BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
L.) meliputi klasifikasi, nama daerah, habitat, daerah asal dan persebaran,
a. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Physalis
b. Nama daerah
c. Habitat ciplukan
pembuangan sampah, tepi jalan, dan tepi hutan (Backer dan Bakhuizen,
(Dalimartha, 2006), dataran rendah, gurun dan hutan tropis (Sultana dkk.,
Bakhuizen, 1965).
sangat luas di beberapa negara yang terletak di daerah subtropis dan tropis
(Rahayu, 2001). Tumbuhan ini banyak tersebar luas di daerah Jawa Barat,
e. Morfologi ciplukan
dan pendek; daun tunggal, berwarna hijau, panjang 5-15 cm, lebar 2,5-10,5
8
cm, bulat telur sampai lanset, ujung runcing, tepi bergerigi, permukaan
atas dan bawah berambut halus, tangkai 2-11 cm; bunga tunggal, kelopak
berwarna kuning muda; benang sari lima, tangkai sari kuning, kepala sari
biru pucat; putik satu berwarna putih; buah buni, bulat, berwarna hijau
kekuningan bila masih muda, bila sudah tua berwarna kecoklatan, buah
mm, kelopak buah hijau atau kuning; biji bulat, pipih, kecil, kuning
(Backer dan Bakhuizen, 1965; Gönen dkk., 2000; Pitojo, 2002; Sudarsono
Gambar 1.
A B C
D E
Gambar 1. Morfologi ciplukan: (A) Habitus; (B) Daun; (C) Bunga; (D) Buah
dengan epicalyx; (E) Buah tanpa epicalyx (Dokumentasi pribadi)
f. Jenis-jenis ciplukan
angulata L., Physalis minima L., dan Physalis peruviana L. (Backer dan
g. Kandungan kimia/nutrisi
protein, 15-40% minyak dengan komponen utama asam palmitat dan asam
h. Kegunaan
penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Buah ciplukan
saluran nafas, radang gusi, herpes, hepatitis akut dan disentri (Dalimartha,
2006).
2. Ciri morfologi
bagian dalam kehidupan tumbuhan dan mengetahui dari mana asal bentuk
posisi, bentuk, ukuran serta jumlah bagian-bagian daun, bunga, buah dan lain-
tanaman telah sampai pada tingkat molekuler, akan tetapi ciri morfologi
Ciri morfologi menurut Rifai (1976) masih akan terus menjadi tumpuan
utama dalam praktek kegiatan identifikasi tanaman karena ciri lain seperti
anatomi, embriologi, sitologi, dan biokimia, tidak merata dan kurang lengkap
Serbuk sari memiliki ciri yang khas untuk suatu spesies tumbuhan
tinggi. Ciri morfologi serbuk sari seperti ukuran, bentuk, struktur dinding dan
bagian dalam dari serbuk sari dapat menempatkan suatu tanaman dalam
kedudukan taksa yang tepat (Ahmad dkk., 2010). Ciri tersebut juga dapat
baik pada tingkat individu ataupun populasi (Evrenosoğlu dan Misirli, 2009).
12
Variasi bukti serbuk sari seperti ukuran, ornamentasi dan apertura sangat
Hesse dkk. (2009) menyebutkan bahwa sifat dan ciri morfologi serbuk
aksis ekuatorial adalah garis yang tegak lurus terhadap aksis polar. Aksis
distal. Jika kedua daerah dibagi secara simetri disebut isopolar, sedangkan
Gambar 2. Polaritas dan simetri serbuk sari: (P) aksis polar (E) aksis
ekuatorial (Hesse dkk., 2009)
13
b. Apertura
ditentukan oleh bentuk dan posisi apertura tersebut pada serbuk sari.
Apertura dengan bentuk sirkular disebut porus jika pada posisi ekuatorial
dan disebut ulcus jika pada posisi distal. Apertura yang memanjang
disebut kolpus jika pada posisi ekuatorial dan disebut sulcus jika pada
kolpus disebut kolporus. Apertura dengan bentuk elips dan tepi yang
kurang jelas disebut poroid. Beberapa serbuk sari dengan lebih dari tiga
dinding serbuk sari yang dapat digunakan sebagai ciri penting dalam
sari antara lain areolat, verukat, perforat, granulat, ekinat, psilat, dan
a b c
d e
Gambar 4. Jenis ornamentasi serbuk sari: (a) Areolat; (b) Verukat-granulat; (c)
verukat-perforat; (d) ekinat-perforat; (e) psilat (Hesse dkk., 2009)
Dinding serbuk sari terdiri dari dua lapisan yaitu eksin dan intin.
kerusakan. Intin terdiri dari selulosa dan pektin. Biasanya dinding serbuk
sari di daerah apertura mengalami reduksi dari eksin dan terdiri dari dua
lapis intin. Eksin dibagi menjadi ekteksin yang terdiri dari lapisan basal,
infratektum serta tektum dan endeksin yang terdiri dari satu lapisan (Hesse
sari.
15
Bentuk serbuk sari ditentukan oleh rasio panjang aksis polar (P)
dan diameter ekuatorial (E) atau disingkat P/E. Serbuk sari dengan ukuran
aksis polar dan diameter ekuatorial sama panjang disebut sferoidal atau
isodiametris. Bentuk prolat apabila aksis polar lebih panjang dari diameter
Gambar 6. Bentuk dan ukuran serbuk sari berdasarkan indeks P/E (Simpson,
2006)
16
(P/E 1,14-1,33); sferoidal dibagi menjadi 3 yaitu sferoid (P/E 1,00), prolat
0,75-0,88); oblat (P/E 0,50-0,75) dan peroblat (P/E < 0,50) (Erdtman,
1952).
Ukuran serbuk bervariasi mulai dari <10 μm. Ukuran dapat disebut
sangat kecil (<10 μm), kecil (10–25 μm), medium (26–50 μm), besar (51–
100 μm) dan sangat besar (>100 μm) (Hesse dkk., 2009).
aktif yang memiliki struktur kimia yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi
asam organik, asam anorganik, dan fenol serta mempunyai berat molekul
yang rendah dan mudah larut. Peroksidase (PER) terdapat di dinding sel dan
protein suatu tumbuhan mempunyai muatan dan berat molekul yang berbeda
sehingga kecepatan bergerak pada media gel juga berbeda yang akan
melalui pewarnaan. Warna yang muncul adalah hasil dari reaksi enzimatik
Warna yang muncul pada pola pita esterase disebabkan karena adanya
sedangkan warna yang muncul pada pola pita peroksidase disebabkan karena
adanya senyawa 3-amino-9 etil karbazole yang dioksidasi oleh oksigen hasil
(Manchenko, 2003).
keuntungan antara lain stabil pada kisaran pH, suhu, dan arus listrik tertentu
Rickwood, 1990). Hasil dari elektroforesis berupa zimogram pola pita yang
Sukmadjaja, 2002; Hadiati dkk., 2002), jarak pagar (Yunus, 2007), kapas
5. Hubungan Kekerabatan
2003).
B. Kerangka Pemikiran
sebagai bahan untuk produksi obat. Hal ini menyebabkan perlunya studi mengenai
keragaman populasi ciplukan terutama pada variasi ciri morfologi, bukti serbuk
sari dan pola pita isozim khususnya di wilayah eks-karesidenan Surakarta. Dengan
serbuk sari, dan pola pita isozim ciplukan juga dapat dijadikan sebagai referensi
Variasi ciri morfologi Variasi bukti serbuk Variasi pola pita isozim
sari