Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

P1A1 39 TAHUN DENGAN KISTA OVARIUM

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik

Stase Obstetri dan Ginekologi di RSUD Tugurejo Semarang

Diajukan Kepada :

dr. A.Hardiyanto, Sp.OG

Disusun oleh:

Dean Gama Putrisani H2A014040P

KEPANITERAAN KLINIK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018

1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

LAPORAN KASUS

P1A1 39 TAHUN DENGAN KISTA OVARIUM

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:

Dean Gama Putrisani H2A014040P

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Tanggal : ...........................................

Pembimbing Klinik

Ilmu Obstetri dan Ginekologi

dr. A.Hardiyanto, Sp.OG

2
BAB I
PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan


menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium biasanya berukuran kecil (<5 cm), berkapsul dengan isi
cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat
mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan
tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause. Keganasan
ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian
oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan
ovarium, rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000
populasi). Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus
per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991.
Penanganan terhadap kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut.
Jadi tidak semua kista ovarium dioperasi, apalagi ternyata kista tersebut dapat
resolusi spontan. Tindakan operatif selain sangat invasif, dapat berdampak
terhadap fertilitas seseorang. Sehingga untuk menentukan apakah kista tersebut
harus diangkat atau tidak, diagnosisnya harus benar-benar jelas. Untuk
menegakkan diagnosis kista terutama jenis kista, ada 2 cara yang selama ini sudah
dilaksanakan dan dikembangkan, yaitu dengan pungsi kista dengan panduan
ultrasonografi vaginal dilanjutkan pemeriksaan sitologi cairannya, cara ini invasif,
memakan waktu lama dan biaya yang mahal, sedangkan yang kedua, dengan
pemeriksaan ultrasonografi transvaginal, lebih murah, cepat, dan tidak invasif.
Untuk mencapai prognosis yang baik bagi penderita, tindakan pembedahan
pengangkatan massa tumor yang adekuat sangatlah penting. Oleh karena itu

3
diagnosis banding yang akurat antara tumor ovarium yang jinak atau ganas sangat
penting, dalam manajemen intraoperasi maupun pasca operasi pada setiap kasus.

4
BAB II
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Tanggal Lahir : 21 Oktober 1978
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Mijen, Semarang
Tannga Masuk RS : 7 Agustus 2018
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 7 Agustus 2018 jam
9.00 WIB di Bangsal Bougenville RSUD Tugurejo Semarang
Keluhan Utama :
Nyeri pada perut bagian bawah sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli RSUD Tugurejo dengan keluhan nyeri pada
perut bagian bawah sebelah kanan sejak 8 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Nyeri dirasakan sangat berat hingga pasien sulit untuk
beraktivitas. Makin lama nyeri makin sering muncul dan mengganggu
aktivitas sehari – hari dan mengganggu istirahat pasien. Nyeri berkurang
atau hilang saat pasien istirahat, nyeri muncul dan makin berat saat pasien
bekerja terlalu berat dan saat kelelahan Pasien pernah dirawat inap di RS
Roemani karena keluhan yang sama, kemudian berobat ke klinik dr. Irsam
di bulan Juli dan disarankan untuk melakukan laparoskopi di RSUD
Tugurejo.
Keluar darah dari jalan lahir (-),keputihan (-), keluhan pada BAK (-)
dan BAB (-).

5
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : disangkal
Hipertensi : diakui
Kencing manis (DM) : disangkal
Penyakit Jantung dan/ atau paru : disangkal
Kanker : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi : disangkal
Kencing manis (DM) : disangkal
Penyakit Jantung dan/ atau paru : disangkal
Kanker : disangkal
Riwayat Pribadi:
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Lama Haid : 7 hari
Siklus Haid : Teratur 30 hari
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali, dengan usia pernikahan ±18 tahun
Riwayat Obstetri
Status obstetri: P1A1
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Berat Keadaan
Anak Tahun Tempat Umur Jenis
Penolong Penyulit lahir sekarang
ke Partus Partus Kehamilan Persalinan
(gram)
1 2002 Bidan 9 bulan Spontan Bidan - 2700 Sehat

RS -
2 2016 6 minggu - Dokter Abortus -
Tugu

Riwayat KB
KB Suntik 3 bulanan selama 7 tahun, KB implan selama 3 tahun.

6
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien dan suaminya bekerja sebagai wiraswasta. Tinggal bersama
seorang anak dan menggunakan biaya pengobatan BPJS Non PBI, Kesan
ekonomi cukup.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 7 Agustus 2018 jam 09.00 WIB di
Bangsal Bougenville RSUD Tugurejo Semarang
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,5°C
Status Interna
Kepala :Mesosefal
Mata :Pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Telinga : Sekret (-), perdarahan (-)
Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-), nafas cuping hidung (-),
epistaksis (-)
Mulut : Sianosis (-) bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),
faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
Leher : Tidak terdapat pembesaran tiroid dan KGB, penggunaan
otot bantu nafas (-)
Thoraks
Paru-paru (Pulmo)

7
Inspeksi : Normochest, retraksi (-), pergerakan simetris pada saat
statis dan dinamis
Palpasi : Sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung (Cor)
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari
linea midclavicularissinistra
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan
gallop pada ke 4 katup jantung
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Capillary Refill Time <2 detik <2 detik

D. STATUS GINEKOLOGIS
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak tampak benjolan, striae (-)
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (+) kwadran kanan bawah,
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia
Vulva : Benjolan (-), tanda peradangan (-), nyeri tekan (-),
discharge (+) warna putih
Vagina : Tumor (-), fistula (-)
Serviks : Bentuk bulat, ukuran sebesar jempol kaki, portio
licin, ostium uteri eksternum terbuka, tidak nyeri
goyang

8
Uterus : Fundus di garis tengah tubuh, konsistensi kenyal,
nyeri tekan (-)
Adneksa kanan : Teraba massa, dapat digoyangkan nyeri (-)
Adneksa kiri : Massa (-), nyeri tekan (-)
Cavum Douglass : Massa (-), nyeri tekan (-)

Inspekulo : Portio ukuran normal, permukaan erosi (-),


fluksus (-),P OUE (-), fluor albus (-), perdarahan aktif (-), dinding
vagina normal, massa (-), peradangan (-).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium hematologi
Tanggal 7 Agustus 2018
Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Rutin
Leukosit 7.76 103/uL 3.6 – 11
Eritrosit 4.92 6
10 /uL 3.8 – 5.2
Hemoglobin 14.00 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 42.80 % 35 – 47
MCV 87.00 fL 80-100
MCH 28.50 Pg 26-34
MCHC 32.70 g/dL 32 – 36
Trombosit 376 103/uL 150 – 440
RDW 13.20 % 11.5 – 14.5
PLCR 21.20 %
Diff Count
Eosinofil Absolute 0.03 L 103/uL 0.045 – 0.44
Basofil Absolute 0.03 103/uL 0 – 0.2
Netrofil Absolute 5.50 103/uL 1.8 – 8
Limfosit Absolute 1.73 103/uL 0.9 – 5.2
Monosit Absolute 0.47 103/uL 0.16 – 1
Eosinofil 0.40 L % 2–4
Basofil 0.40 % 0–1
Netrofil 70.80 H % 50 – 70
Limfosit 22.30 L % 25 – 40
Monosit 6.10 % 2–8
Kimia Klinik (Serum) B
Kalium 3.66 mmol/L 3.5 – 5.0
Natrium 141.1 mmol/L 135 – 145

9
Chlorida 102.2 mmol/L 95.0 – 105
Glukosa Sewaktu 84 mg/dL <125
Ureum 15.2 mg/dL 10.0 – 50.0
Kreatinin 0.66 mg/dL 0.60 – 0.90
Sero immun
HbsAg Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)

b. USG

Vesica urinaria: dinding tak menebal, batu (-).


Uterus: ukuran dan parenkim normal.
Tampak gambaran bulat anekoik, ukuran 4,95x4,79 cm pada adnexa.
KESAN: Kista Ovarium

10
c. Pemeriksaan Histopatologis
diterima tanggal 8 Agusus 2018
dijawab tangga 10 Agustus 2018

Makroskopis : Sebuah jaringan berupa kista yang sudah terbelah ukuran


4,5x2,5x1,5 cm
Mikroskopis : Sediaan operasi ovarium, dinding kista terdiri atas
jaringan ikat fibrikolagen, stroma ovarium dengan bendungan dan
pelebaran pembuluh darah. Diantaranya tampak fokus-fokus stroma dan
kelenjar endometrium.
Tidak tampak tanda-tanda keganasan pada sediaan ini.
Kesimpulan : Kista endometriosis ovarium

F. RESUME
Pasien datang ke Poli RSUD Tugurejo dengan keluhan nyeri pada
perut bagian bawah sebelah kanan sejak 8 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Nyeri dirasakan sangat berat hingga pasien sulit untuk
beraktivitas. Makin lama nyeri makin sering muncul dan mengganggu
aktivitas sehari – hari dan mengganggu istirahat pasien. Nyeri berkurang
atau hilang saat pasien istirahat, nyeri muncul dan makin berat saat pasien

11
bekerja terlalu berat dan saat kelelahan Pasien pernah dirawat inap di RS
Roemani karena keluhan yang sama, kemudian berobat ke klinik dr. Irsam
di bulan Juli dan disarankan untuk melakukan laparoskopi di RSUD
Tugurejo.Keluar darah dari jalan lahir (-),keputihan (-), keluhan pada BAK
(-) dan BAB (-).

Pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak baik, kesadaran compos


mentis, TTV dalam batas normal, status internus dalam batas normal. Pada
pemeriksaan ginekologi ditemukan saat palpasi nyeri tekan di sebelah perut
kanan bawah dan pada pemeriksaan genitalia ditemukan terdapat massa pada
adneksa kanan tidak dapat digoyangkan nyeri tekan (-).Pada pemeriksaan
USG didapatkan kesan kista ovarium

FOLLOW UP PASIEN SELAMA RAWAT INAP


Hari, Tanggal S O A P
Selasa, Nyeri perut KU baik,CM P1A1,usia 39 Pro laparoskopi kistektomi
7/8/2018 bagian bawah TD 110/70mmHg tahun dengan Ijin tindakan (+)
sampai HR 80 kali/menit kistoma Konsul TS anestesi
pinggang RR 20 kali/menit ovarium Preparasi colon H-2
T 37oC Pengawasan KU, TV, Nyeri

Preparasi colon :
H-2 :
 Diet cair II
 Ijin tindakan
H-1 :
 Diet cair I
 Konsul TS anestesi
 Daftar IBS
 Usaha 2 kolf PRC
 Fleet pospho soda jam 10.00
WIB
 Puasa 6 jam pre-op
H-0
 Fleet enema jam 04.00 WIB
 Premed inj antibiotik di IBS
Rabu - KU baik, CM P1A1,usia 39 Infus RL + ketorolac 2 amp (28
8/8/2018 TD 120/80 mmHg tahun tpm)
HR 72 kali/menit Post laparoskopi Inj Ceftriaxon 1 gr/8 jam (7x)
RR 18 kali/menit ooforektomi Inj Metronidazole 1 amp/12 jam
T 37oC dextra (6x)
Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
Kaltropen supp 1/8jam

12
Paracetamol 1 tab/8jam
Vit BC/C/SF tab/12 jam
Diet lunak
Mobilisasi bertahap
Pengawasan KU, TV.
Kamis, Nyeri perut KU baik, CM P1A1,usia 39 Infus RL 20 tpm
9/8/2018 pasca operasi TD 120/80 mmHg tahun dengan Inj Ceftriaxon 1 gr/8 jam (7x)
HR 72 kali/menit pasca Inj Metronidazole 1 amp/12 jam
RR 18 kali/menit laparoskopi (6x)
T 37oC kistektomi a/i Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
Kista ovarium Kaltropen supp 1/8jam
dextra H1 Paracetamol 1 tab/8jam
Vit BC/C/SF tab/12 jam
Diet lunak
Mobilisasi bertahap
Pengawasan KU, TV.
Jumat, Nyeri perut KU baik, CM P1A1,usia 39 Infus RL 20 tpm
10/8/2018 pasca operasi TD 120/80 mmHg tahun dengan Inj Ceftriaxon 1 gr/8 jam (7x) hari
HR 72 kali/menit pasca ini terakhir
RR 18 kali/menit laparoskopi Inj Metronidazole 1 amp/12 jam
T 37oC kistektomi a/i (6x) stop
Kista ovarium Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
dextra H2 Kaltropen supp 1/8jam
Paracetamol 1 tab/8jam
Vit BC/C/SF tab/12 jam
Diet lunak
Mobilisasi bertahap
Pengawasan KU, TV.
Setelah inj ceftriaxon terakhir aff
infus
Sabtu, Nyeri perut KU baik, CM P1A1,usia 39 Paracetamol 1 tab/8jam
11/8/2018 pasca operasi TD 120/80 mmHg tahun dengan Vit BC/C/SF tab/12 jam
HR 72 kali/menit pasca Diet lunak
RR 18 kali/menit laparoskopi Mobilisasi bertahap
T 37oC kistektomi a/i Pengawasan KU, TV.
Kista ovarium Pulang hari ini
dextra H3

G. DIAGNOSIS
P1A1 39 tahun dengan kista ovarium
Initial Plan Terapi
1. Non Medikamentosa
a. Laparoskopi
2. Medikamentosa
a. fleet pospho soda
b. fleet enema
c. Inj ceftriaxon 1 gr

13
Tatalaksana setelah operasi
a. Infus RL+ ketorolac 2 amp (28 tpm)
b. Inj ceftriaxon 1 gr/8 jam (7x)
c. Inj ketorolac 30mg/8jam (6x)
d. Kaltropen supp 1 tab/8 jam
e. Paracetamol 1 tab/8 jam
f. Vit BC/C/SF itab/12 jam
g. Pengawasan KU, TV
h. Diet lunak
i. Mobilisasi bertahap
j. Setelah inj ceftriaxon terakhir aff infus.
k. Bila KU baik dan luka baik, pasien boleh pulang.
Initial Plan Monitoring
1. Monitoring tanda-tanda vital
2. Monitoring keluhan pasien
Initial Plan Edukasi
1.Memberitahukan kepada pasien dan keluarga mengenai penjelasan penyakit
pasien
2. Menjelaskan pasien dan keluarga tentang pemeriksaan – pemeriksaan yang
akan dilakuakan guna menunjang diagnosis dan terapi yang akan
diberikan.
3. Memberitahukan kepada pasien untuk berlatih miring ke kanan dan ke kiri,
duduk dan berdiri pasca operasi

I. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad Bonam

14
J. LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pre operatif :
- P1A0, 39 tahun dengan kista ovarium
Diagnosis Post operatif :
- Pasca ooforektomi dextra a.i kista ovarii dextra
Nama/Macam operasi : Ooforektomi dextra
Tanggal Operasi : 8 Agustus 2018
Lama Operasi : ± 1 jam 15 menit
Langkah-langkah operasi :
 Pasien tidur di meja operasi dalam spinal anestesi
 Aseptik anti septik → pasang duk steril
 Insisi kulit abdomen 3 tempat
 Evalusi dengan laparoskopi
 tampak uterus dalam batas normal
 ovarium sinistra dalam batas normal
 ovarium dextra ukuran sebesar telur angsa → Kista coklat
 Ooforektomi: dilakukan pemeriksaan PA
 Evaluasi perdarahan : perdarahan aktif (-)
 Jahit lapisan abdomen lapis demi lapis
 Tindakan selesai

15
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kistoma ovarii didefinisikan sebagai terjadinya pembesaran ovarium


yang bersifat fungsional atau disfungsional, berupa kistik, padat atau campuran
kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik.1,2,3

B. Insidensi
Angka insiden dari kistoma ovarii dilaporkan sebesar 7% dari
populasi wanita di Indonesia dan dimana dari angka insiden kistoma ovarii ini,
hampir 85% merupakan kista yang bersifat jinak. Kistoma ovarii yang bersifat
ganas sangat jarang ditemukan, namun kistoma ovarii jinak bisa menjadi ganas
jika tidak diobati. Kista ovarium paling sering terdapat pada wanita berusia
antara 20 – 50 tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas. Di antara
beberapa kista ovarium, kista folikel, kista korpus luteum, kistadenoma
musinosum, kistadenoma serosum dan kista dermoid merupakan beberapa tipe
kista yang paling banyak ditemukan.2,3,4

C. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari kistoma ovarii masih menjadi tanda
tanya, namun terdapat beberapa teori yang membahas tentang etiologi dari
kistoma ovarii ini. Dimana terdapat 3 teori yang dikatakan menjadi etiologi
dari kistoma ovarii, yaitu teori hiperepitelisasi dari sel epethelium ovari, teori
hormonal dan teori genetika.5

D. Klasifikasi
Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada
yang berifat nonneoplastik. Tumor nonneoplastik dalam hal ini dibagi menjadi
tumor akibat radang dan tumor lain, yaitu kista folikel, kista korpus luteum,
kista lutein, kista inklusi germinal, kista endometrium dan kista stein-leventhal.
Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat diterima
oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan

16
histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung
masih kurangnya pengetahuan mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula
berhubung dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama
rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis,
tumor-tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas. Selanjutnya
tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik dan
tumor solid. Berdasarkan hal tersebut diatas, tumor kistik dari ovarium yang
jinak dapat dibagi dalam golongan nonneoplastik dan golongan neoplastik.3,6

1. Kista Ovarium Nonneoplastik


a. Kista Folikel

Kista folikel merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling


banyak dijumpai. Ukuran bervariasi antara 3-8 cm. Kista ini berasal dari
folikel de Graff yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus
menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia
yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bila dilihat secara
histologi, kista folikel dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel-sel
granulosa dan dilapisan luar berupa sel-sel teka interna. Cairan yang
terdapat di dalam folikel yang tidak seluruhnya terbentuk tidak dapat
diresorbsi sehingga menyebabkan pembesaran dari kista folikel.
Biasanya jenis kista ini tidak menimbulkan gejala, meskipun
ketidakteraturan haid, perdarahan di luar haid bahkan torsi bisa terjadi.
Bila ukuran kista telah membesar maka dapat menyebabkan nyeri
panggul. Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang
spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista menghilang pula. Apabila
ukuran kista yang tidak lebih dari 5 cm maka dilakukan observasi selama
3 siklus haid tanpa pengobatan untuk melihat regresi dari kista tersebut.
Bila setelah observasi tidak didapati adanya regresi kista atau ukuran
kista semakin membesar maka dilakukan tindakan operatif.

17
Gambar 1. Kista Folikel

b. Kista Korpus Luteum

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar


kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari
korpus luteum. Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun
mengecil dan menjadi korpus albikans. Pada keadaan tertentu, kadang-
kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens);
Perdarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terbentuknya
kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberikan
gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning,
terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.
Kista korpus luteum dapat memberikan gangguan haid, berupa
amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat juga
menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah. Perdarahan yang
berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Pada beberapa kasus
sering menyerupai kehamilan ektopik sehingga menyulitkan diagnosis.3,6

18
c. Kista Teka Lutein

Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang


tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi
kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada
pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel
granulosa dapat juga menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-
sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat
pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.3,6

Gambar 2. Kista Teka Lutein


d. Kista Inklusi Germinal

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium.


Biasanya terjadi pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala
yang berarti.3,6

Gambar 3. Kista Inklusi Germinal

19
e. Kista Stein Leventhal

Pada kista stein-leventhal biasanya kedua ovarium membesar


dan bersifat polikistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan
berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika
yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-
macam stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis
memberikan gejala yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang
terdiri dari hirsutisme, infertilitas, obesitas dan oligomenorea sekunder.
Kecenderungan virilisasi pada jenis kista inin kemungkinan disebabkan
hiperplasi dari tunika interna yang menghasilkan zat androgenic.
Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal dominan.3,6

Gambar 4. Kista Stein Leventhal

f. Kista endometrial

Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium.


Ovarian endometrioma diduga terbentuk akibat invaginasi dari korteks
ovarium setelah penimbunan debris menstruasi dari perdarahan jaringan
endometriosis. Kista endometrium bisa besar (>3cm) dan multilokus, dan
bisa tampak seperti kista coklat karena penimbunan darah dan debris ke
dalam rongga kista(3,7). Gambaran mikroskopik dari endometrium sangat
variabel. Lokasi yang sering terdapat ialah pada ovarium dan biasanya
bilateral. Pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai besar berisi

20
darah tua menyerupai coklat. Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit
karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara
permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis. Kista
coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak ke dalam
rongga peritoneum karena robekan dinding kista dan menyebabkan akut
abdomen. Tuba pada endometriosis biasanya normal.3
Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi
endometriosis yakni kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium dan
perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin dan sel-
sel makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel radang dan
jaringan ikat sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya.
Jaringan endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam
uterus dapat dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron. Sebagai akibat
dari pengaruh hormon-hormon tersebut, sebagian besar sarang
endometriosis berdarah secara periodik yang menyebabkan reaksi
jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan. Pada kehamilan
dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis. Apabila
kehamilannya berakhir, reaksi desidual menghilang disertai dengan
regresi sarang endometriosis. Pengaruh baik dari kehamilan kini menjadi
dasar pengobatan endometriosis dengan hormon untuk mengadakan apa
yang dinamakan kehamilan semu (pseudopregnancy).3

Gambar 5. Kista Endometriosis

21
2. Kista Ovarium Neoplastik
a. Kistoma Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya


bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan di dalam kista tampak jernih, serous dan berwarna
kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung
dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan
gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma
serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan
cairan dalam kista.3

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia


mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu
elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat
bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang penulis lain
menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.3
Gambaran Klinik. Tumor lazimnya berbentuk multilokuler;
oleh karena itu, permukaan berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat
mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang
datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan
jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi
dapat juga ditemui yang bilateral. 3
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang
dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini
dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif,
yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-
usus dan peritoneum parietale. 3
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang
terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif
di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental

22
seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung
dari percampurannya dengan darah. 3
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi
oleh epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya
sel-sel yang membundar karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel
yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh
seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada
dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan
pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah
timbulnya penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan
menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena
ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah
padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti
dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas.
Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma
musinosum.3

Gambar 6. Kistadenoma Ovarii Musinosum

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal


dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium).
Gambaran Klinik. Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai
ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum.

23
Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala
karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun
lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista
ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar
50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning,
dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya
sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler
(solid papilloma). 3
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin
membedakan gambaran makroskopik kistadenoma serosum papiliferum
yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik pun tidak
selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat
dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang
rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap
warnanya. Karena tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ephithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka
ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti
epitel tuba. 3
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium
dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum
papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas. 3
Perubahan Ganas. Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer,
proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel,
kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan kedalam
kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma
ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang
dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan
bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan
keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum

24
disertai dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik,
meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak
(histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman
harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically
malignant).3

Gambar 7. Kistadenoma ovarii serosum

d. Kista Endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada


dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan
epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam
tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii. 3

e. Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak


dimana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna,
seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna
putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada
elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista
dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari
sel telur melalui proses partenogenesis.3
Gambaran Klinik. Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista
dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Sepintas
lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah,

25
biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian
dalam yang menonjol dan padat. 3
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal
dan entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea,
gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal),
dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan
jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista
ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak,
bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi
dapat pula merupakan gelondongan seperti konde. 3
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala
nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula
terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista
dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira
dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat
menopause. Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh
dari salah satu elemen ektodermal. Ada kemungkina pula bahwa satu
elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor yang
khas. Termasuk di sini:
1) Struma ovarium
Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-
kadang dapat menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS.
Dr. Soetomo Surabaya pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium,
semuanya tak berfungsi dan tidak ganas.

Gambar 8. Struma Ovarium

26
2) Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum
Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal
dari satu elemen dari epitelium germinativum.
3) Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus
dibuktikan adanya hormon koriogonadotropin.
Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umunya
teratoma solid merupakan suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun
jarang, dapat juga ditemukan teratoma solid yang jinak. 3

Gambar 9. Kista Dermoid

E. Tanda dan Gejala

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama


tumor ovarium yang kecil. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan,
aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor-tumor tersebut.3,8
Akibat Pertumbuhan. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah
bisa menyebabkan pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Suatu kista dapat
menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi atau terkadang
hanya menimbulkan rasa berat diperut jika terletak bebas di rongga perut.
Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi dan
edema pada tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limfe. Pada
tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.

27
Akibat Aktivitas Hormonal. Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon yang
sering terjadi pada tumor ganas, misalnya tumor sel granulose yang dapat
menimbulkan hipermenorea dan arhenoblastoma yang dapat menyebabkan
amenorea.
Akibat Komplikasi. Perdarahan ke dalam kista. Biasanya terjadi
sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan
hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi apabila
perdarahan dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut mendadak.
 Putaran Tangkai. Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya.
Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan, karena pada
kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor. Sesudah
persalinan dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut. Selain itu,
putaran tangkai sering menyebabkan gangguan sirkulasi walaupun
gangguan ini jarang bersifat total, rasa nyeri, dan bila putaran tangkai
berjalan terus akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat
menyebabkan robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau
peradangan sekunder.
 Infeksi pada Tumor. Terjadi jika di dekat tumor terdapat sumber kuman
pathogen, seperti appendicitis, diverticulitis atau salpingitis akuta. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
 Robek Dinding Kista. Terjadi pada torsi tangkai atau karena trauma.
Apabila kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan
iritasi peritoneum akan segera berkurang. Tetapi, apabila robekan pada kista
disertai perdarahan yang timbul secara akut dan berlangsung terus ke dalam
rongga peritoneum maka akan menyebabkan rasa nyeri yang terus menerus
disertai tanda-tanda abdominal akut. Robekan dinding kista pada
kistadenoma musinosum dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang
disebut pseudomiksoma peritonei.

28
 Perubahan Keganasan. Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista
dermoid. Oleh karena itu, setelah tumor diangkat pada operasi, perlu
dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan
perubahan keganasan. Adanya asites dan anak sebar (metastasis)
memperkuat kecurigaan terhadap keganasan.

F. Diagnosis
Diagnosis dari kistoma ovarii tergantung dari kombinasi beberapa
faktor termasuk usia dan status menopause pasien, gejala-gejala, gambaran
USG, lokasi bilateral/unilateral, ukuran dari massa, dan tingkat serologik
marker. 4,5
1. Umur dan Status Menopause
Kistoma ovarii pada wanita premenopause adalah umum ditemukan
dan biasanya bersifat jinak termasuk kista fungsional atau endometrioma.
Resiko menjadi keganasan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.
2. Gejala-gejala
Keganasan pada ovarium yang bersifat lokal umumnya hanya sedikit
atau sama sekali tidak menampakkan gejala-gejala, dan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya penundaan pada penanganan.
3. Gambaran USG
Hasil dari USG sangat tergantung dari skill dan pengalaman dari
operator, bahkan antara sonografer yang sudah berpengalaman sering terjadi
perbedaan hasil. Kistoma ovarii umumnya didiagnosis melalui USG
transvaginal, tetapi setelah didiagnosis, abdominal scan dapat dilanjutkan.
Akurasi diagnostik dari USG pada wanita premenopause dapat
menjadi sulit oleh karena perubahan yang terjadi karena siklus ovulasi.
Sebagian besar penelitian menemukan bahwa kista anechoic yang
unilokuler dengan diameter kurang dari 5 cm jarang merupakan suatu
keganasan, bahkan pada wanita postmenopause. Resiko keganasan adalah
kurang dari 1% pada premenopause dan 10% pada wanita postmenopause.

29
Hanya 6% dari kista dengan diameter 3-5cm yang menunjukkan keganasan
pada wanita postmenopause, sedangkan penelitian lain menemukan tidak
adanya keganasan pada kista dengan ukuran kurang dari 5cm.
Kista multilokuler lebih sering ganas daripada kista unilokuler.
Granberg menemukan bahwa 8% kista multilokuler adalah ganas,
dibandingkan dengan hanya 0.3% keganasan pada kista unilokuler. Kista
solid, semi-solid, dan mixed tumor, sering dihubungkan dengan keganasan.
Gambaran papiler sering merupakan keganasan dan resiko
keganasan meningkat dari 1.6% menjadi 10% jika suatu kista unilokuler
mengandung suatu bentukan solid atau papiler. Ukuran diameter dari kista
sangat berhubungan erat dengan sifat keganasan dari kistoma ovarii.
4. Morphologic Scoring System
Berbagai sistem penilaian dari tumor ovarium berdasarkan ukuran
dan morfologi telah diperkenalkan untuk menilai apakah suatu tumor
tersebut ganas atau jinak. Sistem skoring ini mempunyai sensitifitas 82-
100% dan false positif sekitar 8-20%. Faktor prediktif yang paling penting
adalah adanya proliferasi papiler dari dinding kista dan adanya bagian solid
dari kista tersebut. Gambaran-gambaran utama yang dinilai pada USG
adalah jumlah dari lokulus, adanya bagian solid (septum dan proliferasi
papiler), diameter dari tumor/kista, adanya tumor/kista di ovarium
kontralateral, dan adanya cairan di kavum Douglas.
5. Sitologi
Sensitifitas dari analisis sitologi cairan kistoma ovarii tidak dapat
diandalkan untuk menentukan sifat dari kista tersebut, dan punksi dari kista
tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik. Lebih lanjut, bocornya sel-
sel malignan saat dilakukan punksi dapat meningkatkan staging dari kanker
ovarium, dan oleh karena itu, punksi dari kistoma ovarii harus dihindarkan.

30
G. Penatalaksanaan
Penting untuk menentukan apakah kista yang didapatkan adalah kista
fungsional atau bukan, sama halnya apakah golongan neoplastik atau non
neoplastik. Dimana pengangkatan kista atau ovarium itu sendiri tergantung dari
jenis kista dan besarnya kista pada pasien. Pengangkatan kistoma ovarii
biasanya dilakukan jika keadaan pasien memungkinkan untuk menjalani
operasi dan metode operasi yang dilakukan adalah laparoskopi atau laparotomi.
Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu 3,4,9,10:
1. Sikap wait and see.
Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan
menyusut dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya
semakin mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar
ovariumnya tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika
diputuskan untuk mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika
kista ditemukan dalam stadium dini.
2. Terapi bedah.
Pengangkatan kistoma ovarii sangat membantu dalam menekan
angka kematian akibat kistoma ovarii yang bersifat ganas, karena jika
kistoma ovarii jinak tidak diangkat maka besar kemungkinan akan menjadi
ganas sehingga mengancam nyawa pasien
Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa
kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar, kista
yang ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan
rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. Tindakan bedah dapat
sangat terbatas berupa pengangkatan kista dengan tetap mempertahankan
ovarium. Tindakan ini kemungkinan dapat menjadi lebih ekstensif, mulai
dari pengangkatan seluruh ovarium atau lebih luas lagi merembet ke
pengangkatan uterus (histerektomi total).
Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor
ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang

31
besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor
tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor
tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga
perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2 – 3 bulan, jika selama waktu
observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik
dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada
komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai
pengangkatan tuba (salphyngo-ooforektomi). Jika terdapat keganasan
operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngo-ooforektomi
bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapatkan
keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat
dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi
yang tidak seberapa radikal.

H. Komplikasi

Bila dijumpai hemoperitonium atau kotoran ruptur kista jinak


preoperatif atau intraoperatif, kista yang ruptur tersebut dibuang dan kasvum
abdomen dibersihkan dengan saline normal. Para ahli lebih menyukai
pencucian dengan saline hangat untuk membantu mengeluarkan sebum dari
komponen yang mengalami ruptur atau kebocoran terhadap teratoma dan kista
musinosum. Bila dijumpai iritasi kimiawi dan distensi usus, dekompresi
dengan menggunakan tabung panjang transnasal, hidrasi, dan monitoring
elektrolit dianjurkan. Selanjutnya, bila dijumpai proses tumpang tindih, proses
infeksi dicurigai (khususnya selama masa nifas). Spesimen dikirim untuk
dilakukan kultur terhadap kuman aerob dan anaerob, dan dilakukan drainase
isap transperitoneal serta pemberian terapi anti mikroba. 4,9,10

32
Torsi, sebagai komplikasi paling sering yang dijumpai pada kasus-
kasus adanya masa adneksa pada masa kehamilan, terkadang menghasilkan
gejala-gejala akut yang sesuai daengan tingkat iskemia jaringan. Selanjutnya
intervensi operasi emergensi biasanya dibutuhkan. Bila hanya terjadi torsi
parsial dan pada inspeksi ditemukan bahaya minimal dari vaskuler, didapat
adneksa yang berubah bentuk,reseksi konservatif dilakukan dengan hati-hati
dan ovarium difiksasi untuk menghindari torsi. Sebaliknya, torsi komplit
memerlukan ooforektomi (terkadang bersamaan dengan salpingektomi) dengan
identifikasi dan mobilisasi seperlunya dari ureter untuk memungkinkan ligasi
tinggi pembuluh gonad, sehingga meminimalkan pelepasan potensial emboli
trombotik selama prosedur bedah dilakukan. Harus disadari bahwa lesi
ovarium ganas jarang terjadi pada kasus torsi adneksa.4,9,10

33
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 39
tahun yang kemudian didiagnosa dengan diagnosa Kista Ovarium dextra.
Selanjutnya akan dibahas :

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang


tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium

Pasien ini didiagnosa dengan kistoma ovarium dextra, hal ini berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
serta penemuan intraoperatif. Pada kasus ini gejala dan tanda yang dialami pasien
adalah nyeri di daerah perut bagian kanan bawah yang semakin lama semakin
sering dengan intensitas yang semakin sakit sejak 8 bulan yang lalu. Namun pada
pasien ini tidak ada keluhan buang air kecil atau besar yang biasanya ada karena
penekanan oleh kista pada vesika urinaria dan rectum, hal ini kemungkinan karena
posisi kista pada abdomen yang tidak menyebabkan penekanan sehingga tidak
menimbulkan keadaan tersebut di atas.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien untuk menentukan diagnosis


kista dalam hal ini adalah pemeriksaan abdomen, inspekulo dan vaginal toucher.
Dari pemeriksaan abdomen palpasi teraba massa di sebelah perut kanan bawah,
nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan vaginal toucher (VT) pada adneksa dan
parametrium kanan teraba massa, padat, dapat digerakkan dan tanpa nyeri.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibuat beberapa
diferensial diagnosis yaitu tumor – tumor abdomen yang biasanya terletak di
bagian bawah rongga perut seperti mioma subserosum dan mioma
intraligamenter, serta tumor-tumor bukan dari ovarium yang tertelak di daerah
pelvis antara lain ginjal ektopik, limpa bertangkai dan tumor dari kolon

34
sigmoideum. Namun pemeriksaan ini belum dapat menegakkan diagnosis pasti
tumor ovarium, karena harus menyingirkan diferensial diagnosis dari kista
ovarium sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan dalam kasus ini adalah pemeriksaan ultrasonografi
(USG) yang menunjukkan kesan kista ovarium dengan ukuran 4,95x4,79 cm

Dari anamnesis pasien, pasien mengaku mengalami nyeri perut yag sangat
hebat. Namun pada pasien ini gejala lainnya yang mengarah ke kistaa ovarium
jarang ditemukan, misalnya gangguan haid, gangguan buang air besar, dan
ganggan buang air kecil. Namun meskipun demikian pemeriksaan fisik dan
penunjangnya membantu menunjukan bahwa terdapat massa kistik pada daerah
ovarium.

Pada pasien dilakukan tindakan operasi ooforektomi dextra, ditemukan


massa kistik di ovarium dextra berjumlah 1 buah dengan ukuran 4,5x2,5x1,5 cm,
septal (-), perlengketan (-), dengan cairan coklat kental, papil (-). Kesan yang
didapat dari penemuan intraoperatif ini adalah sebuah kista coklat ovarium (kista
endometrial). untuk mengkonfirmasi hal tersebut perlu dilakukan lanjutan yaitu
pemeriksaan patologi anatomi (PA). Pemeriksaan ini perlu dilakukan sebagai
penentuan definitif sifat kista abnormal, apakah jinak atau ganas, dengan
mengambil contoh jaringan secara langsung. Hal ini dilakukan setelah tindakan
operasi.

Tindakan yang dilakukan pada pasien kista pada kasus ini adalah terapi bedah
yaitu ooforektomi dextra. Indikasi tindakan bedah yaitu kista yang tidak
menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki
ukuran demikian besar, kista yang ditemukan pada wanita yang menopause atau
kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Tumor Jinak pada


Alat Genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal 346-361.
2. De Vita VT, Hellman S, and Rosenberg SA; Cancer, Principle and practice
of oncology; Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia USA, 2001; sixth
ed; vol 2: 1597.
3. Elit L and Hamilton; Surgical management of an adnexal mass suspicious for
malignancy. J Soc Obst gynecol, 2000; 22 (11); 964-8.
4. Hadibroto BR. 2005. Laparoskopi pada Kista Ovarium. Dalam: Majalah
Kedokteran Nusantara Vol 38 No3. Jakarta. Hal 260-263.
5. Sjamsuhidajat R, de JonG W (ed). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.
6. Kampono N, Kemajuan dalam onkologi, pada; Naskah lengkap KOGI 2000,
ed IGP Surya, Suwiyoga, Megadhana, Mertayoga; Bali,2000; 41-45.
7. Ulla BK, Ann T, Berit M, et. al. Management of ovarian cysts. Acta Obstet
Gynecol Scand 2004: 83: 1012-1021.

36

Anda mungkin juga menyukai