Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN November 2018


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR


EPISODE KINI MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK
(F31.2)

OLEH

Khaula Sugira, S.ked

10542 0492 13

PEMBIMBING
dr. Agus Japari, Sp.KJ

(Dibawakan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu Kedokteran Jiwa)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Khaula Sugira , S.Ked

Judul Lapsus : Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala
psikotik (F41.9)

Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, November 2018

Pembimbing

dr. Agus Japari, Sp.KJ


LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. D

TTL : 1 Juli 1979

Umur : 37 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Pekerjaan : Pembantu

Alamat : Sinjai

Pendidikan : SD

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku : Bugis

B. RIWAYAT PSIKIATRI

1. Keluhan Utama

Mengamuk Sejak 2 minggu lalu.

2. Riwayat Gangguan Sekarang

a. Keluhan dan Gejala

Seorang wanita umur 37 tahun dibawa ke oleh keluarganya ke

UGD RSKD untuk yang ke 3 kalinya dengan keluhan mengamuk. Pasien

memukul orang terdekat yang ia benci, memaki orang lain, pasien sering
cerita sendiri, pasien juga kadang tertawa sendiri. Pasien kadang keluar

rumah pada subuh hari dan pulang ketika dijemput. Pasien makan dan minum

teratur. Pasien tidur teratur tetapi kadang lama tidur setelah marah-marah.

Pasien juga suka membersihkan rumah, mencuci piring, semenjak 2 minggu

terakhir.

Awal perubahan perilaku pasien ketika tahun 2014 setelah ibu

pasien meninggal. Saat itu pasien sering marah marah dan cerita sendiri,

tertawa dan menangis tanpa alasan yang jelas dan meninggalkan rumah

hingga tengah malam kemudian pasien dibawa ke RSKD dan dirawat selama

3 bulan. Sebelumnya pasien bekerja sebagai pembantu rumah tangga di

Makassar dan setelah pulang ke Sinjai pasien sudah tidak bias diajak

komunikasi. Pasien pulang dengan kondisi membaik. Setelah itu pasien

control di RS Sinjai selama 2 tahun. Pasien bekerja sdi kebun membantu

keluarga, setelah itu pasien dating kembali ke Makassar untuk bekerja

sebagai pembantu. Kemudian pasien kembali mengalami keluhan yang sama

dan masuk kembali ke RSKD dan dirawat selama 2 bulan dan keluar dengan

kondisi membaik. Setelah itu pasien tidak minum obat dan tetap dapat

beraktifitas dengan baik. Menurut keluarga sebelum pasien mengalami

perubahan perilaku 2 minggu lalu pasien dilamar oleh laki-laki yang masih

ada hubungan keluarga dan pasien sudah menyukai laki- laki itu. Tetapi

ketika pasien meminta restu pamannya, pamannya tidak setuju. Sejak saat itu

pasien mulai mengalami perubahan perilaku. Sejak saat itu pasien sering
tertawa, menangis, cerita sendiri, marah-marah dan mengamuk, kemudian

memukul orang yang ia benci yaitu adiknya.

b. Hendaya/disfungsi

Hendaya dalam bidang Social (+)

Hendaya dalam pekerjaan (-)

Hendaya dalam waktu senggang (+)

c. Faktor Stressor Psikososial

Pernikahannya tidak direstui pamannya.

3. Riwayat Gangguan sebelumnya

a. Riwayat Penyakit Dulu

Trauma (-)

Infeksi (-)

Kejang (-)

b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif :

Merokok (-)

Alkohol (-)

Obat – obatan (-)

4. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya:

Pasien sudah pernah dirawat di RSKD sebanyak 2 kali.

5. Riwayat Kehidupan Pribadi

a. Riwayat prenatal dan perinatal (usia 0-1 tahun)


Pasien lahir normal dan cukup bulan. Lahir di Rumah dan ditolong oleh

dukun, Selama masa kehamilan, Ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien

bertumbuh dan berkembang dengan baik.

b. Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun)

Interaksi ibu dan anak baik selama masa pertumbuhan dan perkembangan

sesuai usianya.

c. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan baik seperti teman sebayanya. Tidak ada

masalah perilaku yang menonjol.

d. Riwayat masa kanak akhir (puberitas-remaja)

Hubungan pasien dengan teman-teman dan keluarganya baik.

e. Riwayat Masa Dewasa

1). Riwayat Pekerjaan : Pembantu rumah tangga

2). Riwayat Perkawinan : Belum menikah

3). Riwayat Pendidikan : SD

4). Riwayat keagamaan : Islam dan jarang melaksanakan sholat.

5). Riwayat aktivitas social : pasien dikenal dengan pribadi yang

pendiam tetapi masih sering bergaul dengan

temannya.
6). Situasi hidup sekarang : pasien tinggal bersama adik dan kakaknya.

7). Riwayat Hukum : tidak ada

8). Riwayat Psikoseksual : tidak ada

9). Riwayat keluarga : Merupakan anak ke 8 dari 11 bersaudara

(Pr, Lk, Lk, Pr,Pr, Pr, Lk, Pr, Pr, Lk, Pr)

Hubungan dengan keluarga tidak baik,

pasien membenci adik perempuannya

Tidak ada keluarga yang mengalami

penyakit yang sama dengan pasien

C. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

1. Deskripsi Umum

a. Penampilan : tampak seorang perempuan memakai baju kaos hijau tidak

berlengan celana treming warna hitam, gelang , memakai dua jam

tangan, sandal warna pink, wajah sesuai umur, perawakan sedang

perawatan diri cukup.

b. Kesadaran: komposmentis, secara kualitas berubah

c. Perilaku dan aktivitas psikomotor : keadaan pasien tenang

d. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif

2. Keadaan Afektif:

a. Mood : eutimik

b. Afek : sesuai
c. Keserasian : serasi

d. Empat : tidak dapat dirabarasakan

3. Fungsi Intelektual (Kognitif)

a. Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan: Sesuai

b. Orientasi

1). Waktu : Baik

2). Tempat : Baik

3). Orang : Baik

c. Daya Ingat

1). Jangka Panjang : Baik

2). Jangka Sedang : Baik

3). Jangka Pendek : Baik

4). Jangka Segera : Baik

d. Konsentrasi dan perhatian : Baik

e. Pikiran Abstrak : Cukup baik

f. Bakat Kretaif : Tidak ada

g. Kemampuan Menolong Diri Sendiri: Baik

4. Gangguan Persepsi

a. Halusinasi : Ada , halusinasi auditorik ( + )

b. Ilusi : Tidak ada

c. Depersonalisasi : Tidak ada

d. Derealisasi : Tidak ada

5. Pikiran
a. Arus Pikiran : Cukup relevan

b. Isi Pikiran : Cukup produktivitas

c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada

6. Pengendalian Impuls : Baik

7. Daya Nilai dan Tilikan

a. Norma Sosial : Terganggu

b. Uji Daya Nilai : Terganggu

c. Penilaian Realitas : Terganggu

d. Tilikan

Derajat 3 (menyadari dirinya sakit tetapi menyalahkan orang lain).

8. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya.

D. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS

Status Internus

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Suhu : 36,7°C

Pernapasan : 22 x/menit

Nadi : 96x/menit

Konjungtiva : Hiperemis(-), Pucat (-)

Sclera : Ikterus (-)

Status Neurologis

GCS E4M6V5(Composmentis)

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang wanita umur 37 tahun dibawa ke oleh keluarganya ke

UGD RSKD untuk yang ke 3 kalinya dengan keluhan mengamuk. Pasien

memukul orang terdekat yang ia benci, memaki orang lain, pasien sering

cerita sendiri, pasien juga kadang tertawa sendiri. Pasien kadang keluar rumah

pada subuh hari dan pulang ketika dijemput. Pasien makan dan minum teratur.

Pasien tidur teratur tetapi kadang lama tidur setelah marah-marah. Pasien juga

suka membersihkan rumah, mencuci piring, semenjak 2 minggu terakhir.

Awal perubahan perilaku pasien ketika tahun 2014 setelah ibu

pasien meninggal. Saat itu pasien sering marah marah dan cerita sendiri,

tertawa dan menangis tanpa alasan yang jelas dan meninggalkan rumah hingga

tengah malam kemudian pasien dibawa ke RSKD dan dirawat selama 3 bulan.

Sebelumnya pasien bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Makassar dan

setelah pulang ke Sinjai pasien sudah tidak bias diajak komunikasi. Pasien

pulang dengan kondisi membaik. Setelah itu pasien control di RS Sinjai

selama 2 tahun. Pasien bekerja sdi kebun membantu keluarga, setelah itu

pasien dating kembali ke Makassar untuk bekerja sebagai pembantu.

Kemudian pasien kembali mengalami keluhan yang sama dan masuk kembali

ke RSKD dan dirawat selama 2 bulan dan keluar dengan kondisi membaik.

Setelah itu pasien tidak minum obat dan tetap dapat beraktifitas dengan baik.

Menurut keluarga sebelum pasien mengalami perubahan perilaku 2 minggu

lalu pasien dilamar oleh laki-laki yang masih ada hubungan keluarga dan

pasien sudah menyukai laki- laki itu. Tetapi ketika pasien meminta restu

pamannya, pamannya tidak setuju. Sejak saat itu pasien mulai mengalami
perubahan perilaku. Sejak saat itu pasien sering tertawa, menangis, cerita

sendiri, marah-marah dan mengamuk, kemudian memukul orang yang ia benci

yaitu adiknya.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan yaitu

tampak seorang perempuan memakai baju kaos hijau tidak berlengan celana

treming warna hitam, gelang , memakai dua jam tangan, sandal warna pink,

wajah sesuai umur, perawakan sedang perawatan diri cukup. Kesadaran baik

dan GCS 15. Pasien nampak tenang dan pasien kooperatif.

Keadaan afektif pasien dalam hal ini mood cemas afeknya cemas,

keserasian serasi, dan empati dapat dirabarasakan. Fungsi intelektual sesuai

dengan tingkat pendidikannya. Orientasi waktu, tempat, dan orang baik. Daya

ingat pasien juga baik. Konsentrasi dan perhatian baik. Pikiran abstrak baik

bakat kreatif tidak ada. Kemampuan menolong diri sendiri pasien juga baik.

Terdapat gangguan halusinasi. Arus pikiran pasien relevan. Tidak

terdapat gangguan isi pikir . pengendalian impuls pasien baik. Norma sosial

dan penilaian realitas terganggu. Tilikan derajat 3 (menyadari dirinya sakit

dan menyalahkan orang lain). Dari autoanamnesis pasien dapat dipercaya.

F. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I :

Gangguan Bipolar Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik

Berdasarkan anamnesis dan penilaian status mental ditemukan

gejala klinis yang bermakna yaitu terdapat perubahan pola tingkah laku yaitu
pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri, mengamuk, memukul, marah –

marah, serta keluar subuh dan tidak pulang jika tidak dijemput. Keadaan ini

menimbulkan distress pada keluarga berararti ada hendaya sosial dan waktu

senggang ,walaupun tidak ada hendaya pekerjaan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.

Dari pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya

dalam menilai realita sehingga digolongkan sabagai gangguan jiwa psikotik .

Dari Pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya

kelainan organobiologik sehingga kemungkinan gangguan mental sosial dapat

disingkirkan dan pasien dikategorikan sebagai gangguan jiwa non organik.

Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan

adanya gangguan persepsi serta ganguan isi pikir Selain itu, terdapat

gambaran gejala mendengar suara bisikan dan bicara sendiri. maka gejala-

gejala yang ditunjukkan diatas oleh pasien masuk dalam kategori Gangguan

Afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik (F31.2)

Aksis II

Dari informasi yang di dapatkan, tidak cukup data untuk mengarahkan kesalah

satu ciri kepribadian.

Aksis III

Tidak ada Diagnosis

Aksis IV

Stressor psikososial tidak direstui menikah dengan laki laki yang ia sukai.
Aksis V

GAF Scale 50-41:

PROGNOSIS

Prognosis pada pasien ini adalah Dubia ad malam

RENCANA TERAPI

Farmakoterapi

Dapat diberikan obat antipsikotik golongan Tipikal :

Haloperidol 5 mg 3 x 1

Chlorpromazine 100 mg 0-0-1

Psikoterapi:
 Terapi Kognitif
Tujuan dari terapi ini adalah untuk meringankan episode depresif dan
mencegah rekurensinya. Dalam terapi ini, pasien diajarkan untuk dapat
melihat dan menangani suatu masalah dari sudut positifnya.
 Terapi Perilaku
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengontrol perilaku maladaptif yang
menyebabkan gangguan pekerjaan dan gangguan di keluarga. Dengan
terapi ini diharapkan pasien dapat bersikap dan berfungsi dalam
masyarakat secara normal.
 Terapi Keluarga
Terapi ini bertujuan untuk membentuk lingkungan keluarga yang
suportif terhadap pasien. Selain itu, terapi ini juga bertujuan untuk
mengedukasi keluarga tentang gangguan yang diderita pasien sehingga
keluarga dapat lebih beradaptasi terutama terhadap gejala-gejala yang
mengganggu.
G. DISKUSI PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesa yang dilakukan pada pasien didapatkan


beberapa gejala yang khas dan dapat menuntun pada penegakkan diagnosis pasien
menurut kriteria diagnostik psikiatri. Pasien diketahui memiliki faktor stressor
yang merupakan pemicu keluhan-keluhan yang dirasakan sekarang. Pasien datang
dengan keluhan mengamuk dan marah marah memberat sejak 2 minggu terakhir,
selain itu pasien juga. Pasien sering mendapat bisikan .Selain mendengar suara-
suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, pasien juga seringkali melihat
orang yang tidak kenal, hal ini hanya dapat dilihat oleh dirinya sendiri. Menurut
pengakuan pasien orang-orang yang dilihatnya berbicara kepadanya sehingga
terkesan pasien berbicara sendiri. Berdasarkan kasus ini menurut PPDGJ-III
digolongkan ke dalam gangguan jiwa F31.2 yaitu Gangguan Afektif Bipolar,
Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik karena memenuhi kriteria sebagai
berikut:

 Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup


berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas sosial.
 Perubahan mood seharusnya disertai dengan energi yang meninggi dan
beberapa gejala khususnya percepatan berbicara, kebutuhan tidur yang
berkurang, grandiositas, dan terlalu optimistis.
 Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran, iritabilitas dan
kecurigaan menjadi waham kejar. Waham dan halusinasi sesuai dengan
keadaan afek tersebut (mood congruent).
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
Berdasarkan PPDGJ-III gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu
sekurang-kurangnya dua) yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat
aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari
peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas, dan pada
waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan
aktivitas. Yang khas ialah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode, dan insidensi pada jenis kelamin kurang lebih sama dibanding dengan
gangguan suasana perasaan lainnya. Dalam perbandingan, jarang ditemukan
pasien yang menderita hanya episode mania yang berulang-ulang; dan karena
pasien-pasien tersebut menyerupai pasien yang mempunyai juga episode depresif
sekali-sekali maka pasien itu digolongkan sebagai bipolar (F31.8)

Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2


minggu sampai 5 bulan. Depresi cenderung berlangsung lebih lama, rata-rata
sekitr 6 bulan. Namun perubahan mood tidak selalu terjadi seperti itu, bisa saja
manifestasi dapat berupa campuran dimana episode manik dan depresif bergantian
secara cepat. Kedua macam episode itu seringkali menyusul peristiwa hidup yang
penuh stress, akan tetapi adanya stress tidak esensial untuk menegakkan
diagnosis. Kasus ini merupakan kasus Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini
Manik dengan Gejala Psikotik.

Pada kasus ini terdapat beberapa gejala yang mengarah kepada depresi, hal
ini dapat diketahui berdasarkan kriteria diagnosis menurut PPDGJ III, yang
meliputi :

Gejala Utama depresi pada kasus ini :


 Afek depresif
 Kehilangan minat dan kegembiraan
Gejala lain deperesi pada kasus ini :
 Konsentrasi berkurang
 Percaya diri berkurang
 Perbuatan bunuh diri
 Nafsu makan berkurang
 Tidur berkurang
Kriteria diagnosis F32.3 Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
 Semua 3 gejala utama depresi harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikmotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian , penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresi berat masih dapat dibenarkan.
 Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu.
 Sangat tidak mungkin pasian akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
 Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggng jawab atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau olfaktori biasanya berupa suara yang menuduh atau
menghina, atau bau kotoran atau daging busuk. Retardasi psikomotor yang
berat dapat menuju pada stupor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperluhan waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek.

Berdasarkan gejala yang dialami pasien dan kriteria diagnosis depresi


diatas, maka pasien pernah mengalami episode depresi berat dengan gejala
psikotik. Tetapi selain hal tersebut, pasien juga mengalami episode manik,
sehingga hal ini tidak memenuhi kriteria diagnosis F32.3 Episode Depresi Berat
dengan Gejala Psikotik.

Beberapa gejala dalam kasus ini dapat ditemui pada gangguan yang
lainnya, sehingga kasus ini dapat didiagnosis banding sebagai skizoafektif atau
skizofrenia.
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat bila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu
episode penyakit yang sama, dan bilamana episode penyakit tidak memenuhi
kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresi. Berdasarkan PPDGJ
III gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0) ditegakkan diagnosisnya bila
memenuhi kriteria diagnosis sebagai berikut :

 Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manik
 Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang
tidak begitu menononjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
yang memuncak
 Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20. Pedoman diagnostik (a) sampai (d) yaitu sebagai berikut:
o Thought echo, thought insertion atau withdrawal, thought
broadcasting.
o Waham dikendalikan, waham dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan, waham tentang dirinya tidak berdaya terhadap suatu
kekuatan dari luar, pengalaman indrawi yang tidak wajar.
o Halusinasi auditorik yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, mendiskusikan pasien di antara mereka
sendiri atau jenis halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
o Waham menetap lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar atau mustahil.
Pada kasus ini terdapat adanya gangguan afek yang disertai gangguan
psikotik, akan tetapi hal tersebut tidak memenuhi pedoman diagnostik PPDGJ III
untuk diagnosis gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0).
Pasien mengalami halusinasi auditorik dan visual sehingga dapat
didiagnos banding dengan skizofrenia. Berdasarkan PPDGJ III diagnosis
skizofrenia (F20.) dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria berikut ini :

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umumnya mengetahuinya.
b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara
jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran,
tindakan atau penginderaan khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan
mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
prilaku pasien .
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
 Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
 Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Pada kasus ini pasien memiliki halusinasi auditorik dan visual namun tidak
terdapat waham. Gejala-gejala pada pasien ini tidak memenuhi pedoman
diagnostik PPDGJ III sebagai F20. Skizofrenia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of


Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York:
Lippincott William&Wilkins.

2. Departemen Kesehatan R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis


Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik.
AUTOANAMNESIS 27 November 2018

DOKTER MUDA (DM), PASIEN (P)

DM :Assalamu’alaikum. Selamat siang buk

P : Wa’alaikumsalam, selamat siang

DM : Perkenalkan nama saya Khaula dokter muda yang bertugas di sini,

Ibu namanya siapa?

P : D dok

DM : Baik ibu D, boleh saya Tanya –tanyaki ?

P : Iye dokter boleh

DM : ibu umurnya berapa?

P : 37 tahun dok.

DM : Kita tauji dimana ini ?

P : di Rumah Sakit jiwa dok .

DM : Bagaimana kita tau ini Rumah Skit Jiwa ?

P : Karena ada dokter, perawat.

DM : Maaf sebelumnya, kalau boleh tau kenapaki di bisa dibawa kesini ibu D ?

P : Karena mengamukka dok. Baru saya pukul adikku.

DM : Kapanki mengamuk bu?

P : 2 minggu yang lalu


DM : Kenapaki bisa pukul adikta ?

P : Karena namarahika adikku.

DM: Kenapa bisa namarahiki ?

KP : seringka pergi dari rumah

DM : Kenapaki pergi dari rumah ?

P : Karena bosanka dirumah terus

DM : Jadi siapa bawaki kesini ?

P : Sepupuku sama kakakku.

DM : Kita tinggal sama siapa ?

P : Sama adikku dan kakakku.

DM : Kalau orangtuata dimana ?

P : Meninggalmi dua- duanya.

DM : Oh kodong, Kapan meninggal ?

P : Lama sekalimi dokter.

DM : Bagaimana perasaanta waktu meninggal orangtuata ?

P : Sedih sekalika dokter.

DM : Sampai sekarang masih sedihki atau bagaimana ?

P : Kalau sekarang dok tidak terlalumi karena sudah lama dok .

DM : Kalau boleh tau, sekarang apa yang buatki suka marah- marah, ada

masalahta selain bosan dirumah ?

P : Mauka menikah dokter tapi tidak narestui omku kalau menikahka sama itu

orang padahal saya sukami sama dia. Jadi kecewa sekalika dokter.
DM : Kodong, kenapa memang tidak narestui omta ?

P : Nabilang kalau nanti natinggalkanka bede kalau sakitka lagi karena

pernahka juga sakit jiwa dulu.

DM : Kalau menurutmu baik ji itu orang atau bagaimana ?

P : Iya baik sekali ji makanya saya maumi menikah tapi omku tidak mau.

DM : Jadi sejak itu suka maki marah-marah marah karena jengkel tidak direstui

P : iye dokter.

DM : bagaimana tidur dan nafsu makan ta?

KP : baikji ia

DM : Katanya sukaki bicara sendiri ? sama siapaki bicara ?

KP : Tidak bicara sendirika karena ada banyak orang saya temani bicara

dokter.

DM : Oh banyak orang di ? ada kita lihat orangnya ?

P : tidak dokter

DM : Sejak kapan mulai kita dengar sama dengar itu banyak orang ?

P : adami 2 minggu dokter.

DM : Apa biasa nabilang itu suara ?

P : banyak dokter.

DM : Dulu waktu sakitki ada juga suara kita dengar ?


P : iye dokter

DM : Sering sekali ada itu suara sama bayangan ?

P : Jarang ji dokter

DM : Kalau sekarang ada ?

P : tidak ada kalau sekarang dokter, tadi pagiji.

DM : Berapaki bersaudara dan anak keberapaki?

KP : anak ke 8 dari 11 bersaudara

DM : masih kita ingat dimanaki SD?

KP : iye SD di Sinjai

DM : bagaimana menurutta dengan bola?

KP : bulat bentuknya.

DM : oh iye makasih bu .semoga cepatki sembuh

KP : iye sama-sama dokter.


DAFTAR PSUTAKA

1. Maslim R. Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ) III.FK Unita. Jakarta.2003

2. Annisa DF. Ifdil. Konsep kecemasan (anxiety). Vol.5. no.3. Juni.2016. P

1-7

3. Asrori A. Terapi kognitif perilaku untuk mengatasi gangguan kecemasan.

Vol. 3. No.1. 2015.1-19

Anda mungkin juga menyukai