Diajukan Kepada :
Disusun oleh:
KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh:
Tanggal : ...........................................
Pembimbing Klinik
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
diagnosis banding yang akurat antara tumor ovarium yang jinak atau ganas sangat
penting, dalam manajemen intraoperasi maupun pasca operasi pada setiap kasus.
4
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Tanggal Lahir : 21 Oktober 1978
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Mijen, Semarang
Tannga Masuk RS : 7 Agustus 2018
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 7 Agustus 2018 jam
9.00 WIB di Bangsal Bougenville RSUD Tugurejo Semarang
Keluhan Utama :
Nyeri pada perut bagian bawah sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli RSUD Tugurejo dengan keluhan nyeri pada
perut bagian bawah sebelah kanan sejak 8 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Nyeri dirasakan sangat berat hingga pasien sulit untuk
beraktivitas. Makin lama nyeri makin sering muncul dan mengganggu
aktivitas sehari – hari dan mengganggu istirahat pasien. Nyeri berkurang
atau hilang saat pasien istirahat, nyeri muncul dan makin berat saat pasien
bekerja terlalu berat dan saat kelelahan Pasien pernah dirawat inap di RS
Roemani karena keluhan yang sama, kemudian berobat ke klinik dr. Irsam
di bulan Juli dan disarankan untuk melakukan laparoskopi di RSUD
Tugurejo.
Keluar darah dari jalan lahir (-),keputihan (-), keluhan pada BAK (-)
dan BAB (-).
5
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : disangkal
Hipertensi : diakui
Kencing manis (DM) : disangkal
Penyakit Jantung dan/ atau paru : disangkal
Kanker : disangkal
RS -
2 2016 6 minggu - Dokter Abortus -
Tugu
Riwayat KB
KB Suntik 3 bulanan selama 7 tahun, KB implan selama 3 tahun.
6
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien dan suaminya bekerja sebagai wiraswasta. Tinggal bersama
seorang anak dan menggunakan biaya pengobatan BPJS Non PBI, Kesan
ekonomi cukup.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 7 Agustus 2018 jam 09.00 WIB di
Bangsal Bougenville RSUD Tugurejo Semarang
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,5°C
Status Interna
Kepala :Mesosefal
Mata :Pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Telinga : Sekret (-), perdarahan (-)
Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-), nafas cuping hidung (-),
epistaksis (-)
Mulut : Sianosis (-) bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),
faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
Leher : Tidak terdapat pembesaran tiroid dan KGB, penggunaan
otot bantu nafas (-)
Thoraks
Paru-paru (Pulmo)
7
Inspeksi : Normochest, retraksi (-), pergerakan simetris pada saat
statis dan dinamis
Palpasi : Sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung (Cor)
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari
linea midclavicularissinistra
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan
gallop pada ke 4 katup jantung
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Capillary Refill Time <2 detik <2 detik
D. STATUS GINEKOLOGIS
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak tampak benjolan, striae (-)
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (+) kwadran kanan bawah,
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia
Vulva : Benjolan (-), tanda peradangan (-), nyeri tekan (-),
discharge (+) warna putih
Vagina : Tumor (-), fistula (-)
Serviks : Bentuk bulat, ukuran sebesar jempol kaki, portio
licin, ostium uteri eksternum terbuka, tidak nyeri
goyang
8
Uterus : Fundus di garis tengah tubuh, konsistensi kenyal,
nyeri tekan (-)
Adneksa kanan : Teraba massa, dapat digoyangkan nyeri (-)
Adneksa kiri : Massa (-), nyeri tekan (-)
Cavum Douglass : Massa (-), nyeri tekan (-)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium hematologi
Tanggal 7 Agustus 2018
Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Rutin
Leukosit 7.76 103/uL 3.6 – 11
Eritrosit 4.92 6
10 /uL 3.8 – 5.2
Hemoglobin 14.00 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 42.80 % 35 – 47
MCV 87.00 fL 80-100
MCH 28.50 Pg 26-34
MCHC 32.70 g/dL 32 – 36
Trombosit 376 103/uL 150 – 440
RDW 13.20 % 11.5 – 14.5
PLCR 21.20 %
Diff Count
Eosinofil Absolute 0.03 L 103/uL 0.045 – 0.44
Basofil Absolute 0.03 103/uL 0 – 0.2
Netrofil Absolute 5.50 103/uL 1.8 – 8
Limfosit Absolute 1.73 103/uL 0.9 – 5.2
Monosit Absolute 0.47 103/uL 0.16 – 1
Eosinofil 0.40 L % 2–4
Basofil 0.40 % 0–1
Netrofil 70.80 H % 50 – 70
Limfosit 22.30 L % 25 – 40
Monosit 6.10 % 2–8
Kimia Klinik (Serum) B
Kalium 3.66 mmol/L 3.5 – 5.0
Natrium 141.1 mmol/L 135 – 145
9
Chlorida 102.2 mmol/L 95.0 – 105
Glukosa Sewaktu 84 mg/dL <125
Ureum 15.2 mg/dL 10.0 – 50.0
Kreatinin 0.66 mg/dL 0.60 – 0.90
Sero immun
HbsAg Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)
b. USG
10
c. Pemeriksaan Histopatologis
diterima tanggal 8 Agusus 2018
dijawab tangga 10 Agustus 2018
F. RESUME
Pasien datang ke Poli RSUD Tugurejo dengan keluhan nyeri pada
perut bagian bawah sebelah kanan sejak 8 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Nyeri dirasakan sangat berat hingga pasien sulit untuk
beraktivitas. Makin lama nyeri makin sering muncul dan mengganggu
aktivitas sehari – hari dan mengganggu istirahat pasien. Nyeri berkurang
atau hilang saat pasien istirahat, nyeri muncul dan makin berat saat pasien
11
bekerja terlalu berat dan saat kelelahan Pasien pernah dirawat inap di RS
Roemani karena keluhan yang sama, kemudian berobat ke klinik dr. Irsam
di bulan Juli dan disarankan untuk melakukan laparoskopi di RSUD
Tugurejo.Keluar darah dari jalan lahir (-),keputihan (-), keluhan pada BAK
(-) dan BAB (-).
Preparasi colon :
H-2 :
Diet cair II
Ijin tindakan
H-1 :
Diet cair I
Konsul TS anestesi
Daftar IBS
Usaha 2 kolf PRC
Fleet pospho soda jam 10.00
WIB
Puasa 6 jam pre-op
H-0
Fleet enema jam 04.00 WIB
Premed inj antibiotik di IBS
Rabu - KU baik, CM P1A1,usia 39 Infus RL + ketorolac 2 amp (28
8/8/2018 TD 120/80 mmHg tahun tpm)
HR 72 kali/menit Post laparoskopi Inj Ceftriaxon 1 gr/8 jam (7x)
RR 18 kali/menit ooforektomi Inj Metronidazole 1 amp/12 jam
T 37oC dextra (6x)
Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
Kaltropen supp 1/8jam
12
Paracetamol 1 tab/8jam
Vit BC/C/SF tab/12 jam
Diet lunak
Mobilisasi bertahap
Pengawasan KU, TV.
Kamis, Nyeri perut KU baik, CM P1A1,usia 39 Infus RL 20 tpm
9/8/2018 pasca operasi TD 120/80 mmHg tahun dengan Inj Ceftriaxon 1 gr/8 jam (7x)
HR 72 kali/menit pasca Inj Metronidazole 1 amp/12 jam
RR 18 kali/menit laparoskopi (6x)
T 37oC kistektomi a/i Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
Kista ovarium Kaltropen supp 1/8jam
dextra H1 Paracetamol 1 tab/8jam
Vit BC/C/SF tab/12 jam
Diet lunak
Mobilisasi bertahap
Pengawasan KU, TV.
Jumat, Nyeri perut KU baik, CM P1A1,usia 39 Infus RL 20 tpm
10/8/2018 pasca operasi TD 120/80 mmHg tahun dengan Inj Ceftriaxon 1 gr/8 jam (7x) hari
HR 72 kali/menit pasca ini terakhir
RR 18 kali/menit laparoskopi Inj Metronidazole 1 amp/12 jam
T 37oC kistektomi a/i (6x) stop
Kista ovarium Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
dextra H2 Kaltropen supp 1/8jam
Paracetamol 1 tab/8jam
Vit BC/C/SF tab/12 jam
Diet lunak
Mobilisasi bertahap
Pengawasan KU, TV.
Setelah inj ceftriaxon terakhir aff
infus
Sabtu, Nyeri perut KU baik, CM P1A1,usia 39 Paracetamol 1 tab/8jam
11/8/2018 pasca operasi TD 120/80 mmHg tahun dengan Vit BC/C/SF tab/12 jam
HR 72 kali/menit pasca Diet lunak
RR 18 kali/menit laparoskopi Mobilisasi bertahap
T 37oC kistektomi a/i Pengawasan KU, TV.
Kista ovarium Pulang hari ini
dextra H3
G. DIAGNOSIS
P1A1 39 tahun dengan kista ovarium
Initial Plan Terapi
1. Non Medikamentosa
a. Laparoskopi
2. Medikamentosa
a. fleet pospho soda
b. fleet enema
c. Inj ceftriaxon 1 gr
13
Tatalaksana setelah operasi
a. Infus RL+ ketorolac 2 amp (28 tpm)
b. Inj ceftriaxon 1 gr/8 jam (7x)
c. Inj ketorolac 30mg/8jam (6x)
d. Kaltropen supp 1 tab/8 jam
e. Paracetamol 1 tab/8 jam
f. Vit BC/C/SF itab/12 jam
g. Pengawasan KU, TV
h. Diet lunak
i. Mobilisasi bertahap
j. Setelah inj ceftriaxon terakhir aff infus.
k. Bila KU baik dan luka baik, pasien boleh pulang.
Initial Plan Monitoring
1. Monitoring tanda-tanda vital
2. Monitoring keluhan pasien
Initial Plan Edukasi
1.Memberitahukan kepada pasien dan keluarga mengenai penjelasan penyakit
pasien
2. Menjelaskan pasien dan keluarga tentang pemeriksaan – pemeriksaan yang
akan dilakuakan guna menunjang diagnosis dan terapi yang akan
diberikan.
3. Memberitahukan kepada pasien untuk berlatih miring ke kanan dan ke kiri,
duduk dan berdiri pasca operasi
I. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad Bonam
14
J. LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pre operatif :
- P1A0, 39 tahun dengan kista ovarium
Diagnosis Post operatif :
- Pasca ooforektomi dextra a.i kista ovarii dextra
Nama/Macam operasi : Ooforektomi dextra
Tanggal Operasi : 8 Agustus 2018
Lama Operasi : ± 1 jam 15 menit
Langkah-langkah operasi :
Pasien tidur di meja operasi dalam spinal anestesi
Aseptik anti septik → pasang duk steril
Insisi kulit abdomen 3 tempat
Evalusi dengan laparoskopi
tampak uterus dalam batas normal
ovarium sinistra dalam batas normal
ovarium dextra ukuran sebesar telur angsa → Kista coklat
Ooforektomi: dilakukan pemeriksaan PA
Evaluasi perdarahan : perdarahan aktif (-)
Jahit lapisan abdomen lapis demi lapis
Tindakan selesai
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Insidensi
Angka insiden dari kistoma ovarii dilaporkan sebesar 7% dari
populasi wanita di Indonesia dan dimana dari angka insiden kistoma ovarii ini,
hampir 85% merupakan kista yang bersifat jinak. Kistoma ovarii yang bersifat
ganas sangat jarang ditemukan, namun kistoma ovarii jinak bisa menjadi ganas
jika tidak diobati. Kista ovarium paling sering terdapat pada wanita berusia
antara 20 – 50 tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas. Di antara
beberapa kista ovarium, kista folikel, kista korpus luteum, kistadenoma
musinosum, kistadenoma serosum dan kista dermoid merupakan beberapa tipe
kista yang paling banyak ditemukan.2,3,4
C. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari kistoma ovarii masih menjadi tanda
tanya, namun terdapat beberapa teori yang membahas tentang etiologi dari
kistoma ovarii ini. Dimana terdapat 3 teori yang dikatakan menjadi etiologi
dari kistoma ovarii, yaitu teori hiperepitelisasi dari sel epethelium ovari, teori
hormonal dan teori genetika.5
D. Klasifikasi
Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada
yang berifat nonneoplastik. Tumor nonneoplastik dalam hal ini dibagi menjadi
tumor akibat radang dan tumor lain, yaitu kista folikel, kista korpus luteum,
kista lutein, kista inklusi germinal, kista endometrium dan kista stein-leventhal.
Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat diterima
oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan
16
histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung
masih kurangnya pengetahuan mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula
berhubung dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama
rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis,
tumor-tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas. Selanjutnya
tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik dan
tumor solid. Berdasarkan hal tersebut diatas, tumor kistik dari ovarium yang
jinak dapat dibagi dalam golongan nonneoplastik dan golongan neoplastik.3,6
17
Gambar 1. Kista Folikel
18
c. Kista Teka Lutein
19
e. Kista Stein Leventhal
f. Kista endometrial
20
darah tua menyerupai coklat. Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit
karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara
permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis. Kista
coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak ke dalam
rongga peritoneum karena robekan dinding kista dan menyebabkan akut
abdomen. Tuba pada endometriosis biasanya normal.3
Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi
endometriosis yakni kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium dan
perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin dan sel-
sel makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel radang dan
jaringan ikat sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya.
Jaringan endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam
uterus dapat dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron. Sebagai akibat
dari pengaruh hormon-hormon tersebut, sebagian besar sarang
endometriosis berdarah secara periodik yang menyebabkan reaksi
jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan. Pada kehamilan
dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis. Apabila
kehamilannya berakhir, reaksi desidual menghilang disertai dengan
regresi sarang endometriosis. Pengaruh baik dari kehamilan kini menjadi
dasar pengobatan endometriosis dengan hormon untuk mengadakan apa
yang dinamakan kehamilan semu (pseudopregnancy).3
21
2. Kista Ovarium Neoplastik
a. Kistoma Ovarii Simpleks
22
seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung
dari percampurannya dengan darah. 3
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi
oleh epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya
sel-sel yang membundar karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel
yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh
seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada
dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan
pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah
timbulnya penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan
menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena
ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah
padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti
dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas.
Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma
musinosum.3
23
Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala
karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun
lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista
ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar
50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning,
dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya
sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler
(solid papilloma). 3
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin
membedakan gambaran makroskopik kistadenoma serosum papiliferum
yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik pun tidak
selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat
dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang
rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap
warnanya. Karena tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ephithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka
ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti
epitel tuba. 3
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium
dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum
papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas. 3
Perubahan Ganas. Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer,
proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel,
kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan kedalam
kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma
ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang
dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan
bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan
keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum
24
disertai dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik,
meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak
(histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman
harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically
malignant).3
d. Kista Endometroid
e. Kista Dermoid
25
biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian
dalam yang menonjol dan padat. 3
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal
dan entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea,
gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal),
dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan
jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista
ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak,
bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi
dapat pula merupakan gelondongan seperti konde. 3
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala
nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula
terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista
dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira
dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat
menopause. Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh
dari salah satu elemen ektodermal. Ada kemungkina pula bahwa satu
elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor yang
khas. Termasuk di sini:
1) Struma ovarium
Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-
kadang dapat menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS.
Dr. Soetomo Surabaya pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium,
semuanya tak berfungsi dan tidak ganas.
26
2) Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum
Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal
dari satu elemen dari epitelium germinativum.
3) Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus
dibuktikan adanya hormon koriogonadotropin.
Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umunya
teratoma solid merupakan suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun
jarang, dapat juga ditemukan teratoma solid yang jinak. 3
27
Akibat Aktivitas Hormonal. Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon yang
sering terjadi pada tumor ganas, misalnya tumor sel granulose yang dapat
menimbulkan hipermenorea dan arhenoblastoma yang dapat menyebabkan
amenorea.
Akibat Komplikasi. Perdarahan ke dalam kista. Biasanya terjadi
sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan
hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi apabila
perdarahan dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran Tangkai. Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya.
Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan, karena pada
kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor. Sesudah
persalinan dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut. Selain itu,
putaran tangkai sering menyebabkan gangguan sirkulasi walaupun
gangguan ini jarang bersifat total, rasa nyeri, dan bila putaran tangkai
berjalan terus akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat
menyebabkan robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau
peradangan sekunder.
Infeksi pada Tumor. Terjadi jika di dekat tumor terdapat sumber kuman
pathogen, seperti appendicitis, diverticulitis atau salpingitis akuta. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
Robek Dinding Kista. Terjadi pada torsi tangkai atau karena trauma.
Apabila kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan
iritasi peritoneum akan segera berkurang. Tetapi, apabila robekan pada kista
disertai perdarahan yang timbul secara akut dan berlangsung terus ke dalam
rongga peritoneum maka akan menyebabkan rasa nyeri yang terus menerus
disertai tanda-tanda abdominal akut. Robekan dinding kista pada
kistadenoma musinosum dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang
disebut pseudomiksoma peritonei.
28
Perubahan Keganasan. Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista
dermoid. Oleh karena itu, setelah tumor diangkat pada operasi, perlu
dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan
perubahan keganasan. Adanya asites dan anak sebar (metastasis)
memperkuat kecurigaan terhadap keganasan.
F. Diagnosis
Diagnosis dari kistoma ovarii tergantung dari kombinasi beberapa
faktor termasuk usia dan status menopause pasien, gejala-gejala, gambaran
USG, lokasi bilateral/unilateral, ukuran dari massa, dan tingkat serologik
marker. 4,5
1. Umur dan Status Menopause
Kistoma ovarii pada wanita premenopause adalah umum ditemukan
dan biasanya bersifat jinak termasuk kista fungsional atau endometrioma.
Resiko menjadi keganasan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.
2. Gejala-gejala
Keganasan pada ovarium yang bersifat lokal umumnya hanya sedikit
atau sama sekali tidak menampakkan gejala-gejala, dan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya penundaan pada penanganan.
3. Gambaran USG
Hasil dari USG sangat tergantung dari skill dan pengalaman dari
operator, bahkan antara sonografer yang sudah berpengalaman sering terjadi
perbedaan hasil. Kistoma ovarii umumnya didiagnosis melalui USG
transvaginal, tetapi setelah didiagnosis, abdominal scan dapat dilanjutkan.
Akurasi diagnostik dari USG pada wanita premenopause dapat
menjadi sulit oleh karena perubahan yang terjadi karena siklus ovulasi.
Sebagian besar penelitian menemukan bahwa kista anechoic yang
unilokuler dengan diameter kurang dari 5 cm jarang merupakan suatu
keganasan, bahkan pada wanita postmenopause. Resiko keganasan adalah
kurang dari 1% pada premenopause dan 10% pada wanita postmenopause.
29
Hanya 6% dari kista dengan diameter 3-5cm yang menunjukkan keganasan
pada wanita postmenopause, sedangkan penelitian lain menemukan tidak
adanya keganasan pada kista dengan ukuran kurang dari 5cm.
Kista multilokuler lebih sering ganas daripada kista unilokuler.
Granberg menemukan bahwa 8% kista multilokuler adalah ganas,
dibandingkan dengan hanya 0.3% keganasan pada kista unilokuler. Kista
solid, semi-solid, dan mixed tumor, sering dihubungkan dengan keganasan.
Gambaran papiler sering merupakan keganasan dan resiko
keganasan meningkat dari 1.6% menjadi 10% jika suatu kista unilokuler
mengandung suatu bentukan solid atau papiler. Ukuran diameter dari kista
sangat berhubungan erat dengan sifat keganasan dari kistoma ovarii.
4. Morphologic Scoring System
Berbagai sistem penilaian dari tumor ovarium berdasarkan ukuran
dan morfologi telah diperkenalkan untuk menilai apakah suatu tumor
tersebut ganas atau jinak. Sistem skoring ini mempunyai sensitifitas 82-
100% dan false positif sekitar 8-20%. Faktor prediktif yang paling penting
adalah adanya proliferasi papiler dari dinding kista dan adanya bagian solid
dari kista tersebut. Gambaran-gambaran utama yang dinilai pada USG
adalah jumlah dari lokulus, adanya bagian solid (septum dan proliferasi
papiler), diameter dari tumor/kista, adanya tumor/kista di ovarium
kontralateral, dan adanya cairan di kavum Douglas.
5. Sitologi
Sensitifitas dari analisis sitologi cairan kistoma ovarii tidak dapat
diandalkan untuk menentukan sifat dari kista tersebut, dan punksi dari kista
tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik. Lebih lanjut, bocornya sel-
sel malignan saat dilakukan punksi dapat meningkatkan staging dari kanker
ovarium, dan oleh karena itu, punksi dari kistoma ovarii harus dihindarkan.
30
G. Penatalaksanaan
Penting untuk menentukan apakah kista yang didapatkan adalah kista
fungsional atau bukan, sama halnya apakah golongan neoplastik atau non
neoplastik. Dimana pengangkatan kista atau ovarium itu sendiri tergantung dari
jenis kista dan besarnya kista pada pasien. Pengangkatan kistoma ovarii
biasanya dilakukan jika keadaan pasien memungkinkan untuk menjalani
operasi dan metode operasi yang dilakukan adalah laparoskopi atau laparotomi.
Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu 3,4,9,10:
1. Sikap wait and see.
Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan
menyusut dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya
semakin mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar
ovariumnya tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika
diputuskan untuk mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika
kista ditemukan dalam stadium dini.
2. Terapi bedah.
Pengangkatan kistoma ovarii sangat membantu dalam menekan
angka kematian akibat kistoma ovarii yang bersifat ganas, karena jika
kistoma ovarii jinak tidak diangkat maka besar kemungkinan akan menjadi
ganas sehingga mengancam nyawa pasien
Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa
kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar, kista
yang ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan
rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. Tindakan bedah dapat
sangat terbatas berupa pengangkatan kista dengan tetap mempertahankan
ovarium. Tindakan ini kemungkinan dapat menjadi lebih ekstensif, mulai
dari pengangkatan seluruh ovarium atau lebih luas lagi merembet ke
pengangkatan uterus (histerektomi total).
Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor
ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang
31
besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor
tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor
tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga
perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2 – 3 bulan, jika selama waktu
observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik
dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada
komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai
pengangkatan tuba (salphyngo-ooforektomi). Jika terdapat keganasan
operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngo-ooforektomi
bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapatkan
keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat
dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi
yang tidak seberapa radikal.
H. Komplikasi
32
Torsi, sebagai komplikasi paling sering yang dijumpai pada kasus-
kasus adanya masa adneksa pada masa kehamilan, terkadang menghasilkan
gejala-gejala akut yang sesuai daengan tingkat iskemia jaringan. Selanjutnya
intervensi operasi emergensi biasanya dibutuhkan. Bila hanya terjadi torsi
parsial dan pada inspeksi ditemukan bahaya minimal dari vaskuler, didapat
adneksa yang berubah bentuk,reseksi konservatif dilakukan dengan hati-hati
dan ovarium difiksasi untuk menghindari torsi. Sebaliknya, torsi komplit
memerlukan ooforektomi (terkadang bersamaan dengan salpingektomi) dengan
identifikasi dan mobilisasi seperlunya dari ureter untuk memungkinkan ligasi
tinggi pembuluh gonad, sehingga meminimalkan pelepasan potensial emboli
trombotik selama prosedur bedah dilakukan. Harus disadari bahwa lesi
ovarium ganas jarang terjadi pada kasus torsi adneksa.4,9,10
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 39
tahun yang kemudian didiagnosa dengan diagnosa Kista Ovarium dextra.
Selanjutnya akan dibahas :
Pasien ini didiagnosa dengan kistoma ovarium dextra, hal ini berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
serta penemuan intraoperatif. Pada kasus ini gejala dan tanda yang dialami pasien
adalah nyeri di daerah perut bagian kanan bawah yang semakin lama semakin
sering dengan intensitas yang semakin sakit sejak 8 bulan yang lalu. Namun pada
pasien ini tidak ada keluhan buang air kecil atau besar yang biasanya ada karena
penekanan oleh kista pada vesika urinaria dan rectum, hal ini kemungkinan karena
posisi kista pada abdomen yang tidak menyebabkan penekanan sehingga tidak
menimbulkan keadaan tersebut di atas.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibuat beberapa
diferensial diagnosis yaitu tumor – tumor abdomen yang biasanya terletak di
bagian bawah rongga perut seperti mioma subserosum dan mioma
intraligamenter, serta tumor-tumor bukan dari ovarium yang tertelak di daerah
pelvis antara lain ginjal ektopik, limpa bertangkai dan tumor dari kolon
34
sigmoideum. Namun pemeriksaan ini belum dapat menegakkan diagnosis pasti
tumor ovarium, karena harus menyingirkan diferensial diagnosis dari kista
ovarium sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan dalam kasus ini adalah pemeriksaan ultrasonografi
(USG) yang menunjukkan kesan kista ovarium dengan ukuran 4,95x4,79 cm
Dari anamnesis pasien, pasien mengaku mengalami nyeri perut yag sangat
hebat. Namun pada pasien ini gejala lainnya yang mengarah ke kistaa ovarium
jarang ditemukan, misalnya gangguan haid, gangguan buang air besar, dan
ganggan buang air kecil. Namun meskipun demikian pemeriksaan fisik dan
penunjangnya membantu menunjukan bahwa terdapat massa kistik pada daerah
ovarium.
Tindakan yang dilakukan pada pasien kista pada kasus ini adalah terapi bedah
yaitu ooforektomi dextra. Indikasi tindakan bedah yaitu kista yang tidak
menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki
ukuran demikian besar, kista yang ditemukan pada wanita yang menopause atau
kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan.
35
DAFTAR PUSTAKA
36