PENURUNAN KELEMBABAN KULIT PADA PERAWAT BEDAH WANITA DI RS X Ajeng Amelianingtyas Latar Belakang ◦ Secara internasional, penyakit kulit akibat kerja merupakan kelompok penyakit akibat kerja terbanyak kedua setelah penyakit pada muskuloskeletal. Lebih dari 45% penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit akibat kerja (Behroozy & Keegel, 2014). ◦ Dan bentuk penyakit kulit paling sering adalah dermatitis kontak, yaitu sekitar 80% kasus dari semua penyakit kulit akibat kerja (Visser, et al., 2013). ◦ Manifestasi penyakit kulit pada DKAK adalah DKI dan DKA (Visser, et al., 2013). ◦ Dermatitis kontak adalah peradangan pada lapisan atas dari kulit di mana mempunyai manifestasi kulit kering, kemerahan, kulit terkelupas, berkerak, lepuh, dan nyeri (Behroozy & Keegel, 2014) (Behroozy & Keegel, 2014). ◦ Kondisi kulit seperti ini merupakan reaksi alergi atau reaksi iritasi pada kulit yang terpapar (Behroozy & Keegel, 2014). ◦ Menurut Bock, et al., (2003) dikutip oleh Anshar, dkk. (2016) bahwa di dunia, prevalensi DKAK sekitar 68,2%. ◦ Sedangkan insiden dari penyakit kulit kibat kerja di beberapa negara adalah sama, yaitu 50 – 70 kasus per 100.000 pekerja pertahun. ◦ Di Indonesia sendiri, berdasarkan Sumantri (2003) yang dikutip oleh Anshar, dkk., (2016), penelitian yang dilakukan oleh Departemen Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado, dari tahun 1988 – 1991, insiden dermatitis kontak di Indonesia tercatat sebesar 4,45%. ◦ Menurut Ngajilo (2014) yang dikutip oleh Anshar, dkk. (2016), bahwa petugas kesehatan termasuk berisiko tinggi terjadinya DKAK terutama perawat, akibat sering dengan bahan iritan dan pekerjaan basah. ◦ Perawat yang bertugas di ruang bedah dan unit perawatan khusus, angka kejadian DKAK cukup tinggi, yaitu 18% s.d. 57%. ◦ Dermatitis kontak akibat kerja pada perawat kesehatan banyak terjadi dikarenakan agen atau bahan iritan di rumah sakit, seperti air, pekerjaan basah, frekuensi mencuci tangan, cairan antiseptic, dan sabun, mengeringkan kulit menggunakan handuk kertas, menggunakan sarung tangan oklusif untuk waktu yang lama dan bubuk sarung tangan. ◦ Pekerjaan basah dapat didefinisikan sebagai kegiatan di mana para perkerja harus membenamkan tangan mereka dalam cairan selama lebih dari 2 jam perhari atau memakai sarung tangan untuk jumlah yang sesuai waktu dan mencuci tangan mereka lebih dari 20 kali perhari (Behroozy & Keegel, 2014). ◦ Faktor penyebab DKAK : ◦ Faktor langsung bahan kimia (ukuran molekul, daya larut, konsentrasi) dan lama kontak. ◦ Faktor tidak langsung suhu bahan kontak, kelembaban bahan, masa kerja, usia jenis kelamin, ras, riwayat, penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene . ◦ Menurut literature lain, angka kejadian DKAK pada individu berhubungan dengan kelembaban kulit, Insidensi DKAK berhubungan dengan peningkatan TEWL (trans epidermal water loss). ◦ Pengukuran kelembaban kulit adalah dengan penilaian klinis skor derajat kulit kering (SRRC – Scalling, Roughness, Redness, and Cracks) serta secara objektif yaitu dengan pengukuran kadar TEWL menggunakan Probe tewameter. Rumusan Masalah ◦ Dermatitis kontak akibat kerja merupakan PAK terbanyak kedua setelah gangguan musculoskeletal, dengan angka insidensi 50-70%. ◦ Penyakit ini menyerang pada orang yang kontak pada bahan iritan, termasuk pekerjaan basah ◦ Perawat termasuk dalam pekerjaan basah. ◦ Menurut literature, perawat yang bertugas di ruang bedah dan unit perawatan khusus, angka kejadian DKAK cukup tinggi, yaitu 18% s.d. 57%. Pertanyaan Penelitian ◦ Bagaimana proses desinfeksi pada tangan perawat bedah wanita di RS X. ◦ Apakah ada hubungan antara frekuensi proses desinfeksi pada tangan dengan peningkatan peningkatan skor SRRC. ◦ Apakah ada hubungan antara frekuensi proses desinfeksi pada tangan dengan peningkatan kadar TEWL. Hipotesis ◦ Peningkatan frekuensi desinfeksi tangan pda perawat wanita berhubungan dengan peningkatan nilai TEWL. ◦ Peningkatan frekuensi desinfeksi tangan pada perawat wanita berhubungan dengan peningkatan skor kulit kering. Tujuan Penelitian ◦ Tujuan Umum ◦ Mengetahui hubungan antara frekuensi desinfeksi pada tangan dengan kadar kelembaban kulit. ◦ Tujuan Khusus ◦ Mengetahui frekuensi desinfeksi yang aman yang tidak menyebabkan kulit kering pada pekerja perawat pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. ◦ Mengetahui perubahan nilai TEWL kulit tangan pada setiap frekuensi desinfeki tangan pada perawat wanita. ◦ Mengetahui perubahan skor kulit kering pada setiap frekuensi desinfeksi tangan pada perawat wanita. Manfaat ◦ Bagi RS X ◦ Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman bagi RS X mengenai faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kelembaban kulit pada perawat bedah RS X. Sehingga manajemen RS X dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap kesehatan kerja dan terhindar dari penyakit akibat kerja. ◦ Bagi Peneliti ◦ Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti serta sebagai sarana dalam mengaplikasikan teori yang telah dipelajari sebelumnya. ◦ Bagi Fakultas Kedokteran ◦ Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai dermatitis kontak. ◦ Terbentuknya kerjasama antara perusahaan dengan fakulitas dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. TERIMA KASIH