hernia umbilikus hernia pada orang dewasa yang terjadi di dinding abdomen di
sebelah sentral tepat di atas umbilikus. Hernia umbilikalis penyebab salah satunya
kehamilan dan obesitas juga berkontribusi terhadap perkembangan hernia umbilikalis pada
orang dewasa. Hernia ini lebih sering terjadi pada wanita. Faktor predisposisi lain
menyertakan beberapa kehamilan, asites. dan besar tumor intra-abdomen.
Penyebab hernia adalah:
1. Kelemahan otot dinding abdomen.
a. Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
c. Trauma
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan dan Konstipasi
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
Fundus
Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada abdomen
isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan lainnya
termasuk :
2. Divertikulum Meckel
3. Vesica Urinaria
5. Cairan asites
Menurut kepustakaan lain, hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia atau
orifisium hernia dan kantung hernia. Orifisium adalah defek dari lapisan
aponeurosis paling dalam dari abdomen, dan sakus adalah kantung keluar dari
peritoneum. Kolum dari kantung hernia berhubungan dengan orifisium. Hernia
disebut eksterna jika kantung menonjol secara lengkap melalui dinding abdomen,
dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas viseral.
2.5. EPIDEMOLOGI
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada pria, 97 %
dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai
hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah
inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus.
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan
perbandingan 2:1 dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena
dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita kemungkinan terjadinya
hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai
melemah. Hernia abdominalis yang sering ditemukan yaitu hernia inguinalis, hernia
femoralis, hernia umbilicalis, hernia epigastrika, hernia insisional, hernia linea
semilunaris, hernia lumbalis, hernia internalis.
a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
a.1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis yang
melalui kanalis femoralis.
a.2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti pada
regio lumbal
a.3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti pada
umbilikus.
b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding, seperti
pada laparatomi dan trauma tembus.
Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang tidak
spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus, dimana
orifisium dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia
membesar dan kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam jiwa semakin
bertambah. Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi
inflamasi.
1. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap. Isinya tidak serta merta
muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya gravitasi atau tekanan
intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus.
2. Hernia Ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini
disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku
(misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan
usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan
strangulasi daripada hernia reponibel.
3. Hernia obstruksi
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi
pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan
berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai
darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah
’inkarserata’terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang ireponibel tetapi tidak
terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga
disebut dengan inkarserata. Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi
terbanyak nomor dua operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata
merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.
4. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi
vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih
lanjut ; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena,
dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu
aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia
abdominal bukan usus, misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi
strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi
(gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri,
yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah.
Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong
hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial
menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian. Bila
strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia Richter. Ileus
obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan baru
terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi
sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis tampak seperti abses di daerah
inguinal.
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk
yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan
yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan
yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan
dapat menyebabkan ganggren.
2.8. PATOFISIOLOGI
2.9. DIAGNOSIS
Gejala dan tanda hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel
keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. keluhan nyeri
jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal
berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau
terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
2.11. KOMPLIKASI
Hernia umbilikus yang tanpa komplikasi umumnya dapat tertutup sendiri pada usia
anak lebih besar, sekitar usia 2-5 tahun, namun selama itu pusar atau umbilikus akan
kelihatan menonjol besar sehingga secara kosmetis orang tua pasien menganggap itu
suatu masalah. Pengobatan pada hernia umbilikalis dengan pembedahan diperlukan jika
lubang yang terjadi ukurannya 2 cm atau lebih, karena tidak mungkin akan menutup
sendiri. Atau, jika hernia sampai anak usia sekolah, maka dapat dilakukan pembedahan
berencana.
2.12. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol
yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus
dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
2.13. PENCEGAHAN
a. Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat. Hal ini dapat
membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
b. Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi seperti : Buah-buahan,
sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat disarankna untuk
dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak serat yang membantu
mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian perut.
c. Hindari mengangkat barang yang terlalu berat. Jika harus mengangkat barang
berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh yang tepat saat
mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut anda dan hindari membungkuk
untuk mengurangi tekanan.
d. Hindari tekanan intra abdomen seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat
mencetuskan hernia.
2.14. DEFINISI dan KLASIFIKASI HIPERTENSI
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan pada sistole, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas – batas tertentu,
tergantung pada posisi tubuh, umur dan tingkat stress. Hipertensi juga dapat digolongkan
sebagai ringan, sedang atau berat, berdasarkan diastole. Hipertensi ringan apabila
tekanan diastole 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang apabila tekanan diastole 105 – 114
mmHg, hipertensi berat apabila tekanan diastole > 115 mmHg.
Menurut Lanny Sustrani, dkk dalam Nurhaedar Jafar (2010), Hipertensi atau penyakit
darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh
gelap(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan
gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi penderitanya.
Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekana darah di atas normal yaitu bila
tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg
atau lebih.
B. Klasifikasi Hipertensi
1. Menurut Kausanya :
a. Hipertensi esensial (Hipertensi Primer)
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi). Hipertensi
primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya
tekanan darah.
b. Hipertensi sekunder : Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
disebabkan oleh adanya penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut
hipertensi sekunder. Sekitar 5-10% penderita hipertensi disebabkan oleh penyakit
ginjal.
2. Menurut Gangguan tekanan darah
a. Hipertensi Sistolik: Peninggian tekanan darah sistolik saja
b. Hipertensi Diastolik : Peninggian tekanan darah diastolik.
3. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi Ringan
b. Hipertensi Sedang
c. Hipertensi Berat
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang
berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada
orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopressin lebih besar.
e. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA
(NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan
dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25
(status gizi normal menurut standar internasional). Menurut Hall (1994) perubahan
fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan
darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi
energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan
terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.
f. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber
natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap
masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur
(mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan
satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-
memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.
g. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif
oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s
Hospital, Massachussettsterhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat
hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek
merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang
perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.
h. Tipe kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi
hipertensi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan
hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka
bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas.
Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi
kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya
aterosklerosis. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.