Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Kolaka adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi


Tenggara, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kolaka. Kabupaten Kolaka(induk) telah dua
kali mengalami pemekaran, yakni Kabupaten Kolaka Utara, dan yang terbaru adalah
Kabupaten Kolaka Timur yang telah disahkan pada akhir tahun 2012. Pasca
pemekaaran, Kabupaten Kolaka mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang
memiliki wilayah daratan seluas ± 3.283,64 Km2, dan wilayah perairan (laut)
diperkirakan seluas ± 15.000 Km² dan jumlah penduduk 213.064 jiwa (2011). Dari luas
wilayah tersebut Kabupaten Kolaka dibagi dalam 12 (dua belas) Kecamatan. Bupati
Kolaka saat ini adalah H. Ahmad Safei yang mana sebelumnya telah di dahullui oleh
DR. H. Buhari Matta, SE.,M.Si.yaitu pada periode sebelumnya yaitu (periode 2009-
2014)
Untuk mendukung semua potensi yang dimiliki Kota Kolaka, perlu adanya
fasilitas yang mampu mengakomodasi segala kebutuhan terkait dengan transportasi.
Saat ini Kota Kolaka ini memiliki sarana transportasi seperti Terminal, Pelabuhan dan
Bandar Udara. Keberadaan jaringan transportasi tersebut merupakan bagian vital bagi
pertumbuhan ekonomi daerah.

Bandara Udara Sangia Nibandera terletak didesa tanggetada dipilih sebagai


pusat pembangunan bandara karena wilayah itu memiliki prospek perekonomi masa
depan daerah, utamanya karena didukung oleh pembangunan berskala nasional yakni
PT Aneka Tambang Pomalaa serta dekat dengan kawasan pengembangan
perkebunan kelapa sawit nasional yang kini sudah ditanami seluas 10 ribu ha.

Bandar udara menurut UU no.1 tahun 2009 tentang Penerbangan, bandar


udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang
digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Didalam UU ini
juga menyebutkan 6 jenis bandar udara, yaitu bandar udara umum, khusus, domestik,
internasional, pengumpul dan pengumpan. Bandar Udara Umum adalah bandar udara
yang digunakan untuk melayani kepentingan umum. Bandar Udara Khusus adalah
bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani kepentingan sendiri untuk
menunjang kegiatan usaha pokoknya. Bandar Udara Domestik adalah bandar udara
yang ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri.
Bandar Udara Internasional adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar
udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan
ke luar negeri. Bandar Udara Pengumpul (hub) adalah bandar udara yang mempunyai
cakupan pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara yang melayani penumpang
dan/atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi
secara nasional atau berbagai provinsi. Bandar Udara Pengumpan (spoke) adalah
bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi
perkembangan ekonomi terbatas.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana wujud perencanaan bandar udara Domestik di Kota Kolaka melalui


pengolahan tata ruang dan tata fasade dengan pendekatan Arsitektur Simbiosis ?
C. Tujuan Penelitian

Mewujudkan perencanaan bandar udara Domestik di Kota Kolaka melalui


pengolahan tata ruang dan tata fasade dengan pendekatan Arsitektur Simbiosis.
D. Manfaat Penelitian

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Data perencanaan
- Tipe pesawat = B-707-320
- Tipe bandara = B ( Domestik )
- Jumlah penumpang waktu sibuk = 500 orang
- Jumlah penumpang transfer = 25 orang
- Ketinggian lokasi dari muka laut (h) = 200 m
- Kemiringan (s) =5%
- Temperatur udara (T) = 22° C
- Kecepatan angin (w) = 20 knot

B. Analisis perencanaan pembangunan bandar udara


1. Perhitungan penentuan ukuran Runway,Taxiway dan Apron
a. Penentuan ukuran Runway
1) Panjang Runway
ARFL rencana = 3.505,2m
Koreksi elevasi


Fe = 1 + 0,07 . 300
200
= 1 + 0,07 . 300
= 1 + 0,07 . 0,66
= 1 + 0,0462
= 1,0462
Koreksi temperatur :

Ft = 1 + 0,01 .(T – (15 – 0,0065 .h))


= 1 + 0,01 .(22 – (15 – 0,0065 .200)
= 1 + 0,01 .(22 – (15 – 1.3)
= 1 + 0,01 .(22 – 13,7)
= 1 + 0,01 .8.3
= 1 + 0,083
= 1,083

Koreksi kemiringan :

Fs = 1 + 0,1 .s
= 1 + 0,1 .0,05
= 1 + 0,005
= 1,005

Koreksi angin :
Berdasarkan tentang pengaruh angin permukaan terhadap panjang
Runway , maka untuk kekuatan angin 20 knot, factor koreksi angin
(Fw) = -10 %

Panjang Runway perencanaan (ARFL)


(a) Kondisi Take off :

ARFL =(ARFL rencana . Ft . Fe . Fs)+ARFL rencana . Fw


=(3.505,2 . 1,083 . 1,0462. 1,005) + 3.505,2 . (-0,1)
=(3.505,2 . 1,1386) – 350,52
=3991,0207 – 350,52
=3640,5007 m

b) kondisi landing :
ARFL =(ARFL rencana Fe)+(ARFL rencana Fw)
=(3.505,2.1,0462)+( 3.505,2 . (-0,1))
=3667,140- 350,52
=1926,714 m

Setelah dilakukan koreksi terhadap factor diatas maka panjang


Runway perencanaan (ARFL) adalah 3640,5007 m.

Untuk pesawat terbang tipe B-707-320,panjang Runway perencanaan


(ARFL) adalah 3640,5007 m, maka direncanakan suatu jalur landasan pacu
Pada kebutuhan untuk take-off distance (TOD), lift-off distance (LD), field
length distance (LD), stop distance (SD), clearway (CW), dan stopway (SW)
pada berbagai kondisi.

a) Kondisi operasional pesawat terbang normal


Take-off distance =1,15×ARFL
=1,15×3640,5007 m
=4186,5758 m

Take-off run =ARFL


=3640,5007 m
Lift-off Distance =0,55×3640,5007
=0,55×2002,2753
=1101,2514 m

Landing Distance =TOD


=4186,5758 m

Stop Distance =0,6×LD


=0,6×4186,5758
=2511,9454 m

Clearway =0,5 . (TOD-LOD)


=0,5 . (4186,5758-1101,2514)
=0,5 .3085,3244
=1542,6622 m

Stopway =0,05×LD
=0,05×4186,5758
=209,32879 m

Panjang total dari jalur landasan pacu dengan perkerasan penuh


(full strenght Hardering) yang dibutuhkan adalah :
Field length =TOR + (0,5 . (TOD-LOD))
=3640,5007+(0,5 . (4186,5758-1101,2514))
=3640,5007+(0,5 .4610,4724)
=3640,5007+2305,2362
=2305,6002 m

b) Kondisi overshoot take-off


Landing distance =TOD
=4186,5758 m
c) Kondisi poor-approaches landing
Landing distnce =TOD
=4186,5758 m

Stop distance =0,6×LD


=0,6×4186,5758
=2511,9454 m

Clearway =0,15×LD
=0,15×4186,5758
=627,9863 m

Stopway =0,05×LD
=0,05×4186,5758
=209,3287 m
Lift-off Distance =0,75×TOD
=0,75×4186,5758
=3139,9318m

Clearway =0,5 . (TOD-LOD)


=0,5 . (4186,5758-1101,2514)
=0,5 . 3085,3244
= 1542,6622 m

Stopway =0,05×LD
=0,05×4186,5758
=2093,2879m

d) Kondisi pesawat terbang lepas landas dengan kondisi kegagalan mesin,


sehingga harus melakukan emergency landing
Landing Distance =TOD
=4186,5758 m

Stop Distance =0,6×LD


=0,6×4186,5758
=2511,9454 m

Clearway =0,15×LD
=0,15×4186,5758
=6279,8637 m

Stopway =0,05×LD
=0,05×4186,5758
=2093,2879 m

Untuk kondisi kegagalan mesin pada pesawat terbang, panjang jalur


landasan pacu yang dibutuhkan adalah
Field Length =TOR+SW
=3640,5007+2093,2879
=5733,7886 m
Panjang landasan pacu yang dibutuhkab untuk kondisi keggalan
Mesin < panjang landasan pacu untuk kondisi operasional pesawat
terbang normal,maka yang memenuhi untuk digunakan dalam
perencanaan adalah panjang landasan pacu untuk kondisi
operasional pesawat terbang normal yaitu 5733,7886 m.
2) Lebar Runway
Dari data jenis dan karakteristik pesawat telah diketahui kode
runway untuk tipe pesawat B-707-320 berdasarkan ARFL take-off
maka Aerodrome code (ARC) yaitu :

Kode Elemen I Kode Elemen II

Kode ARFL Kode Bentang Jarak terluar

Angka (m) Huruf Sayap (m) Roda utama (m)

1 <800 A <15 <4.5

2 800-1200 B 15-24 4.5-6

3 1200-1800 C 24-36 6-9

4 >1800 D 36-52 9-14

E 52-65 9-14

F 65-80 14-16

ARFL (take-off) =3640,5007 m

Wingspan =34,29 m

OMGWS =7 m

Aerodrom Reference Code =3

Code code letter

Number A B C D E F

1 18 M 18 m 23 m - - -

2 23 m 23 m 30 m - - -

3 30 m - 30 m 45 m - -

4 - - 45 m 45 m 45 m 60 m

Lebar Runway = 45 m

Anda mungkin juga menyukai