OLEH
10542 0492 13
PEMBIMBING
dr. Agus Japari, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Lapsus : Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala
psikotik (F41.9)
Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Makassar.
Pembimbing
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. D
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Pembantu
Alamat : Sinjai
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Bugis
B. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama
memukul orang terdekat yang ia benci, memaki orang lain, pasien sering
cerita sendiri, pasien juga kadang tertawa sendiri. Pasien kadang keluar
rumah pada subuh hari dan pulang ketika dijemput. Pasien makan dan minum
teratur. Pasien tidur teratur tetapi kadang lama tidur setelah marah-marah.
terakhir.
pasien meninggal. Saat itu pasien sering marah marah dan cerita sendiri,
tertawa dan menangis tanpa alasan yang jelas dan meninggalkan rumah
hingga tengah malam kemudian pasien dibawa ke RSKD dan dirawat selama
Makassar dan setelah pulang ke Sinjai pasien sudah tidak bias diajak
dan masuk kembali ke RSKD dan dirawat selama 2 bulan dan keluar dengan
kondisi membaik. Setelah itu pasien tidak minum obat dan tetap dapat
perubahan perilaku 2 minggu lalu pasien dilamar oleh laki-laki yang masih
ada hubungan keluarga dan pasien sudah menyukai laki- laki itu. Tetapi
ketika pasien meminta restu pamannya, pamannya tidak setuju. Sejak saat itu
pasien mulai mengalami perubahan perilaku. Sejak saat itu pasien sering
tertawa, menangis, cerita sendiri, marah-marah dan mengamuk, kemudian
b. Hendaya/disfungsi
Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
Merokok (-)
Alkohol (-)
dukun, Selama masa kehamilan, Ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien
Interaksi ibu dan anak baik selama masa pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usianya.
temannya.
6). Situasi hidup sekarang : pasien tinggal bersama adik dan kakaknya.
(Pr, Lk, Lk, Pr,Pr, Pr, Lk, Pr, Pr, Lk, Pr)
1. Deskripsi Umum
2. Keadaan Afektif:
a. Mood : eutimik
b. Afek : sesuai
c. Keserasian : serasi
b. Orientasi
c. Daya Ingat
4. Gangguan Persepsi
5. Pikiran
a. Arus Pikiran : Cukup relevan
d. Tilikan
Status Internus
Suhu : 36,7°C
Pernapasan : 22 x/menit
Nadi : 96x/menit
Status Neurologis
GCS E4M6V5(Composmentis)
memukul orang terdekat yang ia benci, memaki orang lain, pasien sering
cerita sendiri, pasien juga kadang tertawa sendiri. Pasien kadang keluar rumah
pada subuh hari dan pulang ketika dijemput. Pasien makan dan minum teratur.
Pasien tidur teratur tetapi kadang lama tidur setelah marah-marah. Pasien juga
pasien meninggal. Saat itu pasien sering marah marah dan cerita sendiri,
tertawa dan menangis tanpa alasan yang jelas dan meninggalkan rumah hingga
tengah malam kemudian pasien dibawa ke RSKD dan dirawat selama 3 bulan.
setelah pulang ke Sinjai pasien sudah tidak bias diajak komunikasi. Pasien
selama 2 tahun. Pasien bekerja sdi kebun membantu keluarga, setelah itu
Kemudian pasien kembali mengalami keluhan yang sama dan masuk kembali
ke RSKD dan dirawat selama 2 bulan dan keluar dengan kondisi membaik.
Setelah itu pasien tidak minum obat dan tetap dapat beraktifitas dengan baik.
lalu pasien dilamar oleh laki-laki yang masih ada hubungan keluarga dan
pasien sudah menyukai laki- laki itu. Tetapi ketika pasien meminta restu
pamannya, pamannya tidak setuju. Sejak saat itu pasien mulai mengalami
perubahan perilaku. Sejak saat itu pasien sering tertawa, menangis, cerita
yaitu adiknya.
tampak seorang perempuan memakai baju kaos hijau tidak berlengan celana
treming warna hitam, gelang , memakai dua jam tangan, sandal warna pink,
wajah sesuai umur, perawakan sedang perawatan diri cukup. Kesadaran baik
Keadaan afektif pasien dalam hal ini mood cemas afeknya cemas,
dengan tingkat pendidikannya. Orientasi waktu, tempat, dan orang baik. Daya
ingat pasien juga baik. Konsentrasi dan perhatian baik. Pikiran abstrak baik
bakat kreatif tidak ada. Kemampuan menolong diri sendiri pasien juga baik.
terdapat gangguan isi pikir . pengendalian impuls pasien baik. Norma sosial
F. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I :
gejala klinis yang bermakna yaitu terdapat perubahan pola tingkah laku yaitu
pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri, mengamuk, memukul, marah –
marah, serta keluar subuh dan tidak pulang jika tidak dijemput. Keadaan ini
menimbulkan distress pada keluarga berararti ada hendaya sosial dan waktu
adanya gangguan persepsi serta ganguan isi pikir Selain itu, terdapat
gambaran gejala mendengar suara bisikan dan bicara sendiri. maka gejala-
gejala yang ditunjukkan diatas oleh pasien masuk dalam kategori Gangguan
Aksis II
Dari informasi yang di dapatkan, tidak cukup data untuk mengarahkan kesalah
Aksis III
Aksis IV
Stressor psikososial tidak direstui menikah dengan laki laki yang ia sukai.
Aksis V
PROGNOSIS
RENCANA TERAPI
Farmakoterapi
Haloperidol 5 mg 3 x 1
Psikoterapi:
Terapi Kognitif
Tujuan dari terapi ini adalah untuk meringankan episode depresif dan
mencegah rekurensinya. Dalam terapi ini, pasien diajarkan untuk dapat
melihat dan menangani suatu masalah dari sudut positifnya.
Terapi Perilaku
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengontrol perilaku maladaptif yang
menyebabkan gangguan pekerjaan dan gangguan di keluarga. Dengan
terapi ini diharapkan pasien dapat bersikap dan berfungsi dalam
masyarakat secara normal.
Terapi Keluarga
Terapi ini bertujuan untuk membentuk lingkungan keluarga yang
suportif terhadap pasien. Selain itu, terapi ini juga bertujuan untuk
mengedukasi keluarga tentang gangguan yang diderita pasien sehingga
keluarga dapat lebih beradaptasi terutama terhadap gejala-gejala yang
mengganggu.
G. DISKUSI PEMBAHASAN
Pada kasus ini terdapat beberapa gejala yang mengarah kepada depresi, hal
ini dapat diketahui berdasarkan kriteria diagnosis menurut PPDGJ III, yang
meliputi :
Beberapa gejala dalam kasus ini dapat ditemui pada gangguan yang
lainnya, sehingga kasus ini dapat didiagnosis banding sebagai skizoafektif atau
skizofrenia.
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat bila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu
episode penyakit yang sama, dan bilamana episode penyakit tidak memenuhi
kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresi. Berdasarkan PPDGJ
III gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0) ditegakkan diagnosisnya bila
memenuhi kriteria diagnosis sebagai berikut :
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manik
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang
tidak begitu menononjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
yang memuncak
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20. Pedoman diagnostik (a) sampai (d) yaitu sebagai berikut:
o Thought echo, thought insertion atau withdrawal, thought
broadcasting.
o Waham dikendalikan, waham dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan, waham tentang dirinya tidak berdaya terhadap suatu
kekuatan dari luar, pengalaman indrawi yang tidak wajar.
o Halusinasi auditorik yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, mendiskusikan pasien di antara mereka
sendiri atau jenis halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
o Waham menetap lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar atau mustahil.
Pada kasus ini terdapat adanya gangguan afek yang disertai gangguan
psikotik, akan tetapi hal tersebut tidak memenuhi pedoman diagnostik PPDGJ III
untuk diagnosis gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0).
Pasien mengalami halusinasi auditorik dan visual sehingga dapat
didiagnos banding dengan skizofrenia. Berdasarkan PPDGJ III diagnosis
skizofrenia (F20.) dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria berikut ini :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umumnya mengetahuinya.
b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara
jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran,
tindakan atau penginderaan khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan
mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
prilaku pasien .
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
Pada kasus ini pasien memiliki halusinasi auditorik dan visual namun tidak
terdapat waham. Gejala-gejala pada pasien ini tidak memenuhi pedoman
diagnostik PPDGJ III sebagai F20. Skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA
P : D dok
P : 37 tahun dok.
DM : Maaf sebelumnya, kalau boleh tau kenapaki di bisa dibawa kesini ibu D ?
DM : Kalau boleh tau, sekarang apa yang buatki suka marah- marah, ada
P : Mauka menikah dokter tapi tidak narestui omku kalau menikahka sama itu
orang padahal saya sukami sama dia. Jadi kecewa sekalika dokter.
DM : Kodong, kenapa memang tidak narestui omta ?
P : Iya baik sekali ji makanya saya maumi menikah tapi omku tidak mau.
DM : Jadi sejak itu suka maki marah-marah marah karena jengkel tidak direstui
P : iye dokter.
KP : baikji ia
KP : Tidak bicara sendirika karena ada banyak orang saya temani bicara
dokter.
P : tidak dokter
DM : Sejak kapan mulai kita dengar sama dengar itu banyak orang ?
P : banyak dokter.
P : Jarang ji dokter
KP : iye SD di Sinjai
KP : bulat bentuknya.
1-7