Anda di halaman 1dari 38

/z`LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 3 TAHUN 10 BULAN


DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Komprehensif


Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

Disusun Oleh :

Dewi Ratih Anggraeni H2A014014P

Dokter Pembimbing :

dr. Ludya Primasari

STASE KOMPREHENSIF RS ROEMANI SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

PERIODE 06 JANUARI – 16 FEBRUARI 2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

“SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 3 TAHUN 10 BULAN DENGAN


BRONKOPNEUMONIA”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Stase Komprehensif

Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

Disusun Oleh:

Dewi Ratih Anggraeni H2A014014P

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Tanggal : ...........................................

Mengetahui

dr. Ludya Primasari

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas dan
melengkapi syarat mengikuti stase komprehensif.

Laporan kasus ini “Seorang Anak Laki-Laki Usia 3 Tahun 10 Bulan Dengan
Bronkopneumonia” dengan selesainya laporan kasus ini, perkenankanlah penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. dr. Rifki Muslim, Sp.B, Sp.U , selaku Dekan Fakultas beserta jajaran di
Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang.
2. dr. Asdiyati dan dr. Ludya Primasari
3. selaku pembimbing stase komprehensif, dan pembimbing stase IGD RS
Roemani Semarang
4. RS Roemani Semarang, seluruh direksi dan karyawan.
5. Semua pihak dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu.
6. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesepurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini berguna bagi kita
semua.
Semarang, Februari 2020

Penulis

Dewi Ratih Anggraeni

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iv
DAFTAR MASALAH ....................................................................................1
BAB I LAPORAN KASUS ............................................................................2
IDENTITAS PASIEN .....................................................................................2
ANAMNESIS ..................................................................................................2
A. Riwayat Penyakit Sekarang .....................................................................2
B. Riwayat Penyakit Dahulu ........................................................................3
C. Riwayat Penyakit Keluarga .....................................................................3
D. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan ..............................................3
E. Riwayat Sosial Ekonomi .........................................................................5
ANAMNESIS SISTEMIK..............................................................................6
PEMERIKSAAN FISIK ................................................................................7
A. Keadaan Umum .......................................................................................7
B. Kesadaran ................................................................................................7
C. Status Gizi ...............................................................................................7
D. Vital Sign.................................................................................................7
E. Status Generalis .......................................................................................8
PEMERIKSAAN PENUNJANG ...................................................................11
A. Laboratorium ...........................................................................................11
B. CT SCAN ................................................................................................12
DAFTAR ABNORMALITAS........................................................................13
ANALISIS MASALAH ..................................................................................13
RENCANA PEMECAHAN MASALAH ......................................................13
PROGRESS NOTE ........................................................................................18

iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................22
A. Bronkopneumonia ...................................................................................22
1. Definisi ...............................................................................................22
2. Etiologi ...............................................................................................22
3. Klasifikasi ...........................................................................................23
4. Faktor Resiko ......................................................................................23
5. Patofisiologi ........................................................................................24
6. Penegakan Diagnosis ..........................................................................29
7. Penatalaksanaan ..................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................38

v
DAFTAR MASALAH

Tanggal Masalah Aktif Masalah Pasif

4 Februari 2020 1. Bronkopneumonia

1
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
a. Nama : An. G
b. Usia : 3 tahun 10 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Brambang RT 04/02 , Jawa tengah
e. No. CM : 54-14-xx
f. Tanggal Masuk RS : Selasa, 4 Februari 2020
g. Bangsal Rawat Inap : Ayyub 3
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa dengan
ibu pasien pada tanggal 4 Februari 2020 pukul 10.00 WIB di Bangsal Ayyub
3 RS Roemani Semarang.
A. Keluhan utama
Batuk grok-grok
B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien diantar orangtua datang ke IGD RS Roemani tanggal 4


Februari 2020 dengan keluhan batuk grok-grok sejak 5 hari SMRS.
keluhan batuk disertai dahak, namun dahak sulit dikeluarkan. Orangtua
juga mengatakan bahwa pasien bernapas dengan cepat terutama bila
batuk memberat. Keluhan juga disertai dengan piek dan demam yang
cukup tinggi, dirasakan terus menerus dan turun ketika diberi obat
penurun panas. Demam tidak disertai kejang, penurunan kesadaran,
mimisan, gusi berdarah, mual, muntah maupun diare. Pasien sudah
meminum obat batuk dan penurun panas yang di beli sendiri di apotek
tetapi keluhan belum membaik.Kemudian pasien berobat ke dokter
spesialis anak kemudian di lakukan dilakukan terapi uap. Setelah
dilakukan terapi uap sesak napas sedikit berkurang. Namun,dari dokter

2
spesialis anak menyarankan pasien untuk di rujuk ke IGDD RS Roemani
untuk di rawat inap.

Tidak ada suara napas berbunyi mengi atau mengorok, mual,


muntah, riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas. Riwayat kontak
dengan penderita dewasa yang batuk lama/berdarah disangkal. Buang air
besar dan buang air kecil pasien tidak ada keluhan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat Opname :diakui, Pasien memiliki riwayat
rawat inap di RS Roemani dengan
keluhan yang sama 1 tahun yang lalu.
2. Riwayat batuk lama : diakui sejak usia 6 bulan
3. Riwayat kejang : disangkal
4. Riwayat Alergi Obat : disangkal
5. Riwayat alergi : disangkal
6. Riwayat Trauma kepala : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat kejang : disangkal
2. Riwayat alergi : disangkal
3. Riwayat Penyakit Paru : disangkal

E. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Riwayat kehamilan : Pasien merupakan anak kedua. ANC rutin di bidan.
Tidak ada keluhan selama hamil.

Riwayat Persalinan : Pasien lahir spontan di RS, usia kehamilan 39


minggu.Lahir langsung menangis, Berat badan lahir
(BBL) 2800 gram, panjang badan 48 cm.

3
F. Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Jumlah Usia Keterangan


1. BCG 1x 1 bulan Sudah
2. Polio 4x 0, 1, 2, 4 bulan Sudah
3. Hepatitis B 4x 0,2,3,4 bulan Sudah
4. DPT 3x 2,4,6 bulan Sudah
5. Campak 1x 9 bulan Sudah

4
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Pertumbuhan
Berat badan : 17 kg
Tinggi badan : 115 cm
Status Gizi
BB/U 17/15 x 100% = 113 % (Normal)
TB/U 115/103 x 100 % = 111 % (Normal)
BB/TB 17/17,3 x 100% = 98 %(Gizi Baik)
b. Perkembangan
Anak sudah dapat berlari dengan cepat, menulis huruf abjad,
bersosialisasi dengan teman sebaya dan sudah dapat bercerita.
H. Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir sampai sekarang. Makanan
pendamping (MPASI) diberikan sejak usia 6 bulan sampai 18 bulan.
Kemudian anak makan nasi lembek dengan satu lauk hingga usia 2 tahun
lalu makan nasi dan sayur serta lauk dengan menu keluarga hingga
sekarang.
I. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan anak kedua. Pasien tinggal bersama


orangtuanya. Ibu pasien merupaan pedagang bensin eceran di rumah dan
Ayah pasien seorang pegawai swasta. Biaya pengobatan ditanggung oleh
BPJS.

5
III. ANAMNESIS SISTEMIK

Keluhan utama Compos mentis

Kepala Pusing (-) Demam (+) Sakit kepala (-), jejas (-), rambut rontok (-)

Mata Penglihatan kabur (-/-), pandangan ganda (-/-), pandangan berputar


(-/-), berkunang-kunang (-/-), pucat pada kelopak mata (-/-), mata
tampak kuning (-/-), kemeng (-/-),

Hidung pilek (+), mimisan (-), tersumbat (-)

Telinga Pendengaran berkurang (-/-), berdenging (-/-), keluar cairan (-/-),


darah (-/-).

Mulut Bibir kebiruan (-), Sariawan (-), bibir kering (-), luka pada sudut
bibir(-), gusi berdarah (-), mulut kering (-), lidah kotor (-).

Leher Benjolan pada leher (-), leher tegang (-).

Tenggorokan Nyeri telan (-), Suara serak (-), Gatal (-).

S. Respirasi Batuk (+), Sesak nafas (+)

S. Kardiovaskuler Nyeri dada (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-)

S. Gastrointestinal Mual (-), muntah (-), diare (-), BAB sulit (-), nyeri perut (-), perut
membesar(-), BB turun (-),Diare (-), nafsu makan (+) menurun.

S. Muskuloskeletal Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)

S. Genitourinaria BAK tidak ada keluhan, anyang-anyangan (-), penis


menggelembung saat BAK (-), nyeri saat kencing (-), keluar darah
(-), kencing nanah (-).

Ekstremitas Atas Bengkak(-/-), Luka(-/-), kesemutan (-/-), sakit sendi (-/-)

Ekstremitas Bawah Bengkak(-/-), Luka(-/-), kesemutan (-/-), sakit sendi (-/-)

S. Neuropsikiatri Kejang (-), gelisah (-),emosi tidak stabil (-), sulit tidur (+)

S. Integumentum Kulit gatal (-), kulit kering (-),hangat (+)

6
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6 Januari 2020 pukul di
10.00 WIB di Bangsal Ayyub 2 RS Roemani Semarang.
A. Keadaan umum : tampak lemas
B. Kesadaran : Compos Mentis
C. Status Gizi
Tinggi badan : 115 cm
Berat badan : 17 kg
Kesan : gizi baik, perawakan normal
D. Vital Sign
HR : 80 x/m, kuat angkat, reguler
RR : 27x/m
Suhu : 37.5 oC

7
E. Status Generalis
KULIT Gatal (-), sianosis (-), ruam (-), jejas (-), ptekie (-), kering (-)
KEPALA Mesosefal (+), rambut hitam dan kuat, jejas (-)
MATA Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), reflek pupil (+/+),
pupil isokor 3 mm
TELINGA Deformitas (-/-), serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri tekan (-/-)
HIDUNG Napas cuping hidung (-), deformitas (-), sekret (-/-), discard (-/-), epistaksis (-/-)

MULUT Bibir sianosis (-), Bibir kering (-)


LEHER Bantuan otot pernafasan (-), pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat

PULMO Dextra Sinistra


Depan
Inspeksi
a. Bentuk Dada Ø Lateral >AP Ø Lateral >AP
b. Retraksi (-) (-)
c. Hemithorax
1) Statis Simetris Simetris
2) Dinamis Simetris Simetris
Palpasi
a. Nyeri tekan Sulit dinilai Sulit dinilai
b. Pergerakan hemithoraks Simetris Simetris
c. Pelebaran ICS (-) (-)
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi
a. Suara Dasar SDV SDV
b. Suara Tambahan Ronkhi (+) Ronkhi (+)
Hantaran (+) Hantaran (+)
Wheezing (-) Wheezing (-)
Belakang
1. Inspeksi
a. Warna Sama dengan kulit sekitar Sama dengan kulit sekitar
b. Bentuk Dada Simetris Simetris
c. Retraksi (-) (-)
d. Hemithorax
1) Statis Simetris Simetris

8
2) Dinamis Simetris Simetris
2. Palpasi
a. Nyeri tekan (-) (-)
b. Pergerakan hemithoraks Simetris Simetris
c. Pelebaran ICS (-) (-)
3. Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru

4. Auskultasi
a. Suara Dasar SDV SDV
b. Suara Tambahan Ronkhi (+) Ronkhi (+)
Hantaran (+) Hantaran (+)
Wheezing (-) Wheezing (-)
COR
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak di linea midclavicula sinistra
Palpasi Pulsus parasternal (-),pulsus epigastrium (-), pulsus para
sternalis (-), thrill (-)
Perkusi batas atas di ICS II linea parasternal sinistra
pinggang jantung di ICS III Linea parasternal sinistra
batas kanan bawah di ICS V linea parasternalis dextra
kiri bawah di ICS V 2 cm medial linea midclavicula
sinistra.
Auskultasi BJ I-II regular, bising jantung (-), gallop (-)
Kesan Jantung dalam batas normal
ABDOMEN
Inspeksi Permukaan datar (+)
Auskultasi Bising usus (+) 3 detik sekali normal
Perkusi Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), Hepar : tidak teraba,
Lien: tidak teraba, Tes undulasi (-)
Palpasi Nyeri tekan (-)
Hepar : tidak teraba
Lien: tidak teraba
GENITALIA Hiperemis (-), epispadia (-), hipospadia (-), fimosis (-)
ANUS DAN RECTUM Tidak diperiksa

9
F. Ekstremitas superior
Kanan Kiri
Deformitas - -
Gerakan Normal Menurun
Kekuatan 5-5-5 3-3-3
Edema - -
Nyeri - -
Capillary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Akral dingin - -

Ekstremitas inferior
Kanan Kiri
Lateralisasi - -
Gerakan Normal Menurun

Kekuatan 5-5-5 3-3-3


Edema - -
Nyeri - -
Capillary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Akral dingin - -

10
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium (4 Februari 2020 di RS Roemani)
DARAH RUTIN

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hematologi
Darah Lengkap:
Hemoglobin 14,5 g/dL 13.2-17.3
Leukosit 4100 /mm3 3800-10600
Hematokrit 42,9 % 40-52
Trombosit 261000 /mm3 150000-440000
Eritrosit 4.50 juta/mm3 4.4-5.9
Indeks Eritrosit:
MCV 84.0 Fl 80-100
MCH 28 Pg 26-34
MCHC 32,8 g/dL 32-36
RDW 16.0 % 11.5-14.5
MPV 8.4 fL 7.0-11.0
Hitung Jenis (DIFF):
Eosinofil 3.3 % 2-4
Basofil 0.9 % 0-1
Neutrofil 13.5 % 25-70
Limfosit 17.4 % 25-40
Monosit 9.4 % 2-8

11
B. Pemeriksaan CT – Scan (04-02-2020)

Cor: ukuran, letak dan bentuk normal


Pulmo: corakan bronkovaskuler meningkat, tampak infiltrate di paru
Diafragma dan sinus baik
Tulang dan jaringan lunak baik
Kesan : Cor: normal
Pulmo: Bronkopneumonia
Tulang dan jaringan lunak baik

12
VI. DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

1) Batuk grok-grok 7) Sekret di hidung 10) X-Photo Thorax

2) Sesak napas 8) Ronkhi +/+ corakan bronkovaskuler


meningkat, tampak
infiltrate di paru
3) Demam 9) Hantaran +/+ Kesan : Bronkopneumonia
4) Pilek

5) Nafsu makan
menurun

6) Lemas

VII. ANALISIS MASALAH


A. Bronkopneumonia : 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

VIII. RENCANA PEMECAHAN MASALAH

1.Problem : Bronkopneumonia
2.Assesment : Bronkopneumonia
Diagnosis klinis : Bronkopneumonia
Diagnosis tumbuh kembang : Pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usia
Diagnosis Gizi : Gizi Baik, perawakan normal
Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
Diagnosis Sosial Ekonomi : Kesan ekonomi cukup

13
1. Diagnosis Banding :
a. Bronkitis akut
b. TB paru aktif
2. Initial Plan :
a. Diagnosis
Darah Rutin, Elektrolit ulang, X-photo thorax
b. Terapi
a) Cairan : Cairan intravena KDN 10 tpm
b) Medikamentosa

1) Injeksi Antibiotik Cefriaxone 2 x 600 mg


2) Injeksi Ondansetron 1 x 2 mg
3) Nebulizer 1 ventolin : 1 flutidesonide
4) Puyer :
R/ Amoxixilin ½ tab (4mg)
Metyprednisolon 1 tab (4mg)
Chlorpheniramine Maleate ½ tab (2mg)
Aminofiin ½ tab (50mg)
Sac lq qs
Mf. Pulv dtd no. X
S 3 dd 1

c) Nutrisi : Menu makan seperti saat pasien sehat dengan menu


gizi seimbang.

14
c. Monitoring :
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
3) Observasi sesak nafas
d. Edukasi :
1) Menjelaskan pada orangtua pasien dan keluarga tentang kondisi
penyakit pasien
2) Menjelaskan pemeriksaan apa saja yang di butuhkan pasien
3) Menjelaskan tujuan pengobatan yang diberikan pada pasien dan
hasil yang diharapkan
4) Menganjurkan pasien untuk rutin minum obat dan
memeriksakan diri ke dokter

e. Progonosis :

1) Ad vitam : dubia ad bonam


2) Ad sanationam : dubia ad bonam
3) Ad fungsional : dubia ad bonam

15
X. PROGRESS NOTE
Tanggal Hasil Pemeriksaan
04-02-2020 S: Orangtua mengatakan pasien masih batuk grok-grok, sesak napas
08.00 wib berkurang, demam sudah mulai turun, masih pilek tetapi hari ini anak
muntah 5 kali. BAK BAB tidak ada keluhan, nafsu makan anak kurang,
masih mau minum.
O:Kesadaran: CM, GCS E4M6V5
Tanda vital :
1. HR: 120 x/menit, kuat angkat , reguler
2. RR: 24 x/menit
3. Suhu: 37,5 oC
4. SpO2 : 98%
Kepala:Mesosefal
Mata:Conjungtiva anemis (-/-), pupil BCR, refleks pupil (+/+)
Hidung:Sekret (+), darah (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut: TI/T1 hiperemis (-)
Leher: pembesaran KGB(-), penggunaan otot bantu pernapasan (-)
Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor : BJ I>II reguler
Pulmo: SDV (+/+), ronkhi (+/+), hantaran (+/+)
Abdomen: Permukaan datar, BU (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat,CRT <2 detik, edema (-)

A: Bronkopneumonia
P:
Non farmakoterapi :
Posisikan kepala pasien lebih tinggi untuk mengurangi sesak napas
Hindarkan dari asap rokok
Istirahat yang cukup
Farmakoterapi
1. Infus KDN 10 tpm
2. Injeksi Antibiotik Cefriaxone 2 x 600 mg
3.Injeksi Ondansetron 1 x 2 mg
4.Nebulizer 1 ventolin : 1 flutidesonide
5.puyer :
R/ Amoxixilin ½ tab (4 mg)
Metyprednisolon 1 tab (4mg)

16
Chlorpheniramine Maleate ½ tab (2mg)
Aminofiin ½ tab (50mg)
Sac lq qs
Mf. Pulv dtd no. X
S 3 dd 1

17
05-02-2020 S: Orangtua mengatakan pasien masih batuk grok-grok dengan dahak susah
08.00 wib keluar, sudah tidak sesak napas, demam sudah mulai turun, masih pilek,
hari ini anak muntah 2 kali. BAK BAB tidak ada keluhan, anak mulai
mau makan dan minum sedikit-sedikit.
O:Kesadaran: CM
GCS E4M6V5
Tanda vital :
1. HR: 114 x/menit, kuat angkat , reguler
2. RR: 23 x/menit
3. Suhu: 37,3 oC
4. SpO2 : 98%
Kepala:Mesosefal
Mata:Conjungtiva anemis (-/-), pupil BCR, refleks pupil (+/+)
Hidung:Sekret (+), darah (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut: TI/T1 hiperemis (-)
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor : BJ I>II irreguler, bising (-)
Pulmo: SDV (+/+),ronkhi (+/+), hantaran (+/+)
Abdomen: Permukaan datar, BU (+) normal,
Ekstremitas: Akral hangat,CRT <2 detik, edema (-)
A: Bronkopneumonia
P:
Non farmakoterapi :
Posisikan kepala pasien lebih tinggi untuk mengurangi sesak napas
Hindarkan dari asap rokok
Istirahat yang cukup
Makanan dengan gizi seimbang
Farmakoterapi
1. Infus KDN 10 tpm
2. Injeksi Antibiotik Cefriaxone 2 x 600 mg
3.Injeksi Ondansetron 1 x 2 mg
4.Nebulizer 1 ventolin : 1 flutidesonide
5.puyer :
R/ Amoxixilin ½ tab (4 mg)
Metyprednisolon 1 tab (4mg)
Chlorpheniramine Maleate ½ tab (2mg)

18
Aminofiin ½ tab (50mg)
Sac lq qs
Mf. Pulv dtd no. X
S 3 dd 1

06-02-2020 S: Orangtua mengatakan pasien masih batuk grok-grok berkurang, sesak


15.00 wib napas (-), demam(-), masih pilek, muntah 1 kali. BAK BAB tidak ada
keluhan, anak mulai mau makan dan minum sesuai porsi.
O:Kesadaran: CM
GCS E4M6V5
Tanda vital :
1. HR: 109 x/menit, kuat angkat , reguler
2. RR: 22 x/menit
3. Suhu: 36,7 oC
4. SpO2 : 98%
Kepala:Mesosefal
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), pupil BCR, refleks pupil (+/+)
Hidung:Sekret (+), darah (-), nafas cuping hidung (-).
Mulut: TI/T1 hiperemis (-)
Leher: pembesaran KGB(-), JVP dbn.
Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor : BJ I>II reguler, bising (-).
Pulmo: SDV (+/+), ronkhi (-/-), hantaran (+/+)
Abdomen: Permukaan datar, BU (+) normal,
Ekstremitas: Akral hangat,CRT <2 detik, edema (-)
A: Bronkopneumonia
P:
Non farmakoterapi :
Posisikan kepala pasien lebih tinggi untuk mengurangi sesak napas
Hindarkan dari asap rokok
Istirahat yang cukup
Makanan dengan gizi seimbang
Farmakoterapi
1. Infus KDN 10 tpm
2. Injeksi Antibiotik Cefriaxone 2 x 600 mg
3.Injeksi Ondansetron 1 x 2 mg
4.Nebulizer 1 ventolin : 1 flutidesonide

19
5.puyer :
R/ Amoxixilin ½ tab (4 mg)
Metyprednisolon 1 tab (4mg)
Chlorpheniramine Maleate ½ tab (2mg)
Aminofiin ½ tab (50mg)
Sac lq qs
Mf. Pulv dtd no. X
S 3 dd 1

09-01-2020
S: Orangtua mengatakan pasien masih batuk grok-grok berkurang,sesak
15.00 wib
napas (-), demam(-), masih pilek, muntah (-).BAK BAB tidak ada keluhan,
anak mulai mau makan dan minum sesuai porsi.
O:Kesadaran: CM
GCS E4M6V5
Tanda vital :
1. TD: 140/87 mmHg
2. HR: 99 x/menit, kuat angkat , ireguler
3. RR: 20 x/menit
4. Suhu: 36 oC
5. SpO2 : 98%
Kepala:Mesosefal
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), pupil BCR, refleks pupil (+/+)
Hidung:Sekret (-), darah (-), nafas cuping hidung (-).
Mulut: TI/T1 hiperemis (-)
Leher: pembesaran KGB(-)
Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor : BJ I>II rreguler, bising (-).
Pulmo: SDV (+/+), ronkhi (-/-), hantaran (-/-)
Abdomen: Permukaan datar, BU (+) normal,
Ekstremitas: Akral hangat,CRT <2 detik, edema (-)
A: Bronkopneumonia

P:
Non farmakoterapi :
Posisikan kepala pasien lebih tinggi untuk mengurangi sesak napas
Hindarkan dari asap rokok

20
Istirahat yang cukup
Makanan dengan gizi seimbang
Farmakoterapi
1. Aff infus
2.Pasien boleh pulang
3.Obat pulang
PO : Cefixime syr 2 x 3/4 cth
Paracetamol syr 3 x 1,5 cth

21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bronkopneumonia

A. Definisi
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak
(patchy distribution), yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan
oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga
sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih
sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya
tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada
anak-anak dan orang dewasa.

B. Etiologi

1. Faktor Infeksi

Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV). Pada


bayi : Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus. Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Pada
anak-anak yaitu virus: Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV.
Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia. Bakteri: Pneumokokus,
Mycobakterium tuberculosi. Pada anak besar – dewasa muda, Organisme atipikal:
Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis. Bakteri: Pneumokokus, Bordetella
pertusis, M. tuberculosis.

2. Faktor Non Infeksi

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi:


Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan
muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan

22
bensin). Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan
yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan
dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan
pada anak yang sedang menangis.

C. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara
klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).

1. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia


interstitiali, Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari masyarakat
(community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari
rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab Pneumonia bakteri Pneumonia
virus Pneumonia mikoplasma Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu Pneumonia tipikal Pneumonia
atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut danPneumonia
persisten.

D. Faktor resiko

Banyak faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas


bronkopneumonia di negara berkembang. Faktor risiko tersebut antara lain
adalah : pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah
(BBLR), tidak mendapat imunisasi campak, tidak mendapat ASI eksklusif,
malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalensi kolonisasi bakteri
patogen di nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi
industri atau asap rokok). Faktor risiko terkait host dan lingkungan yang

23
mempengaruhi kejadian bronkopneumonia anak di negara berkembang dapat
dibagi menjadi tiga golongan yaitu :

1. Definite risk factors


1. Malnutrisi (Z-score untuk BB/U < -2)
2. BBLR (≤ 2500 g)
3. Tidak ASI eksklusif
4. Kurangnya imunisasi campak
5. Polusi udara dalam ruangan
6. Sesak
2. Likely risk factors
1. Orang tua yang merokok
2. Defisiensi zinc
3. Ibu mengalami pneumonia saat mengasuh anak
4. Penyakit penyerta (diare, penyakit jantung dan asma)
3. Possible risk factors
1. Pendidikan ibu
2. Tempat penitipan anak
3. Curah hujan (kelembaban)
4. Dataran tinggi (udara dingin)
5. Defisiensi vitamin A
6. Urutan kelahiran
7. Polusi udara di luar ruangan

E. Patofisiologis
Saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru
dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis,
dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu
hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa
sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen,

24
sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel
(Bradley et.al., 2011)
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang
melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi
saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan
respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului
dengan infeksi virus. Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley
et.al.,2011):
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).
Yaitu hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi
akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan
pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.

3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)

Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih


mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.

25
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)

Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

F. Pemeriksaan Penunjang

Untuk mendiagnosis bronkopneumonia dapat dilakukan pemeriksaan


penunjang yaitu sebagai berikut :

1. Darah perifer lengkap

Secara umum pemeriksaan darah perifer lengkap tidak dapat


membedakan infeksi bakteri dan virus secara pasti. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk memperkirakan penyebab dan melihat prognosis
keadaan pasien. Pada bronkopneumonia yang disebabkan virus dan
mikoplasma umumnya leukosit dalam batas normal atau sedikit
meningkat. Akan tetapi pada bronkopneumonia karena bakteri
didapatkan leukositosis sekitar 15.000-40.000/mm3 dengan
predominan PMN. Leukopenia (<5.000/mm3) menunjukkan
prognosis yang buruk. Leukositosis hebat (30.000.mm3) sering
ditemukan pada infeksi bakteri dan risiko terjadinya komplikasi lebih
tinggi. Pada infeksi Chlamydia pneumoniae kadang-kadang
ditemukan eosinofilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat
dengan sel PMN sekitar 300-100.000/mm3, protein > 2,5 g/dl, dan
glukosa relatif rendah daripada glukosa darah. Kadang-kadang
ditemukan anemia dan laju endap darah (LED) yang meningkat.

2. C-Reactive Protein (CRP) adalah suatu protein fase akut yang


disintesis oleh hepatosit sebagai respon infeksi atau inflamasi ringan,
produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin terutama oleh
interleukin-6 (IL-6), interleukin-1 (IL-1), dan tumor necrosis factor

26
(TNF). Fungsi pasti dari CRP belum diketahui, mungkin CRP
berperan dalam opsonisasi mikroorganisme atau sel rusak. Secara
klinis CRP digunakan untuk membedakan faktor infeksi dan faktor
non-infeksi, infeksi bakteri dan virus, atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. CRP juga digunakan untuk evaluasi
respon terapi antibiotik.

3. Uji serologis, secara umum uji serologis tidak terlalu untuk


mendiagnosis infeksi bakteri tipik. Namun untuk mendiagnosis
infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta
beberpa virus seperti Respiratory syncytical virus (RSV),
Cytomegalovirus (CMV), campak, Parainfluenza 1,2,3, Influenza A
dan B, dan Adenovirus peningkatan Ig G dan Ig M dapat digunakan
untuk mengkonfirmasi diagnosis.
4. Pemeriksaan mikrobiologis, tidak rutin dilakukan pada anak karena
jarang yang postif. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada
pneumonia berat di rumah sakit. Diagnosis dikatakan definitif bila
ditemukan kuman pada spesimen. Untuk pemeriksaan mikrobiologis
spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring,
bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru. Pada anak
besar dan remaja spesimen dapat berasal dari sputum.
5. Foto toraks

Foto toraks tidak rutin dilakukan pada pneumonia ringan, hanya


direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Foto toraks
dilakukan untuk menunjang diagnosis, menentukan lokasi anatomik
dalam paru, luasnya kelainan, dan kemungkinan adanya komplikasi
seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, dan efusi pleura.
Umumnya pemeriksaan foto toraks untuk menunjang diagnosis
pneumonia di Instalasi Gawat Darurat dilakukan pada posisi AP.
Foto toraks untuk posisi AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien
dengan gejala klinik distress pernapasan seperti takipnea, batuk, dan

27
ronki dengan atau tanpa suara napas yang melemah.
Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga
daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.

Gambaran radiologis bronkopneumonia bervariasi


tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Penyakit ringan dapat
bermanifestasi sebagai penebalan peribronkial dan kekeruhan ruang
udara yang buruk. Pada penyakit yang lebih berat didapatkan patchy
areas yang tidak homogen dari beberapa lobus. Ketika konfluens,
bronkopneumonia dapat menyerupai pneumonia lobaris (O’Grady
et al., 2014).

Foto Toraks Bronkopneumonia Sumber : (O’Grady et al., 2014).

28
G. Diagnosis

Diagnosis berdasarkan etiologi mikroorganisme merupakan dasar terapi yang


optimal. Akan tetapi pemeriksaan mikroorganisme cukup sulit dan jarang yang
positif pada anak bronkopneumonia, maka digunakan diagnosis berdasarkan
tanda-tanda klinis. WHO (World Health Organization) membuat pedoman
diagnosis sederhana yang dapat dipakai di layanan kesehatan primer. Gejala
klinisnya berupa napas cepat, sesak napas, dan berbagai tanda bahaya agar anak
di bawa ke rumah sakit. Napas cepat dinilai dengan menghitung frekuensi napas
selama satu menit penuh ketika anak sedang tenang. Sesak napas dinilai dengan
melihat adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ketika menarik
napas (retraksi epigastrium). Tanda bahaya pada anak usia 2 bulan – 5 tahun
adalah tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk.
Tanda bahaya untuk bayi di bawah usia 2 bulan adalah malas minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa dingin. Diagnosis
bronkopneumonia berdasarkan derajat keparahan penyakit yaitu :

1. Bronkopneumonia ringan

 Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat

napas cepat saja.

 Napas cepat :
o Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
o Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit.

2. Bronkopneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu dari hal berikut
ini :

 Kepala terangguk-angguk
 Pernapasan cuping hidung

29
 Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
 Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrate luas,peribronkial,
patchy areas, konsolidasi dll)

Selain itu bisa didapatkan pula tanda beriku:

- Napas cepat :

o Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit


o Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit o Anak umur 1 – 5 tahun : ≥
40 kali/menit o Anak umur 5 tahun : ≥ 30 kali/menit

 - Suara merintih (grunting pada bayi muda)


 - Pada auskultasi terdengar :

o Crackels (ronki)
o Suara pernapasan menurun o Suara pernapasan bronkial

Dalam keadaan yang sangat berat dapat ditemukan :

 Tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau memuntahkan semuanya


 Kejang
 Letargis atau tidak sadar
 Sianosis
 Distress pernapasan berat.

30
H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam,


yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011) :

Penatalaksaan Umum

1. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada
analisis gas darah ≥ 60 torr.
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
3. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

Penatalaksanaan Khusus

1. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72
jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
2. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi,
atau penderita kelainan jantung
3. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan
angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari).

a. Bronkopneumonia ringan
 Rawat jalan
 Kotrimoksasol (4 mg TMP/KgBB/kali – 20 mg sulfametoksazol
/KgBB/kali), 2 kali sehari selama 3 hari, atau amoksisilin 25
mg/KgBB/kali, 2 kali sehari selama 3 hari.

b. Bronkopneumonia berat
 Anak dirawat di rumah sakit
 Beri oksigen pada semua anak pneumonia berat.

31
 Benzyl penicillin atau ampicillin dan gentamicin, tambahkan
kotrimoksazol dosis tinggi untuk semua bayi yang terpapar atau
terinfeksi HIV
Anak-anak dengan bronkopneumonia berat harus diterapi dengan
ampicilin atau penicilin parenteral dan gentamicin sebagai lini
pertama pengobatan.9Adapun dosis ampicilin 50 mg/kgbb atau benzyl
penicilin 50.000 unit per kgbb IM/IV setiap 6 jam selama 5 hari.
Gentamicin 5-7 mg/kgbb IM/IV sekali sehari selama 5 hari. Ceftriaxone
dapat digunakan sebagai terapi lini kedua pada bronkopneumonia
berat apabila terapi lini pertama mengalami kegagalan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, et
al. The management of community-acquired pneumonia in infants and
children older than 3 months of age : clinical practice guidelines by the
pediatric infectious diseases society and the infectious diseases society of
America. Clin Infect Dis. 2011; 53 (7):617-30.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Panduan pelayanan medis ilmu kesehatan
anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012. hlm. 333-47.
3. Rahajoe NN, Supriyanto B, Setyanto DB. 2010. Buku Ajar Respirologi
Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia .2010. Pneumonia Balita,
Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
5. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, et
al. 2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants
and Children Older than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by
The Pediatric Infectious Diseases Society and The Infectious Diseases
Society of America. Clinical Infectious Diseases. 53(7):25–76.
6. World Health Organization. Revised WHO classification and treatment of
childhood pneumonia at health facilities (evidence summaries). Geneva: WHO;
2010.

33

Anda mungkin juga menyukai